simplyguest wrote:Quran A berisi kurang 2 ayat daripada Quran B karena dianggap bahwa 2 ayat itu palsu. Sementara quran B menganggap 2 ayat itu asli.
Bukankah itu berarti quran A BERBEDA dengan quran B? Bukankah BERBEDA itu sama artinya dengan BERLAINAN VERSI?
Aneh, logika sangat sangat sederhana gini aja anda terus berusaha menyangkal.
jj wrote: saya tidak menyangkal itu berbeda, cuman saya mau tau saja penalaran anda sampai mana.
Kan saya juga bilang.. kalau begitu versinya bisa jutaan, anda juga bisa bikin kan? tinggal kurangin aja 2-2. gampang kan.
Kan sudah saya bilang diatas, anda baca ga sih?simplyguest wrote: BERBEDA itu sama aja artinya dengan BERLAINAN VERSI kan?
dan saya bilang kalau menggunakan logika anda, versinya bisa jutaan... gampang kan tinggal dikurangin 2.
simplyguest wrote: Kalo gitu, kenapa anda menganggap quran Rashad itu quran yang akurat?
Kenapa orang sesat yang ngaku2 rasul allah dan menghilangkan ayat2 quran malah anda adopsi ajarannya?
jj wrote:Anda menyimak donk, saya kasih reference Quran versi Rashad tuh hanya untuk membuktikan bahwa untuk menerjemahkan tidak perlu hadits, apa hubungannya dengan ayatnya kurang?
Terjemahannya bisa saja akurat, toh dari awal yang saya tekankan adalah untuk menerjemahkan tidak perlu hadits.simplyguest wrote: Jadi quran Rashad itu AKURAT atau TIDAK?
Tuh liat kan, anda sendiri bilang bahwa ada yang namanya "Quran versi Rashad".
Berarti quran memang ada lebih dari 1 versi kan?
Sepertinya anda memang suka main komedi putar nih...
Jadi saya putar sekali lagi, terjemahannya bisa saja akurat... yang tidak akurat itu jumlah ayatnya.
jj wrote:sudah saya kasih contoh, ini saya tanya lagi,
Surat 1 ayat 1, arabnya: "bismillah hirrahman nirrahim"
terjemahannya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
coba ini menggunakan hadits yang mana?
ayo tunjukan untuk menerjemahkan ayat diatas diperlukan hadits mana?
Kalau gitu coba anda kasih 1 contohnya.simplyguest wrote: Hadeeuuuh... kan udah saya bilang jj...
Emangnya ayat quran cuma itu? Kan masih banyak ribuan ayat lain....
Kan emang maksud saya bukan setiap ayat memerlukan dasar hadits. Tapi asbabun nuzul itu diperlukan penerjemah untuk mengerti konteksnya dulu sebelum memilih kata2 yang tepat dalam menerjemahkan quran secara keseluruhan.
Ngerti gak sih sebenernya maksud saya?
Coba anda jawab dulu deh.. kalau anda orang arab apakah anda masih perlu hadits untuk tau kata demi katanya?simplyguest wrote: Saya udah pernah kasih bukti link pengakuan dari ahli penerjemah quran sendiri yang mengatakan bahwa mereka membutuhkan apa yang dinamakan "Contextual Methodology" dalam menerjemahkan quran.
Contextual Methodology itu menggunakan apa kalo bukan menggunakan asbabun nuzul dan hadits? Pake qurannya Rashad? Pake logika ala muslim jj?
Jangan2 malah gak mau dibaca lagi linknya
Apa anda mau bilang lagi bahwa penerjemah itu bohong? Mau menyangkal lagi kalo dalam menerjemahkan quran tidak butuh "contextual methodology"? Mau menyangkal kalo contextual methodology itu tidak membutuhkan asbabun nuzul dan hadits?
Supaya anda bisa membayangkan maksudnya, saya kasih contoh dari quran Rashad deh...
Menurut anda kenapa Rashad menggunakan kata "mark" dan bukan "cut" di ayat 5:38?
Bukankah itu hasil persepsinya berdasarkan logika angka 19 yang diyakininya? Bukankah itu menunjukkan bahwa pola dasar pikiran si penerjemah itu ternyata MEMANG berpengaruh pada hasil terjemahannya?
Sama juga dengan penerjemah pro hadits yang menggunakan "contextual methodology".
Mereka juga kan menerjemahkan dan memilih kata2 terjemahannya sesuai dengan pola dasar pikir mereka yang berdasarkan pengetahuan akan hadits.
Paham jj?
bukan penafsiran dari keseluruhan ayat/surah.