Bagian L dari artikel 'Islam’s genocidal slavery' (Perbudakan Genosida Islam)
25 May 2010
Begitu Islam memiliki kekuatan di AsiaTengggara (sejak abad 13-14), PERDAGANGAN BUDAK BEREKSPANSI khususnya lewat ekspedisi jihad di Malaka dan sultanat2 lain atas non-Muslim. Budak2 Islam ini menjadi bagian dari jalur perbudakan Afrika, India dan Asia Tenggara.
Di AsTeng dibawah Islam, budak melakukan 'fungsi apa saja.' “Kebanyakan anggota kelas saudagar pemilik budak memiliki akar2 kuat dalam dunia Islam yang memiliki hukum jelas tentang budak sebagai harta benda.” (A Reid dikutip oleh Khan p 299; p 143)
Setelah Muslim memegang kekuasaan di abad 15, bangsa2 animis di gunung2 akhirnya PUNAH akibat perbudakan dan inkorporasi' mereka kedalam penduduk Muslim Malaya, Sumatra, Borneo dan Jawa lewat razzia2 dadakan, jizyah dan jual beli, khususnya anak2. PULAU JAWA adalah pengekspor budak paling besar di tahun 1500. Budak2 ditangkap dalam perang2 menentukan bagi Islamisasi. (Khan p 286, p 143). JIhad, perbudakan dan penyelundupan orang itu sampai sekarang masih berlangsung.
Masuknya Islam
Indonesia/Malaysia memiliki kontak dengan CIna dan India selama berabad2 dan menerapkan kepercayaan campuran animis, Hindu, Buddhis & Confucian. Jawa memiliki wihara2 Hindu dan Buddhis spt Borobudur yg didirikan thn 800M, yang dianggap sebagai wihara terbesar dan terindah didunia. Ketika Islam melancarkan jihad di abad 16, wihara2 itu menjadi puing2.(Enc. Brit v 9 p 467, 475, 479). Palembang (Sumatra) adalah pusat ajaran Buddha (Enc. Brit. P 478).
Muslim kemungkinan masuk ke Indonesia lewat Gujarat, India. Ada yg bilang bahwa Islam datang lewat perdagangan. Itu memang benar, tapi yang tidak disebut adalah bekas2 dan bukti2 nyata adanya jihad dgn kekerasan, perbudakan massal, pemerasan, penjarahan, pemaksaan penduduk non-Muslim lokal menjadi dhimmi dan pemaksaan Islam dari tulisan Muslim sendiri dll.
Islamisasi terhdp penduduk yang biasanya tinggi resistensinya secara tiba2 sejalan dengan kekerasan Islam, jihad, perbudakan dan pemerasan. Tidak ada bukti adanya aktivitas misionaris Muslim yg terorganisir dari abad 14-19 (Khan p 145). Jihad berlangsung sampai hari ini. INgat bahwa di abad 13-16 ketika Islam melebarkan sayapnya di Asia Tenggara, Islam membawa perdagangan budak besar2an dan kampanye2 jihad kekerasan di India, Afrika dan Eropa. Sufi2 jihadi sangat terlibat di India dalam perbudakan ini.
Tidak diperlukan pasukan2 Muslim yang besar. Yang diperlukan hanyalah sebuah pusat Islamiyah dan Islamisasi seorang pemimpin lokal yang akan memegang peran sbg kepala jihad utk memaksakan Islam pada penduduk.
Di abad 13-15, sebelum adanya Islam ada 3 kerajaan kuat :
1) Srivijaya (Malaysia);
2) Majapahit (Indonesian archipelago);
3) Siam (Thailand). Hinduism, Buddhism, dan Animisme dipraktekkan secara luas. (Khan p 135).
Mendirikan pusat2 Islami yang dikuasai orang2 asing, yi Arab2 Muslim, Turki, Persia dan Mughal
Pelabuhan Malaka 1831
Dari abad 10-12, Muslim muncul di pelabuhan2 di Sumatra milik Sriwijaya yang HIndu. Saudagar2 Islami dari India ini menetap di Malaka dan kawasan2 di Aceh, Sumut (akhir abad 13), menikahi wanita2 setempat dan mendirikan komunitas2 Muslim. Tidak ada bukti akan adanya Islamisasi besar2an atas komunitas yg toleran tetapi begitu terbentuknya kerajaan2 Muslim, jihadi brutal atas penduduk setempat mulai tampak. Di thn 1290, hanya ada dua kerajaan kecil Muslim di Sumut; Samudra-Pasai dan Perlak. Kekuatan ekonomi dan politik Pasai seluruhnya tergantung pada Muslim2 asing (Enc. Brit V9 p 482).
