Muhammad dalam Kitab² Veda: Pernyataan Ngawur Dr. Zakir Naik
Posted: Tue Jul 13, 2010 3:22 am
Artikel ini khusus bagi netter Hindu, dan merupakan pembelaan dari ahli agama Hindu atas dusta Muslim (Dr. Zakir Naik) yang mengatakan bahwa Muhammad disebut-sebut dalam kitab suci Hindu Rig-Veda.
=========================
Pendusta Muslim, Dr. Zakir Naik
Muhammad dalam Kitab² Veda: Pernyataan² Ngawur Dr Zakir Naik
oleh: Dr Radhasyam Brahmachari
Kamis, 1 Juli, 2010
Siapapun yang pernah baca biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Muslim, tentunya bisa melihat bahwa tugas terberat penulis adalah menjelaskan tentang pernikahan² sang Nabi. Jika mereka butuh sepuluh halaman untuk menceritakan pernikahan²nya, maka mereka perlu menulis ratusan halaman penuh penjelasan untuk membuat pernikahan² tersebut tampak mulia. Mengapa Nabi kok mengambil begitu banyak istri di usia tuanya? Para penulis Muslim tidak punya jawaban meyakinkan atas pertanyaan ini. Tugas pertama dan utama para penulis Muslim itu adalah berupaya agar Nabi tidak tampak bernafsu berahi atau agar tak terlihat adanya unsur sensualitas dalam pernikahan² tersebut.
Alasan terbaik yang bisa mereka kemukakan adalah Nabi begitu baik sehingga dia mau menikahi para janda untuk menyediakan sandang, pangan, papan bagi mereka. Untuk menunjang alasan ini, mereka juga menampilkan bukti bahwa kebanyakan para istri Nabi adalah janda². (Adadeh: Ingat pula bahwa Muhammad-lah yang membunuhi para suami wanita tersebut, sehingga mereka jadi janda.) Wah, sungguh alasan hebat nih, sang Nabi tampak bagaikan penyelamat para janda malang. Tapi kesulitan lalu muncul tatkala para penulis Muslim harus menerangkan tentang pernikahan Nabi dengan Zainab, istri putra angkat Nabi yakni Zaid. Zainab itu bukanlah janda dan kejadian melihat Zainab telanjang jelas menunjukkan Nabi berahi terhadap Zainab. Kesulitan yang sama juga muncul saat berusaha menerangkan budak sex Yahudi sang Nabi yang beranam Rihana (dari suku Yahudi Qurayza yang para lelakinya dibantai Nabi) dan juga Safiyah (dari suku Yahudi Khaybar, yang ayah, suami baru, dan sanak saudara lakinya dibantai semua oleh Muhammad).
Alasan² yang mereka karang untuk menjelaskan pernikahan² ini biasanya bisa diterima para Muslim yang sudah tercuci-habis otaknya, tapi sama sekali tak bisa diterima dunia beradab kafir. Dari semua pernikahan itu, yang tersukar adalah menjelaskan pernikahan Nabi (usia 52 tahun) dengan Aisyah (usia 6 tahun). Syed Amir Ali adalah penulis India yang mengarang buku terkenal: Spirit of Islam. Di bukunya, pak Amir Ali mengatakan bahwa satu²nya tujuan Nabi menikahi Aisyah adalah untuk memperkuat persekutuannya dengan Abu Bakr (ayah Aisyah). Mungkin banyak yang telah mengetahui bahwa Muhammad dan Abu Bakr membuat persetujuan tak tertulis bahwa Muhammad akan menikahkan putrinya yang bernama Fatima pada Abu Bakr dan Abu Bakr akan menikahkan putrinya Aisyah pada Muhammad. Pernikahan jenis ini disebut sebagai Nikah Shighar, dan masih sering dilakukan dalam kalangan keluarga Muslim. Ingat bahwa Osama bin Laden menikahi putri Omar, orang kedua Al-Qaeda, dan Omar menikahi putri Osama bin Laden. Akan tetapi ada yang tampak janggal: Muhammad menikahi Aisyah di tahun 1 Hijriah di rumah Abu Bakr di Medinah, dan Muhammad menunda perjanjiannya untuk menyerahkan putrinya pada Abu Bakr. Setelah menunggu berbulan-bulan, Abu Bakr akhirnya menanyakan hal ini pada Muhammad. Muhammad menjawab bahwa dia menunggu perintah dari Allâh akan hal ini, dan perintah illahi ternyata tak kunjung datang. Jika Muhammad menikahi Aisyah agar persekutuan dengan Abu Bakr bertambah erat, makan seharusnya Muhammad menyerahkan putrinya Amina untuk dinikahi Abu Bakr. Dengan demikian, alasan yang diajukan pak Amir Ali tidak tampak meyakinkan.
