JIHAD MUSLIM ROHINGYA di BIRMA!
Posted: Tue Jun 26, 2012 6:35 pm
Muslim Rohingya, Nasibmu Harus Menderita?
Bangladesh - Sedikitnya 90 ribu warga muslim Rohingya dari Myanmar yang mengungsi ke Bangladesh kembali harus menaruh penderitaan. Lolos dari maut dan siksaan di negerinya di Rakhine, Myanmar, rupanya bukan episode akhir penderitaan hidup mereka. Sebab, pemerintah Bangladesh menggiring mereka kembali ke lautan.
Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, 90 ribu warga muslim Rohingya mengungsi ke tanah leluhurnya di Bangladesh. Mereka mengungsi karena di Myanmar tidak diakui sebagai warga negara dan sering mendapat kekerasan dari warga yang mayoritas beragama Budha.
“Anak saya dibakar hidup-hidup di Myanmar. Namun, saat saya meminta keadilan, tak ada tanggapan dari mereka,” uajr seorang pengungsi saat diwawancarai Al Jazeera.
Sebanyak 90 ribu warga itu adalah mereka yang berhasil lolos dari Myanmar dan kabur menggunakan perahu-perahu kecil. Sebagian besar perahu yang mereka gunakan bukanlah perahu untuk mengarungi samudera, melainkan hanya sampan biasa yang hanya muat emapt orang. Kalaupun ada kapal besar, tingginya tidak lebih dari 4 meter.
Mereka datang ke Bangladesh ke tanah tempat nenek moyangnya dulu berada, mempertaruhkan nyawa di lautan. Di laut pun keselamatan mereka mash belum terjamin. Sebab, pihak keamanan Myanmar mengejar mereka dengan helikopter dan menembaki mereka dari atas. Korban tewas kemudian berjatuhan dan akhirnya harus rela dikubur di lautan.
Perjuangan berat harus mereka lalui berhari-hari di samudera luas, tanpa perbekalan yang cukup. Perjuangan itu membuahkan hasil. Mereka akhirnya berhasil mencapai daratan Bangladesh dan kembali menghirup udara bebas.
Namun, udara bebas yang mereka hirup ternyata hanya untuk sesaat. Di Bangladesh mereka tidak diterima dan tidak dilindungi, bahkan sekadar untuk ditempatkan di kamp pengungsi. Mereka dikumpulkan di pelabuhan dijaga pasukan bersenjata. Konvensi PBB mengenai perlindungan pengungsi seolah tidak pernah terdengar di Bangladesh.
Tentara yang menjaganya kemudian memberi mereka bungkusan berisi sedikit makanan dan air minum. Lalu mereka dibariskan menuju ke perahu dan sampan-sampan kecil. Mereka pun digiring kembali ke laut lepas. Menuju ke mana? Entahlah, dan itu bukan urusan Bangladesh, yang penting orang-orang Rohingya itu tidak merepotkan Bangladesh.
Bangladesh - Sedikitnya 90 ribu warga muslim Rohingya dari Myanmar yang mengungsi ke Bangladesh kembali harus menaruh penderitaan. Lolos dari maut dan siksaan di negerinya di Rakhine, Myanmar, rupanya bukan episode akhir penderitaan hidup mereka. Sebab, pemerintah Bangladesh menggiring mereka kembali ke lautan.
Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, 90 ribu warga muslim Rohingya mengungsi ke tanah leluhurnya di Bangladesh. Mereka mengungsi karena di Myanmar tidak diakui sebagai warga negara dan sering mendapat kekerasan dari warga yang mayoritas beragama Budha.
“Anak saya dibakar hidup-hidup di Myanmar. Namun, saat saya meminta keadilan, tak ada tanggapan dari mereka,” uajr seorang pengungsi saat diwawancarai Al Jazeera.
Sebanyak 90 ribu warga itu adalah mereka yang berhasil lolos dari Myanmar dan kabur menggunakan perahu-perahu kecil. Sebagian besar perahu yang mereka gunakan bukanlah perahu untuk mengarungi samudera, melainkan hanya sampan biasa yang hanya muat emapt orang. Kalaupun ada kapal besar, tingginya tidak lebih dari 4 meter.
Mereka datang ke Bangladesh ke tanah tempat nenek moyangnya dulu berada, mempertaruhkan nyawa di lautan. Di laut pun keselamatan mereka mash belum terjamin. Sebab, pihak keamanan Myanmar mengejar mereka dengan helikopter dan menembaki mereka dari atas. Korban tewas kemudian berjatuhan dan akhirnya harus rela dikubur di lautan.
Perjuangan berat harus mereka lalui berhari-hari di samudera luas, tanpa perbekalan yang cukup. Perjuangan itu membuahkan hasil. Mereka akhirnya berhasil mencapai daratan Bangladesh dan kembali menghirup udara bebas.
Namun, udara bebas yang mereka hirup ternyata hanya untuk sesaat. Di Bangladesh mereka tidak diterima dan tidak dilindungi, bahkan sekadar untuk ditempatkan di kamp pengungsi. Mereka dikumpulkan di pelabuhan dijaga pasukan bersenjata. Konvensi PBB mengenai perlindungan pengungsi seolah tidak pernah terdengar di Bangladesh.
Tentara yang menjaganya kemudian memberi mereka bungkusan berisi sedikit makanan dan air minum. Lalu mereka dibariskan menuju ke perahu dan sampan-sampan kecil. Mereka pun digiring kembali ke laut lepas. Menuju ke mana? Entahlah, dan itu bukan urusan Bangladesh, yang penting orang-orang Rohingya itu tidak merepotkan Bangladesh.