SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Pembahasan tentang buku² Islam yang tersedia di berbagai toko buku di Indonesia. Isi buku² ini membenarkan penjelasan FFIndonesia tentang wajah Islam dan ajaran Muhammad yang sebenarnya.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

JILID 1 di
http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ap-t38450/


Halaman 1
Bab 129

Perang Bani Sulaim Di Al-Kudri
Ibnu Ishaq berkata, “Setibanya di Madinah dari Perang Badar, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya menetap tujuh hari di dalamnya, karena setelah itu, beliau berangkat memerangi Bani Sulaim.”

Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengangkat Siba’ bin Urafthah Al-Ghifari sebagai imam sementara di Madinah.”

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di salah satu mata air Bani Sulaim yang bernama Al-Kudri, beliau bermukim di sana selama tiga hari, kemudian pulang ke Madinah karena tidak mendapatkan perlawanan dari mereka. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Madinah selama sisa bulan Syawwal dan bulan Dzulqa’dah. Dalam jangka waktu dua bulan tersebut, sebagian besar tawanan Quraisy ditebus.”
---ooOoo---
=========================================================================================================
Halaman 2
Bab 130
Perang As-Sawiq (Tepung)
Sebab-sebab Terjadinya Perang As-Sawiq (Tepung)

Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam berkata bahwa Ziyad bin Abdullah bin Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-Muththalibi yang berkata, “Pada bulan Dzulhijjah, Abu Sufyan bin Harb berangkat dari Makkah ke Perang As-Sawiq (Tepung).”

Ibnu Ishaq berkata bahwa Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair, Yazid bin Ruman, dan orang yang tidak aku ragukan kejujurannya berkata kepadaku dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik – orang Anshar yang paling pandai - , “Ketika Abu Sufyan bin Harb tiba di Makkah dan dalam waktu yang bersamaan orang-orang Quraisy lari dari Badar dalam keadaan morat-marit, maka ia bernadzar tidak akan menggauli istrinya hingga ia menyerang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu, pada suatu hari, ia keluar dari Makkah dengan dua ratus tetara Quraisy untuk mewujudkan nadzarnya. Abu Sufyan bin Harb berjalan melewati tanah tinggi yang sulit, hingga tiba di depan kanal (terusan) menuju Gunung Tsaib yang berjarak kurang lebih 12 mil dari Madinah.

Pada suatu malam di tengah malam yang gelap, Abu Sufyan bin Harb pergi ke Bani An-Nadhir. Ia tiba di rumah Huyai bin Akhthab dan mengetuk pintu rumahnya, namun Huyai bin Akhthab menolak membuka pintu rumah untuk Abu Sufyan bin Harb, karena takut kepadanya. Kemudian Abu Sufyan bin Harb beralih pergi ke rumah Sallam bin Misykam. Sallam bin Misykam adalah tokoh berpengaruh Bani An-Nadhir dan penjaga asset mereka. Abu Sufyan bin Harb meminta Sallam bin Misykam mengizinkan dirinya masuk rumah dan Sallam bin Misykam mengizinkannya. Sallam bin Misykam menjamu Abu Sufyan dan memberi banyak informasi kepadanya. Pada akhir malam, Abu Sufyan bin Harb keluar dari rumah Sallam bin Misykam ke tempat sahabat-sahabatnya, kemudian ia kirim beberapa anak buahnya ke Madinah. Anak buah Abu Sufyan bin Harb tersebut tiba di Al-Uraidh kemudian membakar perkebunan kurma di sana. Di Al-Uraidh, mereka bertemu salah seorang Anshar dan sekutunya yang sedang bekerja di sawah, kemudian mereka membunuh keduanya. Setelah itu, mereka pulang ke tempat mereka semula, namun beberapa orang mencium kedatangan mereka.”
==========================================================================================================
Halaman 3

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Keluar dari Madinah untuk Perang

Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar untuk mengejar orang-orang Quraisy tersebut hingga tiba di tanah rendah Al-Kudri, kemudian meninggalkannya, karena tidak bias mengejar Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya. Di Al-Kudri, para sahabat menemukan perbekalan orang-orang Quraisy yang dibuang di sawah untuk meringankan pelarian mereka. Ketika para sahabat pulang ke Madinah bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau menginginkan perang untuk kita?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Ya’.”

Ibnu Hisyam berkata, “Selama kepergian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ke Perang As-Sawiq (Tepung), beliau menunjuk Basyir bin Abdul Mundzir yang tidak lain adalah Abu Lubabah sebagai imam sementara di Madinah.”

Latar Belakang Penamaan Perang As-Sawiq (Tepung)

Ibnu Ishaq berkata, “Dinamakan Perang As-Sawiq (Tepung), karena sebagian besar perbekalan yang dibuang orang-orang Quraisy adalah tepung, kemudian kaum Muslimin mengambil tepung mereka yang banyak itu. Oleh karena itu, perang tersebut dinamakan Perang As-Sawiq (Tepung).”

Abu Sufyan bin Harb Memuji Sallam bin Misykam

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Abu Sufyan bin Harb keluar dari rumah Sallam bin Misykam dan melihat sambutan hangat Sallam bin Misykam terhadap dirinya, ia berkata,
  • ‘Sesungguhnya aku memilih salah seorang di Madinah, karena adanya persekutuan
    Aku tidak menyesal dan tidak mencelanya
    Aku diberi minum hingga aku puas dengan minuman keras Kumait dan Mudamah
    Oleh Sallam bin Misykam
    Ketika pasukan telah pulang, aku berkata, ‘Aku tidak ingin merasa bahagia,
    Bergembiralah dengan perang dan rampasan perang’.”
---ooOoo---
=========================================================================================================
Halaman 4
Bab 131
Perang Dzi Amar
Ibnu Ishaq berkata, “Sepulangnya dari Perang As-Sawiq (Tepung), Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Madinah di sisa bulan Dzulhijjah atau hamper sebulan, kemudian pergi ke Najed untuk memerangi Ghathafan. Itulah Perang Dzi Amar.”

Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjuk Utsman bin Affan sebagai imam sementara di Madinah.”

Ibnu Ishaq berkata, “Selama bulan Shafar atau hampir sebulan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di Najed, kemudian pulang ke Madinah, karena tidak mendapat perlawanan. Beliau menghabiskan sisa bulan Rabiul Awwal atau sedikit bulan Rabiul Awwal di Madinah.”

---ooOoo---
=============================================================================================================
Halaman 5
Bab 132
Perang Al-Furu’ Di Buhran
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berangkat untuk memerangi orang-orang Quraisy.”

Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjuk Ummu Maktum sebagai imam sementara di Madinah.”

Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di Bahran, sebuah pertambangan di Hijaz dari arah Desa Al-Furu’. Beliau berada di sana selama bulan Rabiul Akhir dan Jumadil Ula, kemudian pulang di Madinah, karena tidak mendapatkan perlawanan.”
---ooOoo---
=========================================================================================================
Halaman 6
BAB 133
PERIHAL BANI QAINUQA'
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Mengajak Orang-orang Yahudi Masuk Islam di Pasar Bani Qainuqa'

Ibnu Ishaq berkata, "Di sela-sela perang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di atas, terjadilah kasus Bani Qainuqa'. Kasus Bani Qainuqa' ialah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengumpulkan orang-orang Yahudi di Pasar Bani Qainuqa' kemudian bersabda kepada mereka, 'Hai seluruh orang-orang Yahudi, takutlah allah menurunkan hukuman seperti yang Dia turunkan kepada orang-orang Quraisy dan masuk Islamlah kalian, karena kalian telah mengetahui bahwa aku Nabi yang diutus. Ini dan perjanjian Allah kepada kalian telah kalian dapati di kitab kalian.' Orang-orang Yahudi berkata, 'Hai Muhammad, apakah engkau kira kami lemah hingga engkau dapat mengalahkan kami dengan mudah? Engkau jangan sok kuat! Engkau hanya menghadapi kaum yang tidak mempunyai pengetahuan tentang perang sedikit pun. Oleh karena itu, tidak heran kalau engkau menang atas mereka. Demi Allah, jika kami memerangimu, engkau pasti tahu bahwa kami manusia terkuat'."

Ibnu Ishaq berkata bahwa mantan budak keluarga Bani Yazid bin Tsabit berkata kepadaku dari Said bin Jubair atau dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata, "Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang orang-orang Yahudi tersebut,
  • 'Katakanlah kepada orang-orang kafir, 'Kalian pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke neraka Jahannam dan itulah tempat...

========================================================================================================
Halaman 7
  • ...yang paling buruk.' Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang bertemu (bertempur); segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslim dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya; sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati'." (Ali-Imran: 12-14)
Yang dimaksud dengan dua golongan pada ayat di atas ialah sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan orang-orang Quraisy yang bertemu di Perang Badar.

Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Bani Qainuqa' adalah pemukim Yahudi pertama yang membatalkan perjanjiannya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berperang melawan beliau setelah Perang Badar dan sebulan sebelum Perang Uhud.

Sebab Perang Bani Qainuqa'

Ibnu Hisyam berkata bahwa Abdullah bin Ja'far bin Al-Miswar bin Makhramah berkata dari Abu Aun yang berkata, "Sebab Perang Bani Qainuqa' ialah seorang wanita Arab datang membawa barang untuk dijual di Pasar Bani Qainuqa' kemudian duduk bersebelahan dengan tukang emas dan perak. Orang-orang Yahudi meminta wanita Arab tersebut membuka wajahnya, tapi ia bersikukuh menolak mengabulkan permintaan mereka. Tukang emas dan perak mendekat ke ujung pakaian wanita Arab tersebut dan mengikatkannya ke punggung wanita Arab tersebut. Ketika wanita Arab tersebut berdiri, terbukalah auratnya dan orang-orang Yahudi pun tertawa terpingkal-pingkal karenanya. Mendapatkan perlakuan seperti itu, wanita Arab tersebut berteriak keras, kemudian salah seorang dari kaum Muslim meloncat ke tukang emas dan perak yang Yahudi itu dan membunuhnya. Orang-orang Yahudi lainnya tidak tinggal diam. Mereka menarik orang Muslim tersebut dan membunuhnya. Karena kejadian tersebut, keluarga orang Muslim yang terbunuh berteriak memanggil kaum Muslimin sembari menyebutkan ulah orang-orang Yahudi. Kaum Muslimin pun marah besar kemudian terjadilah perang antara mereka melawan orang-orang Yahudi.

Pengepungan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap Bani Qainuqa'

Ibnu Ishaq berkata bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku, "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengepung orang-orang Yahudi Bani Qainuqa' hingga mereka menerima keputusan beliau.
=========================================================================================================
Halaman 8

Abdullah bin Ubai bin Salul--ketika Allah memberinya kedudukan di atas orang-orang Yahudi--menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, 'Hai Muhammad, berbuat baiklah kepada para pengikutku --mereka adalah sekutu Al-Khazraj--. 'Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diam tidak memberi jawaban hingga Abdullah bin Ubai bin Salul berkata ununtuk kedua kalinya, 'Hai Muhammad, berbuat baiklah kepada para pengikutku.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memalingkan muka dari Abdullah bin Ubai bin Salul, kemudian Abdullah bin Ubai bin Salul memasukkan tangannya ke saku baju besi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam." (JGA: Apa Muhammad menerima suap??) :green:

Ibnu Hisyam berkata, "Baju besi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bernama Dzatu Al-Fudzul."

Pertemuan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan Abdullah bin Ubai bin Salul

Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Ubai bin Salul, 'Kirim mereka kepadaku!' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam marah hingga wajah beliau menghitam karena ucapan dan perbuatan Abdullah bin Ubai bin Salul. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda lagi, 'Celakalah engkau, kirim mereka kepadaku! Abdullah bin Ubai bin Salul berkata, 'Tidak, demi Allah, aku tidak akan mengirimkan mereka kepadamu hingga engkau berbuat baik kepada para pengikutku, yaitu empat ratus tentara tanpa baju besi dan tiga ratus tentara berbaju besi yang telah melindungiku dari orang-orang berkulit merah dan orang-orang negro, namun engkau bunuh mereka di satu pagi. Demi Allah, sungguh aku orang yang paling takut malapetaka.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, 'Mereka menjadi milikmu'."

Ibnu Hisyam berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengepung orang-orang Yahudi Bani Qainuqa', beliau mengangkat Basyir bin Abdul Mundzir sebagai imam sementara di Madinah. Beliau mengepung mereka selama lima belas malam.

Ibnu Ishaq berkata bawa Abu Ishaq bin Yassar berkata kepadaku dari Ubadah bin Al-Walid bin Ubadah bin Ash-Shamit yang berkata, "Ketika Bani Qainuqa' memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, mereka menyerahkan urusan mereka kepada Abdullah bin Ubai bin Salul karena dialah pemimpin mereka. Di sisi lain, Ubadah bin Ash-Shamit menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam --Ubadah bin Ash-Shamit adalah warga Bani Auf dan mempunyai persekutuan dengan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa' sebagaimana mereka mempunyai persekutuan dengan Abdullah bin Ubai bin Salul. Ubadah bin Ash-Shamit mencabut persekutuan dengan mereka dan memberikannya...
=========================================================================================================
Halaman 9

kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan ia berlepas diri kepada Allah dan Rasul-Nya dari persekutuan dengan mereka --kemudian berkata, 'Wahai Rasulullah, aku berpihak kepada Allah, Rasul-Nya, kaum Mukminin, berlepas diri dari persekutuan mereka, dan tidak loyal kepada mereka.' Tentang Ubadah bin Ash-Shamit dan Abdullah bin Ubai bin Salul turun ayat berikut,
  • "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya ia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit di hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, 'Kami takut akan mendapat bencana.' Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan, 'Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh...
=========================================================================================================
Halaman 10
  • ...dengan nama Allah bahwa mereka benar-benar beserta kalian?' Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang." (Al-Maidah: 51-55).
Contoh orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit yang disebutkan ayat di atas ialah Abdullah bin Ubai bin Salul yang berkata, 'Demi Allah, sungguh aku orang yang paling takut malapetaka."
---ooOoo---
Last edited by JANGAN GITU AH on Thu Sep 30, 2010 9:40 pm, edited 4 times in total.
iluvboy.blogspot
Posts: 951
Joined: Wed Oct 21, 2009 6:18 pm

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by iluvboy.blogspot »

nandain aja
ICU
Posts: 858
Joined: Thu Jan 22, 2009 8:33 am

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by ICU »

JGA, terima kasih banyak atas kesediaannya melanjutkan menulis Sirat. :supz:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Dikasih warna merah dong bagian2 yg penting ? Pening juga bacanya ! Sori ye
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re:

Post by JANGAN GITU AH »

ali5196 wrote:Dikasih warna merah dong bagian2 yg penting ? Pening juga bacanya ! Sori ye
Sabar ya pak, soale ngetiknya juga terburu-buru nih...belum bisa membaca dengan tenang dan melihat yang perlu digedein atau dikomentari.

Sementara bila Pak ali melihat ada hal yang penting untuk mendapat penekanan, dengan senang hati saya akan kerjakan bila Pak ali bersedia memberitahukannya...

Trims atas sarannya

Salam hangat selalu

JGA

:prayer: :prayer:
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 11
BAB 134
DETASEMEN ZAID BIN HARITSAH KE AL-QARADAH
Ibnu Ishaq berkata, "Detasemen Zaid bin Haritsah yang dikirim Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berhasil mengalahkan kafilah dagang Quraisy, termasuk di dalamnya Abu Sufyan bin Harb di Al-Qaradah, salah satu mata air di Najed. Informasi tentang detasemen Zaid bin Haritsah ialah bahwa orang-orang Quraisy mengkhawatirkan jalur yang biasa mereka tempuh ke Syam --setelah kekalahan mereka di Perang Badar--. Oleh karena itu, mereka menempuh jalur Irak. Kemudian berangkatlah kafilah dagang mereka, termasuk di dalamnya Abu Sufyan bin Harb yang membawa perak yang banyak sekali dan merupakan harta terbesar kafilah dagang tersebut. Kafilah dagang Quraisy tersebut menyewa seseorang dari Bani Bakr bin Wall yang bernama Furat bin Hayyan (Ibnu Hisyam berkata, "Furat bin Hayyan bin Ijl, sekutu Bani Sahn.") untuk menjadi pemandu perjalanan mereka.

Untuk itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirim Zaid bin Haritsah untuk menghadapi mereka. Detasemen Zaid bin Haritsah bertemu dengan mereka di mata air Al-Qaradah, berhasil mengalahkan mereka, dan menguasai barang dagangan mereka, namun tidak dapat menangkap pedagang-pedagang Quraisy tersebut. Setelah itu, Zaid bin Haritsah membawa barang dagangan kafilah dagang Quraisy tersebut ke hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pasca Perang Uhud tepatnya di Perang Badar Terakhir, Hassan bin Tsabit berkata menyindir orang-orang Quraisy yang menempuh jalur Irak tersebut,
  • 'Mereka tinggalkan mata air Syam yang dijaga
    Oleh orang kuat seperti unta hamil yang menyerang untuk melindungi anak yang dikandungnya
    Dengan dukungan orang-orang yang telah berhijrah kepada Tuhan mereka
    Dengan dukungan para penolong-Nya yang sejati
    Dan dengan dukungan para malaikat
    Orang-orang Quraisy berjalan untuk menyerang melalui lembah lembah Alij
    Katakan kepada mereka, 'Ini bukan jalan yang tepat'."
==========================================================================================================
Halaman 12

Ibnu Hisyam berkata, "Bait-bait di atas adalah bait-bait syair Hassa bin Tsabit yang dijawab oleh Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib. Insya Allah, akan saya sebutkan bait-bait Hassan bin Tsabit sekaligus jawaban balik Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muththalib pada tempatnya."
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 13
Bab 135
Terbunuhnya Ka’ab Bin Al-Asyraf
Ibnu Ishaq berkata, “Informasi seputar Ka’ab bin Al-Asyraf ialah bahwa ketika orang-orang Quraisy menderita kekalahan memalukan di Perang Badar, Zaid bin Haritsah tiba di dekat Madinah dan Abdullah bin Rawahah tiba di Madinah Atas sebagai utusan yang dikirim Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk memberi kabar gembira kepada kaum Muslimin di Madinah tentang pertolongan Allah Azza wa Jalla dan terbunuhnya orang-orang musyrikin – seperti dikatakan kepadaku oleh Abdullah bin Al-Mughits bin Abu Burdah Adz-Dzafari, Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Hazm, Ashim bin Umar bin Qatadah, dan Shalih bin Abu Umamah bin Sahl dimana mereka semua menceritakan sebagian haditsnya kepadaku bahwa Ka’ab bin Al-Asyraf berasal dari Thayyi’ kemudian dari Bani Nabhan, dan ibunya berasal dari Bani An-Nadhir - . Ka’ab bin Al-Asyraf berkata ketika mendengar informasi Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah, ‘Benarkan informasi ini? Benarkah Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang yang disebutkan kedua orang tersebut? Padahal mereka orang-orang Arab yang termulia dan raja manusia? Demi Allah, jika benar Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang tersebut, maka perut bumi lebih baik daripada permukaannya’.”

Syair-syair Ka’ab bin Al-Asyraf

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika musuh Allah, Ka’ab bin Asyraf, meyakini kebenaran informasi kedua sahabat tersebut, ia keluar dari Madinah dengan tujuan Makkah dan singgah di Al-Muththalib bin Abu Wada’ah bin Dhubairah As-Sahmi yang beristrikan Atikah binti Abu Al-Ish bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf yang kemudian menjamu dan memuliakannya. Ka’ab bin Al-Asyraf memprovokasi orang-orang Quraisy untuk memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, melantunkan syair-syair, dan menangisi penghuni Sumur Badar, yaitu orang-orang Quraisy yang tewas di Perang Badar. Ka’ab bin Al-Asyraf berkata,
  • ‘Alat penggiling Badar berubah menjadi tepung karena kematian orang-orangnya
    Dan karena peristiwa seperti Badar itulah, mata menangis dengan bercucuran air mata
=========================================================================================================
Halaman 14
  • Para pendekar manusia dibunuh di sekitar telaga-telaga mereka
    Janganlah kalian menjauh, karena sesungguhnya para raja telah dibinasakan
    Alangkah banyaknya orang berkulit putih dan mulia tewas di Badar
    Ia bahagian dan menjadi tempat tumpuan orang-orang miskin
    Ia dermawan jika binatang-binatang tidak terlihat
    Ia pembawa barang-barang berat yang berharga dan mengambil
    Seperempat harta rampasan perang untuk dirinya
    Orang-orang pun berkata, ‘Ia ditawan karena kemurkaan mereka.’
    Sesungguhnya anak Al-Asyraf yaitu Ka’ab tidak henti-hentinya berkeluh kesah
    Orang-orang tersebutt berkata benar dan dibunuh
    Ah, seandainya bumi sejenah terbelah dan terguncang
    Aku diberitahu bahwa dua anak Rabi’ah dan Munabbih
    Membangun kebaikan dan mengumpulkannya di tengah-tengah manusia
    Sebaiknya ia mengunjungi Yatsrib dengan orang-orang
    Namun, hanya orang cerdas yang melindungi keturunan yang mulia’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Ucapan, ‘Orang-orang pun berkata, ‘Ia ditawan karena kemurkaan mereka,’ tidak berasal dari Ibnu Ishaq.”

Jawaban Hassan bin Tsabit terhadap Ka’ab bin Al-Asyraf

Ibnu Ishaq berkata, “Syair-syair Ka’ab bin Al-Asyraf di atas dijawab Hassan bin Tsabit Al-Anshari Radhiyallahu Anhu,
  • ‘Apakah Ka’ab terus menerus menangis
    Dan hidup dalam keadaan tuli tidak mau mendengar?
    Sungguh kulihat korban-korban mereka di lembah Badar
    Dan mata pun menangis dan mengucurkan air mata karenanya
    Menangislah, karena toh engkau pernah menangisi budak hina
    Seperti anjing kecil yang mengikuti anjing kecil lainnya
    Sungguh, Ar-Rahman telah mengobati kita dengan sang pemimpin dan mengalahkan salah satu kaum
    Orang yang selamat dan melarikan diri di antara mereka
    Adalah orang yang hatinya linglung dank arena ketakutannya ia menjadi bingung’.”
==========================================================================================================
Halaman 15

Ibnu Hisyam berkata, “Sebagian besar ahli syair menolak mengakui syair-syair di atas berasal dari Hasan bin Tsabit. Ucapan, ‘Apakah Ka’ab menangisinya,’ tidak berasal dari Ibnu Ishaq.”

