Pengaruh kaum AHNAF/HANIF pada Muhammad

Post Reply
User avatar
spaceman
Posts: 2031
Joined: Thu Sep 18, 2008 12:23 pm
Location: Green Planet

Pengaruh kaum AHNAF/HANIF pada Muhammad

Post by spaceman »

Kaum Ahnaf
By Dr. Rafat Amari

http://religionresearchinstitute.org/

Ahnaf adalah sebuah kelompok agama pagan Arab yang mulai ada pada masa Muhammad. Kelompok ini tidak ada hubungan sama sekali dengan kepercayaan Abraham/Ibrahim.

Islam mengklaim bahwa pada masa Muhammad, ada sebuah grup masyarakat yang menolak menjadi Yahudi maupun Kristen, tetapi mengklaim sebagai pengikut Abraham yang menurut islam berarti mereka adalah pengikut sejati Abraham dan meneruskannya sepanjang sejarah. Mereka menyebut diri mereka sebagai “Ahnaf” atau “Honafa”.

Klaim yang tidak tahu malu ini jelas salah. Anda tidak akan menemukan di dalam halaman sejarah manapun yang menerangkan adanya agama Abraham yang disebut dengan nama “Hanifa”. Abraham tidak pernah disebut sebagai “Hanifa,” ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai “Hanif”, dan ia juga tidak mendirikan sebuah agama. Kepercayaan kepada Tuhan dalam Bible tidak dimulai oleh Abraham maupun selama masa hidupnya. Sebelum Abraham, Bible mewartakan mengenai manusia seperti Enoch dan Noah dengan siapa Tuhan berbicara dan memasyarakat.

Tetapi Abraham dipanggil untuk meninggalkan Ur di Mesopotamia untuk menjadi salah satu dari bapak pendahulu dari keturunannya yang akan menjadi mesias yang dijanjikan.

Abraham sadar bahwa Sang Penyelamat akan datang dari keturunannya. Pengetahuan ini diberikan kepada Abraham ketika Tuhan memandu Abraham ke gunung Moriah di dekat Yerusalem untuk mempersembahkan anak laki2nya, Ishak, sebagai korban. Moriah adalah rangkaian penggunungan di sekitar Yerusalem, di mana Tuhan Bapa – 2000 tahun kemudian – mengorbankan AnakNya untuk menebus dosa2 seluruh umat manusia. Abraham adalah bagian dari nubuat Tuhan ketika ia bersiap untuk mengorbankan Ishak, anak laki2 yang dicintainya, setelah ia mengusir Hagar dan anak laki2nya, Ismael, dan tetap bersama Ishak yang dikasihinya. Tuhan melakukan itu supaya Abraham dapat merasakan dan merefleksikan luka yang dialami Tuhan Bapa ketika Dia mengorbankan Anak laki2 tunggalNya yang abadi.

Pernyataan “Putra Tuhan” tidaklah berarti Kristus lahir dari Bapa, seperti seorang anak lahir dari ayah manusia. Dia adalah Putra Tuhan karena Dialah obyek dari cinta abadi Tuhan, perhatian dan kemuliaan. Bible mewartakan Kristus dalam Collossians 1:13 sebagai “Putra dari cinta kasihNya”, dalam Hebrew 1:2 “Dialah yang mewarisi semua hal”. Dia menyatakan dalam John 16:15, “segala sesuatu yang dimiliki Bapa adalah milikKU juga.” Dan juga di John 1:3,”segala sesuatu diciptakan olehNya dan tanpa Dia, tiada sesuatupun dapat diciptakan”.

Abraham, seperti yang Anda ingat, menempatkan Ishak di atas tumpukan kayu yang disusun tinggi di atas altar dan bersiap untuk menyembelihnya. Tuhan menghentikan Abraham dengan menyediakan seekor anak domba yang tersangkut di semak2. Ishak tidaklah mungkin menjadi penebus untuk manusia karena ia lahir dengan dosa asal seperti seluruh umat manusia lainnya. Tuhan menunjukkan padanya bahwa penebus harus datang dari surga. Anak domba yang dilihat Abraham melambangkan Yesus, Anak Domba Tuhan yang menebus dosa2 dunia.

