FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Mengungkapkan cara berpikir Muslim pada umumnya dan Muslim di FFIndonesia pada khususnya.
Post Reply
User avatar
je_prince97
Posts: 1082
Joined: Wed Oct 01, 2008 1:44 pm

FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by je_prince97 »

Gila! Muslim masih gak tahu diri. Udah ditolak mentah2 di Kalimantan, sekarang mereka mau menghancurkan Bali!
http://m.facebook.com/photo.php?fbid=35 ... asic%3Ac.m
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

je_prince97 wrote:Gila! Muslim masih gak tahu diri. Udah ditolak mentah2 di Kalimantan, sekarang mereka mau menghancurkan Bali!
http://m.facebook.com/photo.php?fbid=35 ... asic%3Ac.m
beneran neh page punya nya si briziek ?
User avatar
CrimsonJack
Posts: 2189
Joined: Thu Oct 13, 2011 3:20 pm
Location: Tempat yang ada internetnya

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by CrimsonJack »

editan, hoax ini mah, perhatikan baik2, beda huruf2nya.
User avatar
je_prince97
Posts: 1082
Joined: Wed Oct 01, 2008 1:44 pm

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by je_prince97 »

CrimsonJack wrote:editan, hoax ini mah, perhatikan baik2, beda huruf2nya.
Beda bagaimana? :-k
User avatar
je_prince97
Posts: 1082
Joined: Wed Oct 01, 2008 1:44 pm

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by je_prince97 »

http://www.facebook.com/pages/HABIB-RIZ ... 4921689684

Beneran ada kok. Cuma yang ngomong nyerang ke Bali udah dihapus, kayaknya dia ketakutan bakal diserang. :finga:
User avatar
MaNuSiA_bLeGuG
Posts: 4292
Joined: Wed Mar 05, 2008 2:08 am
Location: Enies Lobby

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by MaNuSiA_bLeGuG »

je_prince97 wrote: Beda bagaimana? :-k
perhatiin posting pertama ama yg kedua di wall tsb, font hurufnya beda.
User avatar
Rasionalis
Posts: 1069
Joined: Sun Dec 19, 2010 12:29 am
Location: Whereever I want to be

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by Rasionalis »

...Apa fontnya terlihat seolah-olah berbeda bukan karena yang pertama sudah diperkecil (condensed)? Saya kira sama-sama menggunakan font Arial.
...Sangat reasonable kalau FPI ingin memasuki pulau Bali. Karena di sana sangat banyak yang dapat dijadikan objek sumber pendapatan bagi preman atau pemalak seperti FPI.
User avatar
CrimsonJack
Posts: 2189
Joined: Thu Oct 13, 2011 3:20 pm
Location: Tempat yang ada internetnya

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by CrimsonJack »

Beda loh, dan content sudah dihapus wowkowk.

Ada upaya2 fitnah mungkin. Kalaupun benar mau ke Bali lagi ya, paling ditolak lagi.
Sebodoh-bodohnya si habib, ga bakal dia mau FPI nongol di media karena penolakan lagi.
User avatar
je_prince97
Posts: 1082
Joined: Wed Oct 01, 2008 1:44 pm

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by je_prince97 »

CrimsonJack wrote:Beda loh, dan content sudah dihapus wowkowk.

Ada upaya2 fitnah mungkin. Kalaupun benar mau ke Bali lagi ya, paling ditolak lagi.
Sebodoh-bodohnya si habib, ga bakal dia mau FPI nongol di media karena penolakan lagi.
Tidak perlu difitnah untuk memperlihatkan kebusukan islam. Tinggal dilihat saja sudah langsung kelihatan kok. :finga:

Nih ada lagi.
http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A ... =oAQEWkMFG
User avatar
CrimsonJack
Posts: 2189
Joined: Thu Oct 13, 2011 3:20 pm
Location: Tempat yang ada internetnya

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by CrimsonJack »

Tetap saja sih harus diklarifikasi dl, ga bisa langsung vonis ini salah cuma dari pernyataan tanpa bukti, dan bisa saja benar. :-k
User avatar
je_prince97
Posts: 1082
Joined: Wed Oct 01, 2008 1:44 pm

Re: FPI mulai menampakkan sifat Nazinya

Post by je_prince97 »

@Bro Crimson. Wah, apa pun yang berhubungan dengan islam, gak usah diklarifikasi dulu, udah pasti begitu. Apalagi websitenya jelas2 mempromosikan usaha untuk menjadikan Indonesia negara islam, mau klarifikasi apa lagi coba? Jangan ketularan islam bro, pakai azas praduga tak bersalah. Dalam islam, semuanya salah total, bahkan sampai ke si mohmednya.