Seorang penulis Muslim Bengali yakni M. Abdur Rahman, berusaha menjelaskan dari sudut pandang yang lain. Dia menjelaskan bahwa Muhammad menikahi Aisyah demi mendidik masyarakat tentang sex.
Di saat itu, para Muslimah Arabia butuh pendidikan sex yang mendesak. Tapi karena Nabi adalah pria, maka dia tak layak untuk mendidik Muslimah tentang sex. Maka dia menikahi Aisyah agar Aisyah bisa jadi perantara Nabi untuk mendidik Muslimah tentang sex. Wah, hebat bener nih alasannya. Tapi kenapa yaaa Nabi memilih anak perempuan kecil seperti Aisyah? Untuk menjelaskan hal ini, pak Abdur Rahman mengatakan usia muda anak perempuan ini sangat cocok untuk menerima pendidikan sex dan itulah alasan mengapa Nabi menikahi Aisyah. Tapi anehnya, baik pak Amir Ali maupun pak Abdur Rhaman tidak mengatakan bahwa ini merupakan kehendak Allâh. Allâh memberitahu Muhammad tentang menikahi Aisyah melalui mimpi. Dalam tiga malam berturut-turut, malaikat Jibril menunjukkan gambar Aisyah pada Nabi sambil berkata, “Inilah istrimu.” Di malam pertama dan kedua, Nabi tidak bisa melihat jelas gambar siapakah itu. Tapi di malam ketiga dia bisa melihat gambar dengan jelas dan yakin bahwa itu adalah gambar Aisyah. Jadi menurut keterangan ini, Muhammad tidak punya pilihan lain selain mentaati perintah Allâh dengan segera.
Perlu diketahui bahwa apapun argumen, alasan, dan penjelasan Muslim, semua penulis Muslim ini harus mencapai satu kesimpulan, yakni: Muhammad adalah orang termulia di seluruh dunia. Jika mereka gagal barang sedikit pun mencapai kesimpulan ini, maka nyawa mereka jadi taruhannya. Para penulis Muslim juga menghadapi kesulitan yang besar tatkala harus menjelaskan bagaimana Nabi membantai para lelaki dan anak² laki yang baru tumbuh bulu kemaluannya dari suku Yahudi Qurayza di Medinah, membantai Bani Najir di Khaybar, mencurahkan darah kafir di bulan suci Rajab di Nakhla, dll. Tampak jelas bahwa memang sukar sekali bagi para penulis Muslim untuk menjelaskan sepak terjang orang terbesar di dunia ini. Sudah barang tentu tugas ini jadi sangat lebih mudah jika para Muslim bisa menunjukkan bahwa ramalan tentang kenabian Muhammad telah tertulis dan diakui oleh berbagai kitab suci kafir, seperti Alkitab, Zend-Avesta, dan terutama kitab² suci Sanskrit dari agama Hindu.
Rig-Veda telah dikenal dan diakui sebagai buku tertua yang ditulis manusia. Jika para Muslim mampu menunjukkan bahwa Muhammad tertulis dalam kitab Veda, tentunya ini akan mendongkrak citra Muhammad sebagai Rasul Allâh. Tidak hanya itu, “bukti” seperti ini tentunya dapat digunakan untuk menipu umat Hindu agar memeluk Islam. Karena itulah, maka bisa dimengerti mengapa Dr. Zakir Naik berusaha meyakinkan bahwa Muhammad tercantum dalam Rig-Veda dan juga kitab² suci Hindu lainnya. Tapi penyelidikan pak Naik tak membuahkan hasil akurat, sehingga yang bisa dilakukannya adalah mengeluarkan berbagai pernyataan tanpa bukti demi menipu kafir.