Abraham tidak pernah memberikan suatu hukum yang dianggap sebagai pendiri suatu agama. Hukum dalam Perjanjian Lama diberikan kepada MUSA. Abraham tidak pernah mendapat inspirasi untuk menulis sebuah buku, seperti nabi2 lain di Perjanjian Lama. Menyatakan bahwa Abraham mendirikan sebuah agama adalah menggelikan. Seseorang tidak dapat mengambil suatu peristiwa didalam Bible dan mendirikan sebuah agama dengan peristiwa itu sebagai dasarnya. Semua wahyu di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah perintah dari Tuhan yang sejati. Wahyu di dalam Perjanjian Lama menunjukkan nubuat kedatangan Kristus, kematianNYa dan kebangkitan dari kematian supaya dapat membawa manusia kepada Tuhan.

Lucunya, Muhammad di dalam Quran mengatakan mengenai kepercayaan Abraham adalah “hanif”. Dan meminta muslim untuk tidak menjadi yahudi maupun Kristen tetapi menjadi kaum “hanif” seperti yang kita baca di Surat al
Baqarah 2:135.
Ayat ini memutarbalikkan kebenaran yang telah dinyatakan oleh semua nabi. Hal itu melawan sukyek utama mengenai bagaimana seharusnya wahyu berputar di mana Kristus adalah Putra Abadi Tuhan dan bertubuh manusia, mati di atas kayu salib dan bangkit dari kematian.

Klaim Islam tentang Honafa atau Ahnaf

Ahnaf tidak pernah disebut2 dalam periode jahiliyah sebelum islam. Fakta ini ditunjukkan oleh cendekiawan islam sendiri. Jawad Ali, seorang cendekiawan islam mengatakan, ”Tidak ada sesuatupun mengenai Ahnaf dalam sumber2 di jazirah Arab sebelum islam. Kebanyakan informasi yang diberikan penulis2 islam meragukan dan dibuat2." Jawad Ali selanjutnya mengatakan, ”Kita tidak melihat adanya Ahnaf pada periode jahiliyah ataupun tulisan2 kuno dari Yunani dan Romawi. Maka, pengetahuan kita tentang mereka hanya dari literatur islam.”[ii]

Di sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa pendapat mengenai sebuah agama di jazirah Arab yang dinamakan dgn Hanafieh yang diklaim berafiliasi dengan kepercayaan Abraham adalah tidak berdasarkan sejarah. Jikapun agama ini ada, pasti akan dipraktekkan, bukan di jazirah arab tetapi di ISRAEL, dimana Abraham berdiam kebanyakan dari masa hidupnya. Tetapi tidak satupun dari orang2 Israel, Yunani maupun sejarawan Romawi pernah menyebutkan sebuah agama yang dinamakan Hanafieh yang dibangun dari Abraham. Sangatlah meragukan bahwa agama semacam ini tidak diketahui oleh para sejarawan dan masih dipraktekkan pada masa Muhammed di gurun pasir Mekah. Tidak seorangpun pernah mendengarnya sejak masa Abraham.

Ahnaf, negatif dalam sikap dan tingkah laku

Bagaimanapun juga, Muhammed sungguh mempunyai hubungan dengan sebuah kelompok masyarakat yang oleh kepercayaan islam disebut sebagai Ahnaf. Biografi pertama Muhammad ditulis pada abad kedelapan masehi oleh Ibn Ishak dan diedit oleh Ibn Hisham. Didalamnya kita dapat mengetahui bahwa Honafa adalah sebuah kelompok kecil yang diadakan ketika empat orang di Mekah menyetujuinya. Keempat orang tersebut adalah Zyed bin Amru bin Nafil, Waraqa bin Nofil, Obeid allah bin Jahsh, and Othman bin Al-Howerieth. Mereka meninggal dan dimakamkan sebagai penganut agama Sabian.[iii]

Keempat pendiri Ahnaf semuanya berkerabat dengan Muhammad. Mereka adalah keturunan Loui, salah satu nenek moyang Muhammad. Lebih jauh, Waraqa bin Nofel dan Othman Ben Al-Huwereth adalah sepupu Khadijah. Kita mengetahui ini dari silsilah keluar Muhammad yang ditulis oleh Ibn Hisham. [iv] Khadijah adalah istri pertama Muhammad. Dia yang berperan utama dalam menyakinkan Muhammad bahwa dia adalah seorang nabi, memperalat Waraqa untuk mencapai tujuannya.