Maimunah binti Abdullah Menjawab Syair-syair Ka’ab bin Al-Asyraf

Ibnu Ishaq berkata, “Salah seorang istri dari kaum Muslimin yang bernama Al-Ja’adirah dari Bani Muraid, salah satu perkampungan di Baly dan sekutu di Bani Umaiyyah bin Zaid (Ibnu Hisyam berkata, “Nama wanita Muslimah tersebut adalah Maimunah binti Abdullah, namun sebagian besar ahli syair menyatakan bahwa syair-syair berikut bukan milik Maimunah binti Abdullah dan juga bukan jawaban atas syair-syair Ka’ab bin Al-Asyraf.”) menjawab syair-syair Ka’ab bin Al-Asyraf,
  • ‘Sungguh budak ini telah merindu
    Ia menangisi korban-korban dan ia bukan orang yang beruntung
    Mata menangisi Badar dan penghuninya, yaitu orang-orang Quraisy
    Karena Badar dan penghuninya tersebut, Luai bin Ghalib menangis tersedu-sedu
    Ah, seandainya orang-orang melumuri darahnya
    Melihat apa yang terjadi pada orang-orang mereka di antara Gunung Al-Akhasyib
    Maka mereka akan tahu betul dan melihat tempat tarikan mereka di atas jenggot dan kening’.”
Jawaban Ka’ab bin Al-Asyraf terhadap Maimunah bin Abdullah

Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian syair-syair Maimunah bin Abdullah dijawab oleh Ka’ab bin Al-Asyraf,
  • ‘Tahanlah orang tidak waras dari kalian
    Agar kalian selamat dari perkataannya yang tidak baik
    Apakah engkau mencelaku jika aku menangisi dengan air mata bercucuran
    Terhadap kaum yang mencintaiku dengan hati yang tulus?
    Aku pasti akan menangis selagi aku masih hidup
    Dan selagi aku ingat amal mulia suatu kaum yang mulia di Al-Jabajib.’
Setelah itu, Ka’ab bin Al-Asyraf pulang ke Madinah dan memuji-muji istri-istri kaum Muslimin hingga mereka terganggu karenanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda – seperti dikatakan kepadaku oleh Abdullah bin Al-Mughits bin Abu Burdah - , ‘Siapa yang siap bertindak terhadap Ka’ab bin Al-Asyraf mewakiliku?’
=========================================================================================================
Halaman 16

Muhammad bin Maslamah, saudara Bani Abdul Asyhal berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya siap membunuhnya.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Silahkan engkau lakukan, jika engkau sanggup melakukannya.’ Muhammad bin Maslamah pulang ke rumah dan menetap di rumah selama tiga hari tanpa makan-minum, kecuali seperlunya saja. Hal tersebut dilaporkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian beliau memanggilnya dan bersabda, ‘Kenapa engkau tidak makan-minum?’ Muhammad bin Maslamah menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku telah mengucapkan perkataan kepadamu dan aku tidak tahu apakah aku bisa menepatinya atau tidak?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Muhammad bin Maslamah, ‘Engkau lemah (kalau tidak makan-minum)?’ Muhammad bin Maslamah berkata, ‘Wahai Rasulullah, kita harus berkata.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Silakan katakan apa yang ingin kalian katakan, karena itu diperbolehkan kepada kalian.’

Kemudian terkumpullah sejumlah orang untuk membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf. Mereka adalah Muhammad bin Maslamah, Silkam bin Salamah bin Waqasy – yang tidak lain adalah Abu Nailah, salah seorang dari Bani Abdul Asyhal dan saudara sesusuan dengan Ka’ab bin Al-Asyraf -, Abbad bin Bisyr bin Waqasy – salah seorang dari Bani Abdu Asyhal, Al-Harts bin Aus bin Muadz – salah seorang dari Bani Abdul Asyhal - , dan Abu Abs bin Jabr – salah seorang dari Bani Haritsah -. Sebelum mereka mendatangi musuh Allah, Ka’ab bin Al-Asyraf, mereka mengutus Silkan bin Salamah menemui Ka’ab bin Al-Asyraf. Silkan bin Salamah pun menemuinya. Silkan bin Salamah berbicara sesaat dengan Ka’ab bin Al-Asyraf, melantunkan syair-syair, dan berkata kepada Ka’ab bin Al-Asyraf, ‘Celakalah engkau wahai Ka’ab bin Al-Asyraf, aku datang kepadamu karena keperluan yang ingin aku utarakan kepadamu dan aku berharap engkau merahasiakannya.’ (JGA: Mulailah jurus taktik tipu daya dimainkan) Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Ya, akan saya rahasiakan.’ Silkan bin Maslamah berkata, ‘Sungguh kedatangan orang ini (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) kepada kita adalah malapetaka, perang menyerang kita, kabilah-kabilah bersatu untuk memusuhi kita, dan jalan-jalan terputus dari kita hingga orang-orang yang kita tanggung menjadi sengsara, setiap jiwa menjadi menderita, kita dan orang-orang yang kita tanggung juga dibuat repot.’ Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Aku anak Al-Asyraf, demi Allah, aku telah menginformasikan kepadamu bahwa permasalahan ini akan berkesudahan kepada apa yang telah aku katakana.’ Silkan bin Salamah berkata kepada Ka’ab bin Al-Asyraf, ‘Aku ingin engkau menjual makanan kepada kami dan untuk itu kami gadaikan sesuatu kepadamu, buat penguat untukmu, dan sebagai gantinya engkau berbuat baik dalam hal ini.’ Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Apakah engkau mau menggadaikan anak-anak kalian kepadaku?’ Silkan bin Salamah berkata, ‘Kalau begitu, engkau ingin menjelek-jelekkan kita.
=========================================================================================================
Halaman 17

Sungguh aku mempunyai teman-teman yang seide denganku dan aku ingin datang lagi kepadamu dengan mereka kemudian engkau jual makanan kepada mereka, berbuat baik, dan kami gadaikan kepadamu senjata, serta kami tidak akan melanggar janji.’ Silkan bin Salamah ingin agar Ka’ab bin Al-Asyraf tidak menolak jika teman-temannya datang dengan membawa senjata.” (JGA: Tipuan ini memang harus dilakukan agar tidak menimbulkan curiga pada diri Ka'ab bin Al-asyraf).

Kemudian Silkan bin Salamah keluar dari rumah Ka’ab bin Al-Asyraf untuk menemui sahabat-sahabatnya, menceritakan kondisi Ka’ab bin Al-Asyraf kepada mereka, memerintahkan mereka mengambil senjatanya masing-masing, dan berangkat untuk membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf, namun sebelumnya mereka berkumpul di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”

Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan bahwa Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Apakah kalian siap menggadaikan istri-istri kalian kepadaku?’ Silkan bin Salamah berkata, ‘Bagaiman kami harus menggadaikan istri-istri kami, padahal engkau warga Yatsrib yang jago memuji wanita dan paling doyan menggunakan parfum?’ Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Apakah kalian siap menggadaikan anak-anak kalian?’ “

Ibnu Ishaq berkata bahwa Tsaur bin Zaid berkata kepadaku dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhumu yang berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan bersama sahabat-sahabat tersebut ke Baqi’ Al-Gharqad dan memberi pengarahan kepada mereka. Beliau bersabda, ‘Berangkatlah kalian dengan nama Allah. Ya Allah, kepada Baqi’ Al-Gharqad.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kembali memberi pengarahan kepada mereka dengan bersabda, ‘Berangkatlah kalian dengan nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka.’ Usai berkata seperti itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pulang ke rumah dan ketika itu malam sangat gelap.

Sedang sahabat-sahabat tersebut berjalan hingga tiba di benteng Ka’ab bin Al-Asyraf. Silkan bin Salamah berteriak memanggil Ka’ab bin Al-Asyraf yang baru menikah. Ka’ab bin Al-Asyraf melompat dari selimutnya, namun istrinya memegang ujung selimutnya sambil berkata, ‘Engkau orang yang terbiasa perang dan orang yang terbiasa itu tidak terjun ke perang pada jam-jam seperti ini.’ Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Orang yang memanggilku adalah Abu Nailah (Silkan bin Salamah). Jika ia melihatku tidur, ia pasti membangunkanku.’ Istri Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Sungguh aku dengar keburukan diucapan Silkan bin Salamah.’ Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Jika seorang pemuda diajak kepada tikaman, ia pasti memenuhinya.’

Ka’ab bin Al-Asyraf menemui Silkan bin Salamah dan sahabat-sahabatnya, berbicara dengan mereka sesaat, dan mereka pun berbicara dengannya. Sahabat-sahabat Silkan bin Salamah berkata, ‘Hai anak Al-Asyraf, maukah engkau berjalan ke luar Madinah kemudian kita ngobrol di sana di sisa malam kita ini?’ Ka’ab bin Al-Asyraf berkata, ‘Kalau kalian menghendaki, maka tidak…
==========================================================================================================
Halaman 18

...ada salahnya.' Mereka pun keluar dari Madinah, berjalan sesaat, kemudian Silkan bin Salamah memasukkan tangannya ke rambut samping Ka'ab bin Al-Asyraf dan mencium tangannya hingga ia merasa tenang. Silkan bin Salamah berkata kepada Ka'ab bin Al-Asyraf, 'Aku tidak pernah melihatmu seperti pada malam ini dimana engkau menggunakan parfung yang sangat wangi!' Silkan bin Salamah berjalan sesaat dan berbuat seperti sebelumnya, kemudian berkata, 'Pukullah musuh Allah ini!' Para sahabat pun memukul Ka'ab bin Al-Asyraf dan pedang mereka menyerangnya secara bertubi-tubi, namun tidak menimbulkan bekas apa pun di Ka'ab bin Al-Asyraf. Muhammad bin Masalamah berkata, 'Ketika aku lihat pedang-pedang para sahabat tidak berpengaruh sedikit pun pada Ka'ab bin Al-Asyraf, aku ingat tombak kecil di pedangku dan aku mengambilnya. Musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, berteriak dengan teriakan yang membuat benteng di sekitar kami menyalakan api kemarahan kepadanya, kemudian aku menusukkan tombak kecilku ke bagian bawah pusarnya dan menancapkannya hingga mengenai kemaluannya. Musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, jatuh tersungkur. Al-Harits bin Aus bin Muadz terluka di kepala atau kakinya karena terkena tebasan pedang kita sendiri. Setelah itu, kami pulang melewati perkampungan Bani Umaiyyah bin Zaid, kemudian melewati perkampungan Bani Quraidhah, kemudian melewati Bu'ats hingga kemudian mendaki tanah hitam berbatu Al-Uraidh. Sahabat Al-Harits bin Aus tertinggal oleh kami karena darah di lukanya masih mengucur. Kami berhenti sejenak menunggunya dan tidak lama berselang, ia datang menyusuri jejak-jejak kami. Kami menggendong Al-Harits bin Aus dan membawanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di akhir malam yang ketika itu sedang qiyamul lail. Kami ucapkan salam kepada beliau, kemudian beliau keluar menemui kami. Kami jelaskan tentang terbunuhnya musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, dan terlukanya salah seorang dari kami, yaitu Al-Harts bin Aus. Allah Ta'ala menyembuhkan luka Al-Harts bin Aus saat itu juga, kemudian masing-masing dari kami pulang ke rumah. Esok paginya, orang-orang Yahudi ketakutan karena pembunuhan kami terhadap musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, dan semua orang-orang Yahudi mengkhawatirkan keselamatan dirinya'."

Syair Ka'ab bin Malik Radhiyallahu Anhu tentang Kejadian di Atas

Ibnu Ishaq berkata, "Tentang kejadian di atas, Ka'ab bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata,
  • 'Salah seorang dari mereka, Ka'ab dibiarkan tewas di atas kedua telapak tangannya
    Setelah kematiannya, An-Nadhir menjadi hina setelah sebelumnya berjaya
============================================================================================================
Halaman 19
  • Karena pedang-pedang yang terhunus dan kuat di tangan kami sesuai dengan perintah Muhammad
    Ketika saudara Ka'ab berjalan menyelinap pada suatu malam ke tempat Ka'ab
    Kemudian ia memperdayanya dan menempatkannya ke tipu-daya
    Dan Muhammad adalah saudara terpercaya yang gagah berani'."
Ibnu Hisyam berkata, "Syair-syair di atas adalah syair-syair Ka'ab bin Malik yang ia ucapkan tentang Perang Bani An-Nadhir dan akan saya sebutkan dengan lengkap di peristiwa itu."

Syair-syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu tentang Terubunuhnya Ka'ab bin Al-Asyraf

Ibnu Ishaq berkata, "Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata mengingatkan tentang terbunuhnya Ka'ab bin Al-Asyraf dan Sallam bin Abu Al-Huqaiq,
  • 'Demi Allah, sungguh hebat kelompok yang pernah aku temui
    Hai anak Al-Huqaiq dan engkau hai anak Al-Asyraf
    Mereka berjalan di waktu malam dengan pedang-pedang ringan kepada kalian
    Dengan bersukaria seperti singa-singa di pepohonan yang rimbun
    Ketika mereka telah tiba di tempat kalian
    Mereka menyiramkan kematian kepada kalian dengan pedang-pedang yang cepat mematikan

    Mereka diminta untuk menolong agama mereka
    Mereka mengecilkan apa saja yang menyulitkan'."
Perihal Muhayyishah dan Huwayyishah

Ibnu Ishaq berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa saja yang bisa mengalahkan orang Yahudi, bunuh dia!" Kontan Muhaishah (Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Muhaiyyishah) bin Mas'ud bin Ka'ab bin Amir bin Adi bin Majda'ah bin Haritsah bin Al-Khazraj bin Amr bin Malik bin Al-Aus menangkap Ibnu Sunainah (Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Ibnu Subainah."), salah seorang pedagang Yahudi yang biasa menjual pakaian dan barang-barang lainnya, kemudian membunuhnya. Huwaiyyishah bin Mas'ud ketika itu belum masuk Islam dan lebih muda daripada Muhaiyyishah. Ketika Muhaiyyishah membunuh Ibnu Sunainah, Huwaiyyishah memukulnya dan berkata, "Hai Musuh Allah, kenapa engkau membunuh Ibnu Sunainah? Demi Allah, itu barangkali karena lemak di perutmu berasal dari hartanya!" Muhaiyyishah berkata, "Demi Allah, aku diperintahkan untuk membunuhnya...
============================================================================================
Halaman 20

...oleh orang yang jika ia menyuruhku membunuhmu, aku pasti memenggal lehermu." Muhaiyyishah berkata lagi, "Demi Allah, itulah sebab awal keislaman Huwaiyyishah." Huwaiyyishah berkata, "Demi Allah, seandainya Muhammad menyuruhmu membunuhku, apakah engkau akan membunuhku?" Muhaiyyishah menjawab, "Ya, demi Allah, seandainya beliau menyuruhku membunuhmu, aku pasti memenggal lehermu." Huwaiyyishah berkata, "Demi Allah, sungguh agama yang membawamu sampai pada ketinggian ini betul-betul menakjubkan." Setelah itu Huwaiyyishah masuk Islam. :stun:

Ibnu Ishaq berkata, "Hadits tentang hal di atas diceritakan kepadaku oleh mantan budak Bani Haritsah dari putri Muhaiyyishah dari ayahnya, Muhaiyyishah. Tentang kejadian di atas, Muhaiyyishah berkata,
  • 'Anak ibuku mengecamku seandainya aku diperintahkan untuk membunuhnya
    Aku pasti potong tulang di belakang telinga dengan pedang mematikan
    Pedang seperti warna garam yang putih cemerlang
    Jika pedang tersebut aku ayunkan, maka tidak pernah meleset
    Aku sangat berbahagia karena aku bisa membunuh ibnu Sunainah karena taat (kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam)
    Dan kita berhak atas apa yang di antara Bushra dan Ma'arib'."
Ibnu Hisyam berkata bahwa Abu Ubaidah berkata kepadaku dari Abu Amr Al-Madani yang berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berhasil mengalahkan Bani Quraidhah, beliau menangkap sekitar empat ratus orang-orang Yahudi dari mereka. Keempat ratus orang tersebut adalah sekutu-sekutu orang-orang Al-Aus. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan orang-orang Al-Khajraz memenggal kepala keempat ratus orang-orang Yahudi tersebut, kemudian orang-orang Al-Khajraz memenggal kepala mereka dan itu membuat lega orang-orang Al-Khajraz. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihat orang-orang Al-Khajraz, ternyata wajah mereka berbinar-binar bahagia, kemudian melihat orang-orang Al-Aus, namun terlihat kusut. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menduga bahwa ketidakcerahan wajah orang-orang Al-Aus itu disebabkan karena adanya persekutuan antara mereka dengan Bani Quraidhah. Sisa dari keempat ratus orang yang masih hidup dari Bani Quraidhah adalah delapan belas orang, kemudian kedua belas orang tersebut :rolleyes: diserahkan kepada dua orang dari orang-orang Al-Aus. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Hendaklah satu orang memukulnya tidak sampai mati dan orang satunya membunuhnya.' Di atara kedua belas orang Bani Quraidhah yang diserahkan kepada orang-orang Al-Aus ialah Ka'ab bin Yahudza--salah seorang tokoh Bani Quraidhah--, Ia diserahkan kepada Muhaiyyishah bin Mas'ud dan Abu Burdah bin Niyar....
============================================================================================
Halaman 21

Abu Burdah inilah yang diberi keringanan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menyembelih anak kambing yang berusia delapan atau sembilah bulan di Hari Raya Idul Adha. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. 'Hendaklah Muhaiyyishah memukul Ka'ab bin Yahudza tidak sampai mati dan hendaklah Abu Burdah membunuhnya!' Muhaiyyishah memukul Ka'ab bin Yahudza dengan pukulan yang tidak mematikan kemudian Abu Burdah memukulnya dengan pukulan mematikan. Huwaiyyishah yang ketika itu masih kafir berkata kepada saudaranya, Muhaiyyishah, 'Engkau bunuh Ka'ab bin Yahudza?' Muhaiyyishah berkata, 'Ya." Huwaiyyishah berkata, 'Demi Allah, barangkali engkau membunuhnya karena lemak yang tumbuh di perutmu berasal dari hartanya? Engkau tercela, hai Muhaiyyishah.' Muhaiyyishah berkata, 'Aku diperintah membunuhnya oleh orang yang jika menyuruhku membunuhmu, aku pasti membunuhmu.' Huwaiyyishah berpaling dari Muhaiyyishah dalam keadaan kagum kepadanya. Para ulama menyebutkan bahwa pada malam harinya, Huwaiyyishah terbangun dari tidurnya karena kagum pada ucapan saudaranya, Muhaiyyishah. Esok paginya, Huwaiyyishah berkata, 'Demi Allah, inilah agama yang benar.' Setelah itu, ia menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, masuk Islam, dan mengucapkan syair-syair yang telah saya sebutkan di atas."

Ibnu Ishaq berkata, "Setibanya dari Buhran, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Madinah selama bulan Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan. Orang-orang Quraisy menyerang beliau di Perang Uhud di bulan Syawal tahun ketiga Hijriah."
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 22
BAB 136
PERANG UHUD
Ibnu Ishaq berkata bahwa hadits tentang Perang Uhud ialah seperti dikatakan kepadaku oleh Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, Muhammad bin Yahya bin Hibban, Ashim bin Umar bin Qatadah, Al-Hushain bin Abdurrahman bin Amr bin Sa'ad bin Muadz, dan ulama-ulama lainnya. Semua dari mereka menceritakan sebagian hadits tentang Perang Uhud dan hadits mereka terkumpul menjadi satu dalam hadits tentang Perang Uhud yang saya ketengahkan berikut ini. Para ulama tersebut atau salah seorang dari mereka berkata, "Setelah orang-orang kafir Quraisy menderita kekalahan di Perang Badar, tokoh-tokoh mereka yang masih hidup pulang ke Makkah, dan Abu Sufyan bin Harb tiba di Makkah dengan kafilah dagangnya, maka Abdullah bin Abu Rabi'ah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Shafwan bin Umaiyyah berjalan bersama orang-orang Quraisy yang kehilangan ayah, anak, dan saudara di Perang Badar menemui Abu Sufyan bin Harb dan berkata kepadanya dan kepada para pedagang Quraisy yang ikut bersamanya, 'Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah membunuh orang-orang terbaik kalian dan membinasakan orang-orang pilihan kalian. Oleh karena itu, bantulah kami dengan kekayaan kalian untuk memeranginya. Mudah-mudahan kami bisa mengambil balas dendam atas kematian orang-orang kita! Abu Sufyan bin Harb dan para pedagang Quraisy mengabulkan permintaan Abdullah bin Abu Rabi'ah dan kawan-kawan."

Ibnu Ishaq berkatta, "Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa tentang Abu Sufyan bin Harb dan kawan-kawan, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya berikut,
  • 'Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan
=============================================================================================
Halaman 23
  • harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir dikumpulkan'." (Al-Anfal: 36).
Kebulatan Tekat Orang-orang Quraisy untuk Memerangi Kaum Muslimin

Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Abu Sufyan bin Harb dan pedagang-pedagang Quraisy lainnya setuju memberi bantuan uang, maka orang-orang Quraisy sepakat memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan mengerahkan ahabisy* dan kabilah-kabilah yang patuh kepada mereka seperti Kinanah dan orang-orang Tihamah."

