Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Mengungkapkan cara berpikir Muslim pada umumnya dan Muslim di FFIndonesia pada khususnya.
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

Miss X wrote:
Melihat tulisan2 anda, saya bisa menilai bahwa anda cukup bisa berpikir jernih dan sopan dlm diskusi, tdk seperti kafir2 yg lain. Berdiskusi via PM ini adalah ide yg sgt bagus krn saat kita "show up", semua argument masing2 berkemungkinan bercampur dgn ego. Saya salah satu jenis muslim yg kritis tp saya hanya dalam kapasitas INGIN MENGETAHUI krn saya tetap meyakini bhwa Allah Tak Pernah Salah. Saya ingin kita memandang masalah kontroversi pernikahan Aisha ini dari berbagai sudut, tdk terpaku pada Qurdis.

Inti yg dipermasalahkan oleh kafir ffi adalah :

"Pantaskah seorang yg menjadi panutan menggauli seorang anak kecil?"

Bisakah anda menjelaskan apakah "anak kecil" dalam konteks ini mengacu pada umur atau kesuburan?

Salam kenal pop eye
Hi Miss X,

Jika anda menanyakan pendapat saya, maka anak kecil dalam hal ini dilihat dari umur, dimana pada umumnya umur cukup valid untuk menentukan kadar kematangan seorang wanita.

Konsentrasi saya adalah pada tingkat kematangan seorang wanita, bukan hanya dari segi fisik seperti kesuburan, tapi dari segi psikis.

Saya berusaha untuk kritis and open minded, tapi seberusaha keras seperti apapun saya , i just couldn't reach my common sense to accept somehow 53 year old man consummated 9 year old kid.

Satu2nya cara untuk membela Muhammad adalah dengan berusaha counter claim2 dari Hadits bahwa Muhammad tidaklah consummated Aisha pada umur 9 tahun, namun pada usia 18 - 20 thn seperti yg dilakukan muslim Minaret di artikelnya seperti yg sudah drujuk oleh bro Poligami.
Miss X wrote: Pop Eye wrote:Hi Miss X,

Jika anda menanyakan pendapat saya, maka anak kecil dalam hal ini dilihat dari umur, dimana pada umumnya umur cukup valid untuk menentukan kadar kematangan seorang wanita.
Konsentrasi saya adalah pada tingkat kematangan seorang wanita, bukan hanya dari segi fisik seperti kesuburan, tapi dari segi psikis.


Saya tertarik dgn tulisan Aiyman Bin Khalid sbb :

Aiyman Bin Khalid wrote:NORMA ITU BERDASARKAN PUBERTAS, BUKAN UMUR
Struktur dari argumen tersebut menyesatkan dikarenakan si penulis menggunakan umur sebagai kunci sementara kata kunci yg benar seharusnya pubertas. Aisha mencapai pubertasnya pada saat ia berumur 9 tahun dimana hal tersebut disetujui oleh kaum Islam terpelajar, yang membuatnya sama dengan wanita manapun yg siap untuk dinikahi.
BUKTI BAHWA NORMA ITU BERDASARKAN PUBERTAS, BUKAN UMUR
Penulis meminta kita untuk menunjukkan bukti yg mendukung bahwa norma menikahi gadis 9 tahun diterima oleh kebudayaan Arab, dimana pada kenyataannya dia yang seharusnya memberikan bukti yg mendukung pendapatnya karena dialah yang menentang norma yg ada yaitu norma berdasarkan pubertas. Meskipun demikian, demi kepentingan berargumentasi, saya mempersiapkan ayat2 berikut sebagai bukti bahwa norma menikahi gadis 9 tahun sudah dikenal, dan diterima oleh kebudayaan Arab

1. Imam Ash-Shafi’e berkata
Selama aku tinggal di Yamen, saya bertemu dengan gadis2 berumur 9 tahun yg mengalami menstruasi begitu sering (Siyar A’lam Al-Nubala’, 10/91)
2. Dia (Ash-Shafi’e) juga berkata
Saya telah melihat di kota Sana (di Yemen), seorang gadis yg telah menjadi nenek pada umur 21 tahun. Dia menstruasi pada umur 9 tahun dan melahirkan pada umur 10 tahun (Sunan Al-Bayhaqi Al-Kubra, 1/319).
3. Ibn Al-Jawzi menceritakan cerita yg sama dari Ibn U’qail dan Abbad ibn Abbad Al-Muhlabi

Abbad ibn Abbad Al-Muhlabi berkata:
Saya menyaksikan wanita dari Muhlabah yg menjadi nenek pada usia 18 tahun. Dia melahirkan pada usia 9 tahun, dan anak perempuannya melahirkan pada umur 9 tahun juga, jadi wanita tersebut menjadi nenek pada usia 18 tahun (Tahqeeq Fi Ahadeeth Al-Khilaf, 2/267)

Saya juga sependapat dgn beliau krn umur itu tdk bisa dijadikan patokan untuk mengukur kematangan wanita baik dari segi fisik maupun psikis. Saat saya seusia Aisha ketika "katanya" digauli Rasulullah, Saya sdh mengalami menstruasi entah yg keberapa kali. Mmg saat itu secara fisik saya sudah baligh, tp untuk masalah psikis saya akui mmg Saya msh childish.

Coba kita persempit mslh psikis yg anda maksudkan disini yaitu ttg kedewasaan dlm berpikir. Jika Saya katakan bahwa kedewasaan itu tidak bisa diukur dgn umur, apakah Anda setuju ?

Popeye wrote
Saya berusaha untuk kritis and open minded, tapi seberusaha keras seperti apapun saya , i just couldn't reach my common sense to accept somehow 53 year old man consummated 9 year old kid.

