AsoyGeboy wrote:Selamat murtad, mbak kodokijo. Semoga tabah menghadapi rintangan. Keputusan mbak sudah sangat tepat. Tapi saya ingin mengajukan beberapa saran.
...
Mbak, mohon dipertimbangkan: apakah tidak sebaiknya mbak tetap merahasiakan hal ini dari orangtua? Mereka akan kaget, sakit hati dan sediiih sekali jika mengetahui hal ini. Biarkan waktu berlalu terlebih dahulu, setidaknya sampai mbak bisa mandiri, cari kerja, dan mencari tempat tinggal baru yang cukup jauh dari rumah orangtua. Jika mbak belum bisa mandiri, sebaiknya rahasia saja kemurtadan mbak. Ini baik untuk masa depan mbak sendiri. Pada intinya yang saya ingin sampaikan adalah: pelan2 dan berhati-hatilah menjaga hubungan dengan orangtua demi masa depanmu sendiri. Sebagai anak, kita juga punya tanggungjawab moral menjaga perasaan orangtua, siapapun mereka, apapun agamanya. Mereka adalah orang2 yang membesarkan Anda sejak bayi dan sangat mencintai Anda.
Ali Sina, pendiri FFI, juga bersikap seperti itu pada awalnya. Tapi selama bertahun-tahun kemudian, dia pelan2 memberi masukan pada kedua orangtuanya tentang wajah Islam yang sebenarnya. Permulaan, tentu saja mereka shock, tapi lama-kelamaan informasi dari Ali Sina masuk juga ke hati nurani mereka, dan kini kedua orangtua Ali Sina sudah murtad. Mbak bisa melakukan teknik yang sama. Ini bagaikan memasukkan obat pelan2 untuk membunuh kanker Islam, dan bukannya membom seluruh tubuh untuk membunuh kanker.
saran dari AsoyGeboy ada benernya jg lho mbak...
kl menurut saya soal iman baru mbak, mbak blh menyatakannya kapan saja mbak siap.. jd kl skrng dirahasiakan sih ok-ok saja. Cuman...
-kl ada orang yg tanya ke mbak perihal iman baru mbak, itulah saat di mana mbak ngga blh merahasiakannya lagi ke orang yg bersangkutan, soalnya kl mbak berbohong, sama saja mbak menyangkal Pengampunan yg sdh mbak terima.. konsekuensinya? baca kitab mbak 'dah...(biar ngga terlalu OOT dan dianggap promosi)
-Juga yg penting mbak pernah menyatakan iman mbak dan setelah itu terus memegang iman itu apapun yg terjadi sampai pada akhir masa hidup mbak di dunia ini....
memang resikonya jadi penganut agama baru mbak itu besar... 'kan memang sudah dituliskan kl jadi muridNYA itu bakalan ditolak dunia... nyawa taruhannya..
tp saya melihatnya dari kacamata 'keistimewaan' yg diberikan kpd mbak.. mksd saya, cawan yg diberikan kepada mbak itu kl mbak dapat meminum isinya sampai hbs, pahala yg mbak dapat jelas lbh besar dari pemeluk2 agama baru mbak yg hidupnya berada dalam "zona aman", krn 'kan mbak tlh menanggung derita dan air mata demi namaNYA?
yaa.. kl memang cinta mbak buat DIA lbh besar dari cinta mbak buat apapun juga yg ada di dunia ini, termasuk masa depan, hidup dan nyawa mbak, ya monggo diminum cawannya...
tapi kl ngga ya, ikuti saja cara main dunia, sangkal namaNYa demi kebahagiaan semua orang.... ya cuma ada 2 pilihan itu sih kl "kepepet" ditanyai soal iman baru mbak..
saran AsoyGeboy blh juga koq mbak soal dirahasiakan dulu, pelan-pelan sampai mbak bisa memantapkan hati mbak..... toh lambat laun ortu mbak akan melihat perubahan perilaku pada diri anaknya.. perbuatan akan lbh berdampak ketimbang pemikiran dan perkataan, karena perbuatan akan meneguhkan pemikiran dan perkataan dan juga sebaliknya perbuatan seseorang juga dapat melawan pemikiran dan perkataannya sendiri...
jadi mbak cobalah berubah menjadi pribadi yg lbh baik lagi, misalnya lbh lagi menghormati ortu, lbh lembut lagi, lbh rajin, mandiri, dll.. biarlah buah-nya yg berbicara dan menjelaskan perihal iman mbak yg baru... susah tapi hrs dicoba bukan saja oleh mbak, tp oleh semua pemeluk agama baru mbak...