"Women Are Being Beheaded for Taking Their Veil Off": Honor Killings On Rise in Iraq
By Terri Judd, Independent UK
April 30, 2008.
Di Basra saja, polisi mengakui bahwa 15 wanita sebulan dibunuh karena melanggar kode busana Islami. Ada lagi yg mengatakan bahwa angka itu jauh lebih tinggi.
Shawbo Ali Rauf, 19 thn, dibunuh oleh mertuanya dng tembakan 7 kali. Kejatahannya ? Memiliki nomor telpon orang yg tidak dikenal keluarga pada mobile phonenya.
Rand Abdel-Qader, 17 thn, ditusuk sampai mati oleh ayahnya karena gadis itu naksir seorang tentara UK.
Kekerasan terhdp wanita di Irak semakin meningkat dgn meningkatnya kekautan kaum militan. Pemenggalan, pemerkosaan, pemukulan, bunuh diri, sunat wanita, penculikan dan pelecehan anak2 semuda 9 thn dgn tameng perkawinan, semuanya sedang mengalami kenaikan.
Du'a Khalil Aswad, 17, dari Nineveh, dihukum rajam dgn batu oleh 2.000 lelaki karena naksir lelaki diluar clannya. Dan tidak seorang tertuduhpun ditahan, diperiksa apalagi dihukum.
Seruan baru2 ini oleh anggota parlemen Kurdi, Narmin Osman, utk melarang honour killings tsb dibatalkan oleh kaum 'fundamentalis' (baca : MUSLIM TULEN!). "Di mata pemerintah, honor killings bukan sebuah tindak pidana," kata Houzan Mahmoud, yg dikenakan fatwa mati setelah wanita itu melancarkan petisi melawan pemberlakuan hukum SHARIAH di Kurdistan. "Jika sebelumnya, hanya seorang diktator menekan rakyat, kini hampir semua orang menekan wanita. (Perhatikan kata2nya : hampir SEMUA orang, bukan hanya 'hampir semua kaum fundamentalis' !)
"Dlm 5 thn belakangan ini, keadaan semakin parah. Kami telah didepak kembali ke jaman kegelapan. Wanita dipenggal karena melepaskan jilbab mereka. Semakin banyak wanita merusak tubuh mereka sendiri -- wanita tidak punya pilihan. Tidak ada badan pemerintah yg memberikan perlindungan. Hk Shariah digunakan utk menekankan kekuasaan pemerintah, menekan hak2 wanita yg paling hakiki.
Agustus thn lalu, mayat Sara Jaffar Nimat, 11 thn, ditemukan di
Khanaqin, Kurdistan, setelah ia dirajam sampai mati dan dibakar.
Dua kakak lelaki dan seorang adik perempuan diculik dari rumah mereka di Kirkuk oleh orang2 berseragam polisi. Kedua kakak dipukuli sampai mati dan sang wanita, setelah diperkosa rame2, dibiarkan dlm kondisi kritis dan diancam agar mematuhi aturan "sebuah negara Islam".
Seminggu lalu, wartawan wanita, Begard Husein, dibunuh di rumahnya di Arbil, Iraq Utara. Suaminya, Mohammed Mustafa, menikamnya karena istrinya jatuh cinta pada lelaki lain.
Tahun lalu di Sulaymaniyah, kota berpenduduk 1 juta jiwa, dilaporkan terjadinya 407 kasus pemenggalan, pemukulan, kematian ditangan keluarga sendiri. Kasus PEMERKOSAAN tidak pernah dilaporkan karena para korban takut dihukum oleh keluarga mereka. Tapi paling tidak, polisi mendapat 25 laporan pemerkosaan.
UUD Iraq yg baru, menurut Mrs. Mahmoud, mengandung se-abreg kontradiksi. Sambil menyebut bahwa lelaki dan wanita memiliki persamaan derajad, UUD tsb juga menyatakan bahwa hukum shariah -- yg menyatakan kesaksian seorang lelaki sama dng dua perempuan-- harus berlaku. Jadi, hari2 dimana wanita bisa memegang jabatan kunci dlm pemerintahan atau badan swasta atau memiliki kebebasan bergerak, kini menguap sudah.
Dua tahun lalu di Mosul, 8 wanita dipenggal karena 'melanggar busana islam.'
"Ini memang mengerikan," kata Mrs. Mahmoud. "Honor killings dan pembunuhan semakin merajalela. Ribuan wanita sudah menjadi korban. Kesemua tindakan itu didukung oleh UU, hk adat dan ATURAN AGAMA. Kami mendesak dunia internasional utk mengutuk praktek barbar ini dan membantu wanita2 Iraq."
