MUSLIM TURKI Mengancam Eksistensi Gereja Kristen Orthodox
By Nicholas Gage
Published: September 8, 2008
Ketika PM dan ketua partai Islam Turki, Recep Tayyip dikutuk keras oleh kaum sekularis Turki karena kebijakan2nya yg sangat pro-islam, ia menyebut kampanye ini sbg serangan terhdp KEBEBASAN BERAGAMA (Islam). Tatkala Perancis melarang pemakaian jilbab di institusi2 negerinya, lagi2 Turki mencapnya sbg ancaman terhdp kebebasan beragama (Islam).
Padahal selama 6 thn kekuasaannya, Erdogan sendiri tidak sedikitpun memberikan kebebasan beragama terhdp agama lain, apalagi yg namanya gereja Orthodox Kristen, pendiri dan penghuni asli Turki, jauh sebelum 1453- saat Muslim Ottoman menginvasi Konstantinopel. Partriarkat (sejajar dgn Paus di Vatikan) Konstantinopel ini merupakan pusat spiritual sekitar 300 juta Kristen Orthodox diseluruh dunia. Tidak heran pula bahwa penindasan terhdp Patriarkat Orthodox ini, terhalang pula aspirasi Turki yg ngebet menjadi anggota Uni Eropa (demi uang dan dakwah).
Patriarkh Ekumenis Constantinople, Bartolomeo I
Partriarkat ekumenikal yg didirikan di abad 4M ini dan kekuasaannya sempat mencapai kekuasaan Vatikan, kini mengkerut dan tersisa sbg sebuah kantor di bagian Istanbul yg kumuh yg disebut Phanar, atau Mercusuar.
Malah kantor dan gereja itu pernah di-BOM :
http://www.kosovo.net/news/archive/2004 ... _08/1.html
ISTANBUL, Oct 7 (AFP) - Sebuah bom rakitan sendiri menghancurkan kantor gereja Orthodox di Istanbul tapi tidak ada yg luka2. Bom itu dilemparkan dari tembok di residensi sang patriarkh dan meledak di taman, menghancurkan beberapa jendela kaca dan menghancurkan atap sebuah katedral didekatnya.
Sebulan sebelumnya, sekitar 1.000 orang berdemo diluar gedung tsb dan membakar patung sang patriarkh karena ia menyerukan bagi dibukanya kembali sebuah seminari Orthodox di pulau Halki, yg ditutup pemerintah Turki sejak 1971.
http://www.ec-patr.org/afieroma/churche ... g=en&id=01
Gereja Patriarkh St. George di Phanar
Sebagian besar harta gereja ortodox DISITA berbagai pemerintahan Turki, sekolah2nya ditutuh dan seminari2nya ditindas ekstrimis yg berdemonstrasi setiap hari diluar kantor Patriarkat yg menyerukan agar Patriarkat diusir dari Turki.
Mesjid tidak mau kalah. Dimanapun ada gereja atau seminari ortodox, disitu pula HARUS dibangun mesjid lengkap dgn TOA yg berteriak2 lima kali sehari. Foto : sebuah seminari Orthodox dan sebuah mesjid yg menaranya melanjung tinggi diatas gereja, di kawasan Fener di Istanbul, tempat markas besar patriarkat Orthodox. http://www.directionstoorthodoxy.org/mo ... hoto_id=15
Sang paus, atau dlm gereja ortodox disebut dgn patriarkh ekumenis, Bartolomeo I, sering diteriaki dgn ancaman setiap kali ia berani melangkahkan kakinya keluar tembok2 kantornya. Patung2nya juga sering dibakar oleh Muslim2 Turki. Bahkan politisi dgn girang dan se-mena2 menghina atau mengganggunya, memanggilnya berkali2 ke kantor mereka, menginterogasi dan mengolok2nya ttg isu2 yg tidak relevan, menghalangi upayanya merenovasi gedung2 yg masih dikuasainya dan menanggapi segala pernyataannya setiap kali sang patriarkh melancong keluar negeri dgn ancaman halus, apalagi kalau ia ke Eropa Barat.
Setiap pemerintah Turki yg datang-pergi melanjutkan kebijakan yg sengaja merendahkan sang patriarkh, menolak mengakui status 'ekumenis'nya (status internasionalnya) sbg kepala spiritual sebuah agama penting dgn pengikut luas. Turki hanya mengakuinya sbg kepala gereja sebuah masyarakat Yunani Orthodox mungil di Istanbul.
Tahun lalu, 42 dari 50 anggota Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan AS mengirim surat kpd Erdogan agar pemerintahannya "mengakhiri semua restriksi" atas kebebasan beragama patriarkat yg digambarkan ketua komite AS tsb sbg "salah satu warisan dunia yg paling tua dan paling kaya." Anggota Kongres itu juga menyerukan agar pemerintah Turki bergabung dgn sisa dunia beradab lainnya dlm mengakui status ekumenis sang patriarkh, mengembalikan harta mereka, membuka kembali sekolah2 mereka, termasuk seminari teologis terkenal di pulau Halki, dan mengakhiri segala campur tangan gereja dlm proses memilih seorang patriarkh, khususnya mencabut persyaratan bahwa calon 'harus seorang warga Turki."
Karena kaum Kristen Orthodox secara SISTIMATIS ditindas di Turki, kata anggota Kongres itu, kini hanya ada kurang dari 2.500 penganut Ortodox di Turki, dan patriarkhat akan tidak eksis lagi kalau calon2 patriarkh diwajibkan berkewarganegaraaan Turki. "Bukan negara melainkan GEREJA Turki yg harus menentukan siapa yg harus menjadi patriarkh ekumenis," katanya.
Tapi sampai sekarang, pemerintah Turki masih juga keukeuh tidak mempedulikan seruan AS maupun Uni Eropa, paling2 mereka mengiyakan TANPA disertai langkah2 konkrit. Dan kalau akibatnya Turki sampai ditolak menjadi anggota Uni Eropa, Turki akan dgn mudah saja menuduh AS/Uni Eropa bersekongkol utk menghancurkan Islam di Turki. Tidak sulit, bukan ?
Uni Eropa sudah memutuskan agar Turki mengijinkan kapal2 laut Siprus/Cyprus, anggota Uni Eropa, utk menggunakan pelabuhan2 Turki, tapi itupun DITOLAK mentah2 oleh Turki. Rupanya Turki memang ingin jalan mudah : ngotot ingin masuk Uni Eropa, TANPA sedikitpun merasa perlu mematuhi aturan mainnya. Sebegitu keras kepalakah Muslim Turki ? Mungkin mereka memperkirakan bahwa dgn angka demografis Turki yg naik terus, suatu saat, EROPAlah yg harus tunduk pada kemauan Turki.
Patriarkh Konstantinopel sendiri mengatakan bahwa ia mendukung masuknya Turki kedlm Uni Eropa. Ia percaya bahwa keuntungannya lebih besar bagi masy Kristen Turki. Banyak yg tidak setuju dgn sang patriarkh.
--------------------------------
Nicholas Gage writes often about the Eastern Mediterranean.