Syiah menurut pandangan Sunni

Mencatat pendapat Muslim yg saling bentrok, berlawanan, Muslim 'moderat/reformis' vs Muslim 'radikal/fundamentalis' dan bgm Muslim memberlakukan sesama Muslim
User avatar
James Bond
Posts: 380
Joined: Tue Feb 01, 2011 11:06 am
Location: Indonesia Raya

Syiah menurut pandangan Sunni

Post by James Bond »

iseng 2 waktu ol nemu artikel ttg syiah versi sunni,

http://www.persis.or.id/?mod=content&cm ... ta_id=1148
Ternyata Indonesia telah menjadi sasaran empuk dan lahan subur bagi bagi tumbuh berkembangnya aliran-aliran yang menyatakan dirinya bagian dari Islam, namun tidak menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai rujukan ajarannya. Setelah sebelumnya kita disibukkan dengan berkembangnya aliran Ahmadiyah, Islam Liberal, dan yang lainnya, sekarang kita dibuat terkesima dengan 'keberanian' tampil kelompok ahlul bait. Nama samaran untuk kelompok yang berpaham Syiah. Seperti pada bulan lalu (2-4 April 2010), tanpa adanya publikasi yang meriah, mereka mengadakan acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Ahlul Bait di Asrama Haji Pondok Gede. Untungnya, kegiatan ini sempat terendus oleh kelompok Islam. Sehingga sebelum acara dimulai sempat terjadi perbincangan alot tentang legal dan illegal acara tersebut, karena berdasarkan informasi yang didapat dari mabes polri, mereka belum mendapatkan izin. Pihak pengelola gedung pun tidak mendapatkan kabar tentang adanya acara tersebut. Namun anehnya, walaupun diawali dengan sedikit perdebatan, acara tersebut tetap berjalan sampai akhir. Pendekatan apa yang telah mereka lakukan, sehingga mabes polri luluh juga dan memberikan izin kepada mereka. Apabila menggunakan cara manipulasi, lobby, berdusta dan kamuflase-kamuflase lainnya, sudah biasa mereka lakukan itu. Bahkan segala cara bisa mereka tempuh untuk meraih maksud yang diinginkan.
Ada tiga hal yang perlu dicatat dari kegagalan meyakinkan Mabes Polri bahwa Syiah ini aliran yang berbahaya. Pertama, banyak dari kalangan umat Islam, terutama yang terlibat dalam birokrat pemerintahan tidak mengetahui lebih dalam bahaya Syiah. Bahkan banyak yang beranggapan Syiah itu seperti halnya perbedaan antara NU dangan Muhammadiyah. Beda paham saja. Kedua, membuktikan bahwa Syiah sudah mulai menguat di Indonesia. Karena jika secara kuantitas mereka masih sedikit, mereka tidak mungkin berani tampil di muka umum. Ketiga, proses kaderisasi yang mereka lakukan sudah cukup berhasil dan kader-kader mereka sudah tersebar di birokrat pemerintah. Bagaimana sesungguhnya konstelasi Syiah di Indonesia sekarang. Inilah yang akan kita ulas saat dalam tulisan ini. Namun sebelumnya, ada baiknya diperkenalkan terlebih dahulu sosok Syiah dan perbedaannya secara mendasar dengan Islam.
Syiah dan Islam
Belakangan banyak cendekiawan Muslim di Indonesia yang mencoba untuk melakukan taqrîb (rekonsiliasi) Sunnah dan Syiah agar bisa hidup berdampingan. Salah satunya Quraish Shihab. Rekonsiliasi ini dilakukannya secara fundamental, yaitu melalui rekonsiliasi pemikiran. Idenya ini diwujudkan sejak ia menulis Tafsir Al-Misbah. Dalam Tafsir-nya, ia mengutip sekaligus tafsir-tafsir Syiah dan tafsir-tafsir Sunni kontemporer: Husein Thabaththaba'i (Tafsîr Al-Mizan-Syiah), Thahir ibn Asyur (Al-Tahrîr wa Al-Tanwîr-Sunni), dan ideolog gerakan Ikhwanul Muslimin Sayyid Quthb (Tafsîr fî Zhilâl Al-Quran). Selain Thabaththaba'i, Quraish pun sering mengutip pendapat ulama Syiah Murtadha Muthahhari.
Secara eksplisit, ide ini dijelaskan landasan argumentasinya dalam bukunya Sunnah-Syiah Bergandeng Tangan! Mungkinkah?. Sekuat tenaga, Quraish ingin mengatakan bahwa doktrin-doktrin Syi'ah yang sering dipermasalahkan seperti dalam hal rukun iman, rukun Islam, imamah, taqiyyah, bada', raj'ah, dan sebagainya hanyalah masalah khilafiyah. Sama seperti masalah-masalah khilafiyah yang sering diributkan NU dan Muhammadiyah. Jadi, perbedaan Sunni-Syiah bersifat furû'iyyah.
Pemikiran seperti ini rupanya bukan hanya dianut Quraish Shihab. Tokoh sekaliber Yusuf Qardhawi pun berpandangan sama. Bahkan, beliau sampai mendirikan Majelis Ulama Islam Internasional yang diketuainya. Ia mengangkat wakilnya dari kalangan Syiah untuk mewujudkan misinya melakukan taqrîb antara Sunni dan Syiah. Namun rupanya, usaha Qardhawi sia-sia. Lembaga yang didirikannya sejak awal sudah mendapat kecaman, namun tidak digubris hingga Qardhawi marasakan sendiri akibat dari pilihannya. Ia dikhianati oleh kelompok Syiah yang sengaja ia rekrut. Namanya bahkan banyak dicatut untuk keuntungan Syiah. Proyek taqrîb-nya pun gagal total.
Memang sampai hari ini, kalau bukan dalam hal-hal yang sifatnya mu'amalah biasa, belum pernah terjadi rekonsiliasi Sunni-Syiah. Sebab, kalau ditelusuri secara jujur dan mendasar, sejak dari doktrin dasar akidah (kepercayaan) Sunnah dan Syiah tidak pernah ketemu. Perbedaannya sangat jelas bukan sekadar perbedaan furû'iyyah belaka, melainkan sudah perbedaan ushûliyyah. Memang ada satu alirah Syiah, yaitu Zaidiyyah yang secara ushûli dekat dengan Sunni. Namun, jumlah pengikutnya sudah tidak signifikan. Hanya kelompok minoritas kecil di Yaman. Secara umum Syiah yang ada saat ini adalah Syiah Imamiyah-Itsna Asyariyah-Ja'fariyah yang secara akidah banyak pertentangannya dengan Sunni (baca: Islam).
Bila dijelaskan tentu saja akan sangat panjang. Namun secara ringkas perbedaan Sunni-Syiah dapatdilihat dalam bagan berikut.
No. Perihal Ahlus-Sunnah Syiah
1 Rukun Islam • 1. Syahadatain
• 2. Shalat
• 3. Puasa
• 4. Zakat
• 5. Haji • 1. Shalat
• 2. Puasa
• 3. Zakat
• 4. Haji
•5. Wilâyah
2 Rukun Iman • 1. Iman kepada Allah
• 2. Iman kepada Malaikat
• 3. Iman kepada Kitab
• 4. Iman kepada Rasul
• 5. Iman kepada Taqdir
• 6. Iman kepada Hari Akhir • 1. Tauhid
• 2. Nubuwwah
• 3. Imamah
• 4. Al-'Adl
• 5. Al-Ma'ad
3 Syahadat Dua Kalimat Tiga Kalimat (ditambah menyebut 12 Imam)
4 Imam Percaya kepada imam bukan rukun iman. Percaya pada imam merupakan rukun iman.
5 Khilafah Khulafa'ur-Rasyidin adalah khilafah yang sah. Selain Ali r.a. kekhalifahannya tidak sah.
6 Ma'shûm Khalifah (imam) tidak ma'shûm Para imam yang 12 ma'shûm
7 Sahabat Dilarang mencaci semua sahabat Mencaci banyak sahabat dan menganggap banyak sahabat yang murtad
8 Istri Rasul • 1. Aisyah sangat dihormati
• 2. Semua istri rasul adalah Ahlul-Bait • 1. Aisyah dicaci-maki
• 2. Para istri Rasul bukan Ahlul-Bait
9 Al-Quran Tetap orisinil Sudah diubah oleh para sahabat
10 Hadis Menggunakan kutubus-sittah dan kitab hadis mu'tabar yang lain. Hanya mau menggunakan hadis versi Syiah dalam 4 kitab pokok mereka: Al-Kâfi, Al-Istibshâr, Man Lâ Yadûruhu Al-Faqîh, dan Al-Tahdzîb.
11 Surga dan Neraka Surga untuk mereka yang taat pada Rasul dan neraka buat mereka yang ingkar. Surga untuk mereka yang cinta pada Imam Ali dan neraka untuk yang memusuhinya.
12 Raj'ah (inkarnasi) Tidak ada akidah raj'ah Meyakini adanya raj'ah
13 Imam Mahdi Imam Mahdi adalah sosok yang akan membawa keadilan dan kedamaian. Imam Mahdi kelak akan membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Fatimah, dan Ahlul-Bait yang lain. Selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, dan Aisyah untuk kemudian ketiga orang ini disiksa.
14 Nikah Mut'ah Haram Halal dan dianjurkan
15 Khamr Tidak suci/najis Suci
16 Shalat • 1. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sunnah
• 2. Membaca "amin" sunnah
• 3. Shalat Dhuha sunat. • 1. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri membatalkan shalat
• 2. Membaca "amin" membatalkan shalat
• 3. Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
Sumber: Buku Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwwah

Perbadaan yang paling prinsip terdapat pada bagian 1-14. Perbedaan pada bagian selanjutnya hanyalah contoh perbedaan dalam hal amaliah ibadah yang jumlahnya tentu akan lebih banyak lagi dari contoh di atas. Kalau melihat hal ini, jelas Syiah dan Sunni sangat sulit untuk dicari titik temunya secara ajaran karena memang sudah sejak masalah akidah berseberangan. Itulah jati diri Syiah yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, tidak mengherankan banyak ulama yang menganggap Syiah, terutama sekte Imamiyah-Itsna Asyariah yang sekarang dianut mayoritas Syiah di dunia seperti di Iran sebagai bukan Islam.
Salah satu amalan khas Syiah yang juga banyak dipraktikkan di Indonesia adalah perayaan 10 Muharram (Hari Asyura). Kami sempat mewawancarai seorang mantan mahasiswa yang pernah studi di Pakistan. Tanpa sengaja, si mahasiswa ini mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara 10 Muharram di Pakistan. Sebuah acara ritual sakral bagi kalangan Syiah. Tanpa mengalami kesulitan si mahasiswa ini bisa memasuki sebuah ruangan yang akan menjadi ritualitas itu berlangsung. Ratusan orang sudah berkumpul di tempat tersebut, dari anak-anak sampai dewasa. Laki-laki dan perempuan. Apa yang dilihat si mahasiswa berikutnya akan menjadi pengalaman berharga yang tidak mungkin terlupakan. Karena si mahasiswa ini menyaksikan beberapa ritual yang menurutnya sudah sangat tidak masuk akal.
Salat satu hal ekstrem yang terlihat adalah pemujaan kepada seekor kuda yang diyakini sebgai kuda yang pernah ditunggangi Imam Husein bin Abi Tholib. Padahal, jelas-jelas kuda tersebut adalah kuda biasa yang dihias dengan beberapa atribut saja. Meskipun mereka mengetahui bahwa kuda tersebut adalah kuda biasa, bukan kuda yang sebenarnya ditumpangi Imam Husein, namun mereka tetap khusyu' dan sungguh-sungguh melakukan ritual.
Selain kepada kuda, mereka melakukan hal yang sama pula kepada replika makam Imam Husein. Replika makam yang terbuat dari bahan-bahan sederhana ini digotong-gotong, kemudian orang-orang berebutan sambil berdesak-desakan agar bisa mengusap-usap bagian makam. Nah, pada puncak acara dilakukan ritual penyiksaan diri. Ini semakin membuat si mahasiswa geleng-geleng kepala. Dengan keyakinan ingin mendapatkan pahala dari merasakan penderitaan yang pernah dialami Imam Husein di Karbala mereka dengan sukarela menyakiti tubuh mereka dengan berbegai senjata tajam. Darah atau luka pada tubuh diyakini akan menjadi kebaikan buat mereka. Tidak hanya orang dewasa yang melakukan itu, remaja bahkan anak-anak juga ikut serta.
Dari pagi sampai menjelang malam acara itu berlangsung. Tidak ada semenit pun jeda untuk istirahat atau sholat. Tiga waktu sholat yang dipahami mereka pun dilewati. Karena ritual setiap 10 Muharram, mereka anggap jauh lebih penting dibandingkan melaksanakan sholat. Ternyata, menurut si mahasiswa yang sekarang menjadi dosen salah satu PTAI di Jakara ini dan mayoritas keluarganya Syiah, dalam keseharian mereka juga tidak mempedulikan sholat. Bagi mereka, katanya, yang penting berdzikir, dengan dzikir yang dipahami mereka tentunya.
Masih menurut si mahasiswa, untuk membedakan Syiah dan bukan bisa diperhatikan saat sholat. Orang Syiah ketika sholat mereka akan membawa alas sujud, yang disebut dengan batu karbala. Batu ini memang betul-betul dari Karbala. Karena menurut mereka apabila bersujud di atas karpet atau alas lain, sholatnya batal alias tidak sah. Makanya jika mereka tidak membawa atau tertinggal, mereka selalu mempersiapkan secarik kertas untuk menggantikan fungsi batu karbala. Jika pemahaman seperti itu, berarti sholat yang kita kerjakan, termasuk umat Islam yang sholat di masjidil haram, semuanta batal.
Demikianlah kesesatan yang dilakukan kaum Syiah. Apakah perbedaan-perbedaan tersebut dapat disatukan? Dari beberapa pengalaman yang coba diusahakan ulama-ulama besar, sepertinya persatuan itu sangat sulit terjadi, bahkan nyaris mustahil.

