Bung Badawi,
Salut atas kejujuran dan kerendahan hati Anda. Tidak semua orang bisa bersikap jujur. Sikap rendah hati Anda juga layak dipuji.
Tolong Anda sampaikan kepada teman-teman muslim Anda baik di Malaysia maupun di Indonesia untuk bersikap seperti Anda. Jujur adalah sikap mental yang baik. Katakanlah tidak tahu kalau tidak tahu. Jangan berlagak tahu (sok tahu) tapi sebenarnya tidak tahu.
Sebagai manusia sebenarnya kita ini dilahirkan dalam kondisi yang “tidak tahu” sama sekali ketika kita keluar dari kandungan ibu kita. Orangtua kitalah yang menanamkan “pengetahuan” ke dalam diri kita secara bertahap. Dalam hal ini juga “pengetahuan” agama.
Orang Atheis (harap bedakan antara atheis dengan komunis, atheis adalah lawan theis / orang bertuhan >> lebih ke masalah religi, sedangkan komunis adalah rival kapitalis / orang bermodal >> lebih ke masalah ekonomi) berkata bahwa kita semua dilahirkan sebagai atheis dan mati sebagai atheis pula.
Kata orang atheis: kita sebenarnya tidak pernah punya konsep mengenai Tuhan, orangtua kitalah yang menanamkan konsep Tuhan itu kepada kita sesuai agama orangtua kita masing-masing. Kata orang atheis: orangtua kitalah yang "meracuni" pikiran dan perasaan kita dengan konsep Tuhan! Hmmm, sangat logis/nalar sekali penjabaran orang atheis.
Tapi saya mengajukan saran yang lebih baik kepada orang atheis bahwa kita dilahirkan bukan sebagai atheis tapi sebagai agnostic (= tidak tahu , a= tidak, gnostic = tahu)! Ya, kita sebagai bayi tidak tahu apa-apa bukan? Dan orangtua kitalah yang memberikan pengetahuan kepada kita. Tapi apakah kita bisa mengetahui semua hal? Dalam hal-hal tertentu kita tidak tahu.
Seperti itulah yang dirasakan Charles Darwin ketika dia meluncurkan teori evolusi yang kemudian melahirkan kecaman keras dari gereja dan bahkan dari istrinya sendiri. Charles Darwin merasa bahwa teori evolusi itu berangkat dari ketidaktahuan kita mengenai bagaimana proses lahirnya sebuah spesies (termasuk manusia di dalamnya) dan dia mengajukan sebuah teori logis/nalar yang sebenarnya sangat sederhana yang diharapkan dapat menjelaskan ketidaktahuan kita itu. Perlu dicatat bahwa sampai akhir hidupnya Charles Darwin tetap rutin menemani istrinya ke gereja walaupun mungkin dia tidak bisa lagi seperti umat Kristen biasa. Di mata orang-orang Kristen fundamentalis, dia sudah dianggap setengah iblis bahkan iblis itu sendiri hanya gara-gara melontarkan sebuah ide sederhana yang sangat logis! Yang tak pernah ia sangka menimbulkan kehebohan dalam agama yang dia anut!
Dapatkah Anda membayangkan bagaimana sulitnya posisi Charles Darwin ketika ditanya anaknya sendiri, “Pak, manusia diciptakan dalam tempo enam hari seperti di Injil atau muncul melalui evolusi jutaan tahun seperti ajaran Bapak?”
Ya, agama tidak bisa menjawab begitu banyak hal yang tidak kita ketahui bahkan sampai sekarang ini. Ilmu pengetahuan / science juga tidak bisa menjawab begitu banyak hal yang tidak kita ketahui. Tapi bagusnya science adalah dia tidak seenak perutnya menganggap “hal-hal yang tidak diketahui” sebagai “karya Tuhan” misalnya seperti orang purba yang menganggap “hujan” sebagai “Tuhan yang buang air kecil” atau petir sebagai “Tuhan sedang marah”. (Hal yang sama ada dalam agama Samawi dimana bencana dianggap sebagai hukuman atau cobaan dari Tuhan, sedangkan hidup sehat dan kaya sebagai hadiah atau imbalan dari Tuhan).
