SABTU, 14 MEI 2011 | 07:06 WIB
TEMPO Interaktif, Di sebuah sudut madrasah dekat rumah besar tempat Usamah bin Ladin tinggal dan tewas, para siswa Pakistan menyalakan kemarahan atas kematian gembong teroris itu. Mereka menganggapnya seorang hero religius. Mereka ingin membalas dendam.
“Perang ini belum berakhir. Begitu banyak mujahidin yang akan melanjutkan perlawanan Usamah dan akan mengalahkan Amerika,” teriak Muhammad Tofail, 15 tahun, Selasa lalu. Dia siswa madrasah terbesar di Bilal, pinggiran Abbottabad, kota yang menjadi rumah Bin Ladin lebih dari lima tahun. “Ada banyak Usamah di dunia muslim, dan Amerika Serikat tak bisa menumpas ideologinya.”
Negara-negara Barat cemas karena madrasah-madrasah di antara khotbahnya mendorong ekstremisme dan membangun dukungan buat para militan yang diduga terkait dengan Al-Qaidah di Pakistan. Terutama di daerah pelosok barat laut, sebagai ladang persemaian pejuang Islam masa depan.
Madrasah sejatinya alternatif pendidikan utama buat beberapa juta anak di Pakistan, yang hanya dua persen dari pendapatan nasionalnya (GDP) digunakan untuk sekolah umum, dan 31 persen penduduknya pria serta 41 persen perempuan berusia 15 hingga 24 tahun buta huruf.
“Aku sendiri bercita-cita menjadi Usamah dan membalas kematiannya suatu hari,” tutur Abbas Khan, bocah berusia 10 tahun, yang duduk di luar sebuah madrasah, beberapa meter dari lokasi persembunyian pemimpin tertinggi Al-Qaidah tersebut.
Pandangan para belia itu sebagian merefleksikan pertempuran ideologi yang berkecamuk di Pakistan, negeri yang memerangi para militan yang dituding melakukan serangan-serangan bom yang telah menewaskan 4.200 orang dalam 4 tahun terakhir.
Tapi, pelanggaran atas kedaulatan dalam operasi penyergapan pekan lalu telah menyatukan banyak kalangan dalam kemarahan terhadap Washington, dan memperburuk persepsi yang berkembang bahwa Pemerintah Islamabad adalah budak dari sekutu adidayanya. Maka, sentimen anti-Amerika bisa kian luas.
Miliaran dolar dalam bentuk dana militer dan sipil yang telah digelontorkan Amerika Serikat ke Pakistan agaknya gagal mengurangi ketidakpercayaan massal terhadap Barat. Para orang tua di kota garnisun Abbottabad bilang, mereka takut kematian Bin Ladin di wilayahnya bakal menyulut balas dendam.
“Usamah Bin Ladin telah berkembang menjadi semacam roh. Dia sudah mengembangkan pola pikir, dan orang-orang muda terkena dampaknya,” tutur Farzana Anis, seorang ibu yang membawa putrinya melihat-lihat persembunyian Bin Ladin, Selasa lalu.
Di luar madrasah, dengarlah kemarahan terhadap “aksi” Amerika awal pekan lalu yang juga muncul dari keluarga kelas menengah. “Kami akan berjihad dan kami akan menang. Kami akan mengalahkan orang Amerika,” seru Bilal Umar, seorang pemain kriket muda. Temannya, Abbas Khan, setuju, “Aku akan tumbuh menjadi seperti Usamah.”
TIMES LIVES | DWI ARJANTO
Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/asia/ ... 35,id.html
TERBUKTI: ISLAM MENCIPTAKAN TERORIST