Obeid Allah Ben Jahish adalah sepupu Muhammad dari garis ibu. Muhammad menikahi jandanya, Um Habibah. Semua ini mengungkapkan kedekatan hubungan Muhammad dengan para pendiri kelompok tersebut.

Kelompok ini tidak dikenal di luar Mekah tetapi kemudian Ummieh bin Abi Al Salet, sepupu Muhammad dari garis ibu, yang mempengaruhi kelompok tersebut dengan puisi2nya, diangap sebagai anggota kelompok, datang dan tinggal di kota Ta’if.

Kita mengetahui bahwa banyak orang bergabung dengan mereka. Mereka datang dari berbagai agama yang berbeda2 dan juga memiliki beragam doktrin. Setiap agama mengandung bentuk2 politheisme, paganisme dan klenik. Hal ini membuat mereka menjadi suatu kelompok dalam sejarah yang tidak mungkin mengklaim bahwa mereka meneruskan kepercayaan Abraham dan nabi2 lainnya diakui dan diajarkan dalam Perjanjian Lama. Sangatlah menggelikan bahwa kaum muslim percaya bahwa kelompok pagan ini mewakili kepercayaan yang sejati dan benar.

Mithos2 yang dipercayai mereka dan diintegrasikan ke dalam puisi yang juga dituliskan ke dalam Quran karena Muhammad adalah anggota dari kelompok tersebut sejak dari mudanya. Dia bangga bahwa ia percaya pada kepercayaan mereka dan dia diketahui mempunyai hubungan dengan banyak anggota dari kelompok tersebut. Dia sangat dipengaruhi ajaran mereka, termasuk pada konsep2 tidak bermoral yang akan kita diskusikan selanjutnya. Semua hal tersebut merefleksikan pertautan kelompok tersebut yang dalam dengan sekte2 pagan yang penuh mithos di Timur Tengah pada masa Muhammed. Kita menemukan mithos2 yang sama dalam buku2 mereka.

Tidak diketahui apakah kelompok ini menyebut dirinya dengan Honafa atau Ahnaf atau mereka dinamakan demikian oleh masyarakat luas. Khususnya jika kita merujuk bahwa arti kata tersebut mengandung arti negatif dan merefleksikan tingkah
laku yang negatif. Kata hanif berarti “kejam, kurang pergaulan, ngawur, tidak adil & penuh dosa.” Kata Arab diambil dari kata kerja hanafa yang berarti 'menjadi kejam.' [v] Walaupun Quran menempelkan arti positif untuk kata 'hanif' sekarang, kata itu tidak memiliki arti positif pada masa hidup Muhammad.

Jawad Ali, cendekiawan Irak yang saya rujuk diatas mengatakan, ”Kaum Hanaf telah sesat dari jalan yang benar.” Jawad Ali mengutip banyak penulis islam kuno yang menegaskan bahwa demikianlah arti dari hanif pada masa hidup muhammad.[vi]. Menurut Jawad Ali, kata tersebut juga berasal dari sebuah kata Aramaic yang berarti “tidak bertuhan, naïf, munafik, kafir atau sesat.”[vii]

Bagaimanapun cara anda melihatnya, arti kata hanif adalah negatif pada masa hidup Muhammad seperti yang kita lihat dalam bahasa arab dan Aramaik. Nama ini diberikan kpd mereka oleh masyarakat Mekah, komunitas dimana mereka berdiam. Jelaslah, bahwa masyarakat Mekah mengamati perilaku tidak bermoral dan kesesatan yang mereka praktekkan.

Reputasi tidak bermoral kaum Ahnaf dan pengaruhnya pada Muhammad

Tingkah laku mereka yang tidak bermoral terlihat dari puisi yang mereka tulis sendiri, seperti sebuah puisi yang ditulis oleh Waraqa Bin Nofel. Dia membanggakan pengalamannya MEMPERKOSA seorang gadis di rumah sang gadis sendiri dan menikmati hubungan sex tersebut. Di dalam puisinya, dia menyarankan orang lain untuk turut menikmati pengalaman2 seperti itu [viii].