Lihat contoh yagn ditulis netter Muslim di http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ya-t17424/
Pertama-tama, mari lihat apa yang dikatakan Rig-Veda tentang Muhammad. Perlu diperhatikan bahwa dua kata Sanskrit śamsata dan narāśamsamiha merupakan kata² utama dalam argumen Pak Naik. Menurut dia, kata śamsata berarti “orang yang terpuji.” Dalam bahasa Arab, orang seperti ini bernama Ahammad, yang merupakan nama lain dari Nabi Muhammad. Dengan demikian, di mana pun dia menemukan kata śamsata, maka dia mengira kata ini tentunya adalah tentang Muhammad. Kata kedua narāśamsamiha, katanya, berarti orang yang terpuji atau layak dipuji. Kata Arab Muhammad berarti orang yang layak dipuji. Jadi dimana pun dia temukan kata narāśamsamiha, dia mengira ini tentunya adalah tentang Muhammad.
Mari telusuri bagaimana Pak Naik sampai mendapatkan kesimpulan konyol seperti itu. Setiap kamus bahasa Inggris tentunya mengandung kata “praiseworthy” (layak dipuji), dan dengan begitu, menurut Dr. Zakir Naik, setiap kamus bahasa Inggris mengandung nama Muhammad. Terlebih parah lagi, argumen bod0h seperti itu bisa membuat orang mengambil kesimpulan yang lebih ngawur: kambing punya jenggot dan Pak Mamad punya jenggot, jadi kesimpulannya Pak Mamad adalah kambing.
Mari telaah lebih seksama apa yang dikatakan Dr. Zakir Naik.
Menurut Pak Naik, ayat² (1/13/3), (1/18/9), (1/106/4), (1/142/3), (2/3/2), (5/5/2), (7/2/2), (10/64/3) and (10/182/2) dari Rig Veda mengandung kata² narāśamsa dan dengan begitu berisi keterangan tentang Muhammad, dan ayat (8/1/1) Rig Veda mengandung kata śamsata (Ahmmad), atau nama lain dari Muhammad. Dalam artikelku yang lain yang berjudul Allah dalam kitab2 Veda:Tipuan Dr Z Naik aku telah mengungkapkan dusta² yang dinyatakan Dr. Naik. Di sini pun dia mulai dengan dusta besoAAAr dengan mengatakan bahwa śamsata berarti orang yang terpuji, atau (bhs. Arab) Ahammad dan tentunya berkenaan dengan Muhammad. Ayat (8/1/1) dari Rig-Veda itu berbunyi:
Mā cidanyadvi śamsata sakhāyo mā risnyata l
Indramitstot ā vrsanam sacā sute muhurukthā ca śamsata ll (8/1/1)
- Singkirkan kenihilan, wahai teman², agar tiada kesedihan yang mengganggumu. Hanya puji sang Indra perkasa ketika saripati ditumpahkan, dan ucapkan sanjunganmu berkali-kali.
(Terjemahan: R T H Griffith; The Hymns of the Rgveda, Motilal Banarsidass Publishers, Delhi; 1995, p-388).
Di ayat di atas, kata śamata (layak dipuji) ternyata berhubungan dengan Dewa Indra, dan bukan orang yang layak dipuji (Ahammad) seperti yang diucapkan oleh Dr. Zakir Naik.
Mari lihat ayat² yang mengandung kata narāśamsa. Dalam Rigveda, ayat biasanya berhubungan dengan (x/y/z), di mana x berarti Mandala, y berarti Sukta, dan z berarti ayat atau Rk. Ayat (1/13/3) dari Rig-Veda, terdapat dalam Sukta ke 13 dari Mandala pertama. Perlu diketahui pula bahwa setiap Sukta dari Rgveda khusus ditulis bagi seorang Dewa. Dewa yang disebut dalam Sukta ke 13 dari Mandala pertama adalah Dewa Agni (Api). Ayat ini berbunyi:
Narāśamsamiha priyamasminajña upahvaye l
Madhujihvat haviskrtam ll (1/13/3)
- Wahai Narāśamsa, lidah yang manis, pemberi perayaan, aku memohon bagi pengorbanan kami.
Karena Agni merupakan Dewa dalam seluruh Sukta ke 13, maka sudah jelas bahwa kata Narāśamsa (yang layak dipuja manusia) berhubungan dengan Dewa Agni, dan bukannya pada orang biasa yang layak dipuji seperti yang dikatakan Dr. Zakir Naik.