Kecuali mereka hanya islam ktp, baru saya mengerti. Ada islam2 KTP di daerah saya, yang "belum" teracuni kebencian ala islam. Tapi kalau sudah cenderung SERING SHOLAT, mulai menampakkan wajah benci, kelakuannya mulai menjurus merusak, tidak usah ragu lagi, dia bahaya yang harus dinetralisir. Jelas sekali bro kalau sudah teracuni islam.

Ini ada lagi dari seorang pendukung FPI.
Antara .. FPI .. Televisi & Media Indonesia
FPI, Televisi dan Dajjalisme Informasi

Kamis, 16 Februari 2012

Mengapa koran dan TV bernafsu 'memberangus' FPI? boleh jadi karena ada huruf "I" (Islam) di belakang FPI

Oleh: Suharsono

SENIN siang, 9 Juni 2008, lebih dari 9000 umat Islam "mengepung" Istana Negara menuntut Ahmadiyah dibubarkan. Massa umat Islam se Jabodetabek berpakaian putih-putih ini juga meminta Habib Rizieq Shihab, pimpinan FPI dibebaskan.

Usai dari Istana Negara, massa menuju Polda Metro Jaya guna mengunjungi Ketua FPI, Habib Rizieq. Aksi damai bertema "Sejuta Umat" ini dihadiri puluhan ulama, tokoh Islam, aktivis Islam dan para habaib.

Dalam sebuah orasi, KH Nur Muhammad Iskandar, Pimpinan Pondok Pesantren Assidiqiyah mengatakan, jika tak ingin dianggap sebagai kepanjangan tangan Amerika, maka pemerintah harus segera membubarkan Ahmadiyah. "Jika tidak membubarkan Ahmadiyah, Presiden akan bertanggungjawab di hadapan mahkamah Allah, "ujar Kiai Nur.

Setelah orasi, sekitar sepuluh ulama dan kiai menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Meski hanya ditemui juru bicaranya, Andi Malarangeng, yang tak lain kakak kandung Rizal Malarangeng, anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang juga penyiar Metro TV.

Tapi jangan kecewa, sebab ribuan massa itu bukan berita besar. Karenanya, televisi tak perlu menyiarkannya secara langsung –apalagi harus-- menayangkan gambar secara berulang-ulang. Suara umat Islam tak terlalu penting!

Bandingkan dengan berita sebelumnya, selang beberapa jam kerusuhan Monas, 1 Juni 2008, seluruh media massa –terutama TV—seolah serempak. Meminjam bahasa Widji Tukul, "hanya satu kata, lawan FPI!". Dalam waktu sekejap, opini masyarakat yang tadinya meminta polisi menindak FPI tiba-tiba melebar meminta organisasi Islam yang dijuluki kalangan AKKBB sebagai "preman berjubah" layak dibubarkan.

Selama beberapa hari, TV menayangkan berulang kali anggota FPI mengejar dan memukul anggota AKKBB, memberikan kesan kuat "Inilah, sebuah kelompok atas nama agama, menggunakan baju dan pakaian Muslim, yang penyuka kekerasan!"

Entah sengaja atau tidak, agar lebih dramatis, ditayangkan pula wajah pria yang disebut-sebut kiai Nahdhatul Ulama (NU), KH Maman Imanul Haq (yang tak lain kiai muda pendukung AKKBB dan bukan representasi PBNU). Dia disebutkan mengalami memar di sekujur badan, sobek di dagu dan lain-lain. Ini menunjukkan, bahwa kiai NU pun ikut menjadi korban. Meski kemudian Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi marah dan tak ingin melibatkan NU (yang direpresentasikan dalam PBNU) terlibat dalam masalah ini.

