Kre-setan wrote:-sebelum islam datang budak boleh diperlakukan semena mena, sesudah islam datang budak tidak boleh lagi diperlakukan semena mena
-sebelum islam datang poligami bebas tanpa batasan seperti halnya di karosetan, sesudah islam datang poligami di batasi hanya boleh 4 isteri itu pun dengan syarat harus bisa adil
1500 tahun kemudain non muslim FFI mewek mwewk mengkambinghitamkan islam sebagai biang keladi poligami dan perbudakan.....loh kok ?????
Mental muslim memang tidak berubah, suka main klaim, dan tetap tidak tahu malu.
Sudah pernah saya urai di
Islam dan Perbudakan
saya ambilkan saja kutipannya.
Di FFI ini, setiap kali berdebat dengan soal Ma Malakat Aymanukum, saya selalu menjumpai argumen dari muslim yang berkata "Islam menghapuskan perbudakan"
Benarkah demikian? Tentu tidak. Meskipun AlQuran mengajarkan pembebasan budak sebagai denda atau hukuman, di lain sisi Islam juga justru mengajarkan untuk memperlakukan budak perempuan sebagai obyek seksual.
Tetapi lepas dari perdebatan tentang ini, yang tentunya akan juga menguras tenaga, bukti empiris lapangan justru memang menunjukkan bahwa praktek perbudakan justru masih banyak dilakukan di negara2 Islam.
http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_and_slavery
The Arab slave trade was most active in West Asia, North Africa and East Africa. By the end of the 19th century, such activity had reached a low ebb. In the early 20th century (post World War I) slavery was gradually outlawed and suppressed in Muslim lands, largely due to pressure exerted by Western nations such as Britain and France.[2] However, slavery claiming the sanction of Islam is documented presently in the African republics of Chad, Mauritania, Niger, Mali and Sudan.[10][11][12]
Terjemahan:
Sampai pada akhir abad ke 19 perdagangan budak Arab adalah yang paling aktif di Asia Barat, Afrika Utara dan Afrika Timur. Awal abad ke 20 setelah PD I, perbudakan secara perlahan mulai dilarang dan ditekan di daerah-daerah Muslim,
sebagian besar karena tekanan dari negara-negara Barat seperti Inggris dan Perancis. Meskipun demikian, perbudakan atas nama hukum Islam masih ditemukan saat ini di negara2 Afrika seperti Chad, Mauritania, Nigeria, Mali dan Sudan.
Bahwa Islam menghapus perbudakan, adalah seperti biasa, klaim dari penganut agama ini. Islam memang penuh berisi klaim-klaim kosong, tuduhan, fitnah, sumpah palsu dan rupa-rupa kebohongan lainnya (taqiya, kitman). Tetapi kenyataannya, Islam terpaksa meninggalkan praktek tersebut karena ditekan Barat, dan mungkin karena itu juga Islam selalu menyimpan dendam dengan Barat dan kemudian balik menjelek2kan ideologi Barat.
Perbudakan seperti jaman dahulu, memang sekarang sudah dikatakan tidak akan bisa dijumpai secara nyata. Tetapi praktek perdagangan manusia ini masih sangat banyak ditemukan secara sembunyi2.
Human trafficking, masih banyak terjadi di seluruh penjuru dunia ini. Selain menggunakan penculikan dan pemerasan, sebagian juga dilakukan dengan cara membuat korban kecanduan obat terlarang.
Tingkat perlindungan terhadap korban2 trafficking di atas digambarkan dengan warna Hijau (tier 1), Kuning (Tier 2), Oranye (Tier 3) dan Merah (Tier 4)
Dari peta di atas, justru negara2 Barat adalah yang mempelopori perlindungan menyeluruh terhadap korban2 human trafficking. (Hijau - Tier 1).
Sedangkan Arab Saudi sendiri justru tidak mematuhi sama sekali aturan2 perlindungan tersebut (Merah - Tier 4).
Islam meskipun berkelit dan mengklaim bahwa mereka pelopor dari penghapusan budak, ideologi fasisme mereka juga merupakan ancaman terhadap golongan manusia yang lain. Segala ideologi yang mengajarkan suatu golongan manusia punya nilai lebih tinggi dari manusia yang lain, punya satu nafas dengan ideologi perbudakan. Jadi secara ideologi sendiri, Islam sudah mengajarkan itu ke alam bawah sadar.
Islam, tidak pernah menghapuskan perbudakan. Bukan hanya karena memperkenalkan pembebasan budak sebagai suatu alternatif sanksi yang harus dibayar atau melakukannya dalam negosiasi perang, lantas bisa diklaim itu artinya Islam menghapus perbudakan.