Ayat (1/18/9) dari Rig-Veda berbunyi:
Narāśamsam sudhrstamamapaśyam saprathastam l
Divo na sadmakhasam ll (1/18/9)
- Aku telah melihat Narāśamsa, dialah yang paling tegas, yang paling termasyur, sebagai Pendeta Rumah Tangga Surga.
Sukta ke 18, di mana ayat di atas berada, ditulis khusus bagi Brahmanaspati, pendeta surgawi, sehingga kata Narāśamsa (layak dipuji manusia) di ayat ini berhubungan dengan Brahmanaspati, sang Pendeta Surgawi.
Ayat (1/106/4) dari Rig-Veda berbunyi:
Narāśamsam vajinm vajayinniha ksayadvīram pūsanam summairī mahe l
Ratham na durgādvasava sudānavo viśvasmānno ahamso nispipartana ll (1/106/4)
- Bagi yang perkasa Narāśamsa, memperkuat keperkasaannya, bagi Pūsana , penguasa umat manusia, kami berdoa melalui nyanyian. Bahkan bagaikan kereta yang datang dari jurang maut, Vasus yang melimpah, menyelamatkan kita semua dari segala kesusahan.
Sukta ke 106 dari Mandala pertama di mana ayat ini berada, ditulis khusus bagi Viśvadevas, dan dengan demikian kata Narāśamsam (yang layak dipuji manusia) di ayat ini berhubungan dengan Viśvadevas.
Ayat (1/142/3) dari Rig-Veda berbunyi:
śuci pāvako adbhuto madhvā yajñam mimiksati l
Narāśamsasthrirā divo devo devesu yajñiyah ll (1/142/3)
- Dia indah, kudus, terang, dan menaburi korban dengan minuman madu, tiga kali, Narāśamsa dari surga², Dewa diantara para Dewa yang tercinta.
Sukta ke 142 di mana ayat ini berada, ditulis khusus bagi Dewa Āprī, dan dengan begitu kata Narāśamsa di ayat ini berhubungan dengan Dewa Āprī. Sebagian besar ilmuwan Hindu setuju bahwa Āprī adalah nama lain dari Agni, sehingga kata Narāśamsa di ayat ini berhubungan dengan Dewa Agni, yang adalah dewa api.
bersambung...
=========================
Pendusta Muslim, Dr. Zakir Naik
Muhammad dalam Kitab² Veda: Pernyataan² Ngawur Dr Zakir Naik
oleh: Dr Radhasyam Brahmachari
Kamis, 1 Juli, 2010
Siapapun yang pernah baca biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Muslim, tentunya bisa melihat bahwa tugas terberat penulis adalah menjelaskan tentang pernikahan² sang Nabi. Jika mereka butuh sepuluh halaman untuk menceritakan pernikahan²nya, maka mereka perlu menulis ratusan halaman penuh penjelasan untuk membuat pernikahan² tersebut tampak mulia. Mengapa Nabi kok mengambil begitu banyak istri di usia tuanya? Para penulis Muslim tidak punya jawaban meyakinkan atas pertanyaan ini. Tugas pertama dan utama para penulis Muslim itu adalah berupaya agar Nabi tidak tampak bernafsu berahi atau agar tak terlihat adanya unsur sensualitas dalam pernikahan² tersebut.
Alasan terbaik yang bisa mereka kemukakan adalah Nabi begitu baik sehingga dia mau menikahi para janda untuk menyediakan sandang, pangan, papan bagi mereka. Untuk menunjang alasan ini, mereka juga menampilkan bukti bahwa kebanyakan para istri Nabi adalah janda². (Adadeh: Ingat pula bahwa Muhammad-lah yang membunuhi para suami wanita tersebut, sehingga mereka jadi janda.) Wah, sungguh alasan hebat nih, sang Nabi tampak bagaikan penyelamat para janda malang. Tapi kesulitan lalu muncul tatkala para penulis Muslim harus menerangkan tentang pernikahan Nabi dengan Zainab, istri putra angkat Nabi yakni Zaid. Zainab itu bukanlah janda dan kejadian melihat Zainab telanjang jelas menunjukkan Nabi berahi terhadap Zainab. Kesulitan yang sama juga muncul saat berusaha menerangkan budak sex Yahudi sang Nabi yang beranam Rihana (dari suku Yahudi Qurayza yang para lelakinya dibantai Nabi) dan juga Safiyah (dari suku Yahudi Khaybar, yang ayah, suami baru, dan sanak saudara lakinya dibantai semua oleh Muhammad).
