Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Pembelaan bahwa Islam adalah ajaran dari Tuhan.
Post Reply
User avatar
Captain Pancasila
Posts: 3505
Joined: Wed Jun 01, 2011 1:58 pm
Location: Bekas Benua Atlantis

Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by Captain Pancasila »

1. Orang yang sedang shalat lalu hendak dimangsa hewan yang beracun, maka dia boleh membunuhnya, tanpa kehilangan kekhusyuan shalatnya

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ  قَالَتْ :كاَنَ رَسُولُ اللهِ  يُصَلِّي فِي البَيْتِ فَجَاءَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طاَلِبٍ كَرَّمَ اللهُ تَعَالىَ وَجْهَهُ فَدَخَلَ فَلَمَّا رَأَى رَسُولَ اللهِ  يُصَلِّي قَامَ إِلَى جَانِبِهِ يُصَلِّي قَالَ: فَجَاءَتْ عَقْرَبُ حَتىَّ انْتَهَتْ إِلَى رَسُولِ اللهِ  ثُمَّ تَرَكَتْهُ وَأَقْبَلَتْ إِلَى عَلِيٍّ. فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ عَلِيٌّ ضَرَبَهَا بِنَعْلِهِ فَلَمْ يَرَ رَسُولُ اللهِ  بِقَتْلِهِ إِيَّاهَا بَأْساً - رواه البيهقي والطبراني.
Dari Aisyah radhiyallahuanha istri Nabi SAW berkata bahwa Rasulullah SAW sedang shalat di rumah, datanglah Ali bin Abi Thalib. Ketika melihat Rasulullah SAW sedang shalat, maka Ali pun ikut shalat di sebelah beliau. Lalu datanglah kalajengking hingga berhenti di dekat Rasulullah SAW namun meninggalkannya dan menghadap ke Ali. Ketika Ali melihat kalajengking itu, Ali pun meninjaknya dengan sandalnya. Dan Rasulullah SAW memandang tidak mengapa pembunuhan itu terjadi (dalam shalat). (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ  أَمَرَ بِقَتْلِ الأَسْودَيْنِ فيِ الصَّلاَةِ العَقْرَبِ وَالحَيَّةِ - رواه أحمد والترمذي وابن خُزَيمة وابن ماجة.
Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW memerintahkan untuk membunuh dua hewan hitam, yaitu kalajengking dan ular. (HR. Ahmad, At-Tirmizy, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah)
اُقْتُلُوا الأَسْودَينِ - رواه أبو داود والبيهقي
Bunuhlah dua hewan hitam (kalajengking dan ular). (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi)

2. Shalat dalam keadaan perang

dari : http://mromi.wordpress.com/2011/10/18/s ... ap-qiblat/

Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat besertamu) dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu raka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu shalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga menyandang senjata." (QS. an-Nisaa':102)

Cara Melaksanakan Shalat Khauf
Al-Khattab menegaskan, "Cara shalat khauf itu bermacam-macam yang Nabi saw. kerjakannya pada hari-hari yang berlainan dan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, yang mana pada kesemuanya itu Beliau tetap berusaha memperhatikan cara mana yang lebih mengandung kehati-hatian dalam shalat dan yang lebih mampu memelihara dari serangan musuh. Cara shalat khauf ini bervariasi, namun makna dan hakikatnya satu. Selesai. (Syarhu Muslim oleh Imam Nawawi VI:126).

Cara pertama:
Dari Ibnu Umar r.a. berkata, "Rasulullah saw. pernah shalat khauf satu raka'at dengan salah satu di antara dua kelempok (makmum), sedangkan kelompok kedua menghadap ke arah musuh; kemudian kelompok yang pertama itu menggantikan kedudukan shahabat mereka yang menghadap musuh itu; lalu golongan yang kedua itu datang shalat satu raka'at dengan Nabi, kemudian beliau beri salam, lalu kelompok yang pertama sempurnakan satu raka'at (lagi) dan kelompok yang kedua (juga) sempumakan raka'at (lagi)." (Muttafaqun ‘a1aih Muslim I: 573 no: 839 dan lafadz ini baginya, Fathul Bari 11:429 no:942, Aunul Ma'bud IV: 118 no: 1230, Tarmidzi 11:39 no: .561, dan Nasa'i 111:171).