Perjalanan Marco Polo
Marco Polo dari Venezia, kembali dari Cina th 1292, berhenti di Sumatra dan melihat bahwa Perlak adalah Muslim tapi kota2 didekatnya tidak. (Wikipedia re Aceh)
Pelancong Marokko, Ibn Battutah (Battuta, Batoutah) dalam perjalanan ke Cina, mengunjungi Samudra (kawasan Aceh) thn 1345-6 dan melihat bahwa penguasanya seorang Muslim yang melakukan kewajiban agamanya dengan sangat taat. Ia berasal dari mazhab imam Shafi.’ Banyak adat yg mengingatkannya pada adat yg dilihatnya di India (Widjojoatmodjo 1942 mengutip dari ‘Perjalanan Ibn Batutah’ terbit 1874-79 di Paris; Khan p 140; Wikipedia re Aceh).
Hukum Shafi dipraktekkan di India Selatan dan di AsTeng, kaum polytheis diberikan dua pilihan: MATI atau ISLAM. Hukum Shafi’i dan Hanbali mengijinkan 4 bulan bagi kafir untuk masuk Islam (berdasarkan Quran surat 9.2 yang memberi Mushrikun [polytheists, pagan, pemuja berhala, non-Muslim] ... 4 bulan perjalanan bebas ‘tapi ketahuilah bahwa kau tidak dapat lari dari hukuman allah’..). Hukum Hanafi dipraktekkan di bagian2 India yang mempraktekkan status ‘dhimmi’ bagi non-Muslim.
Ibn Battutah melihat bahwa Sultan al-Malik az-Zahir adalah 'penguasa yg paling menarik dan ringan tangan' karena “terus menerus terlibat dalam perang demi agama (jihad melawan kafir) dan melakukan serangan2 ... pengikutnya memiliki kesenangan dalam perang demi agama ini dan seara suka rela mengikutinya dalam ekspedisi2nya. Mereka memiliki kekuasaan penuh atas kafir manapun didekat mereka, yang membayar mereka jizyah untuk menjamin keamanan.”(Khan p 136)
Budak dan harta jarahan menjadi obyek dalam serangan2 jihadi ini. Ibn Battutah menunjukkan bahwa begitu Muslim memiliki kekuatan politik, jihad BRUTAL akan menyusul, sesuai dgn hukum Shafi dengan menawarkan MATI atau ISLAM kpd para musyrikun, yiHindus, Buddhists, animis –dan disinilah terjadinya Islamisasi yang berarti !! Hal yang masih berlangsung sampai sekarang ini.
Observasi Ibn Battutah atas sadisme Islamiyah terhdp umat Hindu (yi memasukkan tongkat lewat dubur lelaki dan ditembus sampai keluar dari mulutnya dan membantai wanita dan anak2 di India) serta penggambarannya atas DEPOPULASI, DESTRUKSI, KEHANCURAN EKONOMI DAN SOSIAL, bersama dengan PERBUDAKAN MASSAL dan PELECEHAN SEKSUAL di Asia Minor dibawah Muslim Turki (Bostom 2005 p 644, p 468) sudah sering dikutip dalam artikel2 ttg perbudakan genosida Islam.
Pada akhir abad 14, Islam menguasai kantong2 terisolasi, khususnya pelabuhan2 Sumatra, tapi tidak menembus ke pedalaman. Raja Parameswara dari Srivijaya yang menjadi penguasa Malaka (Malaysia) thn 1410, masuk Islam dan mengakibatkan penjalaran Islam lewat penjajahan 100 tahun kemudian, sementara Malaka menjadi pusat Islam di Asia Tenggara (Khan p 139).
