Ini adalah keluhan dari A.R. Khan tentang kondisi Muslimah di Pakistan dan Afghanistan. Muslimah Indonesia sangat beruntung bahwasanya masyarakat Muslim Indonesia tidak begitu peduli akan penerapan hukum² Islam seperti halnya Muslim² Pakistan dan Afghanistan.
Ingat:
semakin Islamiah suatu daerah, semakin mirip kehidupan daerah itu dengan NERAKA, terutama bagi para wanita dan kafirun. Semakin Muslim giat menerapkan Syariah Islam, semakin hebat pula penderitaan masyarakat, terutama Muslimah dan kafirun, di daerah itu.
______________________________________________
Pedang² Bergelantungan di Depan Kepala Perempuan
Para Muslim menundukkan istri² mereka melalui ancaman bahwa mereka akan mengambil istri kedua. Istri harus selalu tunduk pada suami bagaikan budak saja. Mereka ketakutan harus bersaing dengan istri lain, dan tidak bisa bercerai karena masyarakat Islam menganggap Muslim yang cerai merupakan aib masyarakat dan wanita itu tidak bisa mencari suami baru dengan mudah.
Semua Muslim ingin punya banyak Muslimah, tapi ada masalah yang menghalangi impian mereka itu. Di kota² besar, hanya Muslim yang kaya saja yang bisa punya istri kedua; sedangkan Muslim miskin tak mampu punya istri baru.
Di lain kasus, Muslim tidak mengambil istri kedua karena tekanan dari keluarga istri pertama. Meskipun semua Muslim mengakui poligami adalah baik dan benar, tapi tiada seorang pun dari mereka yang rela anak perempuan atau saudara perempuan mereka dimadu. Hanya pria² Muslim yang penuh duit dan berkuasa saja yang bisa berpoligami ria dengan banyak istri. Tapi sekalipun Muslim hanya punya satu istri saja, bukan berarti istri itu bisa bahagia dan tenang, karena suami acapkali mengancam akan melakukan poligami.
Islam menetapkan bahwa suami harus adil pada istri²nya, tapi ini hanya sekedar aturan saja. Jika suami impoten sekalipun, masyarakat Muslim tetap saja mengijinkan Muslim punya istri kedua. Kenapa tidak ada aturan pemeriksaan medis terhadap suami, istri pertama, istri kedua sebelum terjadi poligami? Sebagian Muslim mengatakan jumlah wanita di dunia lebih banyak daripada jumlah pria, dan karenanya seorang pria harus punya dua istri agar semua wanita bisa punya suami.
Di jaman sekarang, wanita bisa dengan mudah memilih untuk punya bayi laki atau bayi perempuan. Jika di sepanjang 10 tahun para wanita lebih banyak memilih bayi pria, maka apakah alasan Islamiah “lebih banyak perempuan daripada pria” itu akan hilang?
(Adadeh: sebenarnya di negara² Islam, jumlah pria justru lebih banyak daripada jumlah wanita.)
Kita lihat masalah dan perkelahian antara istri² pertama dan kedua di mana². Adalah bohong untuk mengatakan para istri semuanya hidup rukun dalam keluarga poligami.
Bahkan jikalau sekalipun rumah² mereka terpisah, mereka selalu sibuk mengontrol suami mereka, agar si suami memberi perhatian lebih pada istri, lebih memberi banyak uang padanya dan anak²nya dan bukan anak² istri lain, dan ini semua menimbulkan masalah baru. Dengan cara hidup seperti itu, mereka menghabiskan hidup mereka secara sia² saja.
Wanita itu bisa lembut, tapi tidak berarti lemah. Dia bisa menghancurkan sebuah negara. Sudah berkali-kali sejarah menunjukkan para pemimpin perkasa jatuh di hadapa wanita karena senyumnya. Jika diperbolehkan, para wanita bisa menerbangkan pesawat terbang dan menyetir tank.
Pilot² wanita pesawat tempur Amerika Serikat.
Brigadir Jendral Sherian Cadoria, USA, yang campuran negro dan bule.
Jendral Bintang Empat, Anne Dunwoody, dari USA.
Karena wanita disia-siakan oleh masyarakat Muslim, maka hasinya kebanyakan wanita pun menyia-nyiakan hidup mereka, tidak bisa berpartisipasi dalam kemajuan dan perkembangan umat manusia dalam bidang sains dan teknologi mutakhir. Tatkala aku melihat kanan-kiri (dalam masyarakat Muslim Afghanistan dan Pakistan), yang kulihat adalah kepala dan kaki wanita yang rusak, dan mereka hidup bagaikan budak di bawah penindasan suami² mereka.
Jika wanita nyetir mobil atau tidak berjilbab atau tidak menutup wajah mereka, maka wanita ini dianggap murtad dan Muslim memandang mereka bagaikan melihat setan. Perlakuan seperti ini menyebabkan para wanita sibuk menutup wajah mereka tapi menghabiskan banyak waktu memperindah kosmetik mata mereka. Mereka jadi melirak-lirik kemana-mana dan anak² laki dan perempuan pada berkelahi melalui lirikan mata mereka.
Pintu pendidikan juga ditutup bagi wanita karena para pria Muslim menganggap pendidikan akan merusak moral wanita. Mereka khawatir nantinya para Muslimah akan mengenakan rok mini dan mulai pacaran dengan bebas.
Dalam pemikiran Muslim yang sempit, kebebasan bagi wanita adalah sama dengan rok mini, rokok, minuman alkohol, dansa sambil mabuk²an. Selain itu, para Muslim kolot khawatir bahwa pria hidung belang bisa selingkuh dengan mudah dengan para wanita seperti ini, membuat mereka hamil, dan kabur begitu saja.
Di lain pihak, Muslim menguasai wanita agar wanita “menjaga kehormatan keluarga,” agar wanita bisa dikawinkan dengan pilihan anggota keluarga pria, dengan harga mahar yang mahal, atau wanita juga bisa dijadikan hadiah untuk nikah untuk mendamaikan sebuah pertikaian. Dengan keadaan seperti itu, maka para wanita itu hidup bagaikan binatang dalam pernikahan.