Siapakah Yahudi itu?

Analisa hubungan Islam dan Yahudi sejak jaman Muhammad dan Islam sampai saat ini.
Post Reply
User avatar
el124
Posts: 79
Joined: Sat Sep 18, 2010 9:47 pm

Siapakah Yahudi itu?

Post by el124 »

Siapakah Yahudi itu?

Siapakah sebenarnya orang-orang Yahudi itu? Nyaris semua gagasan intuitif yang mencoba mendefinisikan mereka gagal. Mereka tidak diikat bersama dalam satu bahasa. Mereka menampakkan ciri-ciri dari banyak ras, dan mengenal tidak hanya satu budaya. Sebegitu banyak tidak secara khusus bersifat religius, sehingga praktek keagamaan Yahudi semata tidak bisa mendefinisikan mereka. Tidak ada keyakinan-keyakinan yang bisa dikatakan umum kepada semua orang Yahudi. (Jika pun ada, orang Yahudi itu terkenal sebagai orang yang selalu berbeda dengan yang lain).

Definisi paling aman yang mungkin tidak tepat, tetapi berguna. Orang-orang Yahudi adalah orang yang melihat diri mereka dalam hubungannya dengan sejarah atau keimanan mereka dengan sekelompok orang dalam masa penginjilan yang hidup di tanah Israel, yang dilihat oleh sebagian dunia sebagai penyumbang monoteisme dan Bible, dan yang juga diterima oleh orang Yahudi lain sebagai bagian dari kelompok mereka. (Kalimat terakhir, membingungkan tetapi diperlukan karena ada puluhan juta orang di seluruh dunia yang mengaku sebagai Yahudi tetapi tidak pernah diakui demikian oleh orang Yahudi yang lain.)

Dewasa ini ada sekitar 13 juta orang Yahudi, atau sekitar ¼ dari 1 % penduduk dunia, dan mereka menyebar di 102 negara. Mereka berbicara dalam 8 bahasa utama: Inggris, Ibrani, Rusia, Prancis, Portugis, Parsi, dan Arab; juga dalam bahasa-bahasa lain termasuk Romania, Hungaria, Itali, Jerman, Turki, dan Aramia. Konsentrasi terbesar saat ini berdomisili di Israel, Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Kanada, Inggris, Argentina, dan Jerman. Holocaust melenyapkan satu dari setiap tiga orang Yahudi di dunia. Tanah Arab menjadi kediaman sekitar 900.000 orang Yahudi sampai terbentuknya Negara Israel yang menyebabkan hampir semua orang Yahudi meninggalkan atau dipaksa keluar dari negeri-negeri tersebut. (Sebelum itu, orang-orang Yahudi sering-namun tentu tidak selalu-jauh lebih baik keadaannya di Negara-negara Muslim karena dilindungi sebagai dzimmi ketimbang di negara-negara Kristen Eropa. Meskipun Rusia masih memiliki jumlah penduduk Yahudi yang cukup besar, runtuhnya Uni Soviet menyebabkan eksodus ratusan ribu orang Yahudi setelah 70 tahun penyiksaan di bawah rezim Komunis.

Nenek moyang kaum Yahudi-entah dari garis langsung, pernikahan, maupun pindah agama-hidup di masa Pewahyuan di tanah Israel. Ketika orang-orang Babilonia menghancurkan Kuil Pertama di Yerusalem sekitar 2600 tahun yang lalu, orang-orang Yahudi hijrah ke Irak, dan sebagian pergi ke tempat-tempat yang jauh di mana mereka kemudian membangun komunitas.

Hingga zaman modern, mereka tidak pernah merasakan kesetaraan dan keamanan penuh. Di saat yang baik, mereka ditolerir (di tengah kekuatan-kekuatan yang berubah); di saat yang buruk mereka dibunuh, dipaksa pindah agama, atau diusir. Pasukan Salib dalam perjalanan mereka membebaskan Tanah Suci dari kaum Muslim dianjurkan untuk menolong orang-orang Yahudi sepanjang jalan dengan membunuh para penduduk Muslim. (Ketika mereka tiba di Yerusalem, mereka memperluas pembunuhan dari Muslim ke Yahudi dengan menangkapi orang-orang Yahudi di Sinagog atau rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan membakar mereka).