Parameswara berpusat di Palembang (Sumatra) tapi kerajaan Sriwijaya sedang mengalami kehancuran. AKibat pertempuran2 dgn kerajaan2 Majapahit & Siam, Parameswara pindah ke Temasek Island (Singapore) lalu ke Muar dan akhirnya Malaka thn 1402. Malaka adalah tempat saudara Muslim yang memasuki tentara dan istana Parameswara. Ia dijanjikan pasukan tentara Muslim dan budak wanita cantik, blasteran Arab dan Indonesia, JIKA ia masuk Islam. Tadinya ia menolak, tapi karena ia merasa terdesak, perlu tentara, hubungan dagang, dan tidak memiliki putera mahkota. Iapun menikahi budak wanita Muslim itu (yang hanya boleh menikahi Muslim), masuk Islam thn 1410 dan menjadi Sultan Iskandar Shah! (Khan p 136)
Sebuah batu dari abad 15 dari Sultanat Malaka Sultanate. Perhatikan lambang bulan dan bintang sabit (jauh sebelum jatuhnya Konstantinopel yang, menurut ilmuwan Muslim, adalah sumber lambang ini).
Menurut Wikipedia, Parameswara (1344-1414) masuk Islam tidak jelas kapan tapi tetapi mereka mencatat namanya sebagai Iskandar Shah dan ia ditulis sbg mendirikan Kesultanan Malaka sekitar thn 1402! Bahkan ada yg mengatakan ia menjadi Muslim karena menikah 'puteri kebangsaan' dari Pasai (kota-kerajaan Muslim di Sumatra). Padahal ia cuma kepincut budak!
Ma Haun, seorang Muslim Cina, mengunjungi Sultan Isklandar Shah (Mohammad Sekander Shah) th 1414 sebagai Sekretaris Kaisar Cina, Yung Lo. Ia mendapatkan sang sultan dan rakyatnya sudah Muslim dan ‘sangat ketat dalam agama’ (Widjojoatmodgo 1942; Khan p 137). Sultan Iskandar Shah (Parameswara) [dan keturunannya] memanfaatkan Cina karena memberinya perlindungan dari Siam dan Majapahit.
Ma Haun mengatakan bahwa di Jawa ada ‘koloni2 Muslim asing’ sementara penduduk asli adalah Hindu –Jawa. Orang Jawa pergi ke Malaka dan kembali sbg
Muslim dan membentuk keluarga2 Muslim, dibawah penguasa Muslim dan menjadi negara Muslim yang terlibat jihad (Islamic apartheid). (Widjojoatmodjo 1942).
Setelah matinya Iskandar Shah di thn 1414, puteranya menguasai Malaka (1414-1424) sbg Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka
dan kpd rakyatnya sbg Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Shah atau Sultan Megat Iskandar Shah. (Wikipedia re Parameswara ).
Orang Malay menyebut penguasa ketiga Malaka ini sebagai Raja Tengah (atau Radin Tengah) tapi menurut Sejarah Melayu, ia memeluk Islam dan mengambil nama Muhammad Shah dan kemungkinan menikahi Muslim Tamil. Setelah wafat, ia diganti oleh Raja Ibrahim yang mengambil julukan tradisional Hindu, Sri Parameswara Dewa Shah. Akibatnya, setelah berkuasa selama kurang dair 17 bulan, Raja Ibrahim ditikam sampai mati. Kakak tirinya, Raja Kasim, yang lahir dari wanita Tamil Muslim, menggantikannya dan mengambil julukan Islamiyah, Sultan Mudzafar Shah. Ini adalah permulaan ‘jaman emas’ bagi Sultanat Malaka (Wikipedia re Parameswara).
Kami tahu sekarang, apa yang emas bagi Islam adalah KEMATIAN, KEHANCURAN, PERBUDAKAN, REPRESI DAN PEMERASAN bagi NON-MUSLIM. Malaka adalah sebuah tempat dagang strategis antara Cina, India, Eropa, Africa dan Timur Tengah. Kekuatan dagang, militer dan nafsu untuk menyebarkan Islam berjalan berbarengan.
Th 1459, Sultan Mansur Shah dari Malacca mengirim Tun Perak untuk menyerang Kedah (dekat Thailand) dan Pahang (central-east Malaysia). Pahang menjadi bagian kesultanan Islam Malaka lewat pedang Islam (Wikipedia re Parameswara).