Syiah di Indonesia
Sejarawan Yousuf Syou'b mensinyalir bahwa Syiah sudah datang ke Indonesia sejak masa awal kedatangan Islam. Namun perkembangannya tidak terlalu pesat dan tidak diterima baik oleh penduduk di negeri ini. Oleh sebab itu, sampai akhir abad ke-20 Syiah tidak dikenal dan tidak terlacak peran sejarahnya yang signifikan di negeri ini, sekalipun bukan berarti tidak ada penganut sama sekali.
Mulai diterimanya Syiah di Indonesia umumnya dapat dilacak sejak terjadi Revolusi Syiah Iran tahun 1979. Revolusi Iran menginspirasi umat Islam bahwa mereka dapat bangkit dari keterpurukannya di hadapan negara-negara Barat. Revolusi Iran memberikan semangat baru kebangkitan umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia.
Semangat Revolusi Iran inilah yang kemudian membuat beberapa inetelektual muda Indonesia tertarik mempelajari buku-buku dan tulisan ekponen Revolusi Iran seperti Khumaini dan Ali Syari'ati. Tidak cukup hanya membaca dalam bahasa aslinya, beberapa di antaranya mulai tertarik untuk menerjemahkan dan menerbitkannya dalam bahasa Indonesia. Ternyata respon dari masyarakat pun umumnya cukup baik, terutama terhadap pikiran-pikiran revolusioner yang memprovokasi kesadaran untuk memberontak pada tatanan yang mapan.
Situasi ini cukup dimaklumi mengingat tahun 80-an adalah tahun Suharto sedang bertindak sangat represif terhadap umat Islam. Peristiwa-peristiwa penting seperti UU Subversi, Asas Tunggal, Peristiwa Tanjung Priuk, dan tindakan represif lainnya terjadi sepajang tahun 1980-an. Sitausi inilah yang membuat anak-anak muda Muslim merasa mendapatkan dorongan semangat dan amunisi untuk melakukan perlawanan terhadap tirani setelah membaca buku-buku revolusioner semacam tulisan Ali Syari'ati.
Saat itu barangkali umat Islam Indonesia yang tentu saja umumnya menganut paham Ahlus-Sunnah tidak terlalu mempedulikan apakah yang dibacanya ini Syiah atau apa. Lagi pula isi dari tulisan-tulisan Ali Syari'ati yang dipublikasikan bukan berkaitan dengn ajaran-ajaran Syiah. Oleh sebab itu, kaum Muslim Indonesia saat itu tidak terlalu mempersoalkan kepercayaan yang dianut penulis-penulis revolusioner seperti Syari'ati.
Hanya saja, situasi ini ternyata tidak disia-siakan oleh orang-orang Syiah. Segera saja, melalui pintu ini mereka mulai memasukkan ide-ide Syiah secara utuh di kalangan anak-anak muda Muslim. Mula-mula tentu saja tidak vulgar mendagangkan Syiah. Mereka sadar betul bahwa mereka harus melakukan strategi yang halus memasukkan paham mereka ke negeri ini. Mereka bungkus ajaran-ajaran mereka dengan hal-hal yang tidak kontroversial, namun mengena.
Pada umumnya modus yang dilakukan adalah dengan mendirikan yayasan-yayasan sosial. Mereka bantu orang-orang miskin dan dhu'afa untuk mengambil hati mereka. Mereka bungkus semua kegiatannya dengan bahasa "pembelaan terhadap kaum tertindas". Cara-cara ini mirip seperti yang dilakukan kalangan missionaris.
Kalangan miskin bukan sasaran utama yang mereka bidik. Justru yang menjadi sasaran utama adalah kaum inetelektual. Kalangan inilah yang sejak awal justru dapat menerima syiah melalui pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh recolusionernya seperti Ali Syari'ati. Melalui buku-buku inilah, Syiah dapat menarik mahasiswa-mahasiswa cerdas untuk ikut menjadi bagian dari barisannya. Pendekatannya melalui kajian-kajian pemikiran dan filsafat yang banyak diminati mahasiswa. Kalaupun mereka tidak benar-benar menjadi Syiah, pendekatan ini efektif untuk mempengaruhi banyak intelektual Sunni agar menganggap Syiah ini bukan masalah bagi mereka. Dengan cara itu, mereka yang ber-Syiah secara 'kâffah' tidak mendapat tentangan yang berarti. Melalui inetelektual-intelektual Muslim yang terpengaruh pemimikan Syiah inilah, kelompok Siah Imamiyah ini dapat meyakinkan kelompok mayoritas Sunni di Indonesia agar dapat menerima ajaran dan keberadaan mereka.
Diakui atau tidak, mereka cukup cerdas dalam menggunakan strategi, kalau tidak dikatakan licik. Karena banyak di kalangan umat Islam termasuk yang sudah terdidik, bahkan ulama yang terjebak pada permainan atau kamuflase wacana yang mereka gulirkan. Sehingga mereka berhasil mengarahkan umat Islam untuk berkesimpulan bahwa Syiah itu bagian dari Islam, Syiah itu tidak berbahaya, bahkan tidak sedikit ulama yang berpandangan bahwa Syiah yang ada di Indonesia itu Syiah intelektual atau tasawuf, bukan ideologis seperti yang ada di beberapa negara Timur Tengah. Padahal, apapun kata sifat yang disematkan pada mereka apakah Syiah Ideologis, Syiah Gerakan, Syiah intelektual, dan Syiah-syiah lainnya, semuanya sama. Mereka sesat. Karena macam-macam Syiah itu merujuk kepada rujukan yang satu.
Saat ini, setelah lebih dari tiga dekade berjuang menyebarluaskan Syiah di Indonesia, hasilnya sudah bisa mereka nikmati sekarang. Lebih dari 200 lembaga dan yayasan Syiah berdiri di berbagai kota (sebagiannya lihat Box). Mereka sudah mulai leluasa menyebarkan kepercayaannya secara terang-terangan. Tokoh sekaliber Quraish Shihab dan Haidar Bagir pun selalu melindungi kepentingan mereka sekalipun keduanya bukan jamaah Syiah kâffah.
Organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan NU tidak luput pula dari bidikan mereka untuk mengamankan kepentingan mereka. Sekalipun sudah menjadi tradisi bagi NU yang mendeklarasikan diri sebagai pembela akidah Ahlus-Sunnah wal Jamaah meng-counter berbagai pemikiran Syiah, namun Gus Dur dan Said Agil Siraj yang kini menjabat ketua umum PBNU tampaknya sangat wellcome terhadap keberadaan Syiah di Indonesia. Keduanya bahkan sangat sering diundang mengisi acara-acara diskusi mereka.
Di Muhammadiyah kelompok Syiah ini mulai berhasil menyusup melalui pendirian Iranian Corner di beberapa universitas besar milik Muhammadiyah seperti UMJ, UMY, UAD, dan UMM. Memang kelihatannya lembaga seperti Iranian Corner ini hanya sebatas lembaga penelitian biasa. Namun justru melalui pintu inilah kader-kader Syiah banyak yang disusupkan ke dalam tubuh Persyarikatan. Gejalanya sudah semakin nyata. Banyak generasi muda Muhammadiyah yang mulai terpengaruh ajaran Syiah.
Di pemerintahan pun sudah mulai banyak kader-kader Syiah yang menduduki posisi-posisi penting. Keberhasilan mereka mengamankan Silatnas Ahlul Bait Indonesia V di Pondok Gede kemarin adalah bukti bahwa jaringan mereka di jajaran kekuasaan cukup solid. Salah satunya terlihat Sayuti Asatri yang menjadi moderator diskusi pada acara Silatnas kemarin. Ia adalah politisi senior di Partai Amanat Nasional yang didirikan mantan ketua umum PP Muhammadiyah Amin Rais. Posisinya sebagai anggota DPR-RI tentu sangat strategis untuk masuk ke dalam lingkaran kekuasaan di negeri ini.
Alhasil, kelihatannya gerakan Syiah di Indonesia saat ini sudah tidak bisa dianggap kecil lagi. Kalau ini tidak pernah diketahui publik, suatu saat Syiah di Indonesia tidak mustahil akan menjadi besar. Kalau ini sudah terjadi, seperti pengalaman di berbagai negeri Muslim lain yang mengakomodasi keberadaan Syiah, tidak mustahil pula akan terjadi konflik-konflik yang sampai berujung pada kekerasan. Hal semacam ini tidak bisa dihindarkan mengingat dasar ajaran mereka memang menyimpan permusuhan dan kebencian yang sangat besar terhadap Ahlus-Sunnah. Bahkan kebencian kepada Ahlus-Sunnah ini lebih besar dibandingkan kebencian kepada Yahudi dan Nashrani. Masihkan kita akan berdiam diri?
mohon tanggapannya dari yg ""merasa" sunni / syiha
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by walet »