Pandangan Waraqa yg tidak bermoral ini berbekas dgn sangat istimewa pada Muhammad yang banyak belajar darinya. Waraqa adalah sepupu istri pertama Muhammad, Khadijah. Dia memperalat Waraqa untuk menyakinkan Muhammed bahwa dia adalah seorang nabi. Hal itu terjadi setelah Muhammad mengalami pengalaman buruk dengan suatu roh halus yang mencekiknya tiga kali untuk menundukkannya pada suatu wahyu yang dia ingin di sebarkan oleh Muhammed. Muhammed kembali dari gua ke istrinya dalam kondisi gemetar dan terguncang. Dia mengaku dirasuk setan dan ditundukkan oleh roh halus, Kahhaneh. Ramalan mengenai setan di jazirah Arab yang memerintah para pendetanya disebut dgn 'Kuhhan.'

Tidak diragukan lagi, contoh dari Waraqa seperti yang kita lihat dalam puisinya, meninggalkan pengaruh yang istimewa pada tingkah laku Muhammad. Dalam pertempuran yang dia kobarkan melawan suku2 non muslim dan kota2 di jazirah arab, dia mengizinkan para pengikutnya berhubungan sex dengan semua wanita yang mereka tangkap setelah membunuh para suami dan ayah dari para korban yang malang tersebut. Permainan sex tersebut dilakukan dilakukan dilapangan terbuka pada waktu setelah kebanyakan pertempuran mereka. Kadangkala dua atau lebih muslim berbagi gadis atau wanita yang sama seperti pada kasus Thabit Bin Quis yang berbagi dengan sepupunya atas seorang gadis yang mereka jadikan piaraan. Gadis yang mereka sekap setelah sebuah pertempuran islam melawan kota sang gadis adalah Burrah Bint Al Hareth. Kemudian, Thabit ingin menikahi sang gadis maka dia memberikan beberapa pohon korma yang dimilikinya untuk menggantikan 'hak pakai' sepupunya atas gadis tersebut.

Kemudian, Burrah ingin mendapatkan nasihat dari Muhammad. Ketika Aisyah, istri termuda Muhammad, melihat kecantikan wanita tersebut, dia begitu benci melihat wanita tersebut bertemu dengan Muhammad karena dia tahu bahwa Muhammad akan mengambil wanita itu dari suaminya dan mengawininya. Ini memang kebiasaan Muhammad utk mengambil tawanan wanita yg tercantik walaupun ia sudah dimiliki pengikut2nya. Perkiraan Aisyah terbukti benar. Muhammad memanggil Thabit dan meminta agar wanita itu diserahkan padanya. Thabit terpaksa berkata, ”Dia untukmu, Ya nabi Allah,” dan Muhammad mengambil alih wanita tersebut dan mengganti namanya menjadi JUWARIYAH.[ix]

Thabit menyerahkan sang gadis dengan kata2 tersebut karena Muhammad memberikan hak padanya untuk memiliki wanita manapun, bahkan juga mereka yang telah dinikahi oleh para pengikutnya. Tidak seorangpun berani melawan perintah Muhammad. Dia menikahi Aisyah ketika dia cuma berusia enam tahun dan Muhammad berumur 50 tahun. Abu Bakar, ayah dari Aisyah, tidak berani melawan keinginan Muhammad untuk mengambil anaknya[x].

Banyak tentara mengikuti Muhammad dalam pertempuran2nya dengan tujuan secepatnya untuk mendapatkan gundik2 dan menikmati sex bebas dengan wanita2 dari suku2 dan kota2 yang mereka kalahkan. Muhammad menggunakan slogan2
yang menjanjikan sex dengan wanita dari suku2 dan kota2 yang diserangnya, seperti, ”Ikuti aku dan engkau akan menikmati sex dengan gadis2 dan istri2 dari berbagai suku dan kota.” Misalnya, ketika ia ingin menyerang sebuah distrik Bizantin di selatan Yordania, Muhammad mengatakan, ”Ikuti aku dan aku akan membuatmu menikmati gadis2 berambut pirang.”[xi]

Um Salmah, seorang istri Muhammad, mengatakan, “Muhammad datang padaku ... Saya mendengar Muhammad berkata kepada Abed Allah Bin Ummieh yang datang bersamanya, ”YA Abed, jika Allah memberikan kita kemenangan atas kota Ta’if besok, berhati2lah jika mendapat gadis Gilan karena mereka sangat cantik.”[xii]

Slogan2nya menarik bagi mereka yang mencari petualangan sexual dan cara mudah untuk mendapatkan banyak gundik. Pernah dikatakan bahwa seseorang bernama Al Maghirah Bin Shaabah menyekap seribu gundik dengan mengikuti pertempuran2 Muhammad[xiii].