Kerajaan Hindu Sriwijaya menjadi bagian dari kesultanan Malaka dimana status para sultan turunan juga menyandang sbg pelindung Islam dan mempraktekkan jihad (termasuk perbudakan), bukan asimilasi kedalam budaya lebih luas. Jihad kecil2an di Samudra menjadi jihad dlm skala besar melawan kesultanan Malaka. Dibawah semangat jihad untuk menjadi ghazi atau martyr, akhirnya kerajaan menjadi kuat dan sampai sekarang masih mencakup semenanjung Malaysia, Singapora dan kawasan timur Sumatra dan Borneo. Borneo kemudian menjadi kesultanan independen (Khan p 136). Pangeran2 Melayu Malaka dgn semangat jihadi tinggi membangun provinsi2 bawahan di pantai timur Sumatra di abad 15 (Enc. Brit. V9 p 482).
Selama beberapa waktu, Malaka adalah pusat islam di Asia Tenggara yagn mencakup Malaysia, Aceh, Riau, Palembang dan Sulawesi. (Khan 136). Suplai BUDAK membludak.
Hwang Chung, pelancong Cina, melaporkan di thn 1537 bahwa rakyat Malaka “mengatakan lebih baik memiliki bukak daripada tanah, karena budak adalah perlindungan bagi tuan mereka.” (Khan p 143)
Penulis Portugis, Joao de Barros, menulis thn 1563 tentang orang Melayu, ‘semua pekerjaan mereka dilakukan oleh budak.” (Khan p 143)
[...]
Di JAWA, ‘suasana militan Islam di pinggir pantai nampak dalam penerapan islam di Jawa Barat, Palembang dan Sumatra Selatan.” (Enc. Brit. V9 p 483).
Pertempuran sengit terjadi antara rakyat pedalaman dan pangeran2 Muslim di abad 16&17. ‘Kemajuan’ Islam membawa kemenangan materi bagi Muslim, sementara perdagangan dgn Timur Tengah semakin menderas. Bedanya mereka dgn para pedagang Portugis, yg juga sempat mendarat di kepulauan Indonesia, adlah bahwa Portugis hanyalah terdiri dari bisnismen privat yg tprioritas utamanya bukan agama. (Enc. Brit. V9 p 483).
Jihadi2 Muslim menggilas JAWA (abad 16) dan MENGHANCURKAN KERAJAAN MAJAPAHIT. Thailand Selatan juga disergap. Para invader Muslim menyerang ibukota Thai, Ayuthaya, dan menghancurkan Thailand karena kapal2 Protugis tiba di Selat Malaka. (Khan p 137). Pedagan Eropa mencoba mem-bypass Muslim dan berdagang lada dan lain2nya secara langsung.
Sultan Iskandar Muda (berkuasa 1607-36) dari Aceh (Sumatra, Indonesia) membawa RIBUAN BUDAK ke ibukotanya dari serangan2nya di Malaka. (Khan p 286). Thn 1618-1624, Malaka kehilangan kebanyakan penduduknya akibat kampanye perbudakan penguasa Muslim Aceh (Prof Anthony Reid cited in Khan p 142).
Dibawah kekuasaan biadab Sultan Iskandar Muda, pengaruh Aceh atas Sumatra dan Semenanjung Melayu semakin kuat (Wikipedia re Aceh). Aceh bersekutu dengan Ottoman (Enc. Brit. V 9 p 482). Pertempuran2 dengan Portugis mengurangi kekuatan Aceh, khususnya setelah hancyrnya armada Aceh thn 1629.
Bukti menunjukkan bahwa Islamisasi selalu berasal dari ketakutan, kekerasan, perbudakan, degradasi, eksploitasi dan kontrol politik, militer dan ekonomi Islam. Legenda2 tidak berdasar tentang adanya orang2 Sufi yagn mengIslamisasi secara damai sering beredardan bahkan Syed Naguib al-Attas yang sering mengumandangkant eori tsb mengakui bahwa “Tidak ada bukti langsung untuk mendukung teori ini.” (Khan p 139).
Jendral Belanda, Cohen--1615-- mengutip orang yang mengatakan bahwa “Pangeran Banten (Jawa) tidak takut pada Portugis, Spanyol, Belanda atau Inggris. Hanya pada raja (Muslim) Mataram (P Lombok). Dari dia .. tidak ada yang bisa lari ...” (Khan p 145)
Sultan Agung dari Mataram (Lombok), ‘raja Muslim AsTeng besar’ menyerang Surabaya (Jawa) dan kota2 sekitarnya dgn 80.000 tentaranya selama 5 tahun (1620-25) –-menghancurkan panen beras shg mengakibatkan kelaparan, meracuni sumber air minum dan menghentikan aliran air ke kota itu dng membendung sungai. Hanya 500 dari ke 50.000-60.000 penduduk tinggal disana ---sisanya tewas atau hengkang (Reid cited in Khan p 142).