Cara kedua:
Dari Sahl bin Abi Hatsmah bahwa Rasulullah saw. shalat dengan para beliau menjadikan mereka dua shaf dibelakang Beliau, lalu Beliau shalat dengan para sahabat yang berdiri hingga pada shaf pertama satu raka'at, kemudian beliau bangun lalu tetap berdiri hingga para sahabat yang berdiri dibelakang mereka (yaitu shaf kedua) shalat satu raka'at, kemudian para sahabat yang berdiri pada shaf kedua maju (ke shaf pertama), sedangkan para sahabat yang asalnya berada didepan mereka mundur (ke shaf kedua), lalu Beliau shalat dengan mereka (yang berada pada shaf pertama sekarang) satu raka'at (lagi), kemudian beliau duduk (tahiyyat) hingga para sahabat yang masih kurang satu raka'at selesai menambahnya, kemudian Rasulullah mengucapkan salam. (Muttafaqun ‘alaih: Muslim I : 575 no: 841, Fathul Bari V: 422 no: 4131dengan redaksi yang sema'na, Nasa'i III : 170, dan Tarmidzi II: 40 no: 562).

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bertutur, "Saya pernah hadir bersama Rasulullah saw. mengerjakan shalat khauf. Rasulullah saw. jadikan kami dua shaf di belakangnya, sementara musuh ada di antara kami dengan kiblat, lalu beliau takbir dan kami sekalian juga turut takbir, kemudian beliau ruku' dan kami sekalian juga turut ruku', lalu beliau angkat kepalanya dan ruku' dan kami juga turut bangkit; kemudian beliau tunduk sujud bersama shaf yang pertama, sedangkan shaf yang kedua berdiri menghadap ke arah musuh. Sesudah Nabi dan shaf yang pertama selesai mengerjakan sujud dan telah bangkit berdiri maka shaf yang kedua juga mengerjakan sujud, lalu berdiri; kemudian maju shaf yang kedua menjadi shaf yang pertama dan mundur shaf yang kedua, kemudian Nabi ruku' dan kami sekalian turut ruku', kemudian beliau angkat kepalanya dari ruku', dan kami sekalian juga turut bangkit; kemudian beliau sujud bersama-sama shaf pertama (yang tadinya menjadi shaf yang kedua pada raka'at pertama), sedang shaf yang kedua (sekarang, yang tadinya shaf pertama) berdiri menghadap kearah musuh. Sesudah Rasulullah selesai kerjakan sujud bersama shaf yang (sekarang) jadi shaf yang pertama, maka shaf yang kedua (sekarang) juga turut sujud, kemudian Nabi beri salam, dan kami semua pun turut beri salam." (Shahih Nasa'i no: 1456, Muslim I: 574 no: 840 dan lafadz ini baginya, Nasa'i III:175).

Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 320 - 323.

3. Shalat di atas kendaraan

حدثنا محمد بن عبدالله بن نمير. حدثنا أبي. حدثنا عبيدالله عن نافع، عَنِ ابْنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم:

كَانَ يُصَلِّي سَبْحَتَهُ. حَيْثُمَا تَوَجَّهَتْ بِهِ نَاقَتُهُ.

31 – (700)

Hadits riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu:

Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam shalat sunat ke arah untanya menghadap.

(Hadits Shahih Muslim : 700-31)

حدثنا يحيى بن يحيى. قال: قرأت على مالك عن عمرو بن يحيى المازني، عن سعيد بن يسار، عَنِ ابْنِ عُمَرَ؛ قَالَ:

رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي عَلَى حِمَارٍ، وَهُوَ مُوَجِّهٌ إِلَى خَيْبَرَ.

35 – (700)

Hadits riwayat IbnuUmar Radhiyallahu’anhu,iaberkata :

Aku melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam shalat diatas keledai, sedangkan ia menghadap kea rah khaibar.

(Hadits Shahih Muslim : 700-35)

وحدثني حرملة بن يحيى. أخبرنا ابن وهب. أخبرني يونس عن ابن شهاب، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِاللهِ، عَنْ أَبِيْهِ؛ قَالَ:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ. وَيُوْتِرُ عَلَيْهَا. غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يُصَلِّي عَلَيْهَا الْمَكْتُوْبَةَ.