Kami menemukan literatur Ahnaf, penuh dengan deskripsi tentang surga yang penuh dengan wanita dan sex bebas. Hal ini menarik orang2 arab yang tidak tertarik pada hal2 spiritual.

Pada waktu itu banyak sekte2 gnostic di sekitar Mekah yang menjanjikan pada setiap pengikutnya sebuah surga yang penuh dengan wanita cantik. Hal itu mempengaruhi kaum Ahnaf yang juga berhubungan dengan kaum Gnostic dan sekte2 yang menyimpang di Mekah. Diantara kaum Ahnaf yang menjanjikan sex di surga dan kemewahan adalah Ummiah Ben Abi Salat, sepupu dari garis ibu muhammed. Ummiah mengklaim sebagai nabi sebelum Muhammad. Muhammad biasanya duduk dengan Fariah, saudari Ummiah, karena ia senang dengan kecantikannya. Dia membacakan puisi2 saudaranya Ummiah kepada Muhammad. Itulah sebabnya mengapa di dalam Quran kita menemukan begitu banyak mithos2 dan puisi yang diciptakan Ummiah. Diantara banyak yang dipinjam Muhammad dari Ummiah adalah gambarannya mengenai wanita2 dalam surga. Ummiah juga menulis tentang sungai madu dan anggur dalam surga. Wanita2 tersebut tidak pernah melihat matahari. Mereka tidur di atas tempat tidur yang berhadap2an satu sama lainnya dan menjadi milik setiap orang yang masuk surga.

Pikiran2 seperti inipun masih bergaung pada hari2 ini di benak para suicide bombers atau teroris2 islam yang memimpikan perawan2 muda jika mati dalam operasi mereka.

Semua pandangan tersebut kita temukan dlm Quran yang menunjukkan pemikiran Muhammad mengenai surga yang dijanjikan Ummiah dan kaum Ahnaf untuk menarik orang2 tidak bermoral pada kelompoknya. SEX menjadi tujuan utama
dan abadi dari agamanya. Hal itu tercermin jelas di dalam Quran.

Para pengikut dijanjikan petualangan sex bebas di surga, shg ini menjadi tujuan utama dan pencapaian tertinggi dari hidup mereka di bumi. Daerah dipinggiran Medinah adalah tempat kaum Khazraj dan Oas, dan bersama2 dengan pengikut Muhammad, mereka melakukan hubungan sex dengan wanita2 yg mereka tawan setelah sukses dlm pertempuran. Tempat itu dinamakan “Thaniyat Al Waddaa ثنيات الوداع .” Kita mengetahui dari buku Halabieh, salah satu penulis biografi Muhammad, bahwa kaum muslim menikmati sex di Thaniyat Al Waddaa' dengan para wanita kota KHAYBAR ketika mereka kembali ke Medinah.

Khazraj dan Oas, kedua suku Arab di Medinah, mengikuti Muhammad sejak dari awal dan menjadi muslim utk mendapatkan kenikmatan gadis2 dan istri2 dari suku2 Arab dan Yahudi yang mereka taklukkan. Muhammad memenuhi janjinya pada mereka, menghalalkan sex bebas yg boleh menjadi prioritas utama mereka.

Tingkah laku Muhammad di Medinah menjadi contoh yang menyemangati perbuatan tersebut. Al Bukhari mengutip kata2 dari Ans bin Malek, seorang sahabat dekat Muhammad. Katanya, ”Setiap wanita di Medinah boleh menggandeng tangan sang nabi allah dan membawanya (muh) kemana dia (wanita) inginkan.”[xvi]

Dia mengizinkan wanita muslim menawarkan diri mereka padanya menurut ayat 50 dan 51 Surat 33 yang disebut Al
Ahzab, “Ya nabi, kami mengizinkanmu mengambil istri2 yang mana engkau telah membayar mahar. Apa yang dapatkan dari tawanan perang yang allah berikan padamu dan anak2 perempuan paman2mu dan anak2 perempuan tante2mu, dan anak2 perempuan paman2 dan tante2mu dari garis ibu, yang bermigrasi dengan engkau, dan setiap wanita dari mereka yang beriman yang menyerahkan dirinya pada sang nabi, jika dia ingin menikahinya, dia diperbolehkan. Hak istimewa ini hanya untukmu dan bukan untuk kaum beriman lainnya. Kami mengetahui apa yang telah kami pilih untuk mereka untuk menjadi istri2 mereka dan wanita yang mereka tawan dari perang. Kami menetapkan ini supaya tidak menjadi hal yang memalukan atas engkau. Engkau mempunyai hak utama untuk mendapatkan siapapun yang engkau inginkan dan merumahkan setiap wanita yang engkau inginkan dan jika dengan keinginanmu pula untuk mengambil kembali setiap wanita yang telah engkau usir, engkau tidak berdosa karenanya.”

