Bambang Noorsena dan kritik atas novel Ayat-Ayat Cinta
Posted: Thu Apr 17, 2014 12:43 pm
Artikel lengkap:
http://bambangnoorsenacenter.wordpress. ... yat-cinta/
Cuplikan:
Meskipun demikian, novel ini juga sarat terhadap apologetika untuk membela Islam. Semangat dakwah yang berkobar-kobar perlu diacungi jempol, tetapi terkadang “kelewat batas”. Misalnya, dalam Bab 33: “Nyanyian dari Surga” (tetapi bagian ini untungnya tidak divisualisasikan dalam film), Maria bertemu dengan Bunda Maria, Ibunda Isa Al-Masih dalam mimpinya ketika terbaring sakit. Di Bab Ar-Rahmah (pintu Rahmat), Bunda Kristus itu, menampakkan diri begitu anggun dan luar biasa. “Dia (Allah) mendengar haru biru tangismu”, kata Bunda Maria, “Apa maumu?”. “Aku ingin masuk surga. Bolehkah?”, tanya Maria sambil menangis.
“Boleh”, jawab Bunda Maria. “Memang surga diperuntukkan untuk semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya”. “Apa kuncinya?”, tanya Maria. “Nabi pilihan Muhammad Saw telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?”, tegas Bunda Maria. “Aku tidak mengikuti ajarannya”, kata Maria. “Itu salahmu!”, kata Bunda Maria lagi. Lalu dijelaskan bahwa jalan ke surga itu harus lewat Islam.
“Maria, dengarlah baik-baik!”, kata Bunda Kristus kepadanya. “Nabi Muhammad sudah mengajarkan kunci untuk masuk surga, “Barangsiapa berwudhu dengan baik lalu mengucapkan: Asyhadu an La ilaha illallah wa asyhadu anna Muhamadan abduhu wa rasuluh (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Nya dan Rasul-Nya), maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan ia boleh masuk yang mana ia suka.” Maria akhirnya masuk Islam, mengucapkan syahadat dan melaksanakan shalat sebelum ajal menjemputnya. Inilah “ending” novel dakwah ini.
Pertanyaan:
Kalau Muhamad sudah mengetahui kunci masuk surga, lalu mengapa:
allah-tidak-jamin-mamad-muslim-masuk-surga-t31715/
Sahih Al-Bukhari, Volume 5, Book 58, Number 266
Narrated 'Um al-'Ala:
An Ansari woman who gave the pledge of allegiance to the Prophet that the Ansar drew lots concerning the dwelling of the Emigrants. 'Uthman bin Maz'un was decided to dwell with them (i.e. Um al-'Ala's family), 'Uthman fell ill and I nursed him till he died, and we covered him with his clothes. Then the Prophet came to us and I (addressing the dead body) said, "O Abu As-Sa'ib, may Allah's Mercy be on you! I bear witness that Allah has honored you." On that the Prophet said, "How do you know that Allah has honored him?" I replied, "I do not know. May my father and my mother be sacrificed for you, O Allah's Apostle! But who else is worthy of it (if not 'Uthman)?" He said, "As to him, by Allah, death has overtaken him, and I hope the best for him. By Allah, though I am the Apostle of Allah, yet I do not know what Allah will do to me," By Allah, I will never assert the piety of anyone after him. That made me sad, and when I slept I saw in a dream a flowing stream for 'Uthman bin Maz'un. I went to Allah's Apostle and told him of it. He remarked, "That symbolizes his (good) deeds."
terjemahan:
Dikisahkan oleh 'Um al-'Ala:
Seorang wanita Ansar yang telah bersumpah setia pada sang Nabi agar kaum Ansar membantu tempat tinggal para Muslim yang hijrah. 'Uthman bin Maz'un mengambil keputusan untuk tinggal bersama keluarga Um al-'Ala's. 'Uthman jatuh sakit dan aku mengurusnya sampai dia mati, dan kami menutupinya dengan baju²nya.
Maka sang Nabi datang pada kami dan aku (menunjuk pada mayat itu) berkata,"Wahai Abu As-Sa'ib, semoga Allâh mengampunimu! Aku saksi bahwa Allâh telah berkenan padamu."
Sang Nabi berkata, "Bagaimana kau tahu bahwa Allâh berkenan padanya?"
Aku menjawab, "Aku tak tahu. Semoga ayah dan ibumu berkorban bagimu, wahai Rasul Allâh! Tapi siapa yang layak yang layak mendapat keselamatan dari Allâh jika bukan 'Uthman?"
Nabi berkata, "Tentang dia, demi Allâh, kematian telah menimpanya, dan aku berharap yang terbaik baginya. Demi Allâh, meskipun aku Rasul Allâh, aku sendiri tidak tahu apa yang akan Allâh lakukan terhadapku."
Demi Allâh, aku tidak akan pernah menyatakan kebajikan siapapun setelah itu. Hal itu membuatku sedih, dan ketika aku tidur aku bermimpi melihat sungai mengalir bagi 'Uthman bin Maz'un. Aku menghadap sang Nabi dan menyatakan hal itu padanya. Dia menjawab, "Hal itu melambangkan perbuatan² baiknya."