39 – (700)

Hadits riwayat Salim bin Abdullah Radhiyallahu’anhu dari bapaknya, ia berkata :

Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pernah shalat sunnat diatas kendaraan menghadap kemana saja kendaraannya menghadap dan melaksankan shalat witir diatasnya. Dan beliau tidak pernah mengerjakan shalat fardhu (wajib) di atas kendaraan

(Hadits Shahih Muslim : 700-39)

وحدثنا عمرو بن سواد وحرملة. قالا: أخبرنا ابن وهب. أخبرني يونس عن ابن شهاب، عَنْ عَبْدِاللهِ بنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ. أَخْبَرَهُ؛ أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ؛ أَنَّهُ رَأَى رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي السَّبْحَةَ بِاللَّيْلِ، فِي السَّفَرِ عَلَى ظَهْرِ رَاحِلَتِهِ، حَيْثُ تَوَجَّهَتْ.

40 – (700)

Hadits riwayat Abdullah bin Amir bin Rabiah Radhiyallahu’anhu:

Bahwa ayahnya pernah menyaksikan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam melakukan shalat sunat malam dalam suatu perjalanan di atas punggung hewan tunggangannya, ke arah hewan itu menghadap

(Hadits Shahih Muslim : 700-40)

وحدثني محمد بن حاتم. حدثنا عفان بن مسلم. حدثنا همام. حَدَثَنَا أَنَسُ بْنُ سِيْرِيْنَ؛ قَالَ:

تَلَقَّيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ حِيْنَ قَدِمَ الشَّامَ. فَتَلَقَّيْنَاهُ بِعَيْنِ التَّمَرِ. فَرَأَيْتُهُ يُصَلِّي عَلَى حِمَارٍ وَوَجْهُهُ ذٰلِكَ الْجَانِبِ. (وَأَوْمَأَ هِمَامَ عَنْ يَسَارِ الْقِبْلَةِ) فَقُلْتُ لَهُ: رَأَيْتُكَ تُصَلِّي لِغَيْرِ الْقِبْلَةِ. قَالَ: لَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَفْعَلُهُ، لَمْ أَفْعَلْهُ.

41 – (702)

Hadits riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu: Dari Anas bin Sirin, ia berkata:

Kami pernah bertemu dengan Anas bin Malik ketika ia tiba di Syam. Kami menjumpainya di Ain Tamar. Ketika itu aku melihat ia sedang shalat di atas keledai dan menghadap ke arah kiri kiblat. Aku berkata: Aku melihat engkau shalat menghadap bukan kiblat. Ia menjawab: Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam melakukannya, niscaya aku tidak akan melakukannya.

(Hadits Shahih Muslim : 702-41)

peragaannya di sini : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j& ... dQ&cad=rja

4. Menjawab Salam dengan Isyarat

Rasulullah SAW mengajarkan orang yang shalat untuk menjawab salam dengan isyarat.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ  مَسْجِدَ بَنِي عَمْرُو بْنِ عَوْفٍ - يَعْنِي مَسْجِدَ قُباَء - فَدَخَلَ رِجَالٌ مِنَ الأَنْصَارِ يُسَلِّمُونَ عَلَيهِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ: فَسَأَلْتُ صُهَيباً وَكَانَ مَعَهُ : كَيْفَ كاَنَ النَّبِيُّ  يَفْعَلُ إِذَا كَانَ يُسلَّمُ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي؟ فَقَالَ: كاَنَ يُشِيْرُ بِيَدِهِ - رواه ابن حِبَّان وابن خُزَيمة وابن ماجة والدارمي والنَّسائي .
Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah SAW masuk ke masjid Bani Amr bin `Auf (masjid Quba`). Datanglah beberapa orang dari Anshar memberi salam kepada beliau SAW. Ibnu Umar bertanya kepada Shuhaib yang saat itu bersama Nabi SAW,"Apa yang dilakukan beliau SAW bila ada orang yang memberi salam dalam keadaan shalat?". Shuhaib menjawab,"Beliau memberi isyarat dengan tangannya. (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaemah, Ibnu Majah, Ad-Darimi dan An-Nasa`i)
إِذَا سُلِّمَ عَلىَ أَحَدِكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي فَلاَ يَتَكَلَّمُ وَلْيُشِرْ بِيَدِهِ - رواه مالك
Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhu berakta,"Bila salah seorang dari kalian diberi salam dalam keadaan shalat, maka janganlah berkata-kata, tetapi hendaklah dia memberi isyarat dengan tangannya". (HR. Malik)
عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ  قَالَ : لَمَّا قَدِمْتُ مِنَ الحَبَشَة أَتَيْتُ النَّبِيَّ  وَهُوَ يُصَلِّي فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَأَوْمَأَ بِرَأْسِهِ - رواه البيهقي
Dari Abi Hurairah dari Ibnu Mas`ud radhiyallahuanhuma berakata : Ketika Aku tiba dari Habaysah, Aku mendatangi Rasulullah SAW yang sedang shalat, lalu Aku memberi salam kepadanya. Beliau pun memberi isyarat dengan kepalanya. (HR. Al-Baihaqi)

5. Shalat Sembari Membaca Mushaf Al-Qur'an

Di antara yang membolehkan shalat sambil memegang dan membaca dari mushaf adalah Al-Imam Malik, Al-Imam As-Syafi'i dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Yusuf dan Muhammad serta yang lainnya rahimahumullah.