Tapi apa lacur? Kesan pemirsa yang diciptakan TV sudah bulat. FPI "menganiaya" ulama NU! Esoknya, ormas-ormas onderbow NU seperti: PMII, GP Anshor dan Garda Bangsa marah. Alih-alih melawan kekerasan, mereka justru membalasnya dengan kekerasan serupa kepada FPI di beberapa daerah. Lengkap sudah. Balas membalas atas hasil karya berita televisi.

Di hari berikutnya, TV seolah membuat suasana ibu kota dan Indonesia mencekam. Koran Kompas, dengan tulisan cukup menyeramkan. “Negara Tidak Boleh Kalah”, menanggapi desakan media massa nasional agar bersikap tegas pada FPI yang bentrok dalam peristiwa Monas dengan kelompok massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

“Saya minta hukum ditegakkan, pelaku-pelaku diproses secara hukum dan berikan sanksi hukum secara tepat. Negara tidak boleh kalah dengan perilaku-perilaku kekerasan,” ujar Presiden dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta tahun itu.

Koran nasional berlokasi di Jakarta ini memuat habis-habisan penyerangan AKKBB dan meminta polisi bertindak tegas. Begitu pula koran dan media lain. Sampai sebuah koran nasional keliru memasang foto Munarman yang dinilai “mencekik” .

Beberapa jam pernyataan SBY ini, lebih 2000 polisi dikerahkan menyerbu rumah Habib Rizieq dan menangkapi anggota FPI. Habib, yang dalam aksi dengan AKKBB tak ikut dilapangan, bersama anak buahnya akhirnya dipenjara. Sementara pelaku AKKBB, Guntur Romli dan intel yang memprovokasi massa dengan mengacung-asungkan pistol untuk memprovokasi FPI, eh malah, tak tersentuh hukum, sampai hari ini.

Di saat yang sama, ratusan kru TV dan koran sudah menungu dan laporan LIVE di markas FPI, Petamburan. Tapi rupanya, bentrok berdarah-darah yang ditunggu-tunggu gagal mendongkrak rating. Maklum, tolak ukur jurnalisme media kita masih berkutat pada, "anjing menggigit orang bukanlah berita, tapi orang menggigit anjing barulah berita!"

Minggu lalu, peristiwa seperti ini nyaris terjadi. Selasa (14/02/2012), 60 orang anggota kelompok LSM (ada buruh, aktivis feminism, homoseksual, lesbian dan waria yang tergabung di LGBT) berkampanye membubarkan FPI dengan tema “IndonesiaTanpaFPI. Tak ada yang spesial, hanya demo biasa karena kelompok ini menumpang kasus penolakan FPI di Palangkaraya.

Tapi tunggu dulu, yang spesial justru stasiun TV. Di saat yang bersamaan, dua televisi nasional --TV One dan Metro TV—menyiarkan LIVE kejadian ini. Rupanya, dua stasiun TV ini sudah menyiapkan dengan cermat agenda “anti FPI”. Dengan tema “Anti Ormas Anarkis” Metro “mengeroyok” Mendagri, Gamawan Fauzi agar segera menutup FPI.

Tak sekedar itu, tiap sekian menit, Metro menayangkan gambar-gambar FPI membabi-buta memecahkan kaca bar. Juga cuplikan SBY yang mengatakan, “Negara Tak boleh kalah dengan kekerasan” (mungkin maksud TV, yang boleh kalah harus masyarakat, khususnya Islam).

Tentu kasus ini tak bisa dipandang sederhana. TV begitu bernafsu menganggak masalah biasa-biasa saja menjadi istimewa. TV ingin kasus 2008 terhadap FPI itu berulang lagi. Ini jelas terlihat kesiapan kedua TV itu mengundang nara sumber dan liputan LIVE.

Pertanyaan pertama, bagaimana bisa aksi kecil kemudian hari itu dibuat seolah sebagai sesuatu kasus maha besar? Jawabnya sederhana, karena TV ingin kasus ini dianggap besar.