Dalam Qurannya, Muhammad sendiri telah mengakui tidak tahu apa yang akan dilakukan Allâh terhadapnya dan terhadap pengikutnya:
Q 46:9
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
Mengapa Bunda Maria versi islam dalam novel tersebut Pe-De sekali dengan jaminan surga, padahal Muhamad sendiri tidak?
http://bambangnoorsenacenter.wordpress. ... yat-cinta/
Cuplikan:
Meskipun demikian, novel ini juga sarat terhadap apologetika untuk membela Islam. Semangat dakwah yang berkobar-kobar perlu diacungi jempol, tetapi terkadang “kelewat batas”. Misalnya, dalam Bab 33: “Nyanyian dari Surga” (tetapi bagian ini untungnya tidak divisualisasikan dalam film), Maria bertemu dengan Bunda Maria, Ibunda Isa Al-Masih dalam mimpinya ketika terbaring sakit. Di Bab Ar-Rahmah (pintu Rahmat), Bunda Kristus itu, menampakkan diri begitu anggun dan luar biasa. “Dia (Allah) mendengar haru biru tangismu”, kata Bunda Maria, “Apa maumu?”. “Aku ingin masuk surga. Bolehkah?”, tanya Maria sambil menangis.
“Boleh”, jawab Bunda Maria. “Memang surga diperuntukkan untuk semua hamba-Nya. Tapi kau harus tahu kuncinya”. “Apa kuncinya?”, tanya Maria. “Nabi pilihan Muhammad Saw telah mengajarkannya berulang-ulang. Apakah kau tidak mengetahuinya?”, tegas Bunda Maria. “Aku tidak mengikuti ajarannya”, kata Maria. “Itu salahmu!”, kata Bunda Maria lagi. Lalu dijelaskan bahwa jalan ke surga itu harus lewat Islam.
“Maria, dengarlah baik-baik!”, kata Bunda Kristus kepadanya. “Nabi Muhammad sudah mengajarkan kunci untuk masuk surga, “Barangsiapa berwudhu dengan baik lalu mengucapkan: Asyhadu an La ilaha illallah wa asyhadu anna Muhamadan abduhu wa rasuluh (Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Nya dan Rasul-Nya), maka akan dibukakan delapan pintu surga untuknya dan ia boleh masuk yang mana ia suka.” Maria akhirnya masuk Islam, mengucapkan syahadat dan melaksanakan shalat sebelum ajal menjemputnya. Inilah “ending” novel dakwah ini.
Pertanyaan:
Kalau Muhamad sudah mengetahui kunci masuk surga, lalu mengapa:
allah-tidak-jamin-mamad-muslim-masuk-surga-t31715/
Sahih Al-Bukhari, Volume 5, Book 58, Number 266
Narrated 'Um al-'Ala:
An Ansari woman who gave the pledge of allegiance to the Prophet that the Ansar drew lots concerning the dwelling of the Emigrants. 'Uthman bin Maz'un was decided to dwell with them (i.e. Um al-'Ala's family), 'Uthman fell ill and I nursed him till he died, and we covered him with his clothes. Then the Prophet came to us and I (addressing the dead body) said, "O Abu As-Sa'ib, may Allah's Mercy be on you! I bear witness that Allah has honored you." On that the Prophet said, "How do you know that Allah has honored him?" I replied, "I do not know. May my father and my mother be sacrificed for you, O Allah's Apostle! But who else is worthy of it (if not 'Uthman)?" He said, "As to him, by Allah, death has overtaken him, and I hope the best for him. By Allah, though I am the Apostle of Allah, yet I do not know what Allah will do to me," By Allah, I will never assert the piety of anyone after him. That made me sad, and when I slept I saw in a dream a flowing stream for 'Uthman bin Maz'un. I went to Allah's Apostle and told him of it. He remarked, "That symbolizes his (good) deeds."
terjemahan:
Dikisahkan oleh 'Um al-'Ala:
Seorang wanita Ansar yang telah bersumpah setia pada sang Nabi agar kaum Ansar membantu tempat tinggal para Muslim yang hijrah. 'Uthman bin Maz'un mengambil keputusan untuk tinggal bersama keluarga Um al-'Ala's. 'Uthman jatuh sakit dan aku mengurusnya sampai dia mati, dan kami menutupinya dengan baju²nya.
Maka sang Nabi datang pada kami dan aku (menunjuk pada mayat itu) berkata,"Wahai Abu As-Sa'ib, semoga Allâh mengampunimu! Aku saksi bahwa Allâh telah berkenan padamu."
Sang Nabi berkata, "Bagaimana kau tahu bahwa Allâh berkenan padanya?"
Aku menjawab, "Aku tak tahu. Semoga ayah dan ibumu berkorban bagimu, wahai Rasul Allâh! Tapi siapa yang layak yang layak mendapat keselamatan dari Allâh jika bukan 'Uthman?"
Nabi berkata, "Tentang dia, demi Allâh, kematian telah menimpanya, dan aku berharap yang terbaik baginya. Demi Allâh, meskipun aku Rasul Allâh, aku sendiri tidak tahu apa yang akan Allâh lakukan terhadapku."
Demi Allâh, aku tidak akan pernah menyatakan kebajikan siapapun setelah itu. Hal itu membuatku sedih, dan ketika aku tidur aku bermimpi melihat sungai mengalir bagi 'Uthman bin Maz'un. Aku menghadap sang Nabi dan menyatakan hal itu padanya. Dia menjawab, "Hal itu melambangkan perbuatan² baiknya."
Dalam Qurannya, Muhammad sendiri telah mengakui tidak tahu apa yang akan dilakukan Allâh terhadapnya dan terhadap pengikutnya:
Q 46:9
Katakanlah: "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".
Mengapa Bunda Maria versi islam dalam novel tersebut Pe-De sekali dengan jaminan surga, padahal Muhamad sendiri tidak?