Abu Izzah Al-Jumahi Keluar Bersama Kaum Musyrikin

Ibnu Ishaq berkata, "Abu Izzah Amr bin Abdullah Al-Jumahi dibebaskan tanpa tebusan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Perang Badar, karena miskin dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak. Pasca Perang Badar, ia berkata, 'Wahai Rasulullah, aku orang miskin dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak seperti engkau ketahui, maka bebaskanlah aku, mudah-mudahan Allah memberi shalawat dan salam kepadamu.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membebaskan Abu Izzah Al-Jumahi. Beberapa hari sebelum Perang Uhud, Shafwan bin Umaiyyah berkata kepada Abu Izzah Al-Jumahi, "Hai Abu Izzah, engkau penyair, oleh karena itu, bantulah kami dengan lidahmu dan keluarlah bersama kami!' Abu Izzah Al-Jumahi menjawab, 'Sesungguhnya Muhammad telah membebaskanku dan aku tidak ingin membantu orang-orang yang hendak memeranginya.' Shafwan bin Umaiyyah berkata, 'Bantulah kami dengan dirimu. Demi Allah, jika engkau tidak terbunuh maka aku berjanji akan membuatmu kaya dan jika engkau terbunuh maka anak-anak perempuanmu mendapat jatah seperti jatah anak-anak perempuanku di saat sulit dan mudah.' Akhirnya Abu Izzah Al-Jumahi berangkat dalam rombongan orang-orang Tihamah dan mengajak orang-orang Bani Kinanah dengan berkata,
  • 'Hai Bani Abdu Manat yang tegar di medan perang
    Kalian pembela dan nenek moyang kalian juga pembela
    Janganlah kalian menjanjikan pertolongan kepadaku setelah tahun ini
    Dan jangan kalian serahkan aku, karena penyerahan itu tidak diperbolehkan'."
__________
(*) Ahabisy adalah orang-orang non-Quraisy yang bergabung kepada orang-orang Quraisy.
=============================================================================================
Halaman 24

Musafi' Al-Jumahi Memprovokasi Bani Kinanah

Ibnu Ishaq berkata, "Musafi' bin Abdu Manaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumahi pergi ke Bani Malik bin Kinanah guna memprovokasi mereka dan mengajak mereka memerangi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Musafi' berkata,
  • 'Hai Bani Malik bin Kinanah, hai pemilik keturunan tertua,
    Aku bersumpah dengan sanak kerabat dan orang-orang yang dalam perjanjian,
    Orang yang mempunyai kekerabatan dan orang yang tidak menghargai persekutuan
    Di tengah-tengah negeri suci
    Di tembok Ka'bah yang diagungkan'."
Wahsy, Budak Jubair bin Al-Muth'im

Ibnu Ishaq berkata, "Jubair bin Al-Muth'im memanggil budak negronya, Wahsy, --ahli melempar tombak ala Habasyah dan lemparannya jarang sekali meleset dari sasaran--dan berkata kepadanya, 'Berangkatlah engkau bersama orang-orang Quraisy. Jika engkau bisa membunuh Hamzah, paman Muhammad, sebagai pembalasan atas kematian pamanku, Thu'aimah bin Adi, maka engkau menjadi orang merdeka'."

Keberangkatan Orang-orang Quraisy

Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Quraisy berangkat dengan seluruh kekuatan tokoh-tokoh, ahabisy, dan para pengikutnya yaitu orang-orang dari Bani Kinanah dan orang-orang Tihamah. Mereka juga menyertakan istri-istri mereka sebagai penjaga agar mereka tidak melarikan diri dari medan perang. Abu Sufyan bin Harb sang komandan perang berangkat bersama istrinya, Hindun binti Utbah. Ikrimah bin Abu Jahal berangkat bersama istrinya, Ummu Hakim binti Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah. Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah berangkat bersama istrinya, Fathimah binti Al-Walid bin Al-Mughirah. Shafwan bin Umaiyyah berangkat bersama istrinya, Barzah binti Mas'ud bin Amr bin Umair Ats-Tsaqafi yang tidak lain adalah ibu Abdullah bin Shafwan bin Umaiyyah (Ibnu Hisyam berkata, "Ada yang mengatakan Ruqayyah."). Amr bin Al-Ash berangkat bersama istrinya, Barithah bin Munabbah bin Al-Hajjaj yang tidak lain adalah ibu Abdullah bin Amr bin Al-Ash. Thalhah bin Abu Thalhah (Abu Thalhah ialah Abdullah bin Abdul Uzza bin Utsman bin Abduddaar) berangkat bersama istrinya Sulafah binti Sa'ad bin Syuhaid Al-Anshariyah. Sulafah adalah ibu anak-anak Thalhah; Musafi', Al-Julas, dan Kilab yang kesemuanya tewas bersama ayah mereka. Khunas binti Malik bin...
============================================================================================
Halaman 25

...Al-Mudharrib, salah satu istri Malik bin Hisl, keluar bersama anaknya, Abu Aziz bin Umair. Khunas binti Malik adalah ibu Mush'ab bin Umair. Amrah binti Alqamah, salah seorang wanita Bani Al-Harits bin Abdu Manat bin Kinanah, juga ikut berangkat.

Setiapkali Hindun bin Utbah berjalan melewati Wahsyi atau Wahsyi berjalan melewatinya, ia berkata, 'Cih, hai Abu Dasamah, sembuhkanlah dan carilah kesembuhan!' Nama kunyah (panggilan) Wahsyi ialah Abu Dasamah.

Orang-orang Quraisy berjalan hingga tiba di dua mata air di gunung di lembah Sabkhah dari saluran air di atas tepi lembah dengan menghadap Madinah."

Mimpi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Ishaq berkata, "Ketika orang-orang Quraisy tiba di tempat tersebut, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin mendengarnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Demi Allah, aku melihat mimpi yang baik. Aku lihat lembu disembelih, salah satu sisi pedangku retak, dan aku lihat diriku memasukkan tanganku ke dalam benteng kokoh yang aku menafsirkannya Madinah."

Ibnu Hisyam berkata, "Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Aku bermimpi melihat lembuku disembelih. Lembu tersebut ialah beberapa orang dari sahabat-sahabatku terbunuh. Sedang keretakan yang aku lihat di salah satu sisi pedangku ialah bahwa salah seorang dari keluargaku terbunuh'."

Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat, 'Jika kalian mau, kalian tetap saja di Madinah dan biarkan mereka di tempat mereka singgah. Jika mereka tetap di tempat tersebut, tempat tersebut menjadi tempat yang paling jelek. Jika mereka masuk kepada kita, maka kita perangi mereka di dalamnya.' Pendapat Abdullah bin Ubai bin Salul sama persis dengan pendapat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia berpendapat seperti pendapat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yaitu tidak usah keluar dari Madinah untuk menghadapi orang-orang Quraisy. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri tidak ingin keluar dari Madinah untuk menghadapi mereka, namun beberapa orang dari kaum Muslimin yang dimuliakan Allah untuk gugur sebagai syuhada' di Perang Uhud dan perang-perang lainnya yang tidak ikut hadir di Perang Badar berkata, 'Wahai Rasulullah, keluarlah bersama kita kepada musuh-musuh agar mereka tidak melihat kita sebagai orang-orang pengecut yang tidak mempunyai nyali untuk menghadapi mereka.' Abdullah bin Ubai bin Salul berkata, 'Wahai Rasulullah, tetaplah di Madinah dan jangan keluar ke tempat mereka. Demi Allah, jika kita keluar...
============================================================================================
Halaman 26

...kepada musuh-musuh kita maka musuh-musuh mengalahkan kita dan jika mereka masuk ke tempat kita maka kita akan berhasil mengalahkan mereka. Biarkan mereka di tempatnya, wahai Rasulullah. Jika mereka menetap di tempat tersebut, sungguh mereka menetap di penjara yang paling jelek. Jika mereka masuk ke Madinah, mereka akan diperangi orang laki-laki dan dilempari batu oleh wanita-wanita dan anak-anak. Jika mereka pulang ke negeri asalnya, mereka pulang dengan gagal seperti mereka datang'."

Keberangkatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersama Para Sahabat Radhiyallahu Anhum

Ibnu Ishaq berkata, "Para sahabat yang menginginkan pertemuan dengan orang-orang Quraisy tetap berada di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga beliau masuk rumah kemudian mengenakan baju besi. Hari itu hari Jum'at dan itu terjadi ketika beliau selesai shalat. Pada hari itu, salah seorang dari kaum Anshar, Malik bin Amr--salah seorang dari Bani An-Najjar meninggal dunia--, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyalatinya. Setelah itu, beliau menemui para sahabat dan mereka semua menyesal. Mereka berkata, "Kita telah memaksa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk keluar dan itu tidak pantas kita lakukan."

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertemu para sahabat, mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami telah memaksamu keluar dan itu tidak pantas kami lakukan. Jika engkau mau, silahkan duduk kembali (tidak usah keluar dari Madinah), mudah-mudahan Allah memberi shalawat kepadamu." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika seorang nabi telah mengenakan baju besi, ia tidak pantas mencopotnya, namun ia harus berperang." Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berangkat dengan seribu sahabat-sahabatnya."

Ibnu Hisyam berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjuk Ibnu Ummi Maktum untuk menjadi imam sementara bagi kaum Muslimin di Madinah."

Kepulangan Orang-orang Munafik

Ibnu Ishaq berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama para sahabat tiba di Asy-Syauth--daerah antara Madinah dengan Uhud--, Abdullah bin Ubai bin Salul beserta sepertiga pengikutnya memisahkan diri dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Abdullah bin Ubai bin Salul berkata, 'Ia (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) menuruti pendapat sahabat-sahabatnya dan tidak menuruti pendapatku. :lol: Hai manusia, untuk apa kita membunuh diri kita sendiri di tempat ini?' Setelah itu, Abdullah bin Ubai bin Salul...
============================================================================================
Halaman 27

...pulang ke Madinah bersama para pengikutnya, yaitu orang-orang munafik dan orang-orang yang dihinggapi keragu-raguan. Mereka dikejar Abdullah bin Amr bin Haram saudara Bani Salimah yang kemudian berkata kepada mereka, 'Hai kaumku, saya ingatkan kalian kepada Allah, hendaklah kalian tidak menelantarkan kaum kalian dan Nabi kalian ketika ia telah dekat dengan musuh.' Mereka berkata, 'Jika kita tahu kalian akan diperangi, kita pasti tidak akan menyerahkan kalian, namun kita melihat perang tidak akan terjadi.'

Ketika Abdullah bin Ubai bin Salul dan kawan-kawan ngotot pulang ke Madinah, Abdullah bin Amr bin Haram berkata, 'Hai musuh-musuh Allah, mudah-mudahan Allah menjauhkan kalian dan Dia akan membuat nabi-Nya tidak membutuhkan kalian'."

Ibnu Hisyam berkata, selain Ziyad berkata dari Muhammad bin Ishaq dari Az-Zuhri bahwa orang-orang Anshar berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelang Perang Uhud, "Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak meminta bantuan sekutu-sekutu kita dari orang-orang Yahudi?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kita tidak butuh mereka."

Ziyad berkata, Muhammad bin Ishaq berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terus berjalan hingga melewati tanah hitam berbatu Bani Haritsah. Di sana, seekor kuda mengibaskan ekornya hingga mengenai besi di pegangan pedang salah seorang sahabat dan menariknya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang terbiasa optimis dan tidak pesimis bersabda kepada sahabat pemilik pedang, "Sarungkan kembali pedangmu, karena sesungguhnya pada hari ini aku diperlihatkan bahwa semua pedang akan dihunus."

Mirba' bin Qaidhi Yang Munafik dan Ulahnya

Ibnu Ishaq berkata, "Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada sahabat-sahabatnya, 'Siapa yang bisa membawa kita dekat dengan musuh melalui jalan lain menuju mereka?' Abu Khaitsamah saudara Bani Haritsah bin Al-Haritsah berkata, 'Saya, wahai Rasulullah.' Kemudian Abu Khaitsamah membawa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melewati antara tanah hitam berbatu Bani Haritsah dengan kebun-kebun mereka hingga melewati kebun milik Mirba' bin Qaidhi. Ia orang buta yang munafik. Ketika ia mendengar gerak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama sahabat-sahabat dari kaum Muslimin, ia berdiri untuk melemparkan tanah ke depan mereka. Ia berkata, 'Jika engkau betul utusan Allah, aku tidak mengizinkanmu memasuki kebunmu."

Ibnu Ishaq berkata, ada yang berkata kepadaku bahwa Mirba' bin Qaidhi memegang segenggam tanah, kemudian berkata, "Demi Allah, hai Muhammad,...
============================================================================================
Halaman 28

...jika aku tahu tanah ini tidak mengenal orang selain dirimu, aku akan melemparkan semuanya kepadamu." Kaum Muslimin serentak ingin membunuh Mirba' bin Qaidhi, namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan bunuh dia. Orang buta ini buta hati dan matanya." Hanya saja, Sa'ad bin Zaid saudara Bani Abdul Asyhal mampu mendekati Mirba' bin Qaidhi sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang membunuhnya, kemudian memukul kepalanya dengan busur panah hingga berdarah. (JGA: eh, muhammad bukannya menghukum orang yang melanggar larangannya untuk membunuh Mirba)

Persinggahan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Jalan Menuju Gunung Uhud dan Mobilisasi Perang

Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terus berjalan hingga singgah di jalan menuju Gunung Uhud, tepatnya di lembah yang dekat dengan Gunung Uhud dan menghadapkan markasnya ke Uhud. Beliau berkata, 'Janganlah salah seorang dari kalian berperang hingga aku menyuruhnya berperang.' Orang-orang Quraisy menghentikan unta dan kuda mereka di tanaman di Ash-Shamghah dekat dengan saluran kaum Muslimin. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang kaum Muslimin berperang hingga beliau menyuruhnya, salah seorang dari kaum Anshar berkata, 'Pantaskah tanaman-ttanaman Bani Qailah dijadikan padang gembala dan kami tidak diberikan bagian?' "

Pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Pasukan Pemanah

Ibnu Ishaq berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersiap-siap perang bersama tujuh ratus para sahabat dan menunjuk Abdullah bin Jubair saudara Bani Amr bin Auf sebagai komandan pasukan pemanah. Ketika itu, Abdullah bin Jubair diberi sandi pakaian putih dan jumlah pasukan pemanah adalah lima puluh orang. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Abdullah bin Jubair, 'Lindungi kami :lol: dari pasukan berkuda orang-orang Quraisy dengan anak panah kalian. Mereka tidak akan datang ke tempat kita dari belakang kita. Jika kita menang atau kalah, hendaklah engkau tetap diposisimu. Kita tidak akan didatangi dari belakangmu! Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merapatkan kedua baju besinya dan menyerahkan bendera perang kepada Mush'ab bin Umair saudara Bani Abduddaar."

Sahabat-sahabat Yang Diizinkan Ikut Perang dan Sahabat-sahabat Yang Dipulangkan karena Masih Kecil

Ibnu Hisyam berkata, "Ketika itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi izin ikut perang kepada Samurah bin Jundab Al-fazari dan Rafi' bin ...
============================================================================================
Halaman 29

...Khadij saudara Bani Haritsah. Kedua sahabat tersebut berusia lima belas tahun dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh keduanya pulang ke Madinah, kemudian dikatakan kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Rafi' itu pemanah hebat.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengizinkannya ikut perang. Sesudah beliau mengizinkan Rafi', dikatakan kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Samurah pernah mengalahkan Rafi'.' Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengizinkan Samurah ikut perang. Selain itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memulangkan Usamah bin Zaid, Abdullah bin Umar bin Khaththab, Zaid bin Tsabit salah seorang dari Bani Malik bin An-Najjar, Al-Bar' bin Azib salah seorang dari Bani Haritsah, Amr bin Hazm salah seorang dari Bani Malik bin An-Najjar, dan Usaid bin Dhuhair salah seorang dari Bani Haritsah, kemudian membolehkan mereka ikut Perang Khandaq dalam usia lima belas tahun."

Mobilisasi Kekuatan Kaum Musyrikin

Ibnu Ishaq berkata, "Orang-orang Quraisy yang berkekuatan tiga ribu dan dua ratus kuda yang diletakkan di samping mereka juga melakukan persiapan perang. Mereka menunjuk Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan kuda sayap kanan dan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai komandan pasukan berkuda sayap kiri."

Abu Dujanah Radhiyallahu Anhu Mengambil Pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Berperang dengannya

Ibnu Ishaq berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang siap mengambil pedang ini dengan haknya?" Beberapa sahabat berdiri untuk mengambilnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun beliau tidak memberikannya kepada seorang pun dari mereka. Abu Dujanah Simak bin Kharasyah saudara Bani Saidah berdiri kemudian berkata, "Apa haknya, wahai Rasulullah?' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Engkau menyerang musuh dengannya hingga musuh menyingkir." Abu Dujanah berkata, "Saya siap mengambilnya dengan haknya, wahai Rasulullah." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan pedang tersebut kepada Abu Dujanah. Abu Dujanah orang pemberani dan suka berjalan sombong di perang jika telah meletus. Ia membuat tanda dengan ikat kepala berwarna merah di kepala. Jika ia telah mengenakannya, manusia mengetahui bahwa ia akan berperang.

Ketika Abu Dujanah telah mengambil pedang tersebut dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia keluarkan ikat kepala berwarna merah, mengenakannya di kepala, dan berjalan sombong di antara dua barisan."
============================================================================================
Halaman 30

Ibnu Ishaq berkata, Ja'far bin Abdullah bin Aslam mantan budak Umar bin Khahthab berkata kepadaku dari salah seorang kaum Anshar dari Bani Salimah yang berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda--ketika melihat Abu Dujanah berjalan dengan sombongnya--, 'Sesungguhnya gaya jalan seperti ini adalah gaya jalan yang dibenci Allah kecuali gaya jalan seperti itu di tempat ini'." :shock:

Abu Amir Yang Fasik

Ibnu Ishaq berkata, Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Abu Amir Abdu bin Shaifi bin Malik bin An-Nu'man salah seorang dari Bani Dhabi'ah--yang berada di Makkah karena ingin menjauh dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan membawa lima puluh budak dari kabilah Al-Aus dan ada yang mengatakan dua puluh lima budak--berjanji kepada orang-orang Quraisy bahwa jika ia bertemu dengan kaumnya, pasti tidak ada orang yang menentangnya. ketika kedua belah pihak telah bertemu, orang pertama yang menemui orang-orang Madinah ialah Abu Amir dalam barisan orang-orang ahabisy dan dua budak warga Makkah. Abu Amir berseru, "Hai orang-orang Al-Aus, aku Abu Amir." Orang-orang Al-Aus berkata, "Semoga Allah tidak memberimu mata, hai orang fasik." zaman jahiliyah, Abu Amir diberi nama Ar-Rahib (pendeta), kemudian Allah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakannya Al-Fasik (orang fasik). Ketika Abu Amir mendengar jawaban orang-orang Al-Aus seperti itu, ia berkata, "Sepeninggalku, kaumku mendapat keburukan." Setelah itu, Abu Amir memerangi kaum Muslimin dengan sengit dan melempari mereka dengan batu.

Provokasi Abu Sufyan bin Harb dan Istrinya, Hindun, kepada Kaum Musyrikin

Ibnu Ishaq berkata, "Abu Sufyan bin Harb berkata memprovokasi para pemegang bendera perang kita di Perang Badar kemudian kita kalah seperti kalian ketahui. Sesungguhnya pasukan itu didatangi dari arah para pemegang benderanya; jika para pemegang bendera kalah, pasukan pun kalah. Sekarang terserah kalian, apakah kalian tetap ingin memegang bendera perang atau kalian melepaskannya, dan untuk itu kami melindungi kalian.' Orang-orang Bani Abduddaar tertarik dengan tawaran Abu Sufyan dan berjanji kepadanya dengan berkata, 'Kami serahkan bendera perang kepadamu. Besok pagi, jika kita bertemu dengan musuh, engkau akan tahu apa yang akan kami perbuat.' Sikap itulah sebenarnya yang diinginkan Abu Sufyan bin Harb dari orang-orang Bani Abduddaar.
============================================================================================
Halaman 31

Ketika kedua belah pihak telah bertemu, Hindun binti Utbah berdiri bersama wanita-wanita lainnya kemudian mengambil rebana dan menabuhnya di belakang pasukan orang-orang musyrikin untuk menyemangati mereka. Hindun binti Utabh berkata,
  • 'Duhai Bani Abduddaar,
    Duhai para pembela anak keturunan
    yang memukul dengan pedang tajam.'
Hindun binti Utbah juga berkata,
  • 'Jika kalian maju, kalian akan kami peluk
    Dan kami sediakan bantal kecil untuk sandaran
    Namun jika kalian mundur, kami akan berpisah dari kalian dengan perpisahan yang tidak menyenangkan'."
Kode Kaum Muslimin di Perang Uhud

Ibnu Hisyam berkata, "Kode kaum Muslimin di Perang Uhud ialah amit, amit."

Kepahlawanan Abu Dujanah

Ibnu Ishaq berkata, "Kedua belah pihak pun bertempur hingga perang memuncak. Abu Dujanah bertempur hingga berada di tengah-tengah kedua belah pihak yang sedang berperang."

Ibnu Hisyam berkata, banyak ulama berkata kepadaku bahwa Az-Zubair bin Al-Awwam berkata, "Aku sedih ketika meminta pedang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam namun beliau tidak mengabulkan permintaanku dan malah memberikannya kepada Abu Dujanah, padahal aku anak bibinya, Shafiyyah, dari Quraisy, dan aku lebih dahulu memintanya daripada Abu Dujanah. Demi Allah, aku lihat apa yang diperbuat Abu Dujanah. Aku buntuti dia dan kulihat dia mengeluarkan ikat kepada berwarna merah kemudian mengikatannya di kepala. Orang-orang Anshar berkata, 'Abu Dujanah telah mengeluarkan ikat kepala kematian.' Itulah yang dikatakan orang-orang Anshar tentang Abu Dujanah jika ia mengenakan ikat kepala berwarna merah. Setelah itu, Abu Dujanah keluar sambil berkata,
  • 'Aku yang disumpah oleh kekasihku (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam)
    Ketika kami berada di kaki bukit di samping pohon kurma
    Agar aku tidak berdiri di akhir barisan
    Aku hantam (musuh) dengan pedang Allah dan pedang Rasul.'
============================================================================================
Halaman 32

Setelah itu, Abu Dujanah membunuh siapa saja yang ditemuinya. Di pihak kaum musyrikin terdapat seseorang yang tidak membiarkan orang terluka di antara kita melainkan ia membunuhnya sekaligus. Orang musyrik tersebut mendekat kepada Abu Dujanah dan aku berdoa kepada Allah mudah-mudahan Dia mempertemukan keduanya. Betul, keduanya bertemu, kemudian keduanya saling serang. Orang musyrik tersebut memulul Abu Dujanah, namun perisai kulit melindungi Abu Dujanah dan menahan pedang orang tersebut, kemudian Abu Dujanah memukul orang musyrik tersebut hingga tewas. Setelah itu, Abu Dujanah mengayunkan pedang ke atas sigaran rambut Hindun binti Utbah, namun ia menurunkan kembali. Setelah itu Allah dan Rasul-Nya lebih tahu apa yang terjadi."