Tidak, science berusaha untuk memecahkan ketidaktahuan itu. Menyusun teori untuk menjelaskan ketidaktahuan itu. Awalnya memang belum sempurna namun makin lama pasti makin sempurna. Awalnya banyak salah di sana sini. Namanya juga “trial and error”. Tapi lama-lama akan menjadi sempurna. Science melahirkan orang-orang yang kreatif dan inovatif. (Sebaliknya agama hanya menghasilkan orang yang bebal dan keras kepala)
Anda menjelaskan begitu banyak kesalahan dalam teori evolusi. Tapi menurut saya ini hanya kesalahan-kesalahan yang tidak sampai merusak teori evolusi secara keseluruhan. (by the way, apakah ada teori yang lebih baik dibandingkan teori evolusi? Kalau ada tolong berikan kepada saya, tapi jangan teori creationism, itu adalah agama berkedok science). Dan bagusnya science dibandingkan agama adalah, kalau ada yang salah ya mudah saja dikoreksi/ dibetulkan.
Kalau kitab agama jelas tidak bisa dikoreksi. Anda tidak bisa mengatakan surah Al Qur’an ini salah dan harus dikoreksi! Wah Anda bisa dihajar orang-orang yang menjadi beringas ketika Anda berkata demikian! Sebab Al Qur’an dianggap Firman Tuhan yang mutlak/absolut tidak bisa salah.
Sedangkan teori evolusi sebagaimana science bersifat relatif yang bisa saja dikoreksi bahkan diubah total kalau ada teori lain yang lebih baik.
Itulah yang membedakan science dan agama. Science berangkat dari “tidak tahu” dan berusaha untuk “tahu”, sedangkan agama berangkat dari sikap sok “tahu” dan berusaha untuk “tidak tahu” (baca: tutup mata, tutup telinga) terhadap semua “kritik”.
Tak aneh bila menjelang akhir hidupnya, Charles Darwin menjadi agnostic! Tapi dia tetap setia menemani anak istrinya ke gereja!
Saya bukan pembela teori evolusi Charles Darwin, tapi minimal teori evolusi lebih baik dibandingkan teori “creation” / penciptaan agama-agama Samawi yang berusaha menjawab dengan mudah bahwa hal-hal yang tidak kita ketahui itu membuktikan kebenaran "penciptaan" oleh Tuhan. Bah! creationism hanya membawa kita mundur kembali ke zaman purba! (Sama seperti Syariat islam yang juga akan membawa kita mundur ke abad pertengahan dimana pemimpin politik berkolusi dengan pemimpin agama dan menciptakan tirani yang kejam atas nama Tuhan!)
Saya adalah pembela Charles Darwin sebagai manusia biasa! Ya manusia biasa dengan segala keterbatasannya. Ketidaktahuannya! Tapi bukan berarti seorang agnostic adalah orang paling **** yang tidak tahu apa-apa sama sekali. Tidak! Orang agnostic adalah orang yang justru tahu kedua kutub (theis vs atheis, creationism vs evolution, capitalism vs communism, democracy vs authoritarianism, dll) dan berusaha mengambil jalan tengah dengan mengatakan secara jujur: “Aku tidak tahu.”
Cobalah pikir sekali lagi! Apakah kebenaran terbatasi sebuah buku yang disebut Al Qur’an atau Injil? Apakah “Tuhan” begitu kerdilnya sehingga bisa terangkum dalam sebuah kitab suci? Bukankah adanya kitab suci itu justru menghina ketidakterbatasan Tuhan?
Orang-orang yang mau menggunakan sedikit nalar saja tahu bahwa semua kitab suci (dan buku-buku ilmu pengetahuan) hanyalah karangan manusia biasa (yang terbatas pengetahuannya). Jadi tidak sepenuhnya benar dan malah ada kemungkinan beberapa ayat yang salah besar!
Bahkan kadang "salah"nya begitu banyak sehingga membuat muak yang membacanya. Al Qur’an adalah kitab “suci” yang paling banyak “salah”nya! Tak heran bisa "dibantai" demikian mudah oleh Injil yang sebenarnya juga banyak salahnya tapi tidak separah Al Qur'an. Ibaratnya orang yang nilai ujian akhir sekolahnya hanya 30 (seperti Al Qur'an/Islam) jelas kalah dengan orang yang nilai ujian akhir sekolahnya 60 (seperti Injil/Kristen). Yang satu tidak naik kelas, yang satu masih naik kelas walau pas-pasan!