Dibelakang memusuhi Syiah, tapi didepan membela Iran, sungguh serigala berbulu domba.
User avatar
pigsy
Posts: 220
Joined: Tue Sep 09, 2008 9:48 am

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by pigsy »

Hal semacam ini tidak bisa dihindarkan mengingat dasar ajaran mereka memang menyimpan permusuhan dan kebencian yang sangat besar terhadap Ahlus-Sunnah. Bahkan kebencian kepada Ahlus-Sunnah ini lebih besar dibandingkan kebencian kepada Yahudi dan Nashrani.
Kesimpulannya ... apa pun alirannya tetap diajarkan kebencian terhadap Yahudi dan Nasrani.
User avatar
Momad Narsis
Posts: 3461
Joined: Sun Jan 02, 2011 4:35 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by Momad Narsis »

@Atas
Akarnya memang satu yakni "KEBENCIAN"..
User avatar
James Bond
Posts: 380
Joined: Tue Feb 01, 2011 11:06 am
Location: Indonesia Raya

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by James Bond »

syiah menurut arrahmah

http://arrahmah.com/read/2011/03/22/114 ... syiah.html
Ternyata sejarah menyimpan bukti-bukti bahwa madzhab Syi’ah –yang ada hari ini– bukanlah madzhab yang dianut oleh Nabi dan Ahlul Bait. Apa saja bukti-bukti itu? Silahkan baca selengkapnya…

Ulama Syi’ah selalu membuat klaim bahwa madzhab mereka adalah warisan dari keluarga Nabi. Kita banyak mendengar klaim seperti ini di mana-mana, khususnya ditujukan bagi muslim yang awam. Awam di sini bukan sekedar awam dalam artian tidak berpendidikan atau tidak terpelajar, tetapi awam dalam pemahaman Islam, termasuk kalangan awam yang saya maksud adalah kalangan intelektual yang berpendidikan tinggi hingga menyelesaikan jenjang pasca sarjana, barangkali juga diberi gelar profesor. Tetapi dalam masalah pemahaman agama sangat awam, bahkan banyak dari pemilik gelar –satu gelar ataupun lebih– yang belum dapat membaca Al-Qur’an dengan benar.

Banyak orang awam terpesona oleh cerita-cerita yang enak didengar tentang madzhab Ahlul Bait, begitu juga cerita tentang penderitaan Ahlul Bait dan cerita-cerita lainnya. Mereka terpengaruh oleh cerita-cerita Syi’ah tanpa bisa melacak asal usul cerita-cerita itu, tanpa bisa memilah apakah cerita itu benar adanya atau hanya sekedar dongeng tanpa ada faktanya. Di satu sisi kita kasihan melihat orang-orang awam yang tertipu, tetapi di sisi lain kita bisa memaklumi bahwa orang awam tidak dapat melacak asal usul periwayatan sebuah cerita. Karena untuk melacak kebenaran sebuah cerita bukan hal yang mudah bagi orang awam, begitu juga memanipulasi cerita tidak mudah dilakukan oleh orang awam.

Tetapi jika kita melihat lagi sejarah dengan teliti, kita akan menemukan peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan banyak klaim yang dibuat oleh Syi’ah. Hingga akhirnya kita bertanya-tanya tentang kebenaran klaim Syi’ah. Dan yang lebih mengherankan lagi, Syi’ah tetap saja tidak bergeming dan tetap bersikeras memegang teguh klaimnya yang telah dibantah oleh sejarah. Yang disebut klaim bisa jadi hanya kesimpulan dari beberapa fakta yang bisa saja keliru, namun mestinya jika klaim itu bertabrakan dengan satu bukti nyata dan sejarah yang benar-benar terjadi, mestinya mereka yang mencari kebenaran akan meninjau kembali pemikiran sebelumnya yang keliru.