Alasan² yang mereka karang untuk menjelaskan pernikahan² ini biasanya bisa diterima para Muslim yang sudah tercuci-habis otaknya, tapi sama sekali tak bisa diterima dunia beradab kafir. Dari semua pernikahan itu, yang tersukar adalah menjelaskan pernikahan Nabi (usia 52 tahun) dengan Aisyah (usia 6 tahun). Syed Amir Ali adalah penulis India yang mengarang buku terkenal: Spirit of Islam. Di bukunya, pak Amir Ali mengatakan bahwa satu²nya tujuan Nabi menikahi Aisyah adalah untuk memperkuat persekutuannya dengan Abu Bakr (ayah Aisyah). Mungkin banyak yang telah mengetahui bahwa Muhammad dan Abu Bakr membuat persetujuan tak tertulis bahwa Muhammad akan menikahkan putrinya yang bernama Fatima pada Abu Bakr dan Abu Bakr akan menikahkan putrinya Aisyah pada Muhammad. Pernikahan jenis ini disebut sebagai Nikah Shighar, dan masih sering dilakukan dalam kalangan keluarga Muslim. Ingat bahwa Osama bin Laden menikahi putri Omar, orang kedua Al-Qaeda, dan Omar menikahi putri Osama bin Laden. Akan tetapi ada yang tampak janggal: Muhammad menikahi Aisyah di tahun 1 Hijriah di rumah Abu Bakr di Medinah, dan Muhammad menunda perjanjiannya untuk menyerahkan putrinya pada Abu Bakr. Setelah menunggu berbulan-bulan, Abu Bakr akhirnya menanyakan hal ini pada Muhammad. Muhammad menjawab bahwa dia menunggu perintah dari Allâh akan hal ini, dan perintah illahi ternyata tak kunjung datang. Jika Muhammad menikahi Aisyah agar persekutuan dengan Abu Bakr bertambah erat, makan seharusnya Muhammad menyerahkan putrinya Amina untuk dinikahi Abu Bakr. Dengan demikian, alasan yang diajukan pak Amir Ali tidak tampak meyakinkan.
Seorang penulis Muslim Bengali yakni M. Abdur Rahman, berusaha menjelaskan dari sudut pandang yang lain. Dia menjelaskan bahwa Muhammad menikahi Aisyah demi mendidik masyarakat tentang sex.
Di saat itu, para Muslimah Arabia butuh pendidikan sex yang mendesak. Tapi karena Nabi adalah pria, maka dia tak layak untuk mendidik Muslimah tentang sex. Maka dia menikahi Aisyah agar Aisyah bisa jadi perantara Nabi untuk mendidik Muslimah tentang sex. Wah, hebat bener nih alasannya. Tapi kenapa yaaa Nabi memilih anak perempuan kecil seperti Aisyah? Untuk menjelaskan hal ini, pak Abdur Rahman mengatakan usia muda anak perempuan ini sangat cocok untuk menerima pendidikan sex dan itulah alasan mengapa Nabi menikahi Aisyah. Tapi anehnya, baik pak Amir Ali maupun pak Abdur Rhaman tidak mengatakan bahwa ini merupakan kehendak Allâh. Allâh memberitahu Muhammad tentang menikahi Aisyah melalui mimpi. Dalam tiga malam berturut-turut, malaikat Jibril menunjukkan gambar Aisyah pada Nabi sambil berkata, “Inilah istrimu.” Di malam pertama dan kedua, Nabi tidak bisa melihat jelas gambar siapakah itu. Tapi di malam ketiga dia bisa melihat gambar dengan jelas dan yakin bahwa itu adalah gambar Aisyah. Jadi menurut keterangan ini, Muhammad tidak punya pilihan lain selain mentaati perintah Allâh dengan segera.