Ibnu Ishaq berkata, "Abu Dujanah (Simak bin Kharasyah) berkata, 'Aku lihat seseorang menyemangati orang-orang musyrikin kemudian aku pergi kepadanya. Ketika aku mengayunkan pedang kepadanya, ia mendoakan kecelakaan dan ternyata ia perempuan. Aku menghormati pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan tidak menggunakannya untuk memukul perempuan."
---ooOoo----
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 33
BAB 137
HAMZAH BIN ABDUL MUTHTHALIB, PEMIMPIN PARA SYUHADA''
Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu Bertempur Sebagai Pahlawan

Ibnu Ishaq berkata, "Hamzah bin Abdul Muththalib bertempur hingga berhasil membunuh Artha'ah bin Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddaar Arha'ah adalah salah satu pemegang bendera kaum musyrikin. Setelah itu, Siba' bin Abdul Uzza-Al-Ghubsyani yang biasa dipanggil dengan panggilan Abu Niyar berjalan melewati Hamzah bin Abdul Muththalib. Hamzah bin Abdul Muththalib berkata kepada Siba' bin Abdul Uzza. "Kemarilah, hai anak wanita pemutus clitoris (kelentit)!' Ibu Siba' bin Abdul Uzza adalah Ummu Anmar mantan budak wanita Syariq bin Amr bin Wahb Ats-Tsaqafi (Ibnu Hisyam berkata, "Syariq adalah anak Al-Akhnas bin Syariq."). Ummu Anmar adalah wanita ahli khitan di Makkah. Ketika keduanya bertemu, Hamzah bin Abdul Muththalib memukul Siba' bin Abdul Uzza hingga tewas."

Wahsyi Membunuh Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu dengan Curang

Ibnu Ishaq berkata, "Wahsyi, budak Jubair bin Muth'im, berkata, 'Demi Allah, aku lihat Hamzah bin Abdul Muththtalib membunuh orang-orang Quraisy dengan pedangnya dan tidak menyisakan seorang pun. Ya, kulihat Hamzah bin Abdul Muththalib seperti unta yang belang-belang putih dan hitam, tiba-tiba Siba' bin Abdul Uzza lebih cepat kepada Hamzah bin Abdul Muththalib daripadaku. Hamzah bin Abdul Muththalib berkata, 'Kemarilah, hai anak wanita pemutus clitoris (kelentit)! Usai berkata seperti itu, Hamzah bin Abdul Muththalib memukul Siba' bin Abdul Uzza dengan pukulan yang tepat di kepalanya. Aku pun menggerak-gerakkan tombakku ketika aku merasa sudah siap, aku melemparkannya ke arah Hamzah bin Abdul Muththalib dan tepat mengenai bagian bawah perutnya hingga tombakku keluar di antara kedua kakinya. Hamzah bin Abdul Muththalib berusaha berjalan ke arahku, namun tidak mampu dan akhirnya jatuh. Aku membiarkannya beberapa waktu, ketika aku yakin ia telah mati, aku ambil tombakku kemudian aku pergi ke barak, karena aku tidak mempunyai keperluan selain membunuh Hamzah bin Abdul Muththalib."
===========================================================================================
Halaman 34

Cerita Wahsyi tentang Pembunuhannya terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, Abdullah bin Al-Fadhl bin Abbas bin Rabi'ah bin Al-Harits berkata kepadaku dari Sulaiman bin Yasar dari Ja'far bin Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri yang berkata, "Aku bersama Ubaidillah bin Adi bin Al-Khiyar saudara Bani Naufal bin Abdu Manaf berjalan bersama orang-orang lain pada zaman pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ketika kami pulang, kami melewati Himsh. Ketika itu, Wahsyi, mantan budak Jubair bin Muth'im, berdomisili di sana. Tiba di Himsh, Ubaidillah bin Adi berkata berkata kepadaku, 'Maukah engkau pergi menemui Wahsyi kemudian kita tanyakan kepadanya tentang pembunuhannya terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib dan bagaimana cara ia membunuhnya?' Aku berkata, 'Boleh, kalau engkau mau.' Kemudian kami berjalan-jalan di Himsh menanyakan Wahsyi. Kami bertanya kepada seseorang dan ia pun berkata, 'Kalian berdua akan mendapatkan Wahsyi di halaman rumahnya. Ia pecandu minuman keras. Jika kalian berdua mendapatinya tidak mabuk, kalian berdua mendapatinya orang Arab dan kalian berdua akan memperoleh jawaban pertanyaan yang kalian berdua tanyakan kepadanya. Jika kalian berdua mendapatinya memegang minuman keras, pergilah kalian berdua daripadanya dan tinggalkan dia.' Kami meneruskan perjalanan. Ketika tiba di tempat Wahsyi, ternyata ia berada di halaman rumahnya di atas hamparan miliknya, telah tua seperti burung Bughats (jenis burung) dan tidak mabuk. Ketika kami tiba di tempatnya, kami mengucapkan salam dan ia mengarahkan pandangannya kepada Abdullah bin Adi. Wahsyi berkata, 'Apakah engkau anak Adi bin Al-Khiyar?' Abdullah bin Adi berkata, 'Ya, betul.' Wahsyi berkata, 'Demi Allah, aku tidak pernah melihatmu sejak aku menyerahkanmu kepada ibumu, As-Sa'diyyah, yang menyusuimu di Dzi Thuwa. Ketika itu, aku serahkan engkau kepadanya yang sedang berada di atas untanya, kemudian ia mengambilmu. ketika aku mengangkatmu kepada ibumu, kedua kakimu memberi isyarat kepadaku. Demi Allah, ketika kedua kaki tersebut berdiri di depanku, aku mengenalinya.' Kami duduk dekat Wahsyi dan berkata kepadanya, 'Kami datang kepadamu karena ingin mendengar kisah darimu tentang pembunuhanmu terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib dan bagaimana engkau membunuhnya.' Wahsyi berkata, 'Aku akan bercerita kepadamu seperti yang pernah aku ceritakan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau bertanya kepadaku tentang pembunuhanku terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib dan bagaimana cara aku membunuhnya.'

Wahsyi berkata lebih lanjut, 'Aku budak milik Jubair bin Muth'im. Paman Jubair bin Muth'im, Thu'aimah bin Adi, tewas di Perang Badar. Ketika orang-orang Quraisy berangkat ke Uhud, Jubair bin Muth'im berkata kepadaku, 'Jika engkau bisa membunuh Hamzah bin Abdul Muththalib, paman Muhammad,
============================================================================================
Halaman 35

sebagai pembalasan atas kematian pamanku, engkau merdeka.' Aku pun berangkat bersama orang-orang Quraisy. Aku orang Habasyah yang ahli melempar tombak ala Habasyah dan lemparanku jarang sekali meleset. Ketika kedua belah pihak telah bertemu, aku keluar mencari Hamzah bin Abdul Muththalib dan mengincarnya. Aku lihat dia berada di samping orang-orang yang sedang bertempur bak seperti unta belang-belang yang membunuh lawan-lawannya dengan pedang dan tidak ada satu pun lawan yang sanggup berdiri di depannya. Demi Allah, aku bersiap-siap pergi kepadanya dan aku mengendap-endap di balik pohon atau batu untuk mendekat kepadanya, namun aku kalah cepat dengan Siba' bin Abdul Uzza yang terlebih dahulu mendekat kepada Hamzah bin Abdul Muththalib. Ketika Hamzah bin Abdul Muththalib melihat Siba' bin Abdul Uzza, ia berkata kepadanya, 'Kemarilah, hai anak wanita pemotong pemutus clitoris (kelentit)!' Kemudian Hamzah bin Abdul Muththalib memukul Siba' bin Abdul Uzza dan pukulannya tepat mengenai kepala Siba' bin Abdul Uzza. Ketika itulah, aku gerak-gerakkan tombakku. Ketika aku merasa telah siap, aku melemparkannya ke arah Hamzah bin Abdul Muththalib dan tepat mengenai bagian bawah perutnya hingga keluar dari kedua kakinya. Ia berusaha pergi ke arahku, namun tidak sanggup. Aku biarkan dia beberapa waktu di tempat ia jatuh. Ketika ia telah menginggal, aku ambil tombakku, kemudian aku masuk ke barak dan duduk di dalamnya. Aku tidak mempunyai tujuan selain membunuh Hamzah bin Abdul Muththalib, karena aku ingin menjadi orang merdeka dengan cara membunuhnya. Ketika aku tiba di Makkah, aku langsung dimerdekakan. Aku tetap berdomisili di Makkah. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menaklukkan Makkah, aku melarikan diri ke Thaif dan bertempat tinggal di sana. Ketika delegasi Thaif pergi menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk menyatakan masuk Islam, tiba-tiba semua jalan menjadi gelap bagiku. Aku berkata dalam diriku, 'Aku akan pergi ke Syam atau Yaman atau negara lain.' Demi Allah, aku resah ketika seseorang berkata kepadaku, 'Celakalah engkau, demi Allah, tidaklah seseorang membunuh salah seorang dari kaum Muslimin, melainkan ia masuk kepada agamanya dan bersaksi dengan kesaksian yang benar.' Ketika orang tersebut berkata seperti itu kepadaku, aku ikut pergi bersama orang-orang untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Madinah. Tidak ada yang menakutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melainkan aku berdiri di depannya dan bersaksi dengan kesaksian yang benar. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melihatku, beliau berabda, 'Apakah engkau Wahsyi?' Aku menjawab, 'Ya,betul wahai Rasulullah.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, 'Duduklah dan ceritakan kepadaku bagaimana cara engkau membunuh Hamzah?' Aku pun bercerita kepada beliau tentang pembunuhanku terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib persis seperti ceritaku kepada...
============================================================================================
Halaman 36

...kalian berdua. Ketika aku telah bercerita tentang pembunuhanku terhadap Hamzah bin Abdul Muththalib, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 'Celakalah engkau, sembunyikan wajahmu dariku. Aku tidak ingin melihatmu lagi!' Aku pergi dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam agar beliau tidak melihatku. Ketika kaum Muslimin keluar untuk memerangi Musailamah si Pendusta, penguasa Yamamah, aku keluar bersama mereka dan mengambil tombak yang dulu aku pakai untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muththalib. Ketika kedua belah pihak bertemu, aku lihat Musailamah si Pendusta berdiri dengan menghunus pedang dan aku tidak kenal dengannya. Aku bersiap-siap mengincarnya. Salah seorang dari kaum Anshar juga siap-siap mengincarnya. Kami berdua ingin membunuh Musailamah si Pendusta. Aku gerak-gerakkan tombakku. Ketika aku telah siap, aku melemparkannya ke arah Musailamah si Pendusta dan tepat mengenainya dan pada saat yang bersamaan, orang dari kaum Anshar memukul Musailamah si Pendusta dengan pedang. Tuhanmu yang lebih tahu siapa di antara kami berdua yang membunuh Musailamah si Pendusta. Jika aku telah membunuhnya, aku telah membunuh orang terbaik setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan membunuh manusia terjelek'." :shock:

Ibnu Ishaq berkata, Abdullah bin Al-Fadhl berkata kepadaku dari Sulaiman bin Yasar dari Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhuma yang berkata--ia hadir di Perang Yamamah (perang menumpas Musailamah si Pendusta), "Di perang Yamamah, aku dengar orang berteriak keras, 'Aku dibunuh budak hitam'."

Ibnu Hisyam berkata, "Aku mendapat informasi bahwa Wahsyi tidak henti-hentinya dijatuhi hukuman had karena mengkonsumsi minuman keras hingga namanya dihapus dari dokumen negara. Umar bin Khaththtab Radhiyallahu Anhu berkata, 'Sungguh aku tahu bahwa Allah Ta'ala tidak pernah membiarkan begitu saja pembunuhan Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu'." (JGA: Cari alasan wae untuk membunuh Wahsyi...! wong udah jelas karena membalas kematian Hamzah, masih juga bilang karena suka mabuk!)

Syahidnya Mush’ab bin Umair Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Mush’ab bin Umair bertempur melindungi Rasulullah SAW hingga gugur. Ia dibunuh Ibnu Qami’ah Al-Laitsi karena disangka Rasulullah SAW, Ibnu Qami’ah Al-Laitsi pulang ke Makkah dan berkata, ‘Aku telah membunuh Muhammad.’

Ketika Mush’ab bin Umair gugur, Rasulullah SAW menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abu Thalib, kemudian Ali bin Abu Thalib bertempur bersama orang dari kaum Muslimin.”
========================================================================
Halaman 37

Pertemuan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu dengan Abu Sa’ad bin Abu Thalhah

Ibnu Hisyam berkata, Maslamah bin Alqamah Al-Mazini berkata kepadaku. “Ketika perang sedang berkecamuk di Uhud, Rasulullah SAW duduk di bawah bendera orang-orang Anshar dan menyuruh seseorang untuk menemui Ali bin Abu Thalib dengan membawa pesan hendaknya Ali bin Abu Thalib maju membawa bendera perang. Ali bin Abu Thalib pun maju sambil berkata, ‘Aku ayah sesuatu yang retak (Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan bahwa Ali bin Abu Thalib berkata, ‘Aku ayah sesuatu yang menghancurkan.”).’ Abu Sa’ad bin Thalhah, pemegang bendera perang kaum musyrikin, memanggil Ali bin Abu Thalib, ‘Hai ayah sesuatu yang retak, apakah engkau bersedia perang tanding denganku?’ Ali bin Abu Thalib menjawab, ‘Ya.’ Kemudian keduanya melakukan perang tanding di antara barisan kaum Muslimin dan barisan kaum musyrikin. Keduanya saling mengayunkan pedang dan akhirnya Ali bin Abu Thalib menebas Abu Sa’ad bin Abu Thalhah. Ali bin Abu Thalib pergi dari Abu Sa’ad bin Abu Thalhah dan tidak membunuhnya sekaligus. Sahabat-sahabat Ali bin Abu Thalib berkata kepada Ali bin Abu Thalib, ‘Kenapa engkau tidak menewaskannya sekaligus?’ Ali bin Abu Thalib menjawab, ‘Ia datang kepadaku dengan kehormatannya dan aku merasa iba kepadanya karena hubungan kekerabatan antara aku dengannya. Namun setelah itu, aku tahu bahwa Allah telah mematikannya.’ Ada yang berkata bahwa Abu Sa’ad bin Abu Thalhah keluar di antara barisan kaum Mulimin dan barisan kaum musyrikin kemudian berteriak keras, ‘Aku sang penewas, siapa yang siap melakukan perang tanding denganku?’ Ia berkata seperti itu berulangkali dan tidak ada satu pun yang menjawab tantangannya. Abu Sa’ad bin Abu Thalhah berkata, ‘Hai sahabat-sahabat Muhammad, kalian sangka korban-korban kami masuk neraka. Kalian bohong. Jika kalian mengetahui hal tersebut dengan yakin, pasti ada seseorang dari kalian yang berani berhadapan denganku.’ Kemudian Ali bin Abu Thalib keluar menghadapi Abu Sa’ad bin Abu Thalhah. Keduanya saling mengayunkan pedang hingga akhirnya Ali bin Abu Thalib menebas Abu Sa’ad bin Abu Thalhah hingga tewas.”

Perihal Ashin bin Tsabit Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Abu Sa’ad bin Abu Thalhah dibunuh Sa’ad bin Abu Waqqash.

Ashin bin Tsabit bin Abu Al-Aqlah bertempur habis-habisan dan berhasil membunuh Musafi’ bin Thalhah dan saudaranya, Al-Julas bin Thalhah. Keduanya terkena anak panah Ashim bin Tsabit. Salah seorang dari keduanya –
===============================================================================================
Halaman 38

…sebelum mati – menemui ibunya, Sulafah, dan meletakkan kepala di pangkuannya. Sulafah berkata, ‘Anakku, siapa orang yang melukaimu?’ Musafi atau Al-Julas menjawab, ‘Ketika seseorang melemparkan anak panah kepadaku, aku dengar ia berkata, ‘Ambillah ini, aku anak Abu Al-Aqlah.’ Sulafah pun bernadzar jika Allah memberinya kesempatan melihat kepala Ashim bin Tsabit, ia akan menyiramkan minuman keras di kepalanya. Tapi Ashim bin Tsabit juga bersumpah kepada Allah untuk tidak menyentuh orang kafir selama-lamanya atau disentuh orang kafir.

Di Perang Uhud, Utsman bin Abu Thalhah, pemegang bendera kaum musyrikin, berkata,

  • ‘Sesungguhnya para pemegang bendera berhak
    Untuk mewarnai saluran air atau mati.’


Utsman bin Abu Thalhah dibunuh Hamzah bin Abdul Muththalib di Perang Uhud.”

Handzalah bin Abu Amir Radhiyallahu Anhu Yang Dimandikan Para Malaikat

Ibnu Ishaq berkata, “Handzalah bin Abu Amir al-ghasil (yang dimandikan para malaikat) bertemu dengan Abu Sufyan bin Harb di Perang Uhud. Ketika Handzalah bin Abu Amir dapat mengatasi perlawanan Abu Sufyan bin Harb, tiba-tiba Syaddad bin Al-Aswad – anak Syu’ub – melihat Handzalah bin Abu Harb yang berhasil mengatasi perlawanan Abu Sufyan bin Harb kemudian memukul Handzalah bin Abu Amir hingga gugur. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya sahabat kalian, Handzalah, pasti akan dimandikan para malaikat.’ Para sahabat menanyakan perihal Handzalah bin Abu Amir kepada istrinya, ‘Ada apa dengan Handzalah bin Abu Amir?’ Istrinya menjawab bahwa Handzalah bin Abu Amir keluar dari rumah dalam keadaan junub ketika mendengar panggilan jihad.” Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Handzalah bin Abu Amir akan dimandikan para malaikat’.”

Syair Syaddad bin Al-Aswad tentang Pembunuhannya terhadap Handzalah bin Abu Amir Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Syaddad bin Al-Aswad berkata tentang pembunuhannya terhadap Handzalah bin Abu Amir,
  • ‘Aku pasti melindungi sahabatku dan diriku
    dengan tikaman seperti sinar matahari’.”

====================================================================================================
Halaman 39

Syair Abu Sufyan bin Harb di Perang Uhud

Ibnu Ishaq berkata, “Abu Sufyan bin Harb berkata mengingatkan ketabahannya di Perang Uhud dan bantuan Syaddad bin Al-Aswad padanya ketika ia bertempur melawan Handzalah bin Abu Amir,

  • ‘Jika aku mau, aku diselamatkan oleh kuda kemerah-merahan yang kencang larinya
    Dan aku tidak memberi hadiah kepada anak Syu’ub (Syaddad bin Al-Aswad)
    Anak kudaku senantiasa dekat dengan mereka
    Aku perangi mereka dan memanggil duhai pemenang
    Aku usir mereka dariku dengan langkah tegap
    Maka menangislah dan jangan hiraukan ucapan pengritik
    Jangan bosan dengan airmata dan ratap tangis
    Ayahmu dan saudara-saudara ayahmu telah meninggal secara berurutan
    Dan mereka pantas ditangisi
    Tanyakan pada diriku
    Sesungguhnya aku telah membunuh orang-orang mulia An-Najjar
    Aku juga telah membunuh orang-orang mulia dari Hasyim dan Mush’ab
    Itu terjadi di perang yang tidak ada tandingannya
    Jika seandainya aku menyembuhkan luka hatiku dengan membunuh mereka
    Pasti itu menimbulkan luka di hati’.”


Jawaban Hassan bin Tsabi Radhiyallahu Anhu atas Syair Abu Sufyan bin Harb

Ibnu Hisyam berkata, “Syair Abu Sufyan bin Harb di atas dijawab Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu,

  • ‘Ingatkah engkau orang-orang mulia dari Bani Hasyim?
    Engkau tidak berbohong dan berkata dengan benar
    Apakah engkau heran jika engkau mengincar Hamzah di antara mereka?
    Ia orangmulia dan sebelumnya engkau menamakannya peratap
    Bukankah mereka (Bani Hasyim) telah membunuh Amr, Utbah beserta anaknya
    Juga membunuh Syaibah, Al-Hajjaj, dan anak sang kekasih
    Esok pagi, pendurhaka akan memanggil Ali kemudian pendurhaka tersebut takut padanya
    Karena pukulan mematikan yang dibasahi oleh cat’.”


Syair Syaddad bin Al-Aswad tentang Pertolongannya kepada Abu Sufyan bin Harb

Ibnu Ishaq berkata, “Syaddad bin Al-Aswad berkata mengingatkan pertolongannya kepada Abu Sufyan bin Harb,

  • ‘Kalaulah tidak karena perlindunganku kepadamu, hai anak Harb
    Engkau pasti dijinakkan ketika tempat tinggi tidak dihiraukan
    Kalaulah aku tidak mondar-mandir di kudanya di tempat tinggi
    Maka anjing hutan atau anjing galak akan mendengkur padanya’.”