Namun meski mereka memandang bahwa shalat sambil membaca mushaf Al-Quran bukanlah hal yang terlarang, namun lebih dikhususkan untuk shalat sunnah atau nafilah dan bukan shalat wajib.

Selain itu mereka tetap mensyaratkan agar tidak terlalu banyak gerakan yang akan mengakibatkan batalnya shalat. Hal itu mengingat bahwa dalam pandangan para ulama syafi'i misalnya, tiga kali gerakan yang berturut-turut tanpa jeda sudah dianggap membatalkan shalat. Meski membolehkan, namun mereka tetap mengatakan bahwa shalat dengan menghafal langsung tanpa membaca dari mushaf tetaplah lebih utama dan lebih baik.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi bahwa sahaya Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha yang bernama Zakwan telah shalat menjadi imam bagi Aisyah ra. di bulan Ramadhan. Dia menjadi imam sambil membaca Al-Quran dari mushaf. Hal yang sama juga dalam shalat nafilah (sunnah) yang lain.

Riwayat ini sampai kepada kita lewat hadits yang dikeluarkan oleh Al-Baihaqi (2/253).

penjelasan : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j& ... qA&cad=rja

6. Membersihkan Tempat Sujud

Bila tempat sujud kotor atau berdebu, seorang yang sedang mau melakukan sujud dibolehkan membersihkannya, asalkan gerakannya sekali saja dan tidak berulang-ulang.
Ini menunjukkan bahwa shalat yang diajarkan oleh Rasulllah SAW tidak harus masuk ke alam lain, sehingga tidak ingat apa-apa atau tidak merasakan rasa sakit. Bahkan sekedar debu yang ada di tempat sujudnya boleh dibersihkan terlebih dahulu.
لاَ تَمْسَحْ وَأَنْتَ تُصَلِّي فَإِنْ كُنْتَ لاَ بُدَّ فَاعِلاً فَوَاحِدَة تَسْوِيَةَ الحَصَا رواه أبو داود
Dari Mu`aiqib radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW bersabda,"Janganlah kalian menyapu (tempat sujud) ketika sedang shalat. Tetapi bila terpaksa dilakukan, lakukan sekali saja untuk menyapu kerikil (HR. Abu Daud)

7. Berjalan Sambil Shalat

Bahkan beliau pun juga pernah berjalan membukakan pintu untuk Aisyah istrinya, padahal beliau dalam keadaan sedang melakukan shalat sunnah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut :
اِسْتَفْتَحْتُ البَابَ وَرَسُولُ الله  يُصَلِّي تَطَوُّعاً وَالبَابُ عَلَى القِبْلَةِ فَمَشَى عَنْ يَمِيْنِهِ أَوْ عَنْ يَسَارِهِ فَفَتَحَ البَابَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَى مُصَلاَّهُ.
Dari Aisyah radhiyalahuanha berkata,"Aku minta dibukakan pintu oleh Rasulullah SAW padahal beliau sedang shalat sunnah, sedangkan pintu ada di arah kiblat. Beliau SAW berjalan ke kanannya atau ke kirinya dan membuka pintu kemudian kembali ke tempat shalatnya. (HR. An-Nasa`i)
User avatar
kucinggarong
Posts: 963
Joined: Thu Aug 02, 2007 12:33 pm
Location: Kapir Aseli.., Mangstab !

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by kucinggarong »

Bro Captain,

Kalau saja Islam hanya melakukan ritual-ritual ini secara pribadi. Sholat, Kurban, Zakat dan lain-lain, - maka tidak menjadi masalah buat orang Kafir. Saya pun waktu kecil pernah melakukan ritual Islam karena ibunda saya Muslim dan ayah saya berasal dari agama lain.