PERBUDAKAN OLEH MUSLIM SERING MENIHILISASI SELURUH PENDUDUK. Thomas Ivye melaporkan bahwa di thn 1634 sebuah tim Inggris selama dua hari mencari kota Inderagiri, Sumatera, yang terkenal dengan ladanya. Tidak ada satupun sisa kota itu ditemukan. SELURUH PENDUDUK DIBOYONG OLEH INVASI ACEH MUSLIM 6 TAHUN SEBELUMNYA kesebuah tempat yang berjarak 3 hari dari sana. Rakyat yang diperbudak tadinya Hindu, Buddhis,
Animis –tapi kini mungkin dipaksakan kedalam Islam spt yang biasanya terjadi dgn budak2 Islam (Khan p 144, 285,).
Hikayat Banjar, kronikel Banjarmasin abad 17 mencatat : ‘Islamisasi Banjarmasin secara efektif ditentukan jika ada dua perebut tahta yang
bertempur untuk menghindari perang saudara’..... begitu ada yang menang, pengislaman massal menjadi kewajiban, bukan pilihan. (MC Ricklefs in Khan p 142)
Orang Portugis yang tiba di AsTeng kesulitan untuk mencari pekerja gajian karena hampir semua orang dimiliki oleh pemilik budak. Kaum ARAB prominen sebagai kelas pemilik budak. (Khan p 142, 285). Kronikler Persia, Muhammad ibn Ibrahim, menulis di thn 1688 bahwa orang Portugis perlu menyewa budak- “Memang adatnya menyew budak. Merkea membayar budak itu sejumlah uang, yang ia berikan kpd tuannya, dan mereka kemudian memanfaatkan budak itu bagi hari itu atau untuk pekerjaan apapun yang mereka inginkan.” (Khan p 143)
Sultanat2 kecil spt Sulu, Buton, Tidore, sangat beruntung dari perdagangan budak. Mereka menyerang Indonesia TImur, Filipina dan menjual korban2 manusia di kota2 atau kepada tuan2 tanah pemilik ladang lada di Kalimantan Selatan. (Khan p 143-44) Sekitar 2.3 juta non-Muslim Filipina diperbudak oleh Muslim Sulu/Moro antara thn 1665-1870 (Khan p 286) Tomé Pires (1465 - 1540)
Sebuah persekutuan abad 17, antara Siam, Portugis dan Belanda emnghadang ancaman Muslim terhadap Siam. Pengaruh Belanda dan kekuatannya menyebar secara bertahap dari abad 17, merebut Malaka dari Portugis dan mengembangkan pengaruhnya di Jawa dan SUmatera di abad 19 (Enc. Brit v 9 p 484)
Memang, orang Belanda, Portugis dan INggris berdagang budak. DI abad 17 dan 18, Belanda dagang budak untuk dipekerjakan di perkebunan2, perumahan dan kantor2 pejabat2 kolonial. Namun jumlah budak mereka tidak ada bandingannya dengan jumlah budak dlm perdagangan budak Islam. Belanda hanya membeli budak lelaki dan tidak memiliki insitusi jihad untuk memaksakan agama atau perbudakan atas orang lain, mereka juga tidak memiliki harem penuh dgn lelaki2 dan gadis2 muda dan wanita2 harem untuk melahirkan bayi2 seperti yang dilakukan Muslim.
Ketika tiba di abad 16, Belanda mengambil alih dan berinteraksi dengan sistim perbudakan dan ketergantungan yang sudah lama berlaku berdasarkan hukum Islam. (Vink 2003).
“Thn 1669, misalnya, Pangeran Dipati dari Jambi, kota pelabuhan di Sumatra Timur, membenarkan serangan terhadap Ujang Salangh di Semenanjung
Malaka dengan mengatakan bahwa penduduk disitu "tidak beragama dan oleh karena itu penyerangan tidak dapat dianggap sebagai ketidak-adilan." (Vink 2003)
Keterlibatan Belanda dlm perbudakan sangat kecil. ‘Di abad 18 misalnya, volume perdagangan budak Belanda lebih besar dari abad 17, tapi budak tetap hanya merupakan 0.5% dari nilai total perdagangan perusahaan mereka.’ (Vink 2003)
[...]