Jawabn Al-Harits bin Hisyam terhadap Syair Abu Sufyan bin Harb

Ibnu Ishaq berkata, “Al-Harits bin Hisyam berkata menjawab syair Abu Sufyan bin Harb,

  • ‘Aku balas mereka kekalahan di Perang Badar dengan kekalahan yang sama
    Di atas kuda yang cepat larinya yang harum aromanya dan tangkas
    Jika engkau dipulangkan dengan hati yang tidak menyisakan sifat pengecut
    Di tanah datar Badar atau engkau menyelenggarakan ratap tangis untukmu
    Dan engkau tidak peduli dengan orang-orang tercinta yang mendapat musibah’.”


Ibnu Hisyam berkata, “Al-Harits bin Hisyam menjawab syair Abu Sufyan bin Harb, karena ia mengira bahwa Abu Sufyan bin Harb menyindir dirinya dengan ucapan, ‘Anak kudaku senantiasa dekat dengan mereka,’ dikarenakan Al-Harits bin Hisyam melarikan diri.”

Kekalahan Menimpa Orang-orang Quraisy

Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Allah Ta’ala menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin dan menepati janji-Nya kepada mereka. Karenanya kaum Muslimin berhasil membunuh orang-orang musyrikin dengan pedang-pedang mereka hingga memaksa mereka membuka pertahanan. Kekalahan pun menimpa kaum musyrikin secara tidak terelakkan.”

Ketidakpatuhan Pasukan Pemanah terhadap Pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Ishaq berkata, Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku dari ayahnya, Abbad, dari Abdullah bin Az-Zubair dari Az-Zubair…
==================================================================================================
Halaman 40

Syair Syaddad bin Al-Aswad tentang Pertolongannya kepada Abu Sufyan bin Harb

Ibnu Ishaq berkata, “Syaddad bin Al-Aswad berkata mengingatkan pertolongan kepada Abu Sufyan bin Harb,
  • ‘Kalaulah tidak karena perlindunganku kepadamu, hai anak Harb
    Engkau pasti dijinakkan ketika tempat tinggi tidak dihiraukan
    Kalaulah aku tidak mondar-mandir di kudanya di tempat tinggi
    Maka anjing hutan atau anjing galak akan mendengkur padanya’.”


Jawaban Al-Harits bin Hisyam terhadap Syair Abu Sufyan bin Harb

Ibnu Ishaq berkata, “Al-Harits bin Hisyam berkata menjawab, syair Abu Sufyan bin Harb,
  • ‘Aku balas mereka kekalahan di Perang Badar dengan kekalahan yang sama
    Di atas kuda yang cepat larinya yang harum aromanya dan tangkas
    Jika engkau (hai Abu Sufyan) melihat apa yang terjadi pada mereka
    Pasti engkau dipulangkan dengan hati yang tidak menyisakan sifat pengecut
    Di tanah datar Badar atau engkau menyelenggarakan ratap tangis untukmu
    Dan engkau tidak peduli dengan orang-orang tercinta yang mendapat musibah’.”


Ibnu Hisyam berkata, “Al-Harits bin Hisyam menjawab syair Abu Sufyan bin Harb, karena ia mengira bahwa Abu Sufyan bin Harb menyindir dirinya dengan ucapan, ‘Anak kudaku senantiasa dekat dengan mereka,’ dikarenakan Al-Harits bin Hisyam melarikan diri.”

Kekalahan Menimpa Orang-orang Quraisy

Ibnu Hisyam berkata, “Kemudian Allah Ta’ala menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin dan menepati janji-Nya kepada mereka. Karenanya kaum Muslimin berhasil membunuh orang-orang musyrikin dengan pedang-pedang mereka hingga memaksa mereka membuka pertahanan. Kekalahan pun menimpa kaum musyrikin secara tidak terelakkan.”

Ketidakpatuhan Pasukan Pemanah terhadap Pesan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Ishaq berkata, Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata kepadaku dari ayahnya, Abbad, dari Abdullah bin Az-Zubair dari Az-Zubair….

===================================================================================================
Halaman 41

…yang berkata, “Demi Allah, aku lihat gelang kaki Hindun binti Utbah dan teman-temannya tercecer tanpa diambil sedikitpun, tiba-tiba pasukan pemanah pergi ke barak ketika kita berhasil membongkar pertahanan musuh dan mereka membiarkan punggung kita di depan pasukan berkuda musuh. Akhirnya kita didatangi pasukan berkuda musuh dari belakang kita dan seorang penyeru berseru, ‘Sesungguhnya Muhammad telah terbunuh.’ Kita pun kalah dan musuh mengalahkan kita setelah sebelumnya kita berhasil mengalahkan para pemegang bendera mereka hingga seseorang dari kita mendekat dengan musuh.”

Amrah Al-Haritsiyah Memegang Bendera Orang-orang Quraisy

Ibnu Ishaq berkata, sebagian ulama berkata kepadaku bahwa bendera orang-orang Quraisy jatuh kemudian diambil Amrah binti Alqamah Al-Haritsiyah. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi kepada orang-orang Quraisy yang kemudian berkumpul kembali di sekitar bendera tersebut. Kemudian bendera perang tersebut dipegang Shu’ab yang tidak lain adalah budak Abu Thalhah dan merupakan orang terakhir yang memegangnya. Shu’ab bertempur dengan bendera tersebut hingga kedua tangannya terputus. Setelah itu, ia bertempur dengan berlutut kemudian mendekap bendera perang tersebut dengan dada dan lehernya hingga akhirnya ia tewas sambil berkata, ‘Ya Allah, apakah aku dimaafkan?’ ”

Syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu Yang Meledek Orang-orang Quraisy karena Menyerahkan Bendera Perang kepada Budak Abu Thalhah

Ibnu Ishaq berkata, “Tentang kejadian di atas, Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata,
  • ‘Kalian berbangga diri dengan bendera dan kebanggaan jelek
    Ialah bendera yang diserahkan kepada Shu’ab
    Kalian jadikan kebanggaan kalian di bendera yang ada di tangan budak
    Padahal budak adalah manusia terjelek yang menginja tanah’.”


Syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu tentang Amrah binti Alqamah

Ibnu Ishaq berkata, “Hasan bin Tsabit berkata tentang peran Amrah binti Alqamah dan pengangkatan bendera orang-orang Quraisy olehnya,
  • ‘Kita lakukan tikaman mematikan terhadap mereka
    Dan kita serang mereka dari semua penjuru
    Tanpa peran Al-Haritsiyah, mereka dijual di pasar-pasar seperti barang’.”

=====================================================================================================
Halaman 42

Ibnu Hisyam berkata, “Syair di atas adalah sebagian syair-syair Hassan bin Tsabit.”

Apa Yang Dialami Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Perang Uhud

Ibnu Ishaq berkata, “Pertahanan kaum Muslimin pun jebol dan mereka diserang musuh-musuh mereka. Itu hari ujian dan hari pembersihan dimana Allah memuliakan kaum Muslimin dengan memberi kesempatan mati syahid kepada mereka. Karena pertahanan kaum Muslimin terbuka, musuh berhasil masuk ke tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian melempar beliau dengan batu hingga beliau terjatuh dalam keadaan miring, batu tersebut mengenai gigi, antara gigi depan dengan gigi taring, melukai wajah dan bibir beliau. Orang-orang yang melempar beliau dengan batu ialah Utbah bin Abu Waqqash.”

Ibnu Ishaq berkata, Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Anas bin Malik yang berkata, “Di Perang Uhud, gigi antara gigi depan dengan gigi taring Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pecah dan wajah beliau terluka. Darah pun keluar di wajah beliau, kemudian beliau mengusap darah sambil berkata, ‘Bagaimana kaum bisa bahagia, kalau mereka melukai wajah Nabi mereka, padahal ia mengajak mereka kepada Tuhan mereka.’ Tentang hal tersebut, Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya,
  • “Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang zhalim.” (Ali Imran: 128).


Ibnu Hisyam berkata, Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id Al-Kudhri berkata dari ayahnya dari Abu Sa’id Al-Kudhri bahwa di Perang Uhud, Utbah bin Abu Waqqas melempar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga memecahkan gigi antara gigi depan dengan gigi taring sebelah kanan bagian bawah dan melukai bibir bawah beliau. Abdullah bin Syihab Az-Zuhri melukai kening Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Qami’ah melukai bagian atas pipi yang menonjol hingga dua rantai besi perisai masuk ke dalam bagian atas pipi beliau. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terperosok ke salah satu lubang yang dibuat Abu Amir agar kaum Muslimin terperosok ke dalamnya tanpa sepengetahuan mereka. Kemudian Ali bin Abu Thalib memegang tangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Thalhah bin Ubaidillah mengangkat beliau hingga beliau berdiri tegak. Malik bin Sinan yang tidak lain adalah Abu Sa’id Al-Kudhri mengusap darah dari wajah beliau dan menelannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam …
=====================================================================================================
Halaman 43

pindah ke bawah...




Last edited by JANGAN GITU AH on Wed Jun 08, 2011 2:42 pm, edited 2 times in total.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 43
…bersabda, “Barangsiapa darahnya menyentuh darahku, ia tidak akan disentuh neraka.

Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu

Ibnu Hisyam mengatakan, bahwa Abdul Azis bin Muhammad Ad-Darawardi menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa ingin melihat orang syahid berjalan di atas permukaan bumi, hendaklah ia melihat Thalhah bin Ubaidillah.”

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Radhiyallahu Anhu

Ibnu Hisyam mengatakan, bahwa Abdul Azis bin Muhammad Ad-Darawardi berkata dari Ishaq bin Yahya bin Thalhah dari Isa bin Thalhah dari Aisyah dari Abu Bakar Ash-Siddiq bahwa Abu Ubaidillah bin Al-Jarrah mencabut salah satu besi dari wajah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga gigi depannya copot dan mencabut besi satunya hingga gigi depannya yang lain. Jadi kedua gigi depannya copot.

Ibnu Ishaq berkata, “Hassan bin Tsabit berkaa kepada Utbah bin Abu Waqqash,
  • ‘Jika Allah membalas salah satu kaum karena perbuatan mereka
    Dan membalas pertolongan mereka kepada Ar-Rahman, pemilik timur,
    Maka Tuhanku menghinakanmu, hai Utaib bin Malik
    Dan mempertemukanmu kepada salah satu petir sebelum kematianmu
    Engkau menjulurkan tangan kananmu secara sengaja kepada Nabi
    Kemudian engkau melukai mulutnya dan itu seperti dipotong dengan pedang
    Kenapa engkau tidak ingat kepada Allah
    Dan negeri tempat engkau dikembalikan kepada-Nya di salah satu tempat yang abadi’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Dua bait tidak aku sebutkan karena jorok.”

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dikepung orang-orang Quraisy, beliau berkata, ‘Siapakah orang yang siap mengorbankan nyawa untukku?’ Ziyad bin As-Sakan berdiri bersama lima orang dari kaum Anshar – seperti dikatakan kepadaku oleh Al-Hushain bin Abdurrahman bin Amr bin Sa’ad bin Muadz berkata kepadaku dari Mahmud bin Amr--. Sebagian orang berkata bahwa orang yang siap mengorbankan nyawa untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah Umarah bin Yazid bin As-Sakkan. Mereka bertempur habis-habisan melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga satu per-satu dari mereka gugur sebagai syuhada’ dan orang…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 44

…yang terakhir gugur dari kelima orang tersebut ialah Ziyad atau Umarah yang bertempur hingga luka parah. Dalam kondisi seperti itu, datanglah salah satu kelompok dari kaum Muslimin yang akhirnya berhasil menyingkirkan orang-orang musyrik dari sekitar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda, ‘Dekatkan dia kepadaku.’ Mereka pun mendekatkannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian beliau menjadikan kaki beliau sebagai bantalnya dan Ziyad bin As-Sakan meninggal sedang pipinya berada di atas kaki Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”

Sepak Terjang Ummu Umarah Radhiyallahu Anha

Ibnu Hisyam berkata, Ummu Umarah, Nusaibah binti Ka’ab Al-Maziniyah, ikut bertempur di Perang Uhud. Sa’ad bin Abu Zaid Al-Anshari menyebutkan bahwa Ummu Sa’ad binti Sa’ad bin Ar-Rabi’ berkata, “Aku masuk menemui Ummu Umarah dan berkata kepadanya, ‘Bibiku, berceritalah tentang dirimu dengan membawa tempat air berisi air dan melihat apa yang diperbuat orang-orang hingga aku tiba di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Saat itu, kemenangan diraih kaum Muslimin. Ketika kaum Muslimin terpukul, aku mendekat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk terlibat langsung ke medan perang dan melindungi beliau dengan pedang serta melempar anak panah hingga aku terluka.’ Aku lihat luka parah yang mongering di pundak Ummu Umarah. Aku bertanya kepadanya,’Siapa yang melukaimu hingga terluka seperti ini?’ Ummu Umarah menjawab, ‘Ibnu Qami’ah – mudah-mudahan Allah menghinakannya -- ,. Ketika kaum Muslimin berpaling dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, tiba-tiba datanglah Ibnu Qami’ah dan berkata, ‘Tunjukkan kepadaku mana Muhammad, aku tidak akan selamat jika ia selamat.’ Aku, Mush’ab bin Umair, dan beberapa orang-orang yang tegar bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam maju menghadangnya. Namun Ibnu Qami’ah memukulku sehingga membuatku terluka seperti ini. Aku pukul dia beberapa kali, tetapi musuh Allah tersebut mengenakan dua baju besi’.”

Sahabat-sahabat Yang Melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Ishaq berkata, “Abu Dujanah membentengi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga panah mengenai punggungnya karena simpati kepada beliau hingga banyak sekali panah yang mengenai dirinya. Sa’ad bin Abu Waqqash melempar anak panah untuk melindungi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sa’ad bin Abu Waqqash berkata, ‘Sungguh aku lihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 45

…mengambil anak panah untukku sambil bersabda, ‘Lemparlah, ayah-ibuku menjadi tebusannya.’ Itulah hingga beliau mengambil anak panah yang tidak mempunyai mata panah sambil bersabda, ‘Lemparlah dengan anak panah ini!”

Luka Mata Qatadah bin An-Nu’man Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melempar panah dari busurnya hingga patah kemudian diambil Qatadah bin An-Nu’man. Busur panah tersebut berada di sisinya, kemudian mengenai matanya hingga keluar ke atas pipi bagian atas.”

Ibnu Ishaq berkata, “Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengembalikan mata Qatadah bin An-Nu’man dengan tangan ke tempatnya, kemudian matanya menjadi paling indah dan penglihatannya menjadi sangat tajam.”

Perihal Anas bin An-Nadhr, Paman Anas bin Malik

Ibnu Ishaq berkata, “Al-Qasim bin Abdurrahman bin Rafi’ saudara Bani Adi bin An-Najjar berkata kepadaku bahwa Anas bin An-Nadhr, paman Anas bin Malik, tiba di tempat Umar bin Khaththab dan Thalhah bin Ubaidillah bersama beberapa orang dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang berhenti bertempur. Anas bin An-Nadhr berkata, ‘Kenapa kalian duduk?’ Mereka menjawab, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terbunuh.’ Anas bin An-Nadhr berkata, ‘Kalau begitu, apa yang akan kita perbuat dengan kehidupan ini sepeninggal beliau? Matilah kalian seperti matinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.’ Usai berkata seperti itu, Anas bin An-Nadhr maju ke musuh dan bertempur habis-habisan hingga gugur. Anas bin Malik diberi nama Anas karena meniru nama Anas bin An-Nadhr, pamannya.”

Ibnu Ishaq berkata, “Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Anas bin Malik yang berkata, ‘Ketika itu, saya temukan tujuh puluh tebasan di tubuh Anas bin An-Nadhr dan tidak ada yang mengenalinya selain saudara perempuannya yang mengenalinya dari jari-jarinya’.”

Perihal Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu Anhu

Ibnu Hisyam berkata, “Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa ketika Perang Uhud terjadi, mulut Abdurrahman bin Auf terluka, gigi depannya patah, dan mendapatkan luka sebanyak dua puluh luka atau lebih. Sebagian luka tersebut di kaki hingga ia pincang.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 46

Sahabat Yang Pertama Kali Mengumumkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Masih Hidup setelah Diisukan Meninggal Dunia

Ibnu Ishaq berkata, “Sahabat yang pertama kali melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah kekalahan dan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa beliau telah meninggal dunia adalah Ka’ab bin Malik – seperti disebutkan Ibnu Syihab Az-Zuhri--. Ka’ab bin Malik berkata, ‘Aku lihat kedua mata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang suci bersinar dari bawah perisai kepala, kemudian aku berteriak dengan suara terkerasku, ‘Hai seluruh kaum Muslimin, bergembiralah kalian. Inilah Rasulullah.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi isyarat kepadaku agar aku diam’.”

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika kaum Muslimin mengetahui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masih hidup, mereka bangkit kepada beliau. Kemudian beliau pergi ke jalan ke Gunung Uhud bersama mereka dengan dikawal Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Kaththab, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Az-Zubair, Al-Harits bin Ash-Shammah, dan beberapa orang lainnya dari kaum Muslimin.”

Terbunuhnya Ubai bin Khalaf, Laknat Allah untuknya

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendaki ke jalan menuju Gunung Uhud, beliau berpapasan dengan bin Khalaf yang kemudian bertanya kepada beliau, ‘Engkau akan pergi ke mana wahai Muhammad? Aku tidak selamat jika engkau selamat.’ Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, pantaskah kalau salah seorang dari kita bersikap ramah kepadanya?’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Biarkan dia !’ Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dekat dengan Ubai bin Khalaf, beliau mengambil tombak dari tangan Al-Harits bin Ash-Shammah. Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil tombak tersebut dari tangan Al-Harits bin Ash-Shammah, tiba-tiba beliau terguncang dengan guncangan yang membuat kami beterbangan dari beliau seperti lalat beterbangan dari punggung unta. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam maju ke Ubai bin Khalaf dan menikam lehernya yang membuatnya jatuh dari kuda hingga beberapa kali. Ubai bin Khalaf—seperti dikatakan kepadaku oleh Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf—pernah bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Makkah kemudian berkata kepada beliau, ‘Hai Muhammad, aku mempunyai kuda bernama Al-Audz yang aku beri makan sebanyak dua belas kwintal dalam setiap hari agar aku bisa membunuhmu di atasnya.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Justru aku yang akan membunuhmu, insya Allah.’ Ketika Ubai bin Khalaf kembali ke tempat orang-orang Quraisy dengan leher terkoyak tidak terlalu parah dan…
=======================================================================================================
Halaman 47

…darahnya telah terhenti, ia berkata, ‘Demi Allah, aku telah dibunuh Muhammad.’ Orang-orang Quraisy berkata kepada Ubai bin Khalaf,’Demi Allah, nyalimu telah hilang. Demi Allah, bukankah engkau mempunyai kekuatan.’ Ubai bin Khalaf berkata,’Ketika masih di Makkah, Muhammad pernah berkata kepadaku, ‘Aku akan membunuhmu.’ Demi Allah, seandainya ia meludahiku, ia bisa membunuhku dengan ludahnya.’ Setelah itu, musuh Allah, Ubai bin Khalaf, meninggal dunia dan orang-orang Quraisy membawa mayatnya ke Makkah.”

Syair Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu tentang Kematian Ubai bin Khalaf

Ibnu Ishaq berkata, “Tentang kematian Ubai bin Khalaf, Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata,
  • ‘Sungguh, Ubai telah mewarisi kesesatan ayahnya
    Pada hari ia ditantang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
    Engaku datang kepada beliau dengan membawa potongan tulang yang remuk
    Dan mengancam beliau dalam keadaan tidak tahu betul tentang beliau
    Bani An-Najjar telah membunuh salah seorang dari kalian
    Yaitu Umaiyyah, karena ia memberi pertolongan, hai Aqil
    Binasalah dua putra Rabi’ah, karena keduanya mentaati Abu Jahal
    Kebinasaan menyelimuti keduanya
    Harits lolos ketika kami sibuk menawan orang-orang yang kabilahnya kalah’.”
Syair lain Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu tentang Kematian Ubai bin Khalaf

Ibnu Ishaq berkata, “Hassan bin Tsabit juga berkata tentang kematian Hassan bin Tsabit,
  • ‘Ketahuilah, siapakah yang siap menyampaikan pesanku kepada Ubai?
    Sungguh engkau ditemukan di neraka Sa’ir
    Engkau memimpikan kesesatan dari jarak jauh
    Engkau bersumpah jika mampu bernadzar
    Angan-angan kosongmu, hai orang yang jauh
    Dan ucapan kekafiranmu kembali kepada keterpedayaan
    Sungguh engaku telah mendapatkan tikaman orang yang marah
    Mulia dan tidak fasik
    Ia mempunyai keutamaan atas semua orang hidup secara keseluruhan
    Jika kejadian-kejadian kritis terjadi’.”
Kedatangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Jalan Menuju Gunung Uhud{/b]

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di depan jalan menuju Gunung Uhud, Ali bin Abu Thalib keluar untuk mengisi tempat airnya di Al-Mihras (tempat di Uhud) kemudian membawanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau minum daripadanya. Beliau mencium bau tidak sedap pada air tersebut dan urung meminumnya. Beliau membersihkan darah dari wajahnya dan menyiramkan air tersebut ke kepalanya sambil bersabda, ‘Allah sangat marah kepada orang melukai wajah nabinya’.”

Ibnu Ishaq berkata, Shalih bin Kaisan berkata kepadaku, dari orang yang berkata kepadanya dari Sa’ad bin Abu Waqqash yang berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah berambisi besar membunuh seorang pun seperti ambisi besarku untuk membunuh Utbah bin Abu Waqqash, kendati aku tahu bahwa tindakanku ini tidak bermoral dan dibenci kaumnya, namun aku terhibur dengan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Allah sangat marah kepada orang yang melukai wajah rasulnya’.”

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu dan Beberapa Orang dari Kaum Muhajirin Mengusir Pasukan Berkuda kaum Musyrikin

ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di jalan menuju Gunung Uhud bersama beberapa orang dari sahabat-sahabatnya, tiba-tiba pasukan berkuda Quraisy mendaki gunung (Ibnu Hisyam berkata, “Di antara personel pasukan berkuda tersebut adalah Khalid bin Walid). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ya, Allah, mereka tidak pantas berada di atas kami.’ Kemudian Umar bin Khaththab bersama beberapa orang dari kaum Muhajirin melawan mereka dan berhasil membuat mereka turun dari gunung.”

Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pergi ke batu di gunung untuk mendakinya dalam keadaan badan mulai lemah, dan mengenakan baju besi di depan dan belakang badannya. Beliau berusaha mendaki gunung tersebut, namun gagal, kemudian Thalhah bin Ubaidillah duduk di bawah beliau dan berdiri dengan beliau hingga beliau berdiri tegak. Ketika itulah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam – seperti dikatakan kepadaku oleh Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair dari ayahnya dari Abdullah bin Az-Zubair dari Az-Zubair—bersabda, “Thalhah wajib masuk surga.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda seperti itu karena apa yang diperbuat Thalhah kepada beliau.”

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 48

Kedatangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Jalan Menuju Gunung Uhud{/b]

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di depan jalan menuju Gunung Uhud, Ali bin Abu Thalib keluar untuk mengisi tempat airnya di Al-Mihras (tempat di Uhud) kemudian membawanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beliau minum daripadanya. Beliau mencium bau tidak sedap pada air tersebut dan urung meminumnya. Beliau membersihkan darah dari wajahnya dan menyiramkan air tersebut ke kepalanya sambil bersabda, ‘Allah sangat marah kepada orang melukai wajah nabinya’.”

Ibnu Ishaq berkata, Shalih bin Kaisan berkata kepadaku, dari orang yang berkata kepadanya dari Sa’ad bin Abu Waqqash yang berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah berambisi besar membunuh seorang pun seperti ambisi besarku untuk membunuh Utbah bin Abu Waqqash, kendati aku tahu bahwa tindakanku ini tidak bermoral dan dibenci kaumnya, namun aku terhibur dengan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Allah sangat marah kepada orang yang melukai wajah rasulnya’.”

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu dan Beberapa Orang dari Kaum Muhajirin Mengusir Pasukan Berkuda kaum Musyrikin

ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di jalan menuju Gunung Uhud bersama beberapa orang dari sahabat-sahabatnya, tiba-tiba pasukan berkuda Quraisy mendaki gunung (Ibnu Hisyam berkata, “Di antara personel pasukan berkuda tersebut adalah Khalid bin Walid). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ya, Allah, mereka tidak pantas berada di atas kami.’ Kemudian Umar bin Khaththab bersama beberapa orang dari kaum Muhajirin melawan mereka dan berhasil membuat mereka turun dari gunung.”

Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pergi ke batu di gunung untuk mendakinya dalam keadaan badan mulai lemah, dan mengenakan baju besi di depan dan belakang badannya. Beliau berusaha mendaki gunung tersebut, namun gagal, kemudian Thalhah bin Ubaidillah duduk di bawah beliau dan berdiri dengan beliau hingga beliau berdiri tegak. Ketika itulah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam – seperti dikatakan kepadaku oleh Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair dari ayahnya dari Abdullah bin Az-Zubair dari Az-Zubair—bersabda, “Thalhah wajib masuk surga.’ :finga: :finga: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda seperti itu karena apa yang diperbuat Thalhah kepada beliau.”

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Halman 49

Ibnu Hisyam berkata, “Aku mendapat informasi dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mampu mencapai tempat yang dibangun di jalan menuju Gunung Uhud.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Shalat dengan Duduk dan Kaum Muslim Shalat di Belakangnya dengan Duduk

Ibnu Hisyam berkata, “Umar mantan budak Ghufrah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengerjakan shalat Dhuhur di Perang Uhud dengan duduk karena luka yang terjadi pada beliau dan kaum Muslim mengerjakan shalat di belakang beliau dengan duduk pula.”

Ibnu Ishaq berkata, “Para sahabat mundur dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga sebagian dari mereka tiba di Al-Munaqqa di bawah Al-A’wash menuju Uhud.”

Syahidnya Al-Yaman, Ayah Hudzaifah dan Syahidnya Tsabit bin Waqqasy

Ibnu Ishaq berkata, “Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid yang berkata, ‘Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menuju Uhud, Husail bin Jabir (nama aslinya Al-Yaman ayah Hudzaifah bin Al-Yaman0 dan Tsabit bin Waqqasy diangkat ke atas sekedup bersama para wanita dan anak-anak, karena keduanya telah tua. Salah seorang dari keduanya berkata kepada satunya, ‘Semoga engkau tidak punya ayah, apa yang engkau tunggu? Demi Allah, kalau pun usia kita masih ada maka itu tidak lama lagi. Usia kita tinggal tersisa hari ini atau besok pagi. Kenapa kita tidak mengambil pedang kemudian kita bergabung dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan harapan mudah-mudahan Allah mengaruniakan mati syahid kepada kita bersama beliau?’ Setelah itu keduannya mengambil pedang masing-masing, bergabung dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan masuk ke tengah-tengah kaum Muhajirin tanpa mereka ketahui.

Tsabit bin Waqqash dibunuh orang-orang musyrikin, sedang Husail bin Jabir (Al-Yaman) terkena tebasan pedang bertubi-tubi kaum Muslimin. Mereka membunuh Husail bin Jabir (Al-Yaman) karena tidak mengetahui kalau ia Husail bin Jabir (Al-Yaman). Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, ‘Demi Allah, ini ayahku.’ Para sahabat berkata, ‘Demi Allah kita tidak tahu kalau ia Husail bin Jabir (Al-Yaman).’ Mereka berkata benar. Hudzaifah berkata, ‘Mudah-mudahan Allah mengampuni kalian, karena Allah Dzat yang paling Penyayang.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin memberi diyat kepada Hudzaifah, namun Hudzaifah menyedekahkan diyatnya kepada kaum Muslimin. Hal tersebut semakin menambah kebaikan Hudzaifah di sisi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”

= = = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = == = = == = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 50

Hatib bin Umaiyyah Sang Munafik

Ibnu Ishaq berkata, “Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa salah seorang dari penduduk Madinah terdapat orang bernama Hathib bin Umaiyyah bin Rafi’. Ia mempunyai anak bernama Yazid bin Hathib yang terluka di Perang Uhud dan dibawa ke rumah kaum Muslimin; laki-laki dan perempuan, berkata kepada Yazid bin Hathib bin Umaiyyah, ‘Bergembiralah dengan surga, hai anak Hathib! Hathib bin Umaiyyah telah tua pada masa jahiliyah. Ketika itulah terlihat dengan jelas kemunafikannya. Ia berkata, ‘Kabar gembira apa yang kalian berikan? Apakah surga dari pasir (kuburan)? Demi Allah, kalian telah menipunya’.”

---ooOoo---


= = = = = = = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 51

BAB 138
PERIHAL QUZMAN SANG MUNAFIK


Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Ashim bin Umar bin Qatadah berkata, “Di tengah-tengah kita terdapat orang asing yang tidak dikenal asal-usulnya. Ia bernama Quzman. Jika namanya disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, ‘Dia pasti termasuk penghuni neraka.’ Di Perang Uhud, Quzman bertempur habis-habisan dan mampu membunuh tujuh atau delapan orang dari kaum musyrikin. Ia orang kuat dan terluka di Perang Uhud. Kemudian ia dibawa ke pemukiman Bani Dzafar. Orang-orang dari kaum Muslimin berkata kepadanya, ‘Demi Allah, engkau sukses pada hari ini dan bergembiralah!’ Quzman berkata, ‘Kabar gembira apa yang kalian berikan kepadaku? Demi Allah, aku berperang untuk membela kehormatan kaumku. Tanpa itu, aku tidak akan berperang.’ Ketika luka Quzman semikin kritis, ia mengambil anak panah dari tabung anak panah, kemudian bunuh diri dengannya.”

---ooOoo---

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == == = = = = = = = == = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 52

BAB 139
TERBUNUHNYA MUKHAIRIQ


Ibnu Ishaq berkata, “Di antara oarng yang terbunuh di Perang Uhud ialah Mukhairiq. Ia salah seorang warga Bani Tsa’labah bin Al-Fithyaun. Ketika Perang Uhud terjadi, ia berkata, ‘Hai semua orang-orang Yahudi, demi Allah, kalian telah mengetahui bahwa membantu Muhammad adalah kewajiban kalian.’ Orang-orang Yahudi berkata, ‘Sekarang hari Sabtu.’ Mukhairiq berkata,’Tidak ada hari Sabtu bagi kalian.’ Usai berkata seperti itu, Mukhairq mengambil pedang dan perbekalannya. Ia berkata,’Jika aku meninggal dunia, hartaku menjadi milik Muhammad. Ia bebas menggunakannya untuk apa saja yang diinginkannya.’ Setelah itu, Mukhairiq pergi menuju Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian berperang bersama beliau hingga terbunuh. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda—seperti dikatakan kepadaku--, ‘Mukhairiq adalah orang Yahudi yang paling baik’.”

---ooOoo---


= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = = = = == = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Halaman 53
Last edited by JANGAN GITU AH on Wed Jun 08, 2011 3:07 pm, edited 5 times in total.
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by duren »

Wowww JGA beraksi lagi =D>

Ada request nih bosss ( kek radio FM aja hehehe ) :
Buatin satu buah trit dong .. Trit khusus tuk ngaseh " shortcut / link halaman " akan KISAH KISAH POPULER dan KEJADIAN PENTING di trit Sirah 1 dan Sirah 2 ini

Soalnya .. saya melihat jarang banget para netter menggunakan trit HARTA KARUN ini sebagai referensi .. Maklum dehh , mungkin pada males nyosor semua halaman .


Thx .. duren
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengkap)

Post by JANGAN GITU AH »

duren wrote:Wowww JGA beraksi lagi =D>

Ada request nih bosss ( kek radio FM aja hehehe ) :
Buatin satu buah trit dong .. Trit khusus tuk ngaseh " shortcut / link halaman " akan KISAH KISAH POPULER dan KEJADIAN PENTING di trit Sirah 1 dan Sirah 2 ini

Soalnya .. saya melihat jarang banget para netter menggunakan trit HARTA KARUN ini sebagai referensi .. Maklum dehh , mungkin pada males nyosor semua halaman .


Thx .. duren
sabar ya bro...
ini saja maksa nih waktunya...
habis, terlanjur janji pada publik pembaca untuk menyelesaikan SNIH ini...

lha...bukankah janji adalah hutang?
nah gw mau bayar hutang dulu....hehehe
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 53
BAB 140
PERIHAL AL-HARITS BIN-SUWAID BIN SHAMIT
Ibnu Ishaq berkata, “Al-Harits bin Suwaid bin Shamit adalah orang munafik. Di Perang Uhud, ia ikut berangkat bersama kaum Muslimin. Ketika kaum Muslimin telah bertemu dengan kaum musyrikin, Al-Harits bin Suwaid bin Shamit membunuh Al-Mujadzdzir bin Dziyad Al-Balawi dan Qais bin Zaid salah seorang warga Bani Dzubai’ah. Setelah membunuh keduanya, Al-Harits bin Suwaid bin Shamit pergi ke Makkah bergabung dengan orang-orang Quraisy. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam—seperti dikatakan para ulama—menyuruh Umar bin Kaththab membunuhnya jika bertemu dengannya, namun Umar bin Kaththab tidak bertemu dengannya karena ia berada di Makkah. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus saudara Al-Harits bin Suwaid, Al-Julas bin Suwaid, menemui Al-Harits bin Suwaid dan memintanya bertaubat agar ia bisa kembali kepada kaumnya.”

Ibnu Ishaq berkata, “Allah Ta’ala menurunkan ayat berikut tentang Al-Harits bin Suwaid bin Shamit – seperti dikatakan kepadaku dari Ibnu Abbas --,
  • ‘Bagaimana Allah akan menunjuki kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zhalim’.” (Ali Imran: 86)
Ibnu Hisyam berkata, “Ulama yang aku percaya berkata kepadaku bahwa Al-Harits bin Suwaid membunuh Al-mujadzdzir bin Dziyad dan tidak membunuh Qais bin Zaid. Buktinya, Ibnu ishaq tidak mencantumkan Qais bin Zaid dalam daftar korban Perang Uhud. Al-Harits bin Suwaid bin Shamit membunuh Al-Mujadzdzar bin Dziyad karena Al-Mujadzdzar bin Dziyad telah membunuh ayahnya, Suwaid, di salah satu perang antara Al-Aus melawan Al-Khazraj.” Masalah ini telah saya sebutkan sebelumnya.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 54

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada dengan beberapa orang dari sahabatnya, tiba-tiba Al-Harits bin Suwaid bin Shamit keluar dari salah satu kebun Madinah. Beliau memerintahkan Utsman bin Affan membunuhnya dan Utsman bin Affan pun memenggal kepalanya. Ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruh salah seorang dari kaum Anshar untuk membunuh Al-Harits bin Suwaid bin Shamit.

Ibnu Ishaq berkata, “Suwaid bin Shamit dibunuh Muadz bin Afra’ dengan tipuan tidak di medan perang. Muadz bin Afra’ melempar Suwaid bin Shamit dengan anak panah dan menewaskannya sebelum Perang Buats.”

Perihal Ushairim, Salah Seorang Warga Bani Abdul Asyhal

Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Al-Hushain bin Abdurrahman bin Amr bin Sa’ad bin Muadz berkata dari Abu Sufyan mantan budak ibnu Abu Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa ia perna bertanya, “Ceritakan kepadaku orang yang masuk surga tanpa pernah shalat sekali pun. Jika orang tersebut tidak dikenal manusia, tanyakan siapa dia?” Dikatakan bahwa orang tersebut adalah Ushairim salah seorang warga Bani Abdul Asyhal yang tidak lain adalah Amr bin Tsabit bin Waqasy. Al-Hushain berkata, “Aku bertanya kepada Mahmud bin Asad, ‘Bagaimana kabar perihal Ushairim?’ “ Mahmud bin Asad menjawab, “Tadinya Ushairim tidak menghendaki Islam tersebar di kaumnya. Namun ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ke Uhud, saat itulah muncul keinginannya untuk masuk Islam dan ia pun masuk Islam. Setelah itu, ia mengambil pedang dan berangkat ke Uhud hingga tiba di tengah-tengah manusia yang sedang berperang. Ia bertempur hingga terluka. Ketika orang-orang dari Bani Abdul Asyhal mencari korban perang mereka di Perang Uhud, mereka menemukan Ushairim. Mereka berkata, ‘Demi Allah, ini Ushairim, kenapa ia datang ke mari? Sungguh kami tinggalkan dia karena ia tidak mempercayai pembahaan ini.’ Mereka bertanya, ‘Apa yang mendorongmu pergi ke mari, hai Abu Amr, apakah karena simpati kepada kaummu atau karena cinta Islam?’ Ushairim menjawab, ‘Aku datang kemari karena cinta Islam. Aku beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan masuk Islam. Setelah itu, aku mengambil pedang, pergi menyusul Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan bertempur hingga aku terluka seperti ini.’ Tidak lama setelah itu, Ushairim meninggal dunia di depan mereka. Mereka melaporkan perihal Ushairim kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian beliau bersabda, ‘Sungguh dia termasuk penghuni surga’.”
---ooOoo---
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

halaman 55
BAB 141
KEBERANGKATAN AMR BIN AL-JAMUH DAN KESYAHIDANNYA
Ibnu Ishaq berkata kepadaku, Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku dari orang-orang tua Bani Salimah bahwa Amr bin Al-Jumuh orang pincang. Ia mempunyai empat anak seperti singa yang hadir di banyak perang bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Di Perang Uhud, keempat anaknya bermaksud melarangnya ikut perang dengan berkata kepadanya, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memaafkanmu.” Amr bin Al-Jumuh menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata kepada Beliau, “Anak-anakku melarangku berangkat bersamamu. Demi Allah, aku berharap bisa menginjak surga dengan kakiku yang pincang ini.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Adapun engkau, sungguh Allah telah memaafkanmu dan engkau tidak wajib berjihad.” Beliau bersabda kepada anak-anak Amr bin Al-Jumuh, “Kalian tidak berhak melarang ayah kalian, mudah-mudahan Allah memberinya mati syahid.” Setelah itu, Amr bin Al-Jumuh berangkat jihad bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan gugur sebagai syahid di Perang Uhud.
---ooOoo---
========================================================================================================
Halaman 56
BAB 142
HINDUN BINTI UTBAH DAN PENYINCANGAN HAMZAH BIN ABDUL MUTHTHALIB
Ibnu Ishaq berkata, “Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy lainnya menyincang-cincang korban dari sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam – seperti dikatakan kepadaku oleh Shalih bin Kaisan – dan memotong telinga-telinga dan hidung-hidung mereka. Bahkan, Hindun binti Utbah menjadikan telinga-telinga dan hidung-hidung korban dari para sahabat sebagai gelang kaki dan kalung, sedang gelang kaki, kalung, dan cincinnya ia berikan kepada Wahsyi budak Jubair bin Muth’im. Tidak cukup itu, Hindun binti Utbah membelah hati Hamzah bin Abdul Muththalib, mengunyah, dan ingin menelannya namun tidak mampu, kemudian memuntahkannya.”

Syair Hindun binti Utbah tentang Keberhasilan Balas Dendamnya terhadap Kaum Muslimin

Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, Hindun binti Utbah naik ke atas batu yang tinggi, kemudian berteriak dengan suara terkerasnya,
  • ’Kami balas kemenangan kalian di Badar
    Dan perang demi perang tetap menyala
    Aku tidak bisa bersabar atas kematian Utbah,
    Saudaraku, pamanku, dan anak sulungku
    Aku telah menyembuhkan diriku dan melaksanakan nadzarku
    Engkau telah menyembuhkan kemarahan hatiku, hai Wahsyi
    Aku berterima kasih kepadamu, hai Wahsyi, sepanjang umurku
    Hingga tulang belulangku remuk di kuburanku’.”
Hindun binti Atsatsah Menjawab Syair Hindun binti Utbah

Ibnu Ishaq berkata, “Syair Hindun binti Utbah di atas dijawab Hindun binti Atsatsah bin Abbad bin Al-Muththalib,
  • ’Engkau hina di Badar dan sesudahnya
    Hai putrid orang yang terjerumus dalam kekafiran
    Fajar besok, kalian akan didatangi orang-orang Bani Hasyim yang tinggi dan cemerlang
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 57
  • Dengan pedang yang berkilauan
    Yaitu Hamzah singaku dan Ali burung elangku
    Ketika Syaibah dan ayahmu bermaksud pergi ke kolamku
    Kemudian keduanya mewarnai bagian atas dada keduanya dengan kolam tersebut
    Nadzarmu yang buruk adalah nadzar yang paling jelek’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Ada tiga bait yang tidak saya tulis, karena jorok.”

Syair lain Hindun binti Utbah

Ibnu Ishaq berkata, “Hindun binti Utbah juga berkata,
  • ’Aku sembuhkan sakitku dengan Hamzah di Uhud
    Ketika aku belah perut dari hatinya
    Itu semua menghilangkan sengatan kesedihan dariku
    Perang menghujani kalian dengan kucuran deras hujan yang dingin
    Kami maju kepada kalian bak singa-singa’.”
Ibnu Ishaq berkata, “Shalih bin Kaisan berkata kepadaku bahwa ia pernah mendapat cerita bahwa Umar bin Kaththab Radhiyallahu Anhu berkata kepada Hassan bin Tsabit, ‘Hai anak Al-Furai’ah (Ibnu Hisyam berkata, ‘Al-Furai’ah ialah putrid Khalid bin Khunais bin Haritsah bin Laudzan bin Abdu Wudd bin Zaid bin Tsa’labah bin Al-Khazraj bin Saidah bin Ka’ab bin Al-Khazraj.), seandainya saja engkau dengan ucapan Hindun binti Utbah dan melihat kesombongannya berdiri di atas batu tinggi untuk melantunkan syair-syair tentang kita dan apa yang ia perbuat terhadap Hamzah!’ Hassan bin Tsabit berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku lihat tombak meluncur ketika aku berada di puncak bukit. Aku berkata, ‘Demi Allah, tombak ini bukan tombak Arab.’ Sepertinya tombak tersebut meluncur ke arah Hamzah bin Abdul Muththalib dan aku tidak tahu pasti. Namun, tolong perdengarkan kepadaku sebagian ucapan Hindun binti Utbah, mudah-mudahan aku dapat melindungi kalian dari Hindun binti Utbah.’ Kemudian Umar bin Khaththab melantunkan sebagian syair-syair Hindun binti Utbah kepada Hassan bin Tsabit.”

Jawaban Hassan bin Tsabit terhadap Hindun binti Utbah

Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Hassan bin Tsabit berkata,
  • ’Ia (Hindun binti Utbah) sombong dan kebiasaannya ialah mencaci
    Ketika ia sombong dengan kekafiran’.”
Ibnu Hisyam berkata, “Bait-bait di atas adalah penggalan dari syair-syair Hassan bin Tsabit yang tidak saya tulis secara lengkap.”
---ooOoo---
User avatar
harahap
Posts: 2129
Joined: Mon Sep 27, 2010 12:09 pm

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

Post by harahap »

Menandai Pak JGA
terimakasih saya ucapkan atas jerih payah anda

BD
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 58
BAB 143
KECAMAN AL-HULAIS BIN ZABBAN AL-KINANI KEPADA ABU SUFYAN
ATAS PENYINCANGAN HAMZAH BIN ABDUL MUTHTHALIB
Al-Hulais Mengecam Abu Sufyan atas Penyincangan Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Al-Hulais bin Zabban saudara Bani Al-Harits bin Abdul Manat ketika itu adalah pemimpin ahabisy. Ia berjalan melewati Abu Sufyan bin Harb yang sedang memukul tulang rahang bawah Hamzah bin Abdul Muththalib dengan besi tombak sambil berkata, ‘Rasakan ini, hai orang durhaka.’ Al-Hulais berkata, ‘Hai orang-orang Bani Kinanah, inilah perilaku pemimpin Quraisy terhadap anak pamannya. Tidakkah kalian lihat ia telah mati?’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Celakalah engkau, rahasiakan hal ini, karena ini adalah kesalahan’.”