Pertanyaan kedua, mengapa TV dan media begitu bernafsu memberangus FPI, jawabannya juga sederhana, boleh jadi, karena ada satu huruf “I” (alias Islam) di belakangnya. Bayangkan jika “I” itu diganti Indramayu atau Inul. TV, media, politisi, artis seronok, gay, lesbi tak begitu khawatir dan cemas.

Irasional Khayali

Dari sekian banyak media massa yang dinyawai oleh kapitalisme, TV adalah satu-satunya yang dianggap oleh berbagai ahli sebagai "setan" paling biadab. Apa yang disuguhkan media massa dalam bentuk lain terakumulasi pada televisi. Ia menyuguhkan bacaan, gambar dan suara sekaligus sehingga bukan hanya mampu mengisi dan mewarnai imajinasi, tapi juga menyihir dan mengendalikan seluruh fungsi-fungsi kejiwaan lainnya.

Jean Baudrillard, seorang filosof Prancis, mengungkap sebuah hakikat tentang televisi. Menurutnya, seperti dikutip Yasraf Amir Piliang (dalam bukunya Sebuah Dunia yang Dilipat, Mizan), rangkaian tontonan yang disuguhkan oleh "kapitalis mutakhir" (bernama televisi), telah menyulap (membius) individu-individu menjadi kumpulan mayoritas yang diam (terhipnotis) . Bagaikan sebuah kekuatan sihir yang sangat dahsyat, media menjadikan massa yang diam itu layaknya sebuah layar raksasa yang pasrah dijejali dan dilalui oleh segala sesuatu yang naif.

Televisi, membius ratusan juta orang dari yang paling **** sampai profesor, dari penjahat sampai guru agama, dari balita sampai tua renta, untuk sebuah tontonan sepak bola dini hari. Namun, adakah makna hakiki dan luhur yang berbekas seusai tontonan itu? Di dalam tontonan sepak bola bukan makna (ideologis, moralitas dan spiritualitas luhur) yang dicari para penggilanya, melainkan semacam ekstasi (kepuasan puncak yang sangat sesaat) dari kedangkalan ritual dalam upacara menonton televisi itu sendiri.

Tontonan sejenis, reality show (pertunjukkan nyata) seperti Akademi Fantasi, Indonesian Idol, Kontes Dangdut, Dreamband dan masih banyak lagi, bagi saya adalah "kejahatan spiritual", yang menggiring masyarakat hanya memburu mimpi dan budaya konsumtif.

Di hadapan massa yang mabuk seperti itu, pesan-pesan TV yang rendah (serakah, dengki, licik, dusta) merasuki alam bawah sadar mereka dan mengakar kokoh di simpul-simpul kejiwaannya. Apalagi jika para produser, wartawan dan pembawa beritanya punya interest idiologis dan kebencian dengan kelompok lain. Klop!.

Walhasil, televisi yang jadi cermin masyarakat, tapi masyarakat yang jadi cermin televisi. Apapun yang "dilakukan" televisi pasti diikuti masyarakat. Ini karena televisi telah menciptakan ketidaksadaran massal. Meski, di situ ada indoktrinasi yang sadis dan nilai-nilai sesat.

Leonard Irwin, dosen psikologi dari Universitas Illionis, AS, bersama timnya mengadakan penelitian mengenai hal ini. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang pada usia delapan tahun telah menyaksikan tayangan negatif, ketika dewasa akan cenderung melakukan perbuatan jahat dan tidak punya belas kasihan.

Sunday Times pernah menulis, "Meskipun AS memiliki 440 ribu polisi federal, setiap jam terjadi dua kali pembunuhan, 194 kali perampokan bersenjata, 10 kali pemerkosaan terhadap wanita dan anak-anak, dan 600 kali pencurian di rumah-rumah. "

Bodohnya, televisi di negeri kita telah menjadi teman setia dalam keluarga. Seolah hidup kurang lengkap tanpa kehadiran televisi .

Penulis adalah mantan Kabid. Litbang HMI Cabang Jogja Periode 1987–1988
Lihat? Bicaranya sok intelenjensia, tapi catut2 penelitian kafir juga :lol: Ujung2nya? Apalagi coba tujuan islam? :roll:
Post Reply