Tetapi berbeda bagi ulama Syi’ah, karena ada beberapa ulama Syi’ah berusaha menutupi peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan madzhab Syi’ah, atau seperti kata Abbas Al-Qummi: “Dapat melemahkan akidah orang banyak, yang bisa kita temukan dalam kitab Ma’rifatul Imam, karya Sayyid Muhammad Husein Al Huseini:

“Temanku –Ayatullah Sayyid Shadruddin Al-Jaza’iri– menceritakan; Pada suatu hari dia berada di rumah Ayatullah Sayyid Muhsin Al-Amin Al-Amili di Syam, kebetulan Tsiqatul Muhadditsin Abbas Al-Qummi juga ada di sana. Lalu terjadilah dialog antara Abbas Al-Qummi dan Muhsin Al-Amin. Abbas Al-Qummi bertanya kepada Muhsin Al-Amin: “Mengapa anda menyebutkan baiat imam Ali Zainal Abidin kepada Yazid bin Muawiyah, –semoga dia dan ayahnya dikutuk dan masuk neraka– dalam kitab A’yanu As-Syi’ah?” Muhsin Al-Amin menjawab: “Kitab A’yanu As-Syi’ah adalah kitab sejarah, karena telah terbukti dalam sejarah bahwa ketika Muslim bin Uqbah menyerang kota Madinah, membunuh dan merampok serta memperbolehkan kehormatan selama tiga hari atas perintah Yazid, melakukan kejahatan yang tidak mampu ditulis oleh pena, imam As-Sajjad telah berbaiat pada Yazid karena kepentingan mendesak, dan karena taqiyah untuk menjaga diri dan bani Hasyim. Baiat ini adalah seperti baiat Ali pada Abu Bakar setelah enam bulan dari wafatnya Nabi, setelah syahidnya Fatimah.”

Abbas Al-Qummi mengatakan: “Tidak boleh menyebutkan kejadian ini meskipun benar terjadi, karena dapat melemahkan akidah orang banyak, dan kita harus selalu menyebutkan kejadian yang tidak betentangan dengan akidah orang banyak.”

Muhsin Al-Amin menjawab: “Saya tidak tahu, mana kejadian sejarah yang ada manfaat di dalamnya dan mana yang tidak ada manfaatnya, hendaknya anda mengingatkan saya pada kejadian yang tidak ada manfaatnya, saya tidak akan menuliskannya.”

Selain berusaha “menghapus” peristiwa itu dari buku-buku Syi’ah, ulama Syi’ah juga menebarkan keraguan seputar peristiwa-peristiwa yang tidak sejalan dengan kepentingan Syi’ah dan “melemahkan akidah orang”, seperti Ali Al-Milani yang mencoba meragukan peristiwa Abu Bakar diperintahkan oleh Nabi untuk menjadi imam shalat. Dia mencoba menguji peristiwa itu melalui metode penelitian hadits ala Syi’ah. Namun itu tidak banyak berguna karena peristiwa itu tercantum dalam kitab Shahih Bukhari, yang dianggap shahih oleh kaum muslimin. Jika peristiwa itu diragukan, maka sudah semestinya peristiwa lainnya yang tercantum dalam Shahih Bukhari juga ikut diragukan, seperti peristiwa Saqifah, dan peristiwa Nabi yang menyerahkan bendera perang kepada Ali pada perang Khaibar. Juga hadits tentang kedudukan Nabi Muhammad dan Ali yang dinyatakan bagai Nabi Musa dan Nabi Harun.

Akhirnya orang awam banyak yang tidak mengetahui –atau meragukan– peristiwa-peristiwa penting yang bertentangan dengan kepentingan penyebaran Syi’ah, hingga akhirnya peristiwa-peristiwa itu tidak dijadikan data dalam proses menarik kesimpulan. Dan akhirnya kesimpulan itu bisa jadi benar secara urutan logika, tetapi karena ada data yang tidak diikutkan –atau premis yang tidak valid– maka kesimpulannya menjadi keliru.

Sejarah keluarga Nabi

Pada makalah singkat ini kami akan membuktikan kepada pembaca, seputar sejarah keluarga Nabi yang disepakati oleh para sejarawan baik Sunni maupun Syi’ah, yang akan membuktikan bahwa para Ahlul Bait tidak pernah menganut ajaran yang dianut dan diyakini oleh kaum Syi’ah hari ini.

Seluruh sejarawan baik dari pihak Syi’ah maupun Sunni mengakui bahwa Ahlul Bait Nabi tinggal bermukim di kota Madinah, di tengah-tengah penganut madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah, sebagian Khalifah yang berkuasa menginginkan mereka agar pindah ke kota lain, tetapi mereka tetap ingin tinggal di kota Madinah.

Meskipun Musa Al-Kazhim akhirnya pindah ke Iraq atas permintaan Khalifah Harun Ar-Rasyid, tinggal sebagai tamu dinasti Abbasiyah hingga meninggal dunia di Baghdad pada tahun 183 hijriyah, dan dikubur di Baghdad, hari ini daerah di sekitar kuburnya disebut dengan Kazhimiyah, karena kuburannya ada di sana.

Begitu pula Ali Ar-Ridha dipanggil oleh Al-Ma’mun untuk dijadikan putra mahkota yang akan menggantikan jabatannya sebagai khalifah, akhirnya Ali pergi ke Khurasan dan meninggal dunia pada tahun 203 Hijriyah, dan dimakamkan di kota Masyhad.

Bagitu juga Ali Al-Hadi meninggalkan kota Madinah, tetapi tidak menuju kufah dan malah tinggal di Samarra’, karena memenuhi panggilan Khalifah Al-Mutawakkil, dan meninggal dunia pada tahun 254 hijriyah, meninggalkan dua orang anak yang bernama Hasan dan Ja’far. Hasan menjadi imam kesebelas bagi Syi’ah sementara Ja’far dijuluki oleh Syi’ah dengan julukan Ja’far Al-Kadzab (si pendusta) karena dia menyangkal keberadaan anak Hasan Al-Askari yang diyakini keberadaannya oleh Syi’ah, yang mana dengan itu dia membongkar kepalsuan ajaran Syi’ah. Dengan ini bisa dipahami bahwa keberadaan para imam Ahlul Bait di luar kota Madinah adalah dalam waktu yang sangat singkat, dan semua itu di luar keinginan mereka sendiri, karena memenuhi panggilan khalifah yang berkuasa saat itu.