Tapi bro, di Islam sejak kecil diajari untuk memusuhi orang kafir. Menghina, mengejek, dll. Jangan menyangkal !, sebab ustadz saya mengajar hal ini dan saya lakukan waktu itu. Lama-lama orang Islam diajar membantai orang Kafir, membakar gereja dan lain-lain. Disinilah Islam mulai harus diwaspadai, ternyata agama ini bukan agama sempurna. Agama Islam ini diciptakan oleh "suatu kekuatan" dengan tujuan membasmi orang Kristen. Kita sama-sama tahulah siapa "kekuatan" di balik ini semua.

Percuma memposting artikel ini. Selama ritual ini dikerjakan sendiri, tidak menjadi masalah buat umat manusia. Namun ketika Islam sudah mulai mengangkat pedang, disitulah FFI harus membuka topeng Islam selebar-lebarnya.
User avatar
Captain Pancasila
Posts: 3505
Joined: Wed Jun 01, 2011 1:58 pm
Location: Bekas Benua Atlantis

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by Captain Pancasila »

kucinggarong wrote:Bro Captain,

Kalau saja Islam hanya melakukan ritual-ritual ini secara pribadi. Sholat, Kurban, Zakat dan lain-lain, - maka tidak menjadi masalah buat orang Kafir. Saya pun waktu kecil pernah melakukan ritual Islam karena ibunda saya Muslim dan ayah saya berasal dari agama lain.

Tapi bro, di Islam sejak kecil diajari untuk memusuhi orang kafir. Menghina, mengejek, dll. Jangan menyangkal !, sebab ustadz saya mengajar hal ini dan saya lakukan waktu itu. Lama-lama orang Islam diajar membantai orang Kafir, membakar gereja dan lain-lain. Disinilah Islam mulai harus diwaspadai, ternyata agama ini bukan agama sempurna. Agama Islam ini diciptakan oleh "suatu kekuatan" dengan tujuan membasmi orang Kristen. Kita sama-sama tahulah siapa "kekuatan" di balik ini semua.

Percuma memposting artikel ini. Selama ritual ini dikerjakan sendiri, tidak menjadi masalah buat umat manusia. Namun ketika Islam sudah mulai mengangkat pedang, disitulah FFI harus membuka topeng Islam selebar-lebarnya.
tepatnya, ustad anda ngomong gimana?
User avatar
kucinggarong
Posts: 963
Joined: Thu Aug 02, 2007 12:33 pm
Location: Kapir Aseli.., Mangstab !

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by kucinggarong »

Captain Pancasila wrote: tepatnya, ustad anda ngomong gimana?
Kalau kita membahas kata-perkata ustad saya, rasanya terlalu panjang.

Tapi saat itu saya kelas 4 SD, dan saya ceritakan apa saja yang dikatakan ustad itu kepada ibu saya. Dan ibu saya walaupun Islam, tidak menerima adanya intoleransi agama di dunia pendidikan. Ibu saya mendatangi rumah ustad, dan mengatakan agar mengajar ustad anaknya dengan benar !. Ternyata ustad marah dan mungkin sudah menganggap ibu saya sebagai kafir, maka esoknya di pelajaran agama Islam dia mengatakan kepada seisi kelas bahwa saya adalah Kristen. Perkataan yang saya ingat adalah ini, "Hey kamu yang sudah Kristen. Yesus itu punya bapak tidak sih ?", katanya sambil senyum-senyum. Dia bangga bisa menyerang anak kecil kelas 4 SD.

Saya kelabakan karena tidak tahu saya sudah berganti agama, dan saya jawab sebisa saya. "Yesus punya bapak, namanya Yusuf". Langsung seisi kelas tertawa, dan semua mencemooh. "Yesus gak punya, bapak. Gimana sih ?". Wah, kalau saja saat itu saya memiliki knowledge seperti sekarang ini hasil belajar di FFI - pasti itu ustad saya hajar dengan cerita aneh : apakah Maryam si penjaga mesjid bisa melahirkan Yesus di bawah pohon kurma tanpa dirajam oleh orang Yahudi ?. Tapi sayang sekali saya tidak tahu apa-apa waktu itu. Belum ada internet, apalagi FFI waktu itu.

