Arab kurang informasi karena Media Arab berat sebelah

Mencatat pendapat Muslim yg saling bentrok, berlawanan, Muslim 'moderat/reformis' vs Muslim 'radikal/fundamentalis' dan bgm Muslim memberlakukan sesama Muslim
Post Reply
User avatar
pod-rock
Posts: 829
Joined: Tue Nov 28, 2006 1:25 pm

Arab kurang informasi karena Media Arab berat sebelah

Post by pod-rock »

Oleh Dr. Sami Alraba,
Penulis buku: Karin in Saudi Arabia
http://www.faithfreedom.org/2009/01/21/ ... re-biased/" onclick="window.open(this.href);return false;

Selama kami orang2 Arab diberi informasi sepihak, semakin lama kami jadi penghasut, damai tidak akan pernah jadi kenyataan di Timur Tengah.

Berkat multimedia elektronik modern, budaya membaca sekarang sudah mendunia, pelahan tapi pasti. Tapi budaya membaca didunia arab hampir tidak ada. Menurut laporan UNESCO baru-baru ini, negara2 arab masih punya ranking tertinggi sedunia dalam hal buta huruf. MAYORITAS ORANG ARAB TIDAK MEMBACA.

Penelitian akhir2 ini di Institut Media International, Berlin, Jerman, menyimpulkan bahwa HANYA 3% ORANG ARAB YANG SUKA BACA KORAN TIAP HARI. Mayoritas orang Arab hanya menonton TV utk berita dan entertainment.

Secara keseluruhan negara2 Arab dibanjiri oleh media elektronik dan cetak. Tapi kebanyakan media ini dikontrol oleh pemerintah, organ2 setengah pegawai pemerintah, atau dimiliki oleh orang2 Arab raja minyak dari Saudi Arabia, Qatar atau
United Arab Emirates. Contohnya, tycoon Saudi, Al Waleed Bin Talal memiliki MBC TV, Al Arabiya, Orbit dan kanal2 TV kecil lainnya. Sheikh Hamad Al Thani dari Qatar memiliki Al Jazeera, dan milyuner Lebanon Saad Al Hareeri memiliki Al Mustaqbal.

Semua media ini sangat berat sebelah. Mereka tidak menampilkan pandangan2/pendapat2/kritik pihak Barat, laporan yang berimbang hampir tidak ada. Israel digambarkan sebagai “AGRESSOR” dan Barat sebagai pendukungnya.

Kekurangan2 Amerika dan Barat, seperti penyiksaan di penjara Abu Ghraib Irak dibesar-besarkan dan didiskusikan terus menerus, tapi penyiksaan di penjara Arab sendiri tidak pernah disebut-sebut. Muntather Al Zaidi, wartawan yang melempar sepatu ke George Bush malah dianggap sebagai “pahlawan”.

Media Arab menyorot terus menerus tuduhan korupsi terhadap raksasa elektronik Jerman, Siemens, tapi korupsi yang dilakukan oleh Bandar bin Sultan, anak dari Pangeran Mahkota Saudi, ditutup-tutupi. Dia ‘mendapat’ milyaran dolar dari perjanjian senjata Saudi-Inggris.

Ada banyak sekali contoh2 pelaporan tak berimbang Arab. Sekilas saja melihat pelaporan Arab dan kau akan tahu. Lebih dari 7.000 roket dan mortar secara sengaja ditembakkan ke Israel dengan target rakyat sipil, sejak Israel mundur dari Jalur Gaza tahun 2005. Ini semua diabaikan oleh Media Arab (catatan penerjemah, malah Duta Besar Palestina di TVOne berbohong dengan berkata bahwa “TIDAK ADA ROKET YANG DITEMBAKKAN KE ISRAEL, ITU SEMUA BOHONG!”). Mereka, setiap hari membandingkan Gaza dengan ‘kamp konsentrasi’ dan serangan Israel dianggap sebagai ‘Holocaust sebenarnya’. Pembom2 bunuh diri dan militan2 Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel disebut ‘martir’. Situs2 internet yang kritis terhadap mereka diblok.

Para peblog Arab, yang mengkritik pemerintah mereka dan menuntut demokrasi, kebebasan berekspresi dan HAM – tuntutan dasar yang layak, ditangkap dan dipenjara.

Kami orang arab sangat jago dalam hal retorika2 kosong. Dengan gagah kami berteriak, ‘Gaza akan menjadi neraka bagi tentara Israel’ dan ‘Kami akan membela kehormatan kita dengan gigi dan nyawa.’

Ketika kami dikalahkan seperti tahun 1967 dan 1973, kami sebut itu Nakba (musibah) dan Naksa (kemunduran). Kami berdiri lagi dan berteriak, ‘Kami kalah bertempur tapi tidak kalah perang.’ Dan akhirnya kami menyalahkan ketidakberdayaan Barat seraya berkata, “Mereka membenci kita. Mereka tidak ingin kita berkembang. Mereka ingin mengeksploitasi minyak kita.”

Deema, wartawan Lebanon yang berbasis di Berlin (dia tidak mau disebutkan nama akhirnya) berkata, “Media arab penuh dengan sentimen, bukannya fakta. Seorang wartawan yang berpegang pada fakta dituduh berat sebelah dan bisa kehilangan pekerjaannya.”

Ahmed, wartawan Palestina, berkata pada saya, “Jika kau gambarkan Amerika dan Israel sebagai setan dan mendapatkan petunjuk utk mendukung hal itu, kau akan sangat dipuja puji oleh sang editor.”