Di sini muncul beberapa pertanyaan yang logis alias masuk akal tentang madzhab yang dianut oleh keluarga Nabi nan suci. Bukan hanya pertanyaan, tapi bukti-bukti nyata bagi mereka yang mempergunakan akal sehatnya untuk berpikir, yang tidak dapat dibantah oleh Syi’ah baik di masa lalu atau saat ini (jika ada pembaca yang dapat membantah saya persilahkan, tapi saya tidak menjanjikan imbalan):

Di antara bukti-bukti yang menunjukkan adanya pemalsuan sejarah bahwa para imam adalah bermadzhab Syi’ah:

Ali berada di bawah ketaatan para khulafa Rasyidin yang menjabat khalifah sebelumnya, jika memang madzhab Ali berbeda dengan para khalifah sebelumnya –seperti yang diklaim oleh Syi’ah– sudah pasti Ali akan keluar dari Madinah yang penduduknya tidak mau berbaiat kepadanya, dan pergi ke negeri Islam lainnya, apalagi negeri yang belum lama masuk dalam Islam seperti Iraq dan Persia, yang mana penduduk negeri itu baru masuk Islam dan haus akan kebenaran, jika memang Ali benar-benar dihalangi untuk menduduki jabatan yang menjadi haknya pasti mereka akan menolongnya, tetapi yang terjadi adalah Ali tidak keluar dari Madinah, baru keluar dari Madinah setelah dibaiat menjadi khalifah.

Begitu juga peristiwa perdamaian antara Hasan dan Muawiyah, sudah semestinya Hasan tidak menyerahkan jabatan imamah kepada Muawiyah, jika memang imamah adalah jabatan yang sama seperti kenabian –seperti yang diyakini Syi’ah, lihat dalam kitab Ashlu Syi’ah wa Ushuluha juga kitab Aqaidul Imamiyah–, sudah semestinya Hasan berjuang sampai tetes darah terakhir, apalagi ribuan tentara siap untuk mendukungnya dalam menumpas Muawiyah. Bukannya menumpas Muawiyah, Hasan malah menyerahkan jabatan yang menjadi amanat ilahi –sebagaimana kenabian– kepada musuh yang telah memerangi ayahnya.

Para imam setelah imam Ali tidak pernah memberontak kepada khalifah yang adil, kecuali imam Husein yang syahid di Karbala, meskipun demikian beliau memberontak karena kezhaliman Yazid, bukan karena Husein yang menginginkan untuk menjadi imam, meskipun dia adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah saat itu.

Maka kita simak saat Zaid bin Ali berdialog dengan Muhammad Al-Baqir mengenai apakah untuk menjadi seorang imam disyaratkan untuk memberontak, sedangkan Zaid meyakini hal itu, yaitu untuk menjadi imam seseorang harus memberontak pada khalifah. Muhammad Al-Baqir membantah hal itu dengan menyatakan jika syarat yang ditetapkan oleh Zaid benar maka ayah mereka berdua “Ali bin Husain” bukanlah imam karena dia tidak memberontak kepada Yazid dan tidak mengajak orang lain untuk memberontak. Peristiwa baiat Ali bin Husein terhadap Yazid disebutkan oleh Muhsin Al-Amin dalam A’yanus Syi’ah.

Juga bagaimana para keluarga Nabi tetap tinggal di tengah-tengah Ahlus Sunnah jika memang mereka bermadzhab Syi’ah –seperti klaim Syi’ah selama ini–, mengapa mereka tidak tinggal di wilayah yang banyak terdapat orang yang mencintai mereka dari golongan Rafidhah dan Ghulat seperti di Kufah maupun Khurasan, apalagi saat mereka tinggal di Madinah mereka tidak luput dari pengawasan Bani Abbasiyah yang saat itu menguasai pemerintahan. Berbeda ketika mereka menyebar di negeri lain.

Semua Ahlul Bait yang memberontak kepada khalifah tidak ada yang bermadzhab Syi’ah Rafidhah, mereka memberontak karena alasan politik, bukan karena alasan madzhab, sedangkan Ahlul Bait yang berhasil mendirikan negara tidak ada dari mereka yang menerapkan madzhab Syi’ah, seperti:

Ahlul Bait yang bermadzhab Sunni, dan berhasil mendirikan negara adalah:

Idris bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, pendiri dinasti Adarisah di Maghrib, bahkan Idris bin Hasan adalah penyebab utama dari menyebarnya madzhab maliki di Maroko, semua itu karena imam Malik tidak mengakui keabsahan baiat Abu Ja’far Al-Manshur yang telah berbaiat sebelumnya kepada Muhammad bin Abdullah bin Hasan yang dikenal dengan nama An-Nafsu Az-Zakiyyah, maka dia berpendapat bahwa Abu Ja’far masih terikat baiat dengan Muhammad bin Hasan, imam Malik disiksa karena pendapatnya itu, dan dia tidak menarik ucapannya.

Baiat kepada Muhammad dilakukan secara rahasia, di antara yang berbaiat adalah saudara-saudaranya, ayahnya, Abu Ja’far Al-Manshur, Abul Abbas dan Ja’far As-Shadiq yang dianggap oleh Syi’ah sebagai imam ke enam, juga banyak tokoh Ahlul Bait lainnya.

Asyraf Makkah yang merupakan keturunan Imam Husein, yang memerintah Makkah beberapa abad yang lalu.

Begitu juga Asyraf Madinah yang merupakan keturunan Hasan, yang memerintah kota Madinah.

Begitu juga Ahlul Bait yang bermadzhab Zaidi, walaupun mereka bermadzhab Zaidi tapi mereka tidak terpengaruh oleh ajaran Rafidhah, mereka hanya menganggap Ali lebih utama dibanding Abu Bakar dan Umar, mereka juga mensyaratkan bahwa yang lebih mulia dan utama harus menjabat khalifah, namun mereka juga mencintai seluruh sahabat Nabi, yang dalam sejarah dikenal dengan istilah Syi’ah sebagai sikap politik, bukan sebagai madzhab.

Ahlul Bait penganut madzhab Zaidi yang berhasil mendirikan negara dan tidak terpengaruh madzhab Rafidhah:

Muhammad bin Yusuf Al-Ukhaidhir, dia adalah Muhammad bin Yusuf bin Ibrahim bin Musa Al-Jaun bin Hasan Al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, pendiri pemerintahan Ukhaidhiri di wilayah Yamamah, begitu juga anak keturunannya, Muhammad adalah orang yang datang dari Hijaz ke Yamamah dan mendirikan negara di sana pada tahun 252 H/866 M.

Begitu juga Husein bin Qasim Ar-Rassi, pendiri pemerintahan Alawiyah di Sha’dah dan Shan’a, Yaman, pada tahun 280 H. Ayahnya yang bernama Qasim Ar-Rassi adalah penulis kitab “Bantahan terhadap kaum Rafidhah”, yang telah dicetak.

An-Nashir lil Haqq Al-Hasan yang dijuluki Al-Athrusy karena pendengarannya kurang baik, pendiri negara Alawiyyin di Dailam, yang mengajarkan Islam kepada penduduk Jil dan Dailam yang kekuasaannya mencapai Thabaristan, berhasil membebaskan Amil dan masuk ke kota Jalus pada tahun 301 H, tetap memimpin pemerintahan hingga wafat tahun 304 H. dia meninggalkan warisan ilmiyah yang banyak, yang tidak memuat ajaran Rafidhah sedikitpun, di antaranya adalah kitab Al-Bisat, yang ditahqiq oleh Abdul Karim Jadban, diterbitkan pertama kali pada tahun 1997 oleh Dar Turats di Sha’dah.