Sebagai minoritas yang hak-hak politiknya diingkari, orang-orang Yahudi seringkali dijadikan korban atau dikambinghitamkan. Mereka disalahkan atas peristiwa Wabah Mematikan (Black Death). Ketika Ukraina bergulat dengan perjuangan nasionalnya, mereka melenyapkan sepertiga orang-orang Yahudi di negerinya. Kaisar Rusia menghadapi ketidakpuasan masyarakat dengan melakukan penyiksaan. Orang-orang Yahudi diusir-kadang-kadang berkali-kali-dari Spanyol, Portugal, Jerman, Inggris, Prancis dan negeri-negeri lain. Menurut sejarawan non-Yahudi, "Jumlah orang Yahudi 10 persen dari total penduduk Kerajaan Romawi. Dengan jumlah itu, jika tidak ada faktor yang menghalangi, akan terdapat 200 juta orang Yahudi di dunia sekarang ini, bukan cuma 13 juta."

Tetapi mereka tetap hidup, lebih lama dari budaya-budaya yang mengerangkeng dan menindas mereka, dan jarak mereka dalam ruang dan waktu dari tanah yang mereka rindukan untuk kembali. Blaise Pascal, seorang filsuf Kristen dan matematikawan Prancis menulis, "Sudah tentu bahwa di bagian-bagian tertentu di dunia ini kita dapat melihat orang-orang aneh, terpisah dari orang lain dan mereka ini disebut orang Yahudi… Orang ini bukan hanya sangat antik tapi juga mampu bertahan dalam waktu yang sangat lama… Sementara orang-orang Yunani dan Itali, Sparta, Atena dan Roma dan lain-lain yang datang lebih belakangan telah binasa sejak lama, orang-orang Yahudi masih eksis, walaupun raja-raja yang kuat selalu berusaha untuk melenyapkan mereka, sebagaimana para sejarawan mereka memberi kesaksian, dan sebagaimana yang dengan mudah dapat dinilai dari tatanan alam atas musim kering yang panjang ini. Namun mereka senantiasa dipelihara, dan pemeliharaan mereka itu sudah diramalkan… Perjumpaan saya dengan orang-orang ini sungguh menakjubkan…"


Seringkali, ketika menolak semua kesempatan, mereka dihantam kemiskinan, namun masih dihargai karena melek huruf, pendidikan (mereka adalah orang-orang pertama yang menciptakan sistem wajib belajar bagi anak-anak) dan perbuatan amal mereka. Ketika diberi kesempatan-sebagaimana di Eropa setelah masa Pencerahan-mereka tumbuh berkembang. Mereka memenangkan banyak sekali Hadiah Nobel dan Medali Matematika. Di mana saja mereka diberi kesempatan untuk berkembang, mereka memperbaiki masyarakat sekitar melalui kontribusi di pemerintahan, seni dan sains, serta dengan membangun lembaga-lembaga sosial seperti sekolah dan rumah sakit.

Kontribusi mereka terhadap dunia ide bahkan lebih mengesankan lagi. Berikut ini penuturan dari dua sejarahwan non-Yahudi kontemporer:

"Sebagian besar dunia terbaik kita, sebenarnya-baru, petualangan mengejutkan, unik, individual, pribadi, pekerjaan, waktu, sejarah, masa depan, kebebasan, kemajuan, semangat, harapan iman, keadilan-adalah hadiah dari orang-orang Yahudi." (Thomas Cahill, The Gifts of the Jews, pg. 240-241)

