oleh karena itu, gak ada salahnya kita belajar MIPA disini sekaligus membedah kebodohan beberapa teman islam/kafir
dalam bidang MIPA
chapter 1- Model matematik.
Kasus
dalam sebuah agama, terdapat sebuah risalah berbunyi begini
seorang istri bila wafat, maka prosedur pembagian harta gono gininya
1. suami mendapat 1/2 bagian
2. 2saudara perempuan mendapat total 2/3 bagian“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak”
3. orangtuanya mendapat 1/6 bagian untuk masing-masingnya“…tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal”
kalau dijumlah keduanya totalnya 1/3 ( 2 x 1/6)Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam”
nah, mari kita masukkan ke dalam variabel
misalkan
x adalah total harta yang ditinggalkan
maka
nah sekarang, bagaimana sih memodelkan dalam bentuk turunan yang benar dan gak asal nyablak...suami mendapat x/2
suadara mendapat 2x/3
ortu mendapat x/3
begini, secara garis besar, turunan itu merupakan pembagian atas dua buah diferensiasi.
Nah dari kasus di atas bisa kita tarik
1. nilai x bisa berubah sewaktu-waktu, maka akan ada namanya perubahan pada x, maka akan terjadi diferensiasi variabel x disebut dx
jika kita mengasumsikan
p = fungsi yang didapat suami = x/2
q = fungsi yang didapat saudara =2x/3
r = fungsi yang didapat ortu = x/3
maka ketiga fungsi di atas akan juga berdiferensiasi karena adanya diferensiasi nilai x sehingga menyebabkan adanya dp, dq, dan dr
nah beginilah konsep pemodelan dalam turunan sehingga setiap variabel berhubungan (dependen).
nah mari kita tinjauan ilmuwan jenius terhadap kasus ini yang ada di FFI
(sebut saja namanya jelio a.k.a tujuhsinar)
dy/dx fungsi asalnya (y) haruslah dipengaruhi x. nah, masalahnya y disini sebagai variabel apa..?? oke, kata beliau y = integral dari harta yaitu pusaka.y = Pusaka
x = Satuan unit “harta yang ditinggalkan”
y = Pusaka = Integral dari Harta (lihat Reff. definisi integral di atas), jadi :
dy/dx = Harta yang ditinggalkan/diturunkan untuk anak-anakmu
= turunan atau differential dari y terhadap x (lihat definisi differential di atas)
F(x) = Persamaan fungsi dari Harta yang ditinggalkan (Pusaka yang diturunkan), sesuai contoh kasus di atas
dimana: F(x) = 1/2 x + 2/3 x + 1/6 x
Jadi:
dy/dx = F(x)
(walau sebenarnya ini gak ada korelasi perubahan pusaka terhadap perubahan harta dalam kasus, jadi anggap saja pusaka adalah variabel hantu).
kesalahan terjadi karena awalnya x dipakai sebagai satuan unit harta yang ditinggalkan. dan satuan unit ini lah yang akan dibagi ke-3 komponennya (suami, saudara dan juga ortu).
secara matematik, x haruslah sama dengan p + q + r (walau pembagiannya nyatanya tidak sama, tapi demi memuaskan hati si ilmuwan hebat, nevermindlah).
y = ∫ F(x) dx
nah masalahnya F(x) kan berarti harta yang ditinggalkan which is haruslah F(x) = x untuk setiap nilai x
sehingga didapat
y = x²/2
karena x = p+q+r
maka ∫x = ∫( p+q+r) dx = ∫p dx + ∫q dx + ∫r dx = 2x²/3 (*perhitungan berdasarkan data rujukan tujuhsinar, bukan data saya)
hasilnya terjadi pembengkakkan nilai pusaka sebanyak 4/3 kali lipat. AWESOME...!!
dari perhitungannya juga didapat x = 6750 unit (*pembulatan versi TS)
karena disebutkan bahwa F(x) adalah persamaan harta yang ditinggalkan
maka, dari sini bisa dicari harta yang ditinggalkan itu berapa => F(X) = 9000 unit
jika satuan unit harta yang ditinggalkan 6750
kenapa bisa harta yang ditinggalkan jadi 9000 unit (*inilah menjadi bahan guyonan kapir terus menerus)
terus nilai warisan itu apa..?? apakah satuan unit harta yang dijual ke loak...??
ha..ha..sebagai mahasiswa saya terkejut dengan si ilmuwan. ternyata dia sangat "jago" dalam konsep turunan/integral yang seenak jidat merumuskan konsep integral begitu saja tanpa ada verifikasi model kasus.
oke deh, cukup sekian bahasan kebodohan dari teman kita satu ini
nah jikalau teman2 merasa post (muslim dan kapir) ada yang **** dengan pemahaman MIPAnya
post saja disini
tentu dengan bahasa yang jelas
takutnya banyak yang gak akan ngerti kalau dibuat simpel..