Sedangkan banyak dari Ahlul Bait sendiri yang termasuk ulama Ahlus Sunnah, di antaranya adalah kebanyakan dari 11 imam, –karena imam yang ke-12 sebenarnya tidak pernah ada– seperti Hasan dan Husein, Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far As-Shadiq, Musa Al-Kazhim dan Ahlul Bait lainnya. Begitu juga Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin Sa’ib bin Abdullah bin Yazid bin Muthalib bin Abdi Manaf bin Qushay Al-Muththalibi As-Syafi’i, beliau adalah imam salah satu dari empat madzhab dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang memiliki hubungan erat dengan keluarga Nabi, karena dia adalah keturunan Muthalib bin Abdi Manaf, sama seperti Nabi Muhammad yang juga keturunan Abdi Manaf, sedangkan keluarga Muththalib juga termasuk Ahlul Bait yang tidak boleh menerima sedekah, seperti pendapat jumhur ulama.

Al-Qur’an memuat kisah Nabi Isa yang menolak klaim kaum Nasrani terhadap dirinya, menyatakan bahwa Nabi Isa bukanlah Tuhan yang layak disembah. Kita perlu meneliti lebih dalam sebelum meyakini sesuatu.

Jika madzhab Syi’ah bukanlah madzhab Ahlul Bait seperti diklaim oleh Syi’ah, lalu madzhab siapa?
User avatar
James Bond
Posts: 380
Joined: Tue Feb 01, 2011 11:06 am
Location: Indonesia Raya

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by James Bond »

mohon tanggapan dari pihak sunni / syiah
User avatar
sixpackguy
Posts: 1943
Joined: Wed Jan 19, 2011 1:21 am

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by sixpackguy »

Bahan cemilan sambil nunggu tanggapan muslim... :drinkers:


MUSLIM SYIAH BUNUH MUSLIM SUNNI


Muslim Rafidi Syiah gantung muslim Ahlus Sunnah sambil berteriak2:
"Death to wahabi!... death to wahabi!..."
"May Allah curse the first (Abu Bakr), the second (Umar) and the third (Uthman)!"


Sumber nya arrahmah.com loh, situs muslim juga... :turban:
http://arrahmah.com/read/2011/11/18/164 ... allah.html
Arrahmah.com – Inilah bukti kekejaman dan kebiadaban rezim syi’ah Iran. Mereka kejam dan biadab terhadap kaum Muslimin yang bertahid, yang mengucapkan laaa ilahaa illa Allah, Muhammadur rosulullah , yang membuktikan dirinya bertahid hanya kepada Allah, dan Mengakui Muhammad adalah Rosulullah SAW. Syiah Rafidhah ini sangat benci terhadap Ahlut tauhid, mereka menggunakan apapaun cara untuk membantai Ahlus sunnah demi mencari ridha setan dan imam-imam sesatnya. Semoga video ini menjadi bahan renungan bagi mereka yg masih mengaggap syiah itu bagaian dari Islam, dan Ahmadenejad seorang yg baik, camkan! Mereka semua adalah musuh Allah, dan wajib diperangi! Allahu Akbar!
:finga:
User avatar
Momad Narsis
Posts: 3461
Joined: Sun Jan 02, 2011 4:35 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by Momad Narsis »

Waahh berita ini pasti akan menguncang PP dimana PP sedang mengemban missi mempersatukan syiah dan sunni..!! apa bisa ya..?? sedangkan arrahmah.com sudah mencap syiah sebagai musuh aolloh swt..? gimana ini PP..?? masihkah dikau bermimpi untuk dapat mempersatukan sunni dan syiah..?? apakah aqidah yg berbeda bisa di satukan di dalam islam..?
benar-benar deh ajaran muhammad hanya bisa mengeluarkan regulasi perang alias pertumpahan darah semata dan kebencian.
Salam Damai
User avatar
fanaticus
Posts: 575
Joined: Fri Oct 29, 2010 11:37 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by fanaticus »

Coba ga ada kapirun, Islam pasti habis krn muslim saling bunuh sesama muslim :green:
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by walet »

Syiah emang musuh Suni, lihat saja website Syiah yang seperti FFI mengkritisi Suni:

http://www.shiachat.com/forum/index.php ... -dialogue/
ptcdr
Posts: 335
Joined: Fri Mar 12, 2010 1:27 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by ptcdr »

Di Iran, muslim sunni diperlakukan secara biadab oleh muslim shiah. Di Pakistan yg terjadi sebaliknya......

Kapan yah muslim shiah di Indonesia diperlakukan seperti kaum ahmadiyah oleh muslim sunni? Mari kita tunggu!!
User avatar
Momad Narsis
Posts: 3461
Joined: Sun Jan 02, 2011 4:35 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by Momad Narsis »

@ptcdr
Sy rasa hal itu kecil kemungkinan bro..mengapa..?
la wong muslim indonesia kebanyakan muslim KTP atau abangan bro.
liat aja muslim yg masuk FFI rata2 minim tau soal mazhab syiah ama sunni..malah mereka lebih tau kristen & jahudi (versi ustad) ketimbang konflik syiah dan sunni yg sudah berlangsung ribuan taon..!
kalau daerah TIMTENG udah tau bahkan udah biasa..tapi INDONESIA masih tanda tanya bro..! hehehe
Salam Damai
umat-muhammad002
Posts: 240
Joined: Mon Aug 16, 2010 4:40 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by umat-muhammad002 »

James Bond wrote:iseng 2 waktu ol nemu artikel ttg syiah versi sunni,
[
Hahahaha, antek-antek penjajah kafirun Belanda mulai menggunakan politik andalan mereka "davide et impera" politik memecah belah. Percuma aja bos ajaran peninggalan penjajah kafirun Belanda sudah terusir dari bumi pertiwi Indonesia, tak perlu diungkit-ungkit lagi lah.

Ketua Umum Muhammadiyah : Persatuan Sunni-Syiah Untuk Kejayaan Islam
On May 5, 2008 ·

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan persatuan umat Islam, khususnya antara kaum Sunni dan Kaum Syiah, mutlak perlu sebagai prasyarat kejayaan umat agama itu.

“Kejayaan umat Islam pada abad-abad pertengahan juga didukung persatuan dan peran serta kedua kelompok umat Islam tersebut,” kata Din dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Din Syamsuddin mengikuti Konperensi Islam Sedunia yang sedang berlangsung di Teheran, 4-6 Mei. Konperensi dihadiri sekitar 400 ulama, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah dari berbagai belahan dunia.