Sayapun sejujurnya tidak bisa menerima itu. Tp mengingat beliau adalah utusan Tuhan yg saya imani dan mengingat bahwa Allah tidak pernah salah dalam menentukan sesuatu apalagi yang berhubungan dgn Rasulullah sbg suri tauladan bagi hamba-hambaNya... Saya rasa cukup menjadi motivasi besar dlm diri Saya untuk mencari jawaban yg sebenar2nya ttg polemik ini.Pasti ada suatu alasan yg bisa diterima.

Popeye wrote:
Satu2nya cara untuk membela Muhammad adalah dengan berusaha counter claim2 dari Hadits bahwa Muhammad tidaklah consummated Aisha pada umur 9 tahun, namun pada usia 18 - 20 thn seperti yg dilakukan muslim Minaret di artikelnya seperti yg sudah drujuk oleh bro Poligami.


Saya tdk akan mengcounter hadist2 itu krn Saya yakin merekapun berpijak pada suatu landasan yg kokoh dlm menentukan segala hal. Tp manusia tetaplah manusia dan selalu berpeluang salah kecuali jk mslh2 tsb dikembalikan kpd Alquran.
Saya akan buat lebih simple aja. Selain puber, wanita baru siap menikahi jika (terlepas umur berapa aja yg penting udeh puber):
- Sudah mengerti hubungan sex, sebab akibat dari berhubungan sex
- Jika hamil, sudah dapat mengemban tanggung jawab sebagai seorang ibu.
- Common knowledges lain yg tak perlu saya kupas disini.

Pada masa kini, setiap negara punya standard umur tertentu bagi wanita untuk menikah. Memang harus diakui, bisa saja pada umur tersebut, wanita tersebut memang belum matang secara psikis. Tapi adalah lazim jika orang2 mempunyai ekspektasi misalnya gadis berumur 20 tahun sudah seharusnya matang secara fisik dan psikis. Jika belum dewasa pada umur tersebut, something must be really really wrong with either the education or with the mentality. That's why dengan basic common sense ini, setiap negara mencantumkan standard umur tertentu sebagai syarat untuk menikah.

Saya mengakui bahwa umur tidaklah selalu valid untuk menentukan tingkatan kematangan psikis seorang wanita, tapi kira2 standard kedewasaan seperti apa yg anda harapkan dari bocah berusia 9 tahun?

Perempuan normal dari negara manapun pada abad manapun pada usia 9 tahun hanyalah seorang bocah cilik. Sungguh argumen yg maksa jika kita hendak membenarkan diri beranggapan Aisha sudah dewasa pada saat itu. Hadits dengan jelas mengatakan Aisyah masih maen boneka. Wanita dewasa aja masih harus berjuang di malam pertama, dan coba anda bayangkan ukuran vagina bocah 9 tahun VS penis dari pria umur 50-an. That's why saya mengerti kenapa muslim Minaret dengan akal dan hati nuraninya sulit menerima kenyataan itu dan mencoba untuk mencari pembenaran lain dari Hadits tak jelas yg menyatakan umur Aisha 18-20 tahun ketika menikahi Nabi anda.

Bayangkan jika gadis 9 tahun yg masih maen boneka ini ternyata hamil, hal2 yg perlu diconsider :
- Apakah ia sanggup dengan telaten untuk memelihara bayinya di masa awal2 3 tahun pertama kelahiran anaknya.
Ga usah jauh2, semua temen2 saya yg perempuan (yg notabene berumur 20 tahun lebih tua dari Aisha) aja stress harus begadang terus jagain
anaknya, beberapa bahkan mengaku kalo bukan itu anak gw, rasanya gw pengen banting...saking stressnya.
- Sumbangan knowledge dan kasih sayang seperti apa yg bisa diberikan ibu umur 9 tahun kepada bayinya?
Masa toddler (0 - 5 tahun) sangat penting bagi anak untuk dilatih kreativitas dan kecerdasan. Bukan hanya karena anda mampu
memberi makan anakmu, maka tanggung jawabmu selesai begitu aja. Muhammad kerjaannya perang terus, saya percaya jika
Aisha punya bayi, maka semua IQ dan EQ dari si anak sangat bergantung penuh dengan si ibu.

Sebagai contoh, saya pernah membaca artikel kejadian di negara Barat, dimana seorang bocah cilik kurang lebih 9 tahun juga mempunyai bayi. Keluarganya mencoba untuk mendisiplin dirinya dengan mengharuskan dirinya untuk mengasuh sendiri bayi itu, dan bayangkan..ada satu kejadian dimana bocah ini ketinggalan bayinya (di taman kalo ga salah) karena dirinya asyik bermain.

Saya mengakui Ayman bin Khalid terlihat sangat menguasai Quran dan Hadits, bahasa Englishnya juga jago, tapi tidak berarti kita bisa menyetujui semua argumennya.

Argumennya sah dalam meng-counter Minaret yg menolak kenyataan bahwa Muhammad meniduri gadis 9 tahun (karena ia menggunakan Hadits2 sahih dan logikanya cukup ok dalam berdebat in this case), tapi sekali lagi bukan berarti praktek menggagahi bocak cilik 9 tahun adalah hal yg benar.

Hitler dengan kegilaannya nge-claim ras German adalah ras terhebat, dan Yahudi harus dimusnahkan. Hitler mungkin gila, tapi bukan berarti dia orang ****. Kemampuannya ber-orasi dan mempengaruhi rakyat Jerman membuat mayoritas rakyat Jerman bersepakat untuk melenyapