simplyguest wrote: Soalnya mereka itu emang pengidap inferiority complex, bro.
Apalagi sekarang2 ini udah gak keliatan lagi kontribusi dari islam selain perang, kekerasan, kebencian dan pembunuhan. Jadi mereka berusaha lari ke hal2 "mujizat" untuk menghibur hati sendiri.
Dan bisa dibayangkan kalo hal yang bisa menjadi pelarian itu ternyata adalah hoax. Ya pasti reaksinya pasti penyangkalan dan ngeles. Sesudah itu lalu pergi mencari pelarian (hoax) lain.
Makanya yakin deh kalo hoax2 islami seperti ini gak akan ada abisnya selama muslim masih ada.
Saya rasa sih kalo hal itu lebih disebabkan karena mereka juga menganut paham fatalism, yaitu menganggap semua hal sudah ditakdirkan dan apapun yang akan terjadi tidak dapat dihindari lagi, baik itu hal buruk ataupun baik.Donlot wrote:Thx infonya bro,
apa ini jg ya yg mempengaruhi cara pikir muslim di semua bidang positif kehidupan yg hanya sibuk nyari2 alasan aja tanpa mau memperbaiki diri agar semakin hari semakin baik???
Jika pola pikir muslim ini memang diterapkan ke seluruh bidang positif kehidupan maka tak heran pula hampir semua bidang positif kehidupan itu, kafirpun bs selalu unggul dari muslim. Menurut gw keberhasilan/kemenangan ditentukan oleh berbagai proses, dan perubahan adalah salah satu kuncinya.
Sori agak OOT sedikit.
Ini mungkin salah satunya yang membedakan mereka dengan kafir, terutama kafir non-religius. Kaum fatalis cenderung tidak merefleksi kesalahan2 atau belajar memperbaiki kesalahan2 yang mereka buat, tapi hanya menganggap bahwa itu adalah takdir, suatu hal yang memang sudah seharusnya terjadi.
Saya kurang paham apakah memang ada hubungan antara inferiority complex dengan fatalism. Mungkin netter Foxhound yang lebih mengerti psikologi nanti bisa lebih jelas menerangkan hubungannya.