Jawaban oleh FayhemKingdomOfHeaven wrote:Bangsa-bangsa Islam di abad pertengahan ternyata sudah punya "komputer ajaib" yang bisa membantu mengetahui waktu dan posisi benda-benda di angkasa, membantu dalam pelayaran, mempertahakan keakuratan kalender, memperkirakan gerhana, bahkan mengukur bumi.
Komputer ini umumnya tidak besar, bentuknya bundar seperti jam saku dengan diameter 15 cm saja (ada beberapa yang dibuat dalam skala besar). Astrolab, demikian namanya.
Astrolab merupakan peranti astronomi yang paling penting sebelum era teleskop muncul. Ilmuwan abad pertengahan di Timur Tengah, khususnya bangsa Islam telah menggunakan alat ini untuk berbagai hal, seperti tertulis di awal artikel.
Astrolab secara prinsip sebenarnya sudah ada sejak sekitar 150 SM. Namun, bentuk fisiknya baru muncul kira-kira 400 M. Alat ini menjadi bagian penting di periode Islam sejak tahun 800 M.
Astrolab terdiri dari sebuah model langit yang tertera pada lempeng logam melingkar. Di sekliling lingkar luar lempeng logam itu terukir skala derajat, atau kadang penanda waktu. Jarum penunjuk yang bisa diputar (alidad) digunakan untuk menentukan ketinggian suatu bintang ketika peranti ini diangkat setinggi lengan yang teracung. Hasilnya kemudian terbaca pada ukuran berskala.
Dengan astrolab ini, penggunannya juga bisa mengenali bintang-bintang, memprediksi kapan matahari terbit dan tenggelam setiap hari, menentukan jarak ke Mekah, menyurvei tanah, menghitung tinggi objek, hingga.... berlayar!
Tak heran, bangsa-bangsa Islam masa itu menjadi petualang tangguh baik di darat atau laut. Lewat merekalah, akhirnya astrolab diperkenalkan kepada bangsa Eropa melalui Spanyol (Moor).
Meskipun bangsa Yunani dulu sudah meyakini bentuk bumi adalah bulat, entah mengapa pada perkembangannya bangsa-bangsa di Eropa lebih menerima pendapat soal bumi yang datar. Mata mereka mulai terbuka setelah Copernicus dan Galileo-Galilei memberi pembuktian soal bumi bulat.
Padahal dalam Perjanjian Lama, kitab suci umat Kristen sendiri sudah menulis tentang bumi itu bulat. Demikian juga Quran meyakini bentuk bumi pun bulat.
Ilmuwan-ilmuwan muslim membukitkan iman mereka dengan penyelidikan lanjut, diantaranya melalui astrolab ini.
Sekitar abad 9 M, saat bangsa Islam menguasai separuh dunia, naskah-naskah ilmiah seperti karya astronom Yunani Ptolemeus diterjemahkan ke bahasa Arab. Dinasti Abbasiyah juga mendapatkan naskah-naskah Sansekerta yang kaya akan informasi tentang matematika, astronomi, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Observatorium juga banyak dibangun di kota-kota tempat peradaban Islam berada. Di tempat ini, para ilmuwan memiliki berbagai alat paling canggih masa itu seperti astrolab, kuadran, sekstan, dan jam matahari.
Penetapan Mekah sebagai kiblat mendorong cendikiawan Muslim mempelajari ilmu falak. Sejak abad 13, banyak masjid dibangun memperkerjakan seorang astronom profesional (muwaqqit) sehingga bisa menentukan arah kiblat secara tepat. Lagi-lagi, komputer saku astrolab jadi panduan utama.
Tidak itu saja, ilmuwan Muslim bisa menentukan tanggal dan hari-hari raya untuk ibadah berdasar pengamatan pada peredaran bulan dan matahari, dan mereka juga bisa membantu orang yang akan naik haji merencanakan rute perjalanan paling efisien ke Mekah.
Ini satu contoh ilmu mutakhir yang hingga kini diakui kebenarannya:
Tahun 1031, Abu Raihan al-Biruni sudah menyebutkan kemungkinan bahwa planet-planet berotasi mengikuti orbit yang elips, bukan bulat.
Mengukur Bumi
Ekspansi Islam ke berbagai belahan bumi menciptakan pembuatan peta bumi ini, termasuk pembuatan globe. Para pembuat peta berupaya keras melakukan pengukuran yang akurat.
Khalifah al-Makmun pernah mengutus dua tim survei ke Gurun Siria dilengkapi astrolab serta tongkat dan tali pengukur. Dua tim tersebut berjalan berlawan arah hingga mereka mengamati satu derajat perubahan ketinggian Bintang Utara. Hasil perhitungan mereka menunjukkan bahwa jarak yang mereka tempuh sama dengan satu derajat garis Lintang, atau 1/360 keliling bumi.
Jadi, setelah dikalkulasi, keliling bumi dari kutub ke kutub adalah 37,369 kiometer. Perhitungan ini sangat mendekati dengan hasil teknologi modern jaman sekarang, yakni 40,008 kilometer!
Maka kesimpulannya, tak menutup kemungkinan bila peradaban bangsa Islam saat jaya dulu menyebar hingga ke ujung-ujung bumi, dan bahkan (boleh jadi) sampai ke Amerika.
