Sri..... ana itu ga pernah melarang siapapun utk berdikusit MENGGUNAKAN OTAKNYA.
Lihat nih tulisan anta di bawah ini. Anta menanya, anta juga yg menjawab!.
kandi wrote:lho enake, lha yg pake sertifikat halal aja sering dipalsukan, MUI hanya menjamin halal produk yg sdh MUI teliti, dan tdk ada paksaan harus bersertifikat halal. kl yg tdk halal ngapain dikasih sertifikat,siapa yg menjamin kl yg tanpa sertifikat tdk halal itu produknya benar2 halal.lol.
Jadi kuncinya bkn disertifikasinya, tong. Sertifikasi ga sertikasi tetap aja bisa diberi kandungan babi, anjing, binatang menajiskan, jigong, eek, macam2 dah.
Tapi di pengawasan atau pemeriksaannya.
Anta sebenarnya bisa mikir kesimpulan tsb, tapi anta udah terjebak dgn mind set: "sertifikasi holol solusi utk menghasilkan produk holol".
Contoh ya sri..... :
Hari ini ana bisa urus tuh 10 produk holol buat makanan pabrikan ana.
Besok ana masukin minyak babi, emang anta tahu????
sama aja dgn...
Ana punya 10 produk makanan tanpa sertifikat holol.
Apa anta bisa tau klo produk ana itu bebas minyak babi???
Jadi sekali lagi, kunci di pengawasan/pemeriksaan makanan, bukan disertifikasinya.
Sertifikasi seharusnya hanya sebatas "membedakan" bukan "menguji kandungan".
Wajar jika yg benar itu (klo pun sertifikasi diwajibkan) maka kesadaran pengusahalah yg memberi stempel TIDAK HALAL pada makanannya jika emang mengandung bahan2 tak holol. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran, pemerintah buat aturan mainnya apa itu makanan tidak holol. Pemerintah harus melakukan pemeriksaan kandungan pada produk2 yg menyatakan holol secara berkala atau dadakan. Gitu lohhhhhh... sri.....
LP2
Be It unto Me (Maria - 2.000 thn yg lalu)