Hukum mengenai mengambil kembali wanita yang sebelumnya diusir, datang dari hukum Zoroastrian yang diadopsi
Muhammad dlm Qurannya. Menurutnya, seorang muslim dapat menceraikan istrinya untuk alasan apa saja tetapi dia tidak dapat rujuk kembali kecuali kalau sang istri tidur dulu dengan lelaki lain untuk suatu periode waktu tertentu. TAPI dlm Surat 33, Muhammad memberikan dirinya hak istimewa. Dia dapat berhubungan dengan SETIAP wanita yang dia usir tanpa harus mengikuti kondisi yang dia terapkan pada para pengikutnya. Ayat2 ini menekankan bahwa tidak ada hukum yang dapat membatasi Muhammad dari mendapatkan setiap wanita yang diinginkannya.

Aisyah berkata,” Saya cemburu ketika wanita2 menawarkan dirinya pada nabi Allah dan saya selalu berkata,”Dapatkah seorang wanita menawarkan dirinya? Ketika sebuah ayat Quran turun yang mengatakan, 'Engkau mendapatkan hak khusus utk mengambil siapapun yang engkau inginkan dan boleh merumahkan setiap wanita yang engkau inginkan dan jika engkau menginginkan setiap wanita yang sebelumnya engkau usir, engkau tidak berdosa atasnya.'” Saya berkata kepada
Muhammad, ”Apa yang kulihat adalah bahwa tuhanmu selalu cepat2 memuaskan keinginan dagingmu.”
[xvii]

Muhammad memastikan kesenangan sexual bagi mereka yang berada di dalam tentaranya secara total. Jaber Bin Abed Allah and Salmeh Bin Al Akwah mengatakan, ”Kami sedang bersama para tentara ketika Muhammad datang dan berkata
kepada kami, ’Telah diizinkan engkau untuk menikmati sex, maka nikmatilah’.”[xviii]

JADI spt anda lihat sendiri, SEX (dan bukan ketenangan spiritual) menjadi tujuan tertinggi yang dijanjikan kpd pengikut Islam untuk dinikmati secara abadi, baik di akhirat maupun di bumi. Ini tidak lain dari siasat licik setan yg menggantikan kemuliaan surga sebenarnya dengan surga versi kaum Ahnaf yang sama sekali tidak bermoral. ...

________________________________________
Jawad Ali, Al Mufassal Fi Tariq al Arab Khabl al Islam, part vi, page 455
[ii] Jawad Ali, Al Mufassal Fi Tariq al Arab Khabl al Islam, part vi, page 450
[iii] Ibn Hisham, I, page 242
[iv] Ibn Hisham, I, page 63
[v] Al-Munjed ,Arabic dictionary, page 158
[vi] Jawad Ali, Al Mufassal Fi Tariq al Arab Khabl al Islam, part vi, page 451
[vii] Jawad Ali, Al Mufassal Fi Tariq al Arab Khabl al Islam, part vi, page 454
[viii] Al Asfahani, Al-Agani 3, page 118
[ix] Halabieh, II, pages 586 and 587
[x] Sahih Muslim, 9, pages 206-208;Bukhari, 6, page 134
[xi] Asbab al Nuzul, page 142
[xii]Bukhari, 5, page 102
[xiii] Halabieh, II, page 699
[xiv] Diwan Ummieh bin Abi al Salt, 49-53 cited by Jawad Ali, Al Mufassal Fi Tariq al Arab Khabl al Islam, part vi, page 489
[xv] Halabieh, II, page 235
[xvi]Bukhari, 7, page 90
[xvii]Bukhari, 6, page 24; Sahih Muslim 10, page 48
[xviii]Bukhari, 6, page 129


:stun:

:vom:
saksang
Posts: 765
Joined: Tue Mar 17, 2009 10:25 pm

Re: Pengaruh kaum AHNAF/HANIF pada Muhammad

Post by saksang »

up!
Post Reply