Sumber:
Awake! Magazine
astrolabes
sumber :http://www.apakabardunia.com/2012/08/ko ... -abad.html
Jawaban oleh Waletfayhem wrote:http://en.wikipedia.org/wiki/Astrolabe
An early astrolabe was invented in the Hellenistic world in 150 BC and is often attributed to Hipparchus. A marriage of the planisphere and dioptra, the astrolabe was effectively an analog calculator capable of working out several different kinds of problems in spherical astronomy. Theon of Alexandria wrote a detailed treatise on the astrolabe, and Lewis (2001) argues that Ptolemy used an astrolabe to make the astronomical observations recorded in the Tetrabiblos.[6]
KingdomOfHeaven wrote: Padahal dalam Perjanjian Lama, kitab suci umat Kristen sendiri sudah menulis tentang bumi itu bulat. Demikian juga Quran meyakini bentuk bumi pun bulat.
Jawaban dari saya:walet wrote: http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ar-t33260/
Kalau yang itu sih taqiyah.
Surah 71:19 Nooh
(18) kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًۭا ﴿٨١﴾
(19) Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًۭا ﴿٩١﴾
(20) supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًۭا فِجَاجًۭا ﴿۰٢﴾
Itu sebenarnya seperti hamparan karpet kaya terjemahan Yusuf Ali dibawah ini
(18) "'And in the End He will return you into the (earth), and raise you forth (again at the Resurrection)? ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًۭا ﴿٨١﴾
(19) "'And Allah has made the earth for you as a carpet (spread out), وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًۭا ﴿٩١﴾
(20) "'That ye may go about therein, in spacious roads.'" لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًۭا فِجَاجًۭا ﴿۰٢﴾
Astrolab itu termasuk kalkulator analog (alat untuk membantu menghitung secara cepat secara analog) yang merupakan perkawinan antara planisphere (kalkulator analog posisi bintang) dan dioptra (alat survei yang diperlengkapi busur untuk mengukur sudut). Konon diciptakan oleh astronomer legendaris, Bapak dari segala Astronom pencatat bintang Hipparchus. Astrolab dapat dipergunakan untuk melacak posisi bintang dan menentukan waktu pada saat malam.
Theon dari Alexandria menulis mengenai pendahulu semua Astrolabe dalam treatise-nya “On the Little Astrolabe” pada tahun 375 M, yang mencantumkan segala hal mulai dari dasar-dasar pembuatan hingga pemakaian Astrolabe.
Astrolabe, setelah masa Romawi memang tidak terlalu populer di Eropa Barat-Utara (negara2 yang diambil alih suku2 germanic) namun populer di Eropa Selatan (terutama yang masih Hellenis seperti Byzantin). Bahkan seorang Byzantin John Philoponus menulis Traktat "On the Use and Construction of the Astrolabe" yang mengembangkan ide astrolabenya Theon dalam bahasa Yunani pada abad ke-6 yang kemudian menjadi cikal-bakal astrolabe yang dipakai pada abad2 selanjutnya, Orang Arab sepertinya terpengaruh tulisan seorang Byzantin-Siriak bernama Severus Sebokht, seorang bishop pada pertengahan abad ke-7 yang menulis mengenai deskripsi dan pemakaian Astrolabe dalam bahasa Siriak yang isinya kurang lebih menggambarkan astrolabe dalam bukunya Philoponus (silahkan kunjungi http://www.tertullian.org/fathers/sever ... _trans.htm untuk melihat terjemahan isi bukunya)
Nah karena Eropa Katolik dan Eropa Byzantin (Ortodok) tidak terlalu bersahabat, hubungan antara keduanya terutama transfer ilmu agak kurang. Walaupun Eropa Katolik sudah mengenal astrolabe modern setidaknya sejak abad ke-11, Eropa Katolik tidak memerlukannya dan penggunaannya terbatas pada kalanagan tertentu saja. Namun pada abad ke -13 dan 14 permintaan akan astrolabe semakin meningkat pesat (karena ketertarikan astronomi dan astrologi), sehingga Eropa Katolik mengimpor astrolabe dari dunia Muslim (kenapa tidak dari Eropa Byzantin? ga tahu juga? ga ada hubungan dagang? Atau Byzantin malas hadapin Eropa Katolik pasca Perang Salib?).
Eropa Katolik (dan Prostestan) kemudian memproduksi astrolabe sendiri yang berpusat di Jerman, Prancis dan Belgium sepanjang abad 15-16. Dan orang Eropa mendasarkannya bukan lewat muslim saja, namun lewat manual2 Byzantin, terutama tulisan Nikephoros Gregoras (abad-14) yang menulis manual pembuatan-dan pemakaian Astrolabe.
Lucunya: Byzantin menulis banyak buku mengenai astolabe tapi hanya sedikit astrolabe buatan Byzantin yang ditemukan. Muslim sedikit menulis buku mengenai astrolabe tapi banyak astrolabe buatan muslim yang ditemukan. Kesimpulan: Dari dahulu muslim sudah bermental buruh pabrik?
Lalu pada jaman Great Sailing Ages (alias abad ke-17) astrolabe ditinggakan karena orang Eropa (Katolik dan Protestan) sekarang sudah menemukan teleskop, planetarium dan jam pendulum yang kesemuanya dapat dipergunakan untuk menentukan dan memetakan posisi bintang jauh dan waktu lebih akurat dari astrolabe. Astrolabe kemudian hanya digunakan di dunia musim sebagai penentu kibla dan waktu sholat dan dunia Eropa sebagai alat buat astrologi.
SO, BERTERIMA KASIHLAH Kepada orang YUNANI dan BYZANTIN dasar kumpulan orang tidak tahu terima kasih dan suka MUSCLAIM!
Referensi:
http://www.pachs.net/blogs/comments/an_ ... strolabes/
http://www.astrolabes.org/history.htm