Perlu diketahui bahwa apapun argumen, alasan, dan penjelasan Muslim, semua penulis Muslim ini harus mencapai satu kesimpulan, yakni: Muhammad adalah orang termulia di seluruh dunia. Jika mereka gagal barang sedikit pun mencapai kesimpulan ini, maka nyawa mereka jadi taruhannya. Para penulis Muslim juga menghadapi kesulitan yang besar tatkala harus menjelaskan bagaimana Nabi membantai para lelaki dan anak² laki yang baru tumbuh bulu kemaluannya dari suku Yahudi Qurayza di Medinah, membantai Bani Najir di Khaybar, mencurahkan darah kafir di bulan suci Rajab di Nakhla, dll. Tampak jelas bahwa memang sukar sekali bagi para penulis Muslim untuk menjelaskan sepak terjang orang terbesar di dunia ini. Sudah barang tentu tugas ini jadi sangat lebih mudah jika para Muslim bisa menunjukkan bahwa ramalan tentang kenabian Muhammad telah tertulis dan diakui oleh berbagai kitab suci kafir, seperti Alkitab, Zend-Avesta, dan terutama kitab² suci Sanskrit dari agama Hindu.
Rig-Veda telah dikenal dan diakui sebagai buku tertua yang ditulis manusia. Jika para Muslim mampu menunjukkan bahwa Muhammad tertulis dalam kitab Veda, tentunya ini akan mendongkrak citra Muhammad sebagai Rasul Allâh. Tidak hanya itu, “bukti” seperti ini tentunya dapat digunakan untuk menipu umat Hindu agar memeluk Islam. Karena itulah, maka bisa dimengerti mengapa Dr. Zakir Naik berusaha meyakinkan bahwa Muhammad tercantum dalam Rig-Veda dan juga kitab² suci Hindu lainnya. Tapi penyelidikan pak Naik tak membuahkan hasil akurat, sehingga yang bisa dilakukannya adalah mengeluarkan berbagai pernyataan tanpa bukti demi menipu kafir.
Lihat contoh yagn ditulis netter Muslim di http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ya-t17424/
Pertama-tama, mari lihat apa yang dikatakan Rig-Veda tentang Muhammad. Perlu diperhatikan bahwa dua kata Sanskrit śamsata dan narāśamsamiha merupakan kata² utama dalam argumen Pak Naik. Menurut dia, kata śamsata berarti “orang yang terpuji.” Dalam bahasa Arab, orang seperti ini bernama Ahammad, yang merupakan nama lain dari Nabi Muhammad. Dengan demikian, di mana pun dia menemukan kata śamsata, maka dia mengira kata ini tentunya adalah tentang Muhammad. Kata kedua narāśamsamiha, katanya, berarti orang yang terpuji atau layak dipuji. Kata Arab Muhammad berarti orang yang layak dipuji. Jadi dimana pun dia temukan kata narāśamsamiha, dia mengira ini tentunya adalah tentang Muhammad.
Mari telusuri bagaimana Pak Naik sampai mendapatkan kesimpulan konyol seperti itu. Setiap kamus bahasa Inggris tentunya mengandung kata “praiseworthy” (layak dipuji), dan dengan begitu, menurut Dr. Zakir Naik, setiap kamus bahasa Inggris mengandung nama Muhammad. Terlebih parah lagi, argumen bod0h seperti itu bisa membuat orang mengambil kesimpulan yang lebih ngawur: kambing punya jenggot dan Pak Mamad punya jenggot, jadi kesimpulannya Pak Mamad adalah kambing.
Mari telaah lebih seksama apa yang dikatakan Dr. Zakir Naik.
Menurut Pak Naik, ayat² (1/13/3), (1/18/9), (1/106/4), (1/142/3), (2/3/2), (5/5/2), (7/2/2), (10/64/3) and (10/182/2) dari Rig Veda mengandung kata² narāśamsa dan dengan begitu berisi keterangan tentang Muhammad, dan ayat (8/1/1) Rig Veda mengandung kata śamsata (Ahmmad), atau nama lain dari Muhammad. Dalam artikelku yang lain yang berjudul Allah dalam kitab2 Veda:Tipuan Dr Z Naik aku telah mengungkapkan dusta² yang dinyatakan Dr. Naik. Di sini pun dia mulai dengan dusta besoAAAr dengan mengatakan bahwa śamsata berarti orang yang terpuji, atau (bhs. Arab) Ahammad dan tentunya berkenaan dengan Muhammad. Ayat (8/1/1) dari Rig-Veda itu berbunyi:
Mā cidanyadvi śamsata sakhāyo mā risnyata l
Indramitstot ā vrsanam sacā sute muhurukthā ca śamsata ll (8/1/1)
- Singkirkan kenihilan, wahai teman², agar tiada kesedihan yang mengganggumu. Hanya puji sang Indra perkasa ketika saripati ditumpahkan, dan ucapkan sanjunganmu berkali-kali.
