tendangin wrote:yang saya pertanyakan adalah :
1. siapa tuhan?
Sebuah sosok yang kudus, mulia, adil, yang sanggup mengisi kekosongan hati (kalau mau nerimo), yang perduli dengan umatnya, cinta dengan manusia (tak perduli tidak sempurnanya mereka), tidak bisa dipengaruhi apa pun, sempurna, tidak membutuhkan manusia untuk menyatakan kemuliaan dan kekuasaannya. Pokoke semua yang positif dan baik.
tendangin wrote:3. apakah kitab tak sama dengan dongeng/ramalan/kisah yang dibukukan? tetep yang buat manusia kan?
Yah, yang buatan manusia jelas sekali ketidaksempurnaannya, bisa diganti2, bahkan tidak bisa dipercaya keabsahannya. Sedang yang benar2 dari Tuhan, sudah pasti tidak bisa diganti2 atau semacamnya. Mungkin harus dibedakan, kitab mana yang dikarang manusia, dan kitab mana yang diTULIS manusia dengan tuntunan Tuhan sendiri.
tendangin wrote:kesimpulan saya :
1. saya ga tau siapa yang menciptakan alam seisinya, dan tak perlu difikir karna memang kita ditakdirkan untuk hidup di dunia logis, real dan nyata.
Saya kurang setuju, yang benar, tidak perlu dipaksa untuk memasukkan sosok Tuhan ke dalam pikiran kita yang terbatas. Ibarat memasukkan udara ke balon, kalau berlebihan, beledug lah.
tendangin wrote:2. semakin kita menekuni ibadah dari apapun ajaran adalah sama aja menekuni gerbang gaib di depan mata. banyak contohnya. orang yang ahli dalam agama kebanyakan dia bisa menembus gaib/orang pintar.
Maksud menembus gaib? Ya tidak bisa dunk disamaratakan begitu saja. Seumpamanya, memang kamu mau disamakan dengan binatang?
tendangin wrote:3. semua ajaran intinya kebenaran, jadi tak salah kan jika saya hanya mengambil "baik dan jahat" saja. karna kita semua punya hati untuk berbicara tentang baik dan jahat.
Tidak bisa semua ajaran dkatakan intinya kebenaran. Dan tidak bisa dikatakan mengambil baik dan jahat, contohnya, dalam islam, membunuh itu "baik", berzinah itu "baik", mencuri dan merusak itu "baik".
Kalau untuk nurani, saya setuju. Karena semua manusia (menurut saya) sudah diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan, yang artinya, rasa keadilan dan perduli, kebaikan sudah ditanamkan sejak lahir. Tidak suka melihat penumpahan darah, merasa jijik dengan praktek perzinahan dan poligami, risih dengan perbuatan yang tidak benar.
tendangin wrote:4. orang yang belajar cuma satu ajaran maka kemungkinan akan sulit berinteraksi dengan manusia dan alam karena dia menganggap dirinyalah yang paling benar. saya bicara begini karna saya membuktikannya. ketika saya membaca kitab yang lain saya mulai tau kitab itu cuma pedoman yang tak harus di "keramatkan".
Tidak setuju dalam hal kesulitan berinteraksi, itu tergantung apa yang dipelajarinya dan dengan apa dia berinteraksi.
Memang, kitab hanyalah pedoman, bukan untuk dikeramatkan.
tendangin wrote:5. berfikirlah logis karna kita hidup di dunia logis, real dan nyata. ngapain mikir hal di luar jangkauan kita/tak nalar?tak ada yang menyuruh kita untuk itu.
Sorry, man. Untuk itu, sangat tidak setuju. Menurutmu, kalau dunia mengatakan homoseksualitas itu logis, apa kamu akan mengikutinya? Kalau dunia mengatakan, menolong orang itu adalah kebodohan, apa kamu juga setuju? Dunia mengatakan, kalau ingin punya banyak teman, harus ikut dengan "kegiatan" mereka yang belum tentu benar, apa kamu setuju?
Soal memikirkan yang di luar nalar, setuju. Ga penting, yang penting (menurut saya), Tuhan menolong kita dengan caraNya sendiri yang ajaib dan di luar nalar. Dan tujuanNya adalah untuk kebaikan hidup kita.
tendangin wrote:6. baik dan jahat itu tergantung manusia itu sendiri. bukan berdasarkan kitab.
Kitab hanya mendeskripsikan apa itu jahat dan apa itu baik, mungkin sebagai guide. Tapi, menentukan apa yang baik dan apa yang jahat, sama sekali bukan hak manusia.
Seringkali, manusia melakukan apa yang jahat dengan "seenaknya" menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat.
tendangin wrote:7. menurut saya,nasib manusia itu tergantung perbuatan leluhur mereka dan dirinya sendiri. jika kita baik, selain diri kita maka anak cucu kita akan ketularan amal baik kita, begitu juga sebaliknya.
Tidak bisa. Perbuatan baik haruslah diteladankan dan diajarkan, bukan hanya omdo. Tidak bisa itu, hanya amal tanpa melibatkan anak cucu kita lalu tiba2 mereka ketularan baiknya. Semuanya harus dengan tindakan. Nasib manusia bukan tergantung pada perbuatannya, tapi pada pilihan mereka. Sedang Tuhanlah yang mengatur semuanya untuk kebaikan manusia, sayangnya, banyak dari mereka menganggap remeh itu.
tendangin wrote:8. intinya saya harus tau saya hidup untuk apa?seperti penggolongan hewan herbivora, carnivora, atau tumbuh2an yang masing2 punya karakter sendiri. mereka sama2 lapar, sama2 hidup tetapi punya karakter masing2 dan tidak bisa memaksakan kehendak, contoh dari kucing memaksa menjadi macan/singa meskipun hampir mirip.
Manusia tidak bisa disamakan dengan binatang. Binatang punya ciri2, bukan karakter (karena karakter melibatkan pribadi, sedang binatang tidak punya pribadi). Manusia punya tujuan yang sama, keberhasilan dan kebaikan. Hanya pengertiannya, yang sayangnya, berbeda-beda.
tendangin wrote:9. dan lakukan hal baik di dunia, karna kita punya hati nurani untuk mengatakan benar tidaknya perbuatan kita.
(Menurut saya) Di sanalah Tuhan memakai nurani kita untuk melakukan yang baik.