Abu Sufyan bin Harb Menyatakan Caciannya dan Sombong dengan Berhala-berhala

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Abu Sufyan bin Harb hendak pulang, ia naik ke atas gunung kemudian berteriak dengan suara terkerasnya, ‘Engkau telah berbuat dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya perang akan terus terjadi. Ini pembalasan atas kekalahan di Badar. Agungkan agamamu, hai Hubal.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar bin Kaththab, ‘Berdirilah hai Umar! Jawablah ucapan Abu Sufyan dan katakana padanya bahwa Allah lebih tinggi dan lebih mulia. Tidak sama antara korban kami yang masuk surge dan korban kalian yang masuk neraka.’ Sesudah itu Umar bin Kaththab menjawab ucapan Abu Sufyan bin Harb, maka Abu Sufyan bin Harb berkata kepada Umar bin Kaththab, ‘Kemarilah engkau hai Umar!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Pergilah engkau hai Umar kepadanya dan lihatlah apa yang ia kerjakan!’ Umar bin Kaththab mendatangi Abu Sufyan bin Harb kemudian Abu Sufyan bin Harb berkata kepada Umar bin Khathtab, ‘Aku bersumpah kepada Allah, hai Umar, benarkah kami telah membunuh Muhammad?’ Umar bin Kaththab menjawab, ‘Ya Allah, tidak. Beliau sekarang sedang mendengar ucapanmu.’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Engkau lebih jujur dan lebih baik bagiku daripada Ibnu Qami’ah yang berkata kepada orang…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Halaman 59

…orang Quraisy, ‘Aku telah membunuh Muhammad’.’ (Ibnu Hisyam berkata, “Nama Ibnu Qami’ah adalah Abdullah.”). Setelah itu, Abu Sufyan bin Harb berteriak, ‘Di antara korban-korban kalian ada yang dicincang. Demi Allah, aku tidak ridha, tidak murka, tidak melarang, dan tidak menyuruh penyincangan tersebut.’
Ketika Abu Sufyan dan anak buahnya hendak pulang ke Makkah, Abu Sufyan bin Harb berseru, ‘Sesungguhnya kita bertemu lagi dengan kalian di Badar tahun depan.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada salah seorang sahabatt, ‘Katakan ya dan kita mempunyai janji bertemu lagi’.”

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu Berjalan Menelusuri Jejak Orang-orang Quraisy

Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu dan bersabda kepadanya, ‘Berjalanlah menelusuri orang-orang Quraisy, kemudian lihatlah apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka inginkan! Jika mereka meletakkan kuda-kuda mereka di sebelah selatan mereka dan menaiki unta-unta mereka, maka mereka hendak pulang ke Makkah. Namun jika mereka menaiki kuda-kuda mereka dan menuntun unta-unta mereka, maka mereka hendak pergi ke Madinah. Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, jika mereka hendak pergi ke Madinah, aku pasti akan pulang ke Madinah kemudian aku perangi mereka di dalamnya.’ Ali bin Abu Thalib berkata, ‘Aku berjalan menelusuri jejak-jejak orang Quraiy karena ingin melihat apa yang mereka kerjakan. Ternyata mereka meletakkan kuda-kuda mereka di sebelah selatan mereka, menaiki unta-unta mereka, dan berjalan pulang ke Makkah’.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menanyakan tentang Sa’ad bin Ar-Rabi’ Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, kaum Muslimin mengurusi korban mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda – seperti dikatakan kepadaku oleh Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha’sha’ah Al-Mazini saudara Bani An-Najjar--, ‘Siapa orang yang mewakiliku melihat apa yang dikerjakan Sa’ad bin Ar-Rabi’; apakah ia masih hidup ataukan termasuk orang-orang yang meninggal?’ Salah seorang dari kaum Anshar berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku siap mewakilimu melihat apa yang dikerjakan Sa’ad bin Ar-Rabi’.’ Kemudian sahabat dari kaum Anshar tersebut mencari Sa’ad bin Ar-Rabi’ dan mendapatinya terluka di antara korban, namun masih hidup. Sahabat dari kaum Ashar tersebut berkata kepada Sa’ad bin Ar-Rabi’, ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruhku melihat apakah…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 60
…engkau masih hidup atau termasuk korban.’ Sa’ad bin Ar-Rabi’ menjawab, ‘Aku termasuk korban. Sampaikan salamku kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan katakan kepadanya bahwa Sa’ad bin Ar-Rabi’ berkata kepadamu semoga Allah member pahala kepadamu sebaik balasan yang Dia berikan kepada Nabi karena ummatnya. Selain itu, sampaikan salamku kepada kaummu dan katakana kepada mereka bahwa Sa’ad bin Ar-Rabi’ berkata kepada kalian bahwa kalian tidak mempunyai udzur di sisi Allah jika Nabi kalian terlepas dari kalian dan di antara kalian masih ada mata yang berkedip.’ Sahabat dari kaum Anshar tersebut berkata, ‘Aku belum meninggalkannya, namun ia meninggal dunia. Kemudian aku menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menceritakan kepada beliau perihal Sa’ad bin Ar-Rabi’.”

Ibnu Hisyam berkata, “Abu Bakr Az-Zubairi berkata kepadaku bahwa seseorang masuk ke rumah Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika putri Sa’ad bin Ar-Rabi’ yang masih kecil berada di dada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar Ash-Shiddiq mengisap ludah putrid Sa’ad bin Ar-Rabi’ dengan mulutnya dan menciumnya. ](*,) Orang tersebut bertanya kepada Abu Bakar, ‘Siapa putrid kecil ini?’ Abu Bakar Ash-Shiddiq menjawab, ‘Ia putrid orang yang lebih baik dariku, yaitu Sa’ad bin Ar-Rabi’. Ia termasuk naqib di Al-Aqabah, ikut berperang di Perang Badar, dan gugur sebagai syahid di Perang Uhud’.”

Duka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam atas Apa Yang Dialami Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar mencari Hamzah bin Abdul Muththalib dan menemukannya di Bathnul Wadi dalam keadaan perut terbelah dan hatinya dicincang-cincang, hidung dan kedua telinganya dipotong-potong. Ketika melihat Hamzah bin Abdul Muththalib seperti itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam – seperti dikatakan kepadaku oleh Muhammad bin Ja’far bin Az-Zubair – bersabda, ‘Kalaulah sekiranya Shafiyyah tidak sedih, dan kalaulah tidak merupakan sunnah sepeninggalku, maka aku biarkan Hamzah bin Abdul Muththalib hingga ia berada di perut binatang-binatang buas dan perut-perut burung. Jika Allah memenangkanku atas Quraisy di suatu tempat, aku pasti mencincang-cincang tiga puluh orang dari mereka.’ (JGA : Sumpah yang tidak ditepatinya ketika futu Makkah…Sumpah palsu…hehehe. )

Ketika kaum Muslimin melihat duka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kemarahan beliau atas apa yang diperbuat orang-orang Quraisy terhadap paman beliau, mereka berkata, ‘Jika Allah memenangkan kita atas mereka pada suatu hari, kita pasti mencincang-cincang mereka dengan penyincangan yang tidak pernah dikerjakan satu orang Arab pun’.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 61

Ibnu Hisyam berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri di depan jenazah Hamzah bin Abdul Muththalib, beliau bersabda, ‘Aku tidak akan pernah diuji sepertimu selama-lamanya. Aku tidak pernah berdiri dalam keadaan marah seperti berdiriku dalam keadaan marah di tempat ini.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda lebih lanjut, ‘Jibril barusan dating kepadaku dan menjelaskan kepadaku bahwa Hamzah bin Abdul Muththalib tertulis di penghuni tujuh langit sebagai singa Allah dan singa Rasul-Nya.’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Abu Salamah bin Abdul Asad adalah saudara sesusuan. Mereka bertiga disusui mantan budak wanita Abu Lahab.”

Ibnu Ishaq berkata, Buraidah bin Sufyan bin Farwah Al-Aslami berkata kepadaku dari Muhammad bin Ka’ab Al-Quraidhi dan seseorang yang tidak aku ragukan kejujurannya yang berkata kepadaku dari Ibnu Abbas bahwa Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat berikut tentang ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya,
  • ‘Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (An-Nahal: 126-127).
Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memaafkan orang-orang yang mencincang Hamzah bin Abdul Muththalib, bersabar, dan melarang penyincangan.

Ibnu Ishaq berkata, “Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Al-Hasan dari Samurah bin Jundub yang berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak berdiri di satu tempat pun kemudian aku meninggalkannya melainkan beliau memerintahkan kita bersedekah dan melarang kita menyincang’.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Menyalati Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu dan Syuhada Perang Uhud

Ibnu Ishaq berkata, “Orang yang tidak aku ragukan berkata kepadaku dari Miqsam mantan budak Abdullah bin Al-Harits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan Hamzah bin Abdul Muththalib ditutup dengan kain burdah kemudian dishalati.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 62

Beliau bertakbir sebanyak tujuh kali. Setelah itu, jenazah-jenazah lainnya didatangkan dan diletakkan di samping jenazah Hamzah bin Abdul Muththalib, kemudian dishalati sedang jenazah Hamzah bin Abdul Muththalib bersama mereka hingga akhirnya Hamzah bin Abdul Muththalib dishalati sebanyak tujuh puluh dua kali.”

Kesabaran Shafiyyah binti Abdul Muththalib atas Kesyahidan Saudaranya, Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Shafiyyah binti Abdul Muththalib – seperti dikatakan kepadaku—datang untuk melihat Hamzah bin Abdul Muththalib, saudara sekandungnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada anak Shafiyyah, Az-Zubair bin Al-Awwam, “Temui ibumu dan suruh dia pulang agar tidak melihat apa yang terjadi pada saudaranya.’ Az-Zubair bin Al-Awwam berkata kepada ibunya, Shafiyyah, ‘Ibu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruhmu pulang.’ Shafiyyah berkata, ‘Kenapa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyuruhku pulang, padahal aku mendapat informasi bahwa saudaraku dicincang-cincang dan itu terjadi di jalan Allah? Tidak ada yang melegakanku selain itu. Aku pasti mengharap pahala Allah dan pasti bersabar Insya Allah.’ Az-Zubair bi Al-Awwam menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan menceritakan hasil pertemuan dengan ibunya, kemudian beliau bersabda, ‘Biarkan dia! Shafiyyah pun datang ke jenazah saudaranya, Hamzah bin Abdul Muththalib, kemudian melihat, menyalatinya, istirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna illahi raaji’un) , dan memintakan ampunan untuknya. Setelah itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan pemakaman Hamzah bin Abdul Muththalib.”

Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa keluarga Abdullah bin Jahsy – ia milik Umaimah binti Abdul Muththalib dan Hamzah adalah paman dari jalur ibunya – berkata kepadaku bahwa Abdullah bin Jahsy juga dicincang-cincang seperti Hamzah bin Abdul Muththalib, namun perutnya tidak dibelah dari hatinya, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan Abdullah bin Jahsy dimakamkan satu tempat dengan kuburan Hamzah bin Abdul Muththalib. Itu tidak aku dengan kecuali dari keluarga Abdullah bin Jahsy tersebut.

Pemakaman Para Syuhada di Tempat Mereka Gugur

Ibnu Ishaq berkata, “Tadinya beberapa orang dari kaum Muslimin ingin membawa korban mereka ke Madinah dan dimakamkan di sana, namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang dan bersabda, ‘Makamkan mereka di tempat mereka gugur’.”
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 63

Kedudukan Para Syuhada’

Ibnu Ishaq berkata, “Muhammad bin Muslim As-Zuhri berkata kepadaku dari Abdullah bin Tsa’labah bin Shu’air Al-Udzri sekutu Bani Zuhrah bahwa ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri di dapan korban Perang Uhud, beliau bersabda, ‘Aku menjadi saksi bagi mereka. Sesungguhnya jika seseorang terluka di jalan Allah, Dia membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan lukanya berdarah; warnanya warna darah dan aromanya aroma kesturi. Lihatlah mana di antara mereka yang paling banyak hapalan Al-Qurannya kemudian letakkan dia di depan sahabat-sahabatnya di kuburan.’ Para sahabat memakamkan dua atau tiga orang dalam satu kuburan.”

Ibnu Ishaq berkata, “Pamanku, Musa bin Yasar, berkata kepadaku bahwa ia mendengar Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Jika seseorang terluka di jalan Allah, Dia membangkitkannya pada Hari Kiamat sedang lukanya berdarah; warnanya warna darah dan aromanya aroma kesturi’.”

Ibnu Ishaq berkata, “Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku dari orang-orang tua Bani Salimah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ketika memerintahkan pemakaman para korban Perang Uhud. ‘Lihatlah Amr bin Al-Jumuh dan Abdullah bin Amr bin Haram, sesungguhnya keduanya dua sahabat karib di dunia, oleh karena itu, letakkan keduanya di satu kuburan’.”
---ooOoo—
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 64
BAB 144

KEPULANGAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM KE MADINAH DAN PERILAKU HAMNAH BINTI JAHSY
Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pulang ke Madinah dan berjumpa dengan Hamnah binti Jahsy – seperti dikatakan kepadaku --. Ketika Hamnah binti Jahsy bertemu para sahabat dan diberi tahu kesyahidan saudaranya, Abdullah binti Jahsy, ia istirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilahihi raaji’un) dan memintakan ampunan untuknya. Setelah itu, ia diberi tahu tentang kesyahidan pamannya dari jalur ibunya, Hamzah bin Abdullah Muththalib, kemudian ia istirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilahihi raaji’un) dan memintakan ampunan untuknya. Kemudian ia diberi tahu kesyahidan suaminya, Mush’ab bin Umair, kemudian ia berteriak dan mengucapkan kata-kata celaka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya seorang suami itu mempunyai tempat tersendiri di hati istrinya.’ Beliau bersabda seperti itu, karena melihat Hamnah binti Jahsy tegar atas kesyahidan saudara dan pamannya dari jalur ibunya, namun berteriak atas kesyahidan suaminya.” (JGA: bingung gw membaca kalimat ini, selalu diulang-ulang—membosankan)

Tangis Wanita-wanita Anshar terhadap Hamzah bin Abdullah Muththalib Radhiyallahu Anhu

Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati pemukiman-pemukiman kaum Anshar yaitu pemukiman Bani Abdul Asyhal dan pemukiman Dzafar, dan mendengar tangis dan ratapan atas korban-korban mereka, kemudian kedua mata beliau mengucurkan air mata, dan menangis. Setelah itu, beliau bersabda, ‘Namun Hamnah, ia tidak ada yang menangisinya!’ Ketika Sa’ad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair pulang ke pemukiman Bani Abdul Asyhal, keduanya memerintahkan wanita-wanita Bani Abdul Asyhal menggunakan ikat pinggang dan pergi menangisi Hamzah bin Abdul Muthathalib.” (JGA: hihi…Muhammad mengemis pada wanita Anshar untuk menagisi pamannya, sampai harus memerintahkan dua jongosnya pergi menghimbau wanita Anshar untuk menangisi pamannya. Gila, sampai menangisi pamannya saja pake perintah segala! untung dia lupa menulis ayatnya...hahaha)

Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Hakim bin Hakim bin Abbad bin Hunaif berkata dari seseorang dari Bani Abdul Asyhal yang berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar tangis wanita-wanita tersebut atas Hamzah bin Abdul Muththalib, beliau keluar menemui mereka yang berada di…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 65

…pintu masjid beliau kemudian bersabda, ‘Pulanglah kalian mudah-mudahan Allah merahmati kalian. Sungguh kalian telah menyamakan Hamzah dengan korban-korban kalian’.” (JGA: puas dah dia…hehehe)

Ibnu Hisyam berkata, “Sejak saat itulah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang ratapan terhadap jenazah.” (JGA: iye…untuk yang lain jangan, kalau orang menangis ya kudu untuk dia dan keluarganya….dasar Muhammad saw gila hormat!)

Perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Wanita-wanita Anshar untuk Pulang

Ibnu Hisyam berkata, “Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendengar tangi wanita-wanita Anshar, beliau bersabda kepada mereka, ‘Semoga Allah merahmati orang-orang Anshar, sesungguhnya solidaritas adalah akhlak mereka sejak dulu sepengetahuanku. Perintahkan wanita-wanita Anshar pulang ke rumahnya masing-masing’.”

Kesabaran Wanita dari Bani Dinar

Ibnu Ishaq berkata, “Abdul Walid bin Abu Aun berkata kepadaku dari Ismail bin Muhammad bin Sa’ad bin Abu Waqqash yang berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati seorang wanita Bani Dinar yang kehilangan suami, saudara, dan ayahnya di Perang Uhud. Ketika kesyahidan ketiganya disampaikan kepadanya, ia berkata, ‘Bagaimana dengan kabar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?’ Para sahabat berkata, ‘Beliau baik-baik saja, hai ibu Fulan. Beliau Alhamdulillah seperti yang engkau inginkan.’ Wanita dari Bani Dinar tersebut berkata, ‘Perlihatkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam agar aku bias melihat beliau!’ Wanita tersebut pun dibawa kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sesudah melihatnya, ia berkata, ‘Semua musibah sesudahmu itu kecil tidak artinya’.”(JGA:???)

Penyucian Darah dari Pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di rumah, beliau menyerahkan pedangnya kepada putrinya, Fathimah, sambil bersabda kepadanya, ‘Cucilah darah dari pedang ini. Demi Allah, pedang tersebut telah jujur kepadaku pada hari ini.’ Ali bin Abu Thalib juga menyerahkan pedangnya kepada Fathimah sambil berkata, ‘Pedang ini juga tolong dibersihkan darahnya, karena sungguh ia jujur kepadaku pada hari ini’ (JGA: sama gilanya nih orang, membunuh orang koq disebut kejujuran?) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Jika engkau berperang dengan jujur, sesungguhnya Sahl bin Hunaif dan Abu Dujanah juga jujur bersamamu’.” (JGA: ngawur abiz dah).

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 66

Dzul Fa’qar

Ibnu Hisyam berkata, “Pedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bernama Dzul Fa’qar.”

Ibnu Hisyam berkata, “Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa Ibnu Abu Najih berkata, ‘Seseorang penyeru berseru di Perang Uhud, ‘Tidak ada pedang kecuali pedang Dzul Fa’qar dan tidak ada pemuda kecuali Ali’.”

Ibnu Hisyam berkata, “Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu, ‘Orang-orang musyrikin tidak akan mengalahkan kita lagi sesudahnya (sesudah Perang Uhud) hingga Allah memenangkan kita’.”
(JGA: tampaknya pedang Muhammad saw diisi dengan roh halus (setan) seperti keris di P Jawa yang diisi dan harus dimandikan kembang...hehehe. Sampai-sampai didewa-dewakan sebagai pedang yang tidak ada duanya. Mungkin bisa terbang dengan perintah seperti keris keramat kalee ya?) :lol:
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

Post by JANGAN GITU AH »

Halaman 67
BAB 145

PERANG HAMRAUL ASAD
Ibnu Ishaq berkata, “Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu tanggal 15 Syawwal. Esok harinya, hari Ahad tanggal 16, penyeru Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi pengumuman kepada kaum Muslimin yang berisi instruksi untuk mengejar musuh dan agar orang yang keluar bersama kami ialah orang yang keluar bersama kami di Perang Uhud kemarin. Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku menyuruhku menjaga tujuh saudara perempuanku dan ayah berkata kepadaku, ‘Anakku, aku dan engkau tidak pantas meninggalkan ketujuh saudaramu tanpa satu pun orang laki-laki bersama mereka. Aku tidak ingin menganakemaskanmu dengan jihad bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam daripada diriku. Oleh karena itu, tinggallah engkau bersama ketujuh saudara perempuanmu.’ Aku pun tinggal bersama ketujuh saudaraku.’ Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengizinkan Jabir bin Abdullah pergi bersama beliau (JGA: mengizinkan tinggal koq malah wajib pergi? Logika apaan nih). Beliau bersama para sahabat mengejar musuh untuk menakut-nakuti mereka, agar ketika mereka mendengar beliau mengejar mereka maka mereka berkesimpulan bahwa beliau masih kuat, dan apa yang menimpa para sahabat itu tidak melemahkan semangat mereka.”

Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Abdullah bin Kharijah bin Zaid bin Tabit berkata dari Abu As-saib mantan budak Aisyah bin Utsman bahwa salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari Bani Abdul Asyhal yang hadir di Perang Uhud bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Aku dan saudaraku ikut hadir di Perang Uhud bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kami berdua pulang dalam keadaan terluka. Ketika penyeru Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyerukan para sahabat keluar mengejar musuh, aku berkata kepada saudaraku atau saudaraku berkata kepadaku, ‘Pantaskah kita tidak ikut perang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam? Demi Allah, kami tidak memiliki hewan kendaraan yang bias kami naiki dan kami berdua mengalami luka berat. Kemudian kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lukaku lebih ringan daripada luka saudaraku, oleh karena itu, jika luka saudaraku semakin parah, aku bergantian…

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 68

menaiki hewan kendaraan hingga kami tiba di tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’.”

Ibnu Ishaq berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di Hamraul Asad yang berjarak delapan mil dari Madinah. (Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjuk Ibnu Ummi Maktum sebagai imam sementara di Madinah.”). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Hamraul Asad hari Selasa, Rabu, dan Kamis, kemudian pulang ke Madinah.”