PERANG DAN EKSPEDISI SERANGAN BERTUBI2 MENGHASILKAN SUPLAI BUDAK TERATUR DARI ASIA TENGGARA
‘MAKASSAR MENJADI TEMPAT TRANSIT UTAMA BAGI BUDAK2 dari Kalimantan, Sulawesi, Buton dan kepulauan2 utara lainnya, serta Lombok, Sumbawa, Bima, Manggarai and Solor.’ Ke 10.000 budak Indonesia yang dibawa ke Batavia oleh perahu2 Asia antara 1653 dan 1682, datang dari Sulawesi Selatan, Bali, Buton, Kepulauan Tenggara dan Maluku (Ambon dan Banda).(Vink 2003)
“Kelompok2 ini saling memperbudak sesama dalam skala rendah, konflik interkomunal yang terus menerus atau diperbudak oleh negara2 tetangga (Muslim), seperti kesultanan Ternate dan Tidore; Magindanao di Pulau Mindanao; Makassar (Goa) dan Bone di Sulawesi; Aceh, Jambi dan Palembang; dan Johor ddi Semenanjung Malaysia.” (Vink 2003)
[...]
Kita sering mendengar bahwa setelah Islamisasi Jawa (abad 16) perbudakan berhenti (Vink 2003), tapi ini menutupi fakta bahwa begitu Islam mengambil kekuasaan, mereka yang melawan tetap diperbudak dan disebarkan sehingga bahwa Muslim yang paling miskinpun memiliki budak. Mereka yang masuk Islam sebelum mereka ditangkap dan diperbudak, secara teori tidak boleh diperbudak. INi terjadi di INDIA dimana perbudakan berlanjut walau semakin jarang diekspor begitu Islam memiliki kontrol komplit. Budak digunakan untuk melakukan fungsi apapun, termasuk SEX, bagi pemilik (Muslim) mereka.
[...]
Terlepas dari upaya Barat, pada akhir abad 19, perbudakan masih ekstensif di Semenanjung Melayu dan kepulauan Indonesia :
6% penduduk Sultanat Perak adalah budak di thn 1879,
1/3 adalah budak di kawasan timur SumBar di thn 1860an;
30% di kawasan Muslim Sulawesi Utara;
2/3 atau lebih adalah budak di bagian2 Borneo Utara di thn 1880an. (Khan p 144 citing various sources).
Thn 1906, C. Snouck Hurgronje melaporkan aksi2 pembajakan jihadi terhadap populasi non-Muslim dan saudagar2 Barat oleh Muslim2 Aceh :
“Dari Mohammadisme (yang selama berabad2 Aceh diketahui telah menerima ajarannya), ia (Aceh) hanya belajar sejumlah besar dogma sehubungan dengan KEBENCIAN TERHADAP KAFIR ... ; sehingga orang Aceh secara teratur melakukan pembajakan dan PEMBURUAN ORANG terhadap pulau dan negeri tetangga yang non-Muslim, dan menganggap sah setiap fitnah atau kekerasan terhadap saudagar Eropa dan kemudian Amerika yang datang mencari lada, produksi utama negeri itu. Keluhan atas perampokan dan pembuuhan di kapal2 dagang di bagian2 Aceh menjadi kronis. (quoting C. Snouck Hurgronje in Bostom 2005 p 42-43)
Thn 1916 Hurgronje mencatat bagaimana jihad dan penaklukan dunia masih merupakan sebuah kekuatan potensial bagi massa Muslim bahkan 13 abad setelah Muhammad. (Bostom p 99)
Jepang menjajah kawasan itu dalam PD2. Pemeirntah Belanda mentransfer kekuasaan kpd penguasa Indonesia di thn 1949, menggabungkan Aceh dengan provinsi berdekatan, tapi Muslim Aceh (yg terdiri dari Muslim Arab, Turki dan India- Wikipedia re Aceh) tidak suka digabungkan dengan Kristen Batak. Pemberontakan dan tuntutan bagi sebuah negara Islam dimulai thn 1953. Sejak thn 1959, Aceh diberikan status istimewa, otonomi dan hukum syariat (2003).
http://www.kabibi.com/lates-news/latest ... hotos.html
Berlanjut ...