"Orang-orang Yahudi memberi pada dunia monoteisme etis, yang bisa digambarkan sebagai penerapan nalar kepada wahyu. Di masa yang lebih sekular, mereka menerapkan prinsip rasionalitas terhadap semua jenjang kehidupan manusia, sering berada di depan…. Orang-orang Yahudi adalah penutur kebenaran yang hebat dan itu satu alasan mengapa mereka begitu sering dibenci…. Terhadap mereka kita berhutang ide tentang persamaan di muka hukum, baik hukum Tuhan maupun manusia; tentang kesucian hidup dan martabat manusia; tentang kesadaran individual dan penyelamatan pribadi; tentang kesadaran kolektif dan juga tanggung jawab sosial; tentang perdamaian sebagai cita-cita abstrak dan cinta sebagai landasan keadilan… (Paul Johnson, History of the Jews, pg. 582-585)

Dengan memberi hak-hak kesetaraan pada orang Yahudi tidaklah menyelesaikan masalah mereka. Negara Prancis, yang merupakan negara pertama yang secara bertahap memberi kesetaraan hak pada Yahudi juga menjadi negeri yang melahirkan Partai Antisemitik dan juga Dreyfuss Affair, yang di dalamnya para opsir tentara Yahudi dituduh berkhianat-namun akhirnya direhabilitasi.


Di manakah orang-orang Yahudi berada? Meskipun Yahudi itu berbeda-beda, pengalaman-pengalaman mereka pada umumnya sama. Yahudi punya sejarah panjang dan kesadaran yang besar terhadap masa lalu. Mereka mengingat penyiksaan-karena itu mereka seringkali cenderung bersekutu dengan siapa saja yang memperjuangkan kaum tertindas, orang-orang asing dan pendatang baru. Mereka tahu betapa mereka mudah sekali diserang, dan mereka bereaksi melawan. Sebagai "orang yang selamat," mereka menghargai orang-orang yang berjuang menyelamatkan diri dan melawan rintangan. Mereka tetap berpegang teguh pada nilai-nilai pendidikan dan saling menyayangi satu sama lain, juga mengasihi masyarakat secara umum.

Bagaimana mereka melihat peranan yang bisa mereka mainkan di masa depan? Tentunya bukan menguasai dunia lagi. Orang Yahudi biasanya tidak mau mengajak orang lain memeluk agama mereka. Mereka merasa tidak perlu me-Yahudi-kan dunia. Mimpi klasik Yahudi-yang terbaca dalam Bible, dan yang dibaca dalam doa mereka tiga kali dalam sehari-adalah bahwa suatu hari seluruh dunia akan mengakui Tuhan yang tunggal secara sungguh-sungguh yang di dalamnya semua penghuni bumi, baik Yahudi maupun bukan, akan hidup secara damai dan harmoni bersama. (Alasan utama kenapa orang Yahudi tidak mendakwahkan agamanya adalah bahwa tidak ada keuntungan mutlak untuk menjadi Yahudi. Agama Yahudi mengajarkan bahwa orang yang bukan Yahudi yang mematuhi tujuh prinsip perilaku sosial yang benar akan masuk surga, tanpa perlu mengikuti peribadatan agama Yahudi. Harapan-harapan dari orang Yahudi jauh lebih banyak dan rumit.

Namun, apa yang tampaknya dirasakan oleh Yahudi adalah bahwa ada nilai untuk terus hidup sebagai kelompok yang berbeda, untuk alasan yang sama mereka ada sampai sekarang-mereka menjadi nurani dunia dan penyambung ide-ide baru yang tidak populer. Masa depan yang terpenting bagi monoteisme itu sendiri adalah bahwa akan tiba masanya bagi terciptanya dunia yang damai, kebahagiaan dan pencerahan yang disebut dengan Zaman Mesiah. Kepastian bahwa masa itu akan tiba mendorong orang Yahudi yang taat untuk berdoa dan terus berdoa, demi tibanya masa itu. Kepercayaan itu mendorong orang Yahudi yang taat maupun tidak untuk terus bekerja membangun masyarakat secara material dan spiritual sebagai bagian dari persiapan akan tibanya Hari yang mulia tersebut.

[i]Diterjemahkan oleh LibForAll Foundation.
LibForAll Foundation adalah sebuah institusi yang berusaha mewujudkan
dunia yang damai berdasarkan nilai-nilai luhur agama
di bawah bimbingan dan perlindungan
Yang Mulia KH. Abdurrahman Wahid dan para ulama lain.[/i]
Post Reply