Din yang berbicara pada sesi pertama bersama enam tokoh Islam lainnya menegaskan bahwa antara Sunni dan Syiah ada perbedaan tapi hanya pada wilayah cabang (furu’iyat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah).

Keduanya berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap Ali bin Abi Thalib. Oleh karena itu, kata dia, kedua kelompok harus terus melakukan dialog dan pendekatan. Seandai tidak dicapai titik temu maka perlu dikembangkan tasamuh atau toleransi.

“Seluruh elemen umat Islam, dalam kemajemukannya, perlu menemukan ‘kalimat sama’ dalam merealisasikan misi kekhalifahan di

muka bumi,” katanya.

Kemudian dalam menghadapi tantangan dewasa ini, kata Din, umat Islam perlu menemukan dalam dirinya “musuh bersama”. “Dua hal ini, ‘kalimatun swa’ (kalimat sama) dan ‘aduwwun sawa’ (musuh bersama) adalah faktor kemajuan umat,” kata Din.

“Musuh bersama” itu, kata Din, terdapat di dalam diri umat Islam yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. (Republika 5 Mei 2008)
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by iamthewarlord »

mari kita lihat apa tanggapan muslim Indonesia haha..
Lagian siapa sih si Din itu, buat apa orang syiah mau dengerin.

Coba kamu hapuskan dulu doa Saname Quraish, doanya orang syiah yg mengutuk Aisha dan Hafsa masuk neraka.

:lol:
User avatar
Momad Narsis
Posts: 3461
Joined: Sun Jan 02, 2011 4:35 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by Momad Narsis »

Benarkan yg sy bilang (baca tuh apa yg UM002 tuliskan)..muslim indonesia kebanyakan mana tau tentang mazhab sunni dan syiah.
dianggap sama aja tuh akidahnya, biarpun ada postingan yg di posting TS dibuat muslim sunni sendiri tapi tetap aja bilang sama akidah..!
konflik sektarian antara sunni dan syiah di TIMTENG yg sudah berlangsung ribuan tahun mana ada muslim indonesia yg tau, apalagi ajaran syiahnya..!
Salam Damai
User avatar
fanaticus
Posts: 575
Joined: Fri Oct 29, 2010 11:37 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by fanaticus »

umat-muhammad002 wrote: Hahahaha, antek-antek penjajah kafirun Belanda mulai menggunakan politik andalan mereka "davide et impera" politik memecah belah. Percuma aja bos ajaran peninggalan penjajah kafirun Belanda sudah terusir dari bumi pertiwi Indonesia, tak perlu diungkit-ungkit lagi lah.
Jadi waktu awal perpecahan sunni dan syiah itu juga gara2 Belanda? :shock:

Jgn2 yg bunuh cucunya muhamad itu juga belanda? :yawinkle:
umat-muhammad002
Posts: 240
Joined: Mon Aug 16, 2010 4:40 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by umat-muhammad002 »

Momad Narsis wrote:Benarkan yg sy bilang (baca tuh apa yg UM002 tuliskan)..muslim indonesia kebanyakan mana tau tentang mazhab sunni dan syiah.
dianggap sama aja tuh akidahnya, biarpun ada postingan yg di posting TS dibuat muslim sunni sendiri tapi tetap aja bilang sama akidah..!
konflik sektarian antara sunni dan syiah di TIMTENG yg sudah berlangsung ribuan tahun mana ada muslim indonesia yg tau, apalagi ajaran syiahnya..!
Salam Damai
Eh ente tahu ga kalau kota suci mekah itu haram buat orang-orang kafir memasuki masjidil haram. Ahmadiyah yang sudah dinyatakan kafir(bukan islam) tidak akan boleh naik haji. Tapi Syiah Iran masih boleh naik haji karena mereka masih islam. Perbedaan Sunni dan Syiah terletak pada kepemimpinan umat, kaum Syiah berkeyakinan bahwa hanya ahlul bait(keluarga dan keturunan rasulullah yang berhak menjadi pemimpin umat)...menurut saya silahkan saja mereka berkeyakinan seperti itu toh nabi dan rasulnya sama. Kalau kaum sunni boleh siapa saja yang jadi pemimpin umat asal memiliki kriteria. Dari sinilah kemudian kaum syiah hanya mengakui hadits2 dari ahlul bait, sedangkan kaum sunni mengakui hadits dari semua sahabat dengan kriteria tertentu.
umat-muhammad002
Posts: 240
Joined: Mon Aug 16, 2010 4:40 pm

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by umat-muhammad002 »

iamthewarlord wrote: Coba kamu hapuskan dulu doa Saname Quraish, doanya orang syiah yg mengutuk Aisha dan Hafsa masuk neraka.
:lol:
"Konperensi Islam Sedunia yang sedang berlangsung di Teheran, 4-6 Mei. Konperensi dihadiri sekitar 400 ulama, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah dari berbagai belahan dunia."
Bukan cuma Din Syamsudin yang kesana, tidak semua kaum syiah/imam syiah seperti itu...jangan dipukul rata jadi orang harus bijak. \:D/ \:D/
Syiah sangat mengagungkan ahlul bait, saking cintanya kepada rasulullah s.a.w padahal rasulullah sendiri tidak mau dikultuskan atau diagungkan karena Allah s.w.t lah yang Maha Agung.
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by iamthewarlord »

umat-muhammad002 wrote: "Konperensi Islam Sedunia yang sedang berlangsung di Teheran, 4-6 Mei. Konperensi dihadiri sekitar 400 ulama, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah dari berbagai belahan dunia."
Bukan cuma Din Syamsudin yang kesana, tidak semua kaum syiah/imam syiah seperti itu...jangan dipukul rata jadi orang harus bijak. \:D/ \:D/
Syiah sangat mengagungkan ahlul bait, saking cintanya kepada rasulullah s.a.w padahal rasulullah sendiri tidak mau dikultuskan atau diagungkan karena Allah s.w.t lah yang Maha Agung.
belum apa2 kamu sudah menyalah2i syiah, di bom sama ahmadinejad nanti kamu haha..
User avatar
James Bond
Posts: 380
Joined: Tue Feb 01, 2011 11:06 am
Location: Indonesia Raya

Re: Syiah menurut pandangan Sunni

Post by James Bond »

umat-muhammad002 wrote:Hahahaha, antek-antek penjajah kafirun Belanda mulai menggunakan politik andalan mereka "davide et impera" politik memecah belah. Percuma aja bos ajaran peninggalan penjajah kafirun Belanda sudah terusir dari bumi pertiwi Indonesia, tak perlu diungkit-ungkit lagi lah.

wait 2, jangan salahkan kafir... please, kapan kafir memecah islam ???
Post Reply