(Terjemahan: R T H Griffith; The Hymns of the Rgveda, Motilal Banarsidass Publishers, Delhi; 1995, p-388).
Di ayat di atas, kata śamata (layak dipuji) ternyata berhubungan dengan Dewa Indra, dan bukan orang yang layak dipuji (Ahammad) seperti yang diucapkan oleh Dr. Zakir Naik.
Mari lihat ayat² yang mengandung kata narāśamsa. Dalam Rigveda, ayat biasanya berhubungan dengan (x/y/z), di mana x berarti Mandala, y berarti Sukta, dan z berarti ayat atau Rk. Ayat (1/13/3) dari Rig-Veda, terdapat dalam Sukta ke 13 dari Mandala pertama. Perlu diketahui pula bahwa setiap Sukta dari Rgveda khusus ditulis bagi seorang Dewa. Dewa yang disebut dalam Sukta ke 13 dari Mandala pertama adalah Dewa Agni (Api). Ayat ini berbunyi:
Narāśamsamiha priyamasminajña upahvaye l
Madhujihvat haviskrtam ll (1/13/3)
- Wahai Narāśamsa, lidah yang manis, pemberi perayaan, aku memohon bagi pengorbanan kami.
Karena Agni merupakan Dewa dalam seluruh Sukta ke 13, maka sudah jelas bahwa kata Narāśamsa (yang layak dipuja manusia) berhubungan dengan Dewa Agni, dan bukannya pada orang biasa yang layak dipuji seperti yang dikatakan Dr. Zakir Naik.
Ayat (1/18/9) dari Rig-Veda berbunyi:
Narāśamsam sudhrstamamapaśyam saprathastam l
Divo na sadmakhasam ll (1/18/9)
- Aku telah melihat Narāśamsa, dialah yang paling tegas, yang paling termasyur, sebagai Pendeta Rumah Tangga Surga.
Sukta ke 18, di mana ayat di atas berada, ditulis khusus bagi Brahmanaspati, pendeta surgawi, sehingga kata Narāśamsa (layak dipuji manusia) di ayat ini berhubungan dengan Brahmanaspati, sang Pendeta Surgawi.
Ayat (1/106/4) dari Rig-Veda berbunyi:
Narāśamsam vajinm vajayinniha ksayadvīram pūsanam summairī mahe l
Ratham na durgādvasava sudānavo viśvasmānno ahamso nispipartana ll (1/106/4)
- Bagi yang perkasa Narāśamsa, memperkuat keperkasaannya, bagi Pūsana , penguasa umat manusia, kami berdoa melalui nyanyian. Bahkan bagaikan kereta yang datang dari jurang maut, Vasus yang melimpah, menyelamatkan kita semua dari segala kesusahan.
Sukta ke 106 dari Mandala pertama di mana ayat ini berada, ditulis khusus bagi Viśvadevas, dan dengan demikian kata Narāśamsam (yang layak dipuji manusia) di ayat ini berhubungan dengan Viśvadevas.
Ayat (1/142/3) dari Rig-Veda berbunyi:
śuci pāvako adbhuto madhvā yajñam mimiksati l
Narāśamsasthrirā divo devo devesu yajñiyah ll (1/142/3)
- Dia indah, kudus, terang, dan menaburi korban dengan minuman madu, tiga kali, Narāśamsa dari surga², Dewa diantara para Dewa yang tercinta.
Sukta ke 142 di mana ayat ini berada, ditulis khusus bagi Dewa Āprī, dan dengan begitu kata Narāśamsa di ayat ini berhubungan dengan Dewa Āprī. Sebagian besar ilmuwan Hindu setuju bahwa Āprī adalah nama lain dari Agni, sehingga kata Narāśamsa di ayat ini berhubungan dengan Dewa Agni, yang adalah dewa api.
bersambung...