Waleed Qabalan, bekas editor di TV Al Jazeera, berkata pada saya, “Fakta bahwa gambar mengatakan seribu kata adalah realitas sehari-hari disemua channel TV Arab. Mereka sangat pilih-pilih dengan gambar2 ini dan menghabiskan banyak uang utk mendapatkannya. Mereka melarang menyebut-nyebut penyebab Israel menyerang, yaitu roket2 Hamas, contohnya. Lagipula, dalam menyusun bahasanya mereka memformulasikan laporan2 dan berita2 sedemikian sehingga Amerika dan Israel yang didiskreditkan.”

Media yang dikontrol negara Arab dan menekan laporan dan analisa kebebasan pers. Para editor yang loyal pada pemerintah secara mendetil menyensor semuanya. Akademisi2 dan intelektual2 Arab yang kritis dilarang mempublikasikan atau ambil bagian dalam debat2 TV atau/dan Radio.

Satu2nya kolumnis didunia Arab yang menyalahkan Hamas karena kekejian dan perlawanan di Gaza adalah Fouad Al Hashem. Dia menulis utk harian Al Watan, Kuwait. Dia secara keras menyerang Hamas dan Hizbullah. Tapi dia melakukannya karena dia benci pada organisasi2 ini yang mendukung Saddam ketika dia menyerang Kuwait.

Secara keseluruhan, berita2 Media arab tetap heboh dan irasional. Abdul Azeem Hammad menulis di harian Mesir Al Ahram (19 Jan 2009), “Semua tentara didunia, termasuk tentara israel, tidak dapat dan akan bisa mengalahkan perlawanan Palestina. Perjuangan mereka akan terus ada sampai semua Palestina merdeka.”

Survey independen tentang penilaian pendapat publik akan isu2 regional dan nasional, termasuk konflik Arab-Israel, seperti Israel dan Barat pada umumnya, bisa dibilang tidak ada didunia arab.

Semua rencana politik, termasuk Road Map dan Persetujuan Oslo gagal karena tidak adanya partisipasi publik dan debat2 terbuka. Keinginan Israel utk hidup damai dengan tetangganya tidak bergaung dimedia2 arab, mereka menyebutnya sebagai ‘propaganda’ belaka.

Penolakan2 Arab dan para Islamis, vokal dan militan, semua bisa bicara dimedia2 arab. Organisasi2 radikal seperti Hamas dan Hisbullah disebut sebagai ‘freedom fighter’ (pejuang kemerdekaan) dan Osama Bin Laden adalah ‘hantu’, mitos yang diciptakan oleh Amerika.

Saya baru saja kembali dari Siria dan melakukan studi kasus diantara teman2 dan kerabat yang saya percaya. Mereka semua bilang bahwa mereka ingin damai dengan Israel dan mau sekali punya hubungan baik dengan amerika.

Layla, pensiunan perawat, bilang, “Tentara2 arab sudah mencoba membebaskan Palestina, dan dua kali gagal. Sebaliknya, hasilnya Israel malah jadi menempati lebih banyak lagi tanah Arab. Gimana kita bisa hidup dengan cara demikian tanpa damai? Sudah saatnya pemerintah Arab kembali kepada kenyataan dan berdamai dengan Israel. Hamas menggusarkan Israel. Bukannya membangun tanah yang Israel tinggalkan utk mereka, Gaza, malah Hamas menyelundupkan senjata2 utk ditembakkan pada orang2 sipil (Israel) tak bersalah.”

“Kau tanya apa aku membaca.” Kata Nabeel, “Tidak. Baca apa? Koran? Penuh dengan kebohongan dan propaganda. Sebagai penyeimbang dan informasi serta berita yang bisa diandalkan saya berpaling pada BBC, contohnya.”

Ghassan, seorang kristen (penerjemah, ini asli dari sumbernya, bukan bermaksud utk OOT ke kristen nih!!) berkata, “Cuma pingin tahu saja, saya baca Quran dan menemukan banyak sekali ayat2 yang menyerukan kebencian dan kekerasan. Agama seperti apa islam itu? Tuhan seperti apa Allah itu yang meminta membunuh manusia hanya karena mereka bukan muslim? Saya yakin jika orang2 muslim2 yang normal belajar tentang kekerasan dan kebencian dalam Quran, mereka akan keluar dari islam. Dulu, orang nasionalis yang ingin melempar orang yahudi dari wilayah Mediteran, sekarang islamis yang begitu. Cukup menurut saya!”

Tapi jika orang2 Arab tidak membaca, darimana mereka bisa belajar tentang Islam yang sebenarnya? Jalal al Azm, profesor filosofi di Universitas Damaskus berkata pada saya, “Mereka belajar tentang islam dari mesjid2, imam2 dan yang mengaku ahli2 Islam disemua media2 yang setiap hari dan terus menerus mengisukan fatwa2, dan orang2 yang tidak membaca dan tidak bisa membaca percaya pada mereka. Pasaran Fatwa sangat subur. Belakangan, Farfur, Ulama Besar Syria berkata di harian Tishreen (7 Jan 2009), “Jika orang2 barat Belajar tentang Islam, mereka akan masuk islam.” Masuk ke sebuah agama yang mengajarkan kekerasan dan kebencian??!!!

Kesimpulannya, kecuali orang2 Arab secara benar dan seimbang diberi informasi dan dibiarkan berpendapat sendiri secara bebas, termasuk mengkritik islam, tidak akan ada kesempatan bagi perdamaian di timur tengah.
Post Reply