Dibaca kembali baik-baik postingan saya, dimana saya menganggap ayat yang anda bawa itu salah? Saya hanya berusaha menjelaskan kepada anda, bahwa QS 3:191 dengan QS 5:101 tidak bisa dikaitkan karena konteksnya berbeda. Ini sebabnya saya mengatakan ayat ini berdiri sendiri-sendiri. Ini sebabnya tafsir ayat bil ayat yang anda lakukan tidak tepat...dan ini juga diakui oleh dunia Islam sendiri. Masih belum mudheng apa yang saya maksud? Atau masih mau mengelak apa yang anda lakukan adalah tafsir ayat bil ayat?pusing wrote:Kalau syahwat anda menganggap ayat ayat yang saya bawa itu salah, berarti yang benar adalah tafsir Ibn Kathir? begitu?? Kalau anda tidak ragu terhadap tafsir ibnu katsir dan menganggap itu benar, Kenapa anda tidak jadikan pedoman untuk hidup anda??
Slim, yang mempermasalahkan dan melarang anda menerjemahkan siapa? Yang saya permasalahkan itu tafsir ayat bil ayat, kok anda lari ke masalah terjemahan?pusing wrote:Memangnya yang berubah atau dirubah itu apanya?? terjemahnya atau redaksinya?? Kalau saya alih bahasakan untuk orang yang belum memahaminya boleh tidak?? Dan apakah anda akan mengatakan arti sistem itu adalah bikin bikinan saya ketika saya sudah alihbahasakan kedalam bahasa Indonesia??
Lho gimana to anda ini, katanya ngaku tahu Islam...tapi anda sendiri tidak tahu bahwa Alquran bukanlah catatan kehidupan Muhammad. Kalau anda ingin melihat dimana Muhammad marah ketika orang banyak bertanya kepadanya, coba baca link dari tafsir Ibn Kathir yang saya berikan, ada keterangan-keterangan yang diambil dari hadith disitu.pusing wrote:Kalau menurut anda, Ayat yang mana yang menjelaskan bahwa nabi muhammad marah ketika orang bertanya soal agama??
Kalau ada ayatnya, pasti saya ikuti..
Dipersilahkan...
Tafsir Ibn Kathir QS 5:101
Unnecessary Questioning is Disapproved of
(O you who believe! Ask not about things which, if made plain to you, may cause you trouble.) Anas bin Malik narrated that once, the people were questioning the Messenger of Allah until they made him angry.
Sesuaikan dengan topic yang sedang dibahas dan konteks ayatnya. Kita sedang membahas Islam melarang umatnya banyak bertanya tentang agama, bukan Alquran berisi ajaran bertanya atau tidak. Salah satu contohnya saja, QS 10:94 tidak berbicara mengenai umat Islam diajarkan bertanya. Ayat ini berbicara bahwa kitab-kitab sebelumnya juga menguatkan Alquran dan bukti bahwa Alquran itu benar (benar ngaco ).pusing wrote:Bisa jabarkan dihadapan saya bagaimana yang seharusnya tidak asal comot saja??
Gimana to anda ini, ya jelas berisi larangan donk. Makanya saya katakan, Islam melarang umatnya banyak bertanya tentang agama.pusing wrote:Dan kalimat larangan pada ayat yang anda bawakan itu apakah berarti bukan ajaran yang berisi larangan??
Seperti yang saya katakan di atas, kita tidak sedang membahas Alquran berisi perintah bertanya atau tidak. Yang sedang kita bahas adalah Islam melarang umatnya banyak bertanya tentang agama. Bisa bedakan? Jika sudah, sesuaikan dengan konteksnya dan anda tidak akan menemukan perintah lain yang berlawanan dengan perintah tersebut.pusing wrote:juga apakah ayat ayat yang saya beberkan yang ternyata tedapat perintah perintah bertanya juga bukan sebuah ajaran yang berisi perintah??