Suatu saat saya mengalami masalah yang sangat berat dengan keluarga. Itu terjadi waktu saya masih di tahun yang sama, masih kelas 4. Mau sholat, saya dikatakan bukan Islam lagi. Mau berdoa cara ayah saya, ayah tidak pernah mengajar apa-apa soal agamanya. Saya hanya menengadah kepala ke atas, dan berkata kepada Tuhan dari agama seberang. "Jika Engkau memang Tuhan seperti yang dikatakan orang, tolonglah saya dan keluarga saat ini...". Saya ucapkan kata-kata itu berkali-kali, dengan hati hancur karena masalah berat, dan dengan berlinang airmata. Dan apa yang terjadi, masalah kami diangkat hari itu juga. Selesai, dan kami menyaksikan kuasa supranatural dari Tuhannya agama seberang. Disitulah saya baru tahu, bahwa Tuhan mengerti bahasa Indonesia dan mampu menjawab doa dengan caraNya sendiri. Rumah kami yang dulunya seram dan angker, menjadi bersih. Tidak ada lagi gangguan dari roh-roh aneh. Percuma ibu sholat malam segala, banyak setan gentayangan di dalam rumah dan menganggu. Namun sejak saat supranatural terjadi, tidak ada lagi demit dan jin yang berani mampir di rumah.

Masih panjang kisah hidup saya. Saya pernah mengalami mati suri dan masuk sejenak ke dunia roh. Pernah mendengar dahsyatnya suara Tuhan ketika saya remaja, dan berhadapan dengan Tuhan muka dengan muka. Sehingga saya tidak gentar lagi terhadap kematian, karena mengetahui kebenaran di dalam dunia kekal.

Saya berterima kasih kepada ustad itu. Karena saya bisa berbalik dari Islam dan menerima anugerah kehidupan yang luarbiasa saat ini.

Tapi saya tidak tertarik memindahkan orang-orang Islam ke dalam agama saya. Bukan itu tugas saya. Tuhan sendirilah yang akan memilih sendiri siapa anak-anak yang dicintaiNya. Saya hanya bisa mengatakan, buat teman-teman Islam yang sedang mencari kebenaran tengadahkanlah kepalamu dan berdoalah dari hatimu dalam bahasamu sendiri. Tuhan yang sejati akan mau mendengar setiap keluh kesahmu dan menjawabmu. Tapi buat yang tidak mau mencari jalan lurus itu, silakan teruskan ibadatmu. Asalkan engkau tidak menganiaya orang yang tidak seiman denganmu.
labang
Posts: 511
Joined: Thu Aug 19, 2010 3:31 pm

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by labang »

waktu eyang saya meninggal, bokap saya cuma mau berdoa bersama-sama orang yang lagi pengajian (yasinan kali ya, gue ga tau). eh di suruh berdoa sendiri di kamar, katanya takut doanya ga nyampe. apa coba?
kata_holos
Posts: 298
Joined: Tue Oct 04, 2011 2:03 pm

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by kata_holos »

Paparan yang bagus bro CP tapi sayang tidak sesuai judul trit hanya bagian kecil dari islam (sholat)
coba paparkan rukun islam yang lain dan rukun iman yang tidak mengabaikan realita.
kucinggarong wrote: Saya hanya menengadah kepala ke atas, dan berkata kepada Tuhan dari agama seberang. "Jika Engkau memang Tuhan seperti yang dikatakan orang, tolonglah saya dan keluarga saat ini...". Saya ucapkan kata-kata itu berkali-kali, dengan hati hancur karena masalah berat, dan dengan berlinang airmata. Dan apa yang terjadi, masalah kami diangkat hari itu juga. Selesai, dan kami menyaksikan kuasa supranatural dari Tuhannya agama seberang. Disitulah saya baru tahu, bahwa Tuhan mengerti bahasa Indonesia dan mampu menjawab doa dengan caraNya sendiri.
LIHATLAH BAGAIMANA TUHAN BEKERJA DAN IBLIS BEKERJA (TEROR, PEDANG, INTOLERANSI)

Punya mata tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar
Kamu melihat dan melihat tapi tidak percaya, kamu mendengar dan mendengar tapi tidak mengerti
User avatar
Momad Narsis
Posts: 3461
Joined: Sun Jan 02, 2011 4:35 pm

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by Momad Narsis »

Terkadang sy kasihan melihat muslim yg selalu berharap di tunjukan "jalan yg lurus..!" tapi sudah dikasih tau eh malah muslim menolak dgn tuduhan2 yg muslim sendiri bahkan tdk mampu membuktikannya.
Salam Damai
islamjewel
Posts: 49
Joined: Sat Jul 02, 2011 10:55 pm

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by islamjewel »

:-k
User avatar
CrimsonJack
Posts: 2189
Joined: Thu Oct 13, 2011 3:20 pm
Location: Tempat yang ada internetnya

Re: Praktek Islam Tidak Mengabaikan Realita

Post by CrimsonJack »

Yang datang ularnya ga item gmn ye?
Post Reply