Perihal Ma’bad dan Terornya terhadap Orang-orang Musyrikin

Ibnu Ishaq berkata, “Abdullah bin Abu Bakar berkata kepadaku bahwa Ma’bad bin Abu Ma’bad dari Khuza’ah berjalan melewati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Orang Muslim dan orang kafir Khuza’ah adalah tempat sembunyi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Tihamah. Beliau mempunyai perjanjian dengan orang mereka bahwa mereka tidak boleh menyembunyikan apa saja yang terjadi di Khuza’ah. Ketika itu, Ma’bad bin Abu Ma’bad musyrik. Ia berkata, ‘Hai Muhammad, demi Allah, sungguh kami sedih atas apa yang menimpa sahabat-sahabatmu dan kami berharap Allah menyelamatkanmu di tengah-tengah mereka.’ Usai berkata seperti itu, Ma’bad bin Abdul Ma’bad pergi – sedang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tetap di Hamra’aul Asad—dan bertemu dengan Abu Sufyan bin Harb beserta anak buahnya di Ar-Rauha’ yang bermaksud balik menghadapi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Mereka berkata, ‘Kita kalahkan kekuatan sahabat-sahabat Muhammad, tokoh-tokoh, dan pemimpin-pemimpin mereka, kemudian kita pulang tanpa membasmi mereka hingga habis? Kita pasti balik ke sisa-sisa mereka dan menghabisi mereka.’ Ketika Abu Sufyan bin Harb melihat Ma’bad bin Abu Ma’bad, ia berkata, ‘Informasi apa yang engkau miliki, wahai Ma’bad?’ Ma’bad bin Abu Ma’bad menjawab, ‘Muhammad mengejar kalian dengan sahabat-sahabatnya yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, karena marah kepada kalian. Sahabat-sahabatnya yang tidak ikut perang bersamanya di Perang Uhud semuanya bergabung dengannya dan menyesali perbuatan mereka yang tidak ikut perang. Mereka sangat marah kepada kalian dan aku tidak pernah melihat marah seperti itu sebelumnya.’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Celakalah engkau, apa yang engkau katakana?’ Ma’bad bin Abu Ma’bad berkata, ‘Demi Allah, aku berpendapat hendaknya engkau pergi hingga engkau melihat kepala kuda meninggi.’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Demi Allah, sungguh kita sepakat untuk balik ke tempat mereka dan menghabisi sisa-sisa mereka.’ Ma’bad bin Abu Ma’bad berkata, ‘Aku larang engkau bertindak seperti itu. Demi Allah, sungguh apa yang aku lihat membuatku melantunkan syair-syair tentang mereka.’ Abu Sufyan bin Harb berkata, ‘Syair-syair seperti apa…
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
halaman 69

…yang pernah engkau lantunkan tentang mereka?’ Ma’bad bin Abu Ma’bad berkata, ‘Aku berkata,
  • ‘Hewan kendaraanku nyaris dijatuhkan karena suara-suara
    Ketika bumi mengalir dengan kuda-kuda yang pendek rambutnya secara berkelompok-kelompok
    Kuda-kuda tersebut lari dengan singa-singa mulia yang tidak pendek di hari pertemuan
    Tidak ada orang yang tanpa senjata yang mampu bertahan di atas pelana kuda
    Aku terus berlari karena menduga bumi telah leleh
    Ketika mereka naik kepada kita dengan pemimpin yang pantang mundur
    Aku katakana, ‘Celakalah anak Harb jika berjumpa dengan kalian
    Jika bumi bergetar dengan sekelompok manusia
    Aku ingatkan penduduk tanah suci secara terbuka
    Bagi setiap penduduk tanah suci acara terbuka
    Bagi setiap orang yang mempunyai akal
    Dari pasukan Ahmad yang di dalamnya tidak ada orang kelas gembel
    Apa yang aku katakana ini tidak bias dikatakan sebagai isu’.”
Syair-syair di atas membatalkan keinginan Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya untuk pergi ke Madinah.

Rombongan musafir dari Bani Abdul Qais berjalan melewati Ma’bad bin Abu Ma’bad, kemudian Ma’bad bin Abdu Ma’bad berkata kepada mereka, “Kalian hendak pergi ke mana?” Mereka menjawab, “Ke Madinah?” Ma’bad bin Abu Ma’bad berkata, “Ada urusan apa kalian pergi ke Madinah?” Mereka menjawab, “Kami hendak pergi ke Al-Mirah.” Ma’bad bin Abu Ma’bad berkata, “Maukah kalian menyampaikan suratku kepada Muhammad? Jika kalian bersedia, aku akan memikul anggur ini ke Pasar Ukadz besok pagi?” Mereka menjawab, “Ya.” Ma’bad bin Abu Ma’bad berkata, “Jika kalian bersedia, katakan kepada Muhammad bahwa kami telah sepakat balik kepadanya dan sahabat-sahabatnya kemudian membasmi seluruh sisa-sisa mereka.” Rombongan musafir tersebut pun berjalan melewati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Hamraul Asad dan mereka menceritakan kepada beliau apa yang dikatakan Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Cukuplah Allah bagi kita dan Dia sebaik-baiknya pemelihara.”

Ibnu Hisyam berkata, “Abu Ubaidah berkata kepada kami bahwa ketika Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya pulang dari Perang Uhud kemudian ia ingin balik ke Madinah untuk membasmi seluruh sisa-sisa sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam—seperti rencana mereka --, Shafwan bin Umaiyyah bin Khalaf berkata kepada merka, ‘Itu jangan kalian kerjakan, karena mereka sedang marah besar. Kita khawatir mereka mempunyai semangat tempur yang….

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 70

…tidak mereka miliki sebelumnya, oleh karena itu, pulanglah kalian ke Makkah. Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya pun pulang ke Makkah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berada di Hamraul Asad bersabda ketika mendengar orang-orang Quraisy ingin balik menyerangnya, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh batu telah dikirim kepada mereka. Seandainya mereka diserang dengannya, mereka seperti orang yang pergi kemarin (mereka tewas semua tanpa tersisa seorang pun)’.”

Pembunuhan Abu Izzah Al-Jumahi

Ibnu Hisyam berkata, “Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa sebelum pulang ke Madinah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menangkap Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash bin Umaiyyah bin Abdu Syams yang tidak lain adalah kakek Abdul Malik bin Marwan karena ia ayah dari ibunya yang bernama Aisyah binti Muawiyyah dan juga menangkap Abu Izzah Al-Jumahi. Tadinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menawan Abu Izzah Al-Jumahi di Perang Badar, kemudian membebaskannya. Abu Izzah Al-Jumahi berkata, ‘Wahai Rasulullah, bebaskan aku!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda. ‘Tidak, demi Allah, engkau tidak lagi bias membasuh kedua sisi badanmu di Makkah dan tidak lagi bias berkata, ‘Aku telah menipu Muhammad dua kali. Penggal lehernya, hai Zubair.’ Zubair pun memenggal kepala Abu Izzah Al-Jumahi.”

Ibnu Hisyam berkata, “Aku mendengar dari Sa’id bin Al-Musaiyyib yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Izzah Al-Jumahi, ‘Sesungguhnya orang Mukmin tidak bias disengat dari satu lubang hingga dua kali. Penggal kepalanya, hai Ashim bin Tsabit.’ Ashim bin Tsabit pun memenggal kepala Abu Lzzah Al-Jumahi.”

Pembunuhan Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash

Ibnu Hisyam berkata, “Ada yang mengatakan bahwa Zaid bin Haritsah dan Ammar bin Yasir membunuh Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash setelah perang Hamraul Asad. Tadinya Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash berlindung kepada Utsman bin Affan kemudian Utsman bin Affan memintakan jaminan keamanan untuknya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau setuju memberikan jaminan keamanan kepada Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash dengan syarat bahwa jika ia ditemukan setelah tiga hari, ia wajib dibunuh. Setelah tiga hari berikutnya, Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash bersembunyi, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Zaid bin Haritsah dan Ammar bin Yasir mencarinya. Beliau bersabda, “Kalian berdua akan menemukannya di tempat ini dan itu.” Kedua…

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Halaman 71

…sahabat tersebut menemukan Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash di tempat yang ditunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian keduanya membunuhnya. (JGA: sungguh penuh dendam kesumat si Muhammad ini).

Perihal Abdullah bin Ubai bin Salul Pasca Perang Uhud

Ibnu Ishaq berkata, “Abdullah bin Ubai bin Salul -- seperti dikatakan kepadaku oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri—mempunyai tempat berdiri di setiap hari Jum’at dan tidak ada yang memungkiri kemuliaannya di kaumnya. Ia memang orang mulia di tengah-tengah kaumnya. Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk dan khutbah Jum’at, Abdullah bin Ubai bin Salul berdiri dan berkata, ‘Hai manusia, inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di tengah-tengah kalian. Dengannya, Allah memuliakan dan memenangkan kalian. Oleh karena itu, tolonglah dan bantulah dia, dengarlah dan taatlah kepadanya.’ Usai berkata seperti itu, Abdullah bin Ubai bin Salul duduk. Setelah ia membuat ulah di Perang Uhud dan kaum Muslimin pulang dari Perang Uhud, ia berbuat seperti sebelumnya, namun kaum Muslimin memegang bajunya dari semua sisinya dan berkata kepadanya, ‘Duduklah, hai musuh Allah, demi Allah, engkau tidak layak berbuat seperti itu lagi. Engkau telah membuat ulah sebelum ini.’ (JGA: Apa yah ulahnya? koq gak dijelaskan detilnya?). :-k Abdullah bin Ubai bin Salul keluar berjalan di tengah-tengah manusia sambil berkata.’Demi Allah, aku berkata tentang sesuatu yang besar ketika aku berdiri menguatkan urusannya (Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam).’ Salah seorang dari kaum Anshar bertemu dengan Abdullah bin Ubai bin Salul di pintu masjid kemudian berkata, ‘Celakalah engkau, apa yang terjadi pada dirimu?’ Abdullah bin Ubai bin Salul menjawab, ‘Aku berdiri menguatkan urusannya.’(Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) kemudian salah seorang dari sahabatnya meloncat ke arahku. Ia menarikku dan menjelek-jelekkanku, padahal aku mengatakan sesuatu yang benar.’ Sahabat dari kaum Anshar tersebut berkata, ‘Celakalah engkau, mintalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memintakan ampunan untukmu.’ Abdullah bin Ubai bin Salul berkata,’Demi Allah, aku tidak butuh dia memintakan ampunan untukku’.”

Ujian dan Pembersihan

Ibnu Ishaq berkata, “Perang Uhud adalah ujian dan pembersihan. Dengannya, Allah Ta’ala menguji kaum Mukminin dan membongkar kedok orang-orang munafik yang menampakkan iman dan lisan namun merahasiakan kekafiran di hatinya. Selain itu, Perang Uhud adalah hari dimana di dalamnya Allah Ta’ala memuliakan wali-wali-Nya yang hendak Dia memuliakan dengan menjadikan mereka gugur sebagai syuhada’. Pujian yang banyak bagi Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.”
---ooOoo---
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

Post by JANGAN GITU AH »

    Halaman 72
    BAB 146

    AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG DITURUNKAN ALLAH TENTANG PERANG UHUD
    Turunnya Enam Puluh Ayat di Surat Ali Imran dan Penjelasan Kata-kata Yang Asing

    Ibnu Hisyam berkata, “Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-Muththalibi yang berkata, ‘Di antara ayat-ayat yang diturunkan Allah Tabaraka wa Ta’ala tentang Perang Uhud ialah enam puluh ayat di surat Ali Imran. Di ayat-ayat tersebut terdapat penjelasan tentang apa yang terjadi pada kaum Muslimin di Perang Uhud dan kecaman Allah Ta’ala kepada orang yang Dia kecam di atara mereka. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya,
    • ‘Dan (ingatlah) ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu untuk menempatkan orang-orang Mukmin di beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’ (Ali Imran: 121)
    Sami’un maksudnya Allah mendengar apa yang mereka ucapkan. ‘Alim maksudnya Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan tersebut, karena itu, hendaklah karena Allah saja orang-orang Mukmin bertawakkal.’ (Ali Imran: 122)
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 75

    Tafsyalaa maksudnya tidak mau menolong. Kedua golongan yang dimaksud ayat di atas ialah Bani Salimah bin Jusyam bin Al-Khazraj dan Bani Haritsah bin An-Nabit dari Al-Aus.

    Wallahu waliyyuhuma maksudnya Allah mengusir niat tidak ingin menolong dari kedua kelompok tersebut. Tadinya, kedua golongan tersebut berniat tidak memberikan pertolongan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam karena lemah dan bukan karena agama mereka diragukan. Kemudian Allah berkehendak mengusir kelemahan tersebut dari kedua golongan dengan rahmat-Nya dan perlindungan-Nya hingga kedua golongan selamat dari kelemahan keduanya dan akhirnya bisa menyusul Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.”

    Ibnu Hisyam berkata, “Salah seorang ulama dari Al-Asad berkata kepadaku bahwa kedua golongan tersebut berkata, ‘Kami ingin sekali seandainya kita tidak menginginkan apa yang pernah kami inginkan (tidak membantu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam) karena pertolongan Allah kepada kami’.”

    Ibnu Ishaq berkata, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Wa alallahi fal yatawakkalil mukminun (karena itu, hendaklah karena Allah saja orang-orang Mukminin bertawakkal).’ maksudnya barangsiapa di antara kaum Mukminin merasa lemah, hendaklah ia bertawakkal kepada-Ku dan meminta pertolongan kepada-Ku, niscaya Aku menolongnya terhadap urusannya dan melindunginya hingga Aku sampai dengannya, melindunginya, dan menguatkan niatnya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di Perang Badar, padahal kalian (ketika itu) orang-orang yang lemah, karena itu, bertakwalah kepada Allah supaya kalian mensyukuri-Nya.’ (Ali Imran: 123)
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 74

    Maksud ayat di atas, bertakwalah kalian kepada Allah karena takwa adalah mensyukuri nikmat-Ku. Sungguh Allah telah menolong kalian di Perang Badar. Ketika itu kalian berjumlah sedikit dan kekuatan kalian sangat lemah. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘(Ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang-orang Mukminin, ‘Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?’ Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.’ (Ali Imran: 124-125)
    Maksudnya, jika kalian bersabar terhadap musuh-musuh-Ku, mentaati perintah-Ku, dan mereka datang kepada kalian dari depan kalian, Aku akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang kesemuanya mengenakan tanda.

    Musawwimin maksudnya mengenakan tanda.”

    Ibnu Hisyam berkata, aku mendapat informasi dari Al-Hasan bin Abu Al-Hasan Al-Bashri yang berkata, “Para malaikat membuat tanda di ekor kuda-kuda mereka dan ubun-ubun kuda mereka dengan wol putih.”

    Ibnu Hisyam berkata, “Sedang Ibnu Ishaq berkata bahwa tanda para malaikat di Perang Badar ialah sorban-sorban putih dan hal ini telah aku sebutkan di pembahasan tentang Perang Badar.”

    Ibnu Ishaq berkata, “Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kalian dan agar hati kalian tenteram karenanya, dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.’ (Ali Imran 126)
    Maksudnya, pasukan dari malaikat-malaikat-Ku yang Aku sebutkan tidak lain adalah kabar gembira bagi kalian dan agar hati kalian tenteram dengannya, karena Aku mengetahui kalian lemah dan kemenangan itu berasal dari kekuatan-Ku dan kemampuan-Ku, karena keperkasaan dan kebijaksanaan itu milik-Ku dan tidak milik seorang pun dari makhluk-Ku.

    Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘(Allah menolong kalian di Perang Badar dan member bala bantuan itu) untuk membinasakan golongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tidak memperoleh apa-apa.’ (Ali Imran: 127)
    Maksudnya agar Allah membinasakan orang-orang musyrik dengan pembunuhan sebagai balasan Allah terhadap mereka atau memulangkan…
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 75

    …mereka dalam keadaan merugi. Artinya, orang yang masih hidup di antara mereka pulang dalam keadaan gagal tanpa mendapatkan apa yang mereka idam-idamkan. (JGA: emangnya apa yang mereka idam-idamkan? tak jelas…hmm bualnya luar biasa).

    Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,
    • ‘Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengadzab mereka, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang zhalim. Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia member ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ (Ali Imran 128-129)
    Maksudnya engkau tidak mempunyai keputusan sedikitpun tentang hamba-hamba-Ku, kecuali apa yang Aku perintahkan kepadamu tentang mereka, atau Aku menerima taubat mereka dengan rahmat-Ku yang jika Aku berkehendak maka Aku lakukan, atau Aku menyiksa mereka karena dosa-dosa mereka karena itu hak-Ku.

    Fainnahum zhalimuun maksudnya mereka berhak atas itu semua karena kemaksiatan mereka kepada-Ku. Wallahu ghfuururrahiim maksudnya Allah mengampuni dosa-dosa dan menyayangi hamba-hamba-Nya berserta apa saja yang ada pada mereka.
    • ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda.’ (Ali Imran: 130)
    (JGA: koq tiba-tiba urusan perang melantur ke urusan riba…gak nyambung pisan euy)

    Maksudnya, kalian jangan memakan riba dalam Islam, karena dengan Islam, Allah member petunjuk kalian kepada hal-hal haram yang akan kalian makan jika kalian berada di luar Islam. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 76
    • ‘Dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian beruntung.’ (Ali Imran: 130)
    Maksudnya, taatilah kalian kepada Allah mudah-mudahan kalian selamat dari siksa yang telah diperintahkan Allah kepada kalian dan kalian mendapatkan pahala dimana Allah membuat kalian senang kepadanya. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan peliharalah diri kalian dari api neraka yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.’ (Ali Imran: 131).
    Maksudnya, neraka yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi orang yang kafir kepada-Ku. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kalian dirahmati.’ (Ali Imran: 132)
    Ayat di atas merupakan kecaman bagi para sahabat yang tidak patuh kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau memerintahkan sesuatu kepada mereka di Perang Uhud dan di moment-moment lainnya. Setelah itu Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.’ (Ali Imran:133)
    Maksudnya, surge tersebut menjadi tempat tinggal siapa saja yang taat kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.’ (Ali Imran: 134)
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 77

    Maksudnya, itu semua kebajikan dan Aku mencintai siapa saja yang mengerjakannya. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.’ (Ali Imran: 135)
    Maksudnya, jika mereka melakukan perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri dengan bermaksiat kepada Allah, maka mereka ingat larangan Allah dari perbuatan tersebut dan apa saja yang diharamkan-Nya kepada mereka, kemudian mereka beristighfar kepada-Nya atas dosa-dosa mereka tersebut dan mereka mengetahui bahwa tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Dia.

    Wa lam yushirruu ‘ala maa fa’aluu, maksudnya mereka tidak bermaksiat kepada-Ku seperti perbuatan orang yang menyekutukan-Ku dalam kekafiran mereka yang sangat keterlaluan padahal mereka mengetahui bahwa ibadah kepada selain diri-Ku itu diharamkan kepada mereka. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.’ (Ali Imran: 136).
    Maksudnya, itulah pahala orang-orang taat.

    Setelah, Allah menyebutkan musibah yang menimpa kaum Muslimin, ujian yang terjadi pada mereka, pembersihan terhadap apa yang ada pada mereka, dan penunjukan beberapa orang dari mereka menjadi syuhada’. Allah berfirman menghibur mereka, menjelaskan kepada mereka apa yang mereka kerjakan, dan apa yang Dia kerjakan pada mereka,
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 78
    • ‘Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian sunnah-sunnah Allah, karena itu, berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).’ (Ali Imran: 137).
    Maksudnya, sebelum ini telah terjadi kasus-kasus hukuman dari-Ku kepada orang-orang yang mendustakan rasul-Ku dan menyekutukan-Ku, misalnya kaum ‘Ad, Tsamud, Luth, dan penduduk Madyan. Sehingga dengan demikian mereka melihat contoh-contoh hukuman yang telah terjadi dari-Ku pada mereka dan terhadap orang-orang yang sejalan dengan mereka. Aku member tempo waktu kepada mereka agar mereka tidak menyangka bahwa hukuman-Ku telah terputus dari musuh kalian dan musuh-Ku, karena proses siklus yang Aku putar kepada kalian agar dengan cara seperti itu Allah menguji kalian dan mengetahui apa yang ada pada kalian.

    Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.’ (Ali Imran: 138).
    Maksudnya, Al-Qur’an ini penjelasan bagi manusia jika mereka menerimanya. Petunjuk dan pelajaran artinya cahaya dan etika bagi orang-orang bertakwa yaitu orang yang taat kepada-Ku dan mengetahui perintah-Ku. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Janganlah kalian bersikap lemah dan janganlah (pula) kalian bersedih hati.’ (Ali Imran: 139).
    Maksudnya, janganlah kalian merasa lemah dan putus asa atas musibah yang menimpa kalian. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Padahal kalian orang-orang yang paling tinggi (derajatnya).’ (Ali Imran: 139).
    Maksudnya, kemenangan dan hasil baik itu menjadi milik kalian. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,

    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 79
    • ‘Jika kalian orang-orang yang beriman.’ (Ali Imran: 139).
    Maksudnya, jika kalian membenarkan Nabi-Ku beserta apa saja yang dibawa dari-Ku. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Jika kalian (di Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada orang-orang Badar) mendapat luka yang serupa, dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu. Kami pergilirkan di antara manusia.’ (Ali Imran: 140).
    Maksudnya, Aku putar di antara manusia untuk proses ujian dan pembersihan. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zhalim.’(Ali Imran: 140).
    Maksudnya, agar Allah membedakan antara orang-orang Mukmin dengan orang-orang munafik dan memuliakan orang-orang Mukmin dengan menjadikan mereka sebagai syuhada’.

    Wallahu laa yuhibbudh zhalimin, maksudnya orang-orang munafik yang menampakkan ketaatan dengan mulut sedang hati mereka terus-menerus bermaksiat. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    • ‘Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman.’ (Ali Imran: 141).
    Maksudnya, Allah menguji orang-orang beriman karena ingin membersihkan mereka dengan ujian yang terjadi pada mereka, dengan kesabaran dan keyakinan mereka. Setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
    halaman 80
    User avatar
    JANGAN GITU AH
    Posts: 5266
    Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
    Location: Peshawar-Pakistan

    Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

    Post by JANGAN GITU AH »

    Pesan tempat (bab ini tidak begitu penting, jadi dilompati dulu :green: )
    User avatar
    JANGAN GITU AH
    Posts: 5266
    Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
    Location: Peshawar-Pakistan

    Re: SIRAT NABAWIYAH Ibn Ishaq/Ibn Hisyam Jilid 2 (txt lengka

    Post by JANGAN GITU AH »

    pesan tempat lagi nih... :green:
    Post Reply