Dan disitulah inti masalahnya, karena perintah larangan bertanya inilah...Ali Sina mengatakan Islam tidak bisa berpikir maju. Bagaimana bisa berpikir maju jika bertanya saja tidak boleh? Jadinya yang ada seperti anda ini, tidak tahu apa-apa tentang "bayi yang baru lahir" tetapi mengatakan bayi tidak tahu apa-apa ketika baru lahir karena Alquran mengatakan demikian, padahal kenyataan yang ada tidak demikian. (btw, thanks ya, karena anda membahas masalah bayi baru lahir ini, semakin banyak bukti bahwa Alquran bukanlah kitab mujizat pengetahuan dan allah swt mu tidak tahu apa-apa ).
Tidak ada yang mengatakan Alquran bukanlah sebuah ajaran...bukan ini yang saya bahas. OOT.pusing wrote:Apakah ayat dibawah ini tidak menunjukkan bahwa alquran itu adalah sebuah ajaran??
عَلَّمَ الْقُرْآنَ
Dia(Allah)yang telah mengajarkan alquran.
dipersilahkan..
Ini...pusing wrote:Kalimat yang mana yang menunjukkan kalau saya adalah seorang ahli tafsir yang kedudukannya di atas Ibn Kathir yang sudah diakui oleh dunia Islam sendiri?
Dan karena anda sudah menganggap tafsir Ibn Kathir adalah tafsir saya/saya adalah Ibn Kathir, maka keluarlah pernyataan ini...pusing wrote:yo wes anggap saja saya sekarang sedang chatting dengan pak ibnu katsir
Bagaimana pak ibnu katsir?? Anda mengakui tidak kalau tafsir ayat bil ayat kedudukannya jauh lebih tinggi dari pada ayat bika(pak ibnu katsir)??
Dengan kata lain, anda menganggap bahwa Ibn Kathir harus belajar menafsirkan seluruh ayat-ayat Alquran secara benar....kan di atas anda menganggap bahwa anda sedang berbicara dengan Ibn Kathir.pusing wrote:Saya rasa sebelum saya menanggapi tulisan anda lainnya, anda harus belajar dulu dalam menafsirkan seluruh ayat ayat alquran secara benar.
Kok jadi saya yang harus menunjukkan? Ahli Islam sendiri yang berkata demikian, kalau anda tidak setuju...silahkan protes dan berpusing ria dengan para ahli Islam.pusing wrote:Dan tujukkan ayat yang mana yang menyuruh agar umat islam harus mengakui kalau tafsir ibnu katsir sebagai tafsir yang paling sering dijadikan rujukan dalam dunia Islam?
Ini lho....pusing wrote:Yang mana yang sesuai keinginan saya??
Di atas anda sedang berusaha mengaitkan hubungan QS 3:191 dengan QS 5:101-102 kan? Dengan cara panjang lebar menjelaskan bayi yang hampa budaya (yang justru membuktikan kebodohan allah swt ).pusing wrote:Nah si cabang bayi yang hampa budaya tadi dengan seperangkat alat Universal strateginya mengedar diri dengan kemampuan menangkap getaran suara, Melensakan indera mata, dan bertanggapan dengan hatinya. Apa yang ia dengar, Melihat lihat contohnya, Ia simpan dalam tanggapan hatinya, Begitulah seterusnya. Adapun proses mendengar , melihat contoh dan meyimpannya dalam tanggapan hatinya, sudah barang tentu agar semua itu berfungsi sebagaimana mestinya, maka harus ada object bagi ke tiga rangkaian kegiatan tersebut(mendengar, melihat contoh dan menyimpannya dalam tanggapan hatinya). Makanya Allah dalam alquran memberikan penjelasan penjelasan tentang semesta angkasa dan bumi sebagai objectnya. Nah object tersebutlah yang menjadi pembuktian hubungan korelasinya dengan ayat ayat yang diturunkan Allah dalam alquran untuk hal ikhwal masyarakat beserta alam fikirnya. Pada posisi ini sebenarnya tentu ia(manusia) bukan bertindak sebagai subject. Tapi sebagai wakil subject bagi Ilmu yang ada pada dirinya. Karena ilmu tersebut sebagai yang menentukan(subject) bagi ia(manusia sebagai wakil subject) kepada objectnya.
Penjelasan anda yang panjang lebar itu saya cut, karena dari konteksnya saja kedua ayat tersebut tidak berhubungan. Oleh sebab itu saya bawakan tafsir Ibn Kathir, agar anda bisa melihat bahwa mengaitkan QS 3:191 dengan QS 5:101-102 adalah hal yang keliru. Tetapi anda menganggap tafsir Ibn Kathir itu lemah dan mengatakan saya telah menjadikan Ibn Kathir penentu Alquran. Namun, lucunya ketika argumen yang sama saya balikkan kepada anda, anda malah ngomel.
Lho, bukannya jelas? Kalian muslim dilarang banyak bertanya tentang agama, itu sama artinya dengan tidak perlu tahu apa maksudnya, baca dan lakukanlah.pusing wrote:Tunjukkan ayat yang mana yang menyuruh Cukup dengan membaca dan lakukan, tidak perlu dimengerti dan sama seperti perintah Alquran dan hadith yang anda bawa.
Mabok lagi kan...yang bahas masalah hadith disini siapa? Untuk yang saya bold, dengan argumen yang sama, saya dapat mengatakan anda telah salah menempatkan posisi tafsir ayat bil ayat di atas Alquran. Mau ngomel? Ngaca dulu....pusing wrote:Saya sudah baca jauh sebelum anda minta dan saya juga pakai hadits. Sebenarnya Itu soal kedudukan dan fungsi alquran dan hadits. Kita akan dapat tau kedudukan dan fungsi keduanya kalau sudah memahami alquran secara bulat dan menyeluruh, setelah itu baru bisa memandang dan menilai hadits mana yang shahih dan tidaknya. Posisi alquran tentu tetap sebagai subject dan hadits sebagai objectnya dalam hal menghakimi. Banyak orang yang salah dalam menempatkan posisinya seperti yang anda lakukan. Wah kalau saya beberkan sangat panjang sekali ceritanya. Bisa bisa saya dibilang oot lagi. Begini saja. Yang benar seharusnya bagaimana? Alquran pemberi kepastian hukum atau haditskah?? atau kedua duanya ya??
Terus, kalau ilmu belum ada, apa yang mau dipikirkan?pusing wrote:berpikir kemudian bertanya. Ada yang salah??
pusing wrote:Dimana letak salahnya??
Menulis satu kalimat pertanyaan dengan baik dan benar saja anda tidak mampu kok mau menjelaskan dengan tata bahasa Indonesia. Saya tidak mempermasalahkan object/subject. Letak kesalahan anda adalah menggunakan kata "pikir" sebanyak tiga kali dalam satu kalimat. Dalam logika, ini adalah kesalahan berpikir dan bisa menyesatkan.
Dan coba anda perhatikan baik-baik pertanyaan anda:
Perhatikan yang saya bold merah dan hijau. Pertanyaan anda di atas itu sudah berisi keterangan tentang "ilmu yang belum di dapat". Jika ilmu saja belum di dapat, apa yang mau dipikirkan? Jika anda mengatakan sesuai jawaban anda "data-data yang sudah ada di otak", apa gunanya? Kalau anda katakan tidak ada gunanya...that's the reason i said before that moslem will always fall behind. Karena ketika anda melihat hal baru, yang anda lakukan malah memikirkan hal lama yang sudah ada di otak anda yang sama sekali tidak ada gunanya.pusing wrote:Apa yang anda fikirkan ketika anda sedang memikirkan sesuatu yang anda sendiri belum mendapatkan ilmunya tentang sesuatu yang anda fikirkan tersebut??
Nope. Sebaliknya jawaban saya itu tepat, karena titik berat pertanyaan anda itu terletak pada hal baru yang dilihat dan ilmunya belum ada. Hanya orang **** yang berpikir tentang hal lama ketika melihat hal baru. Tetapi anda itu manusia congkak yang tidak tahu malu...triumphalist sejati seperti nabimu. Anda yang salah, anda malah menyalahkan orang lain.pusing wrote:Jadi, anda mengaku salah menjawab ya??
Makanya kalau belum ngerti tanya dulu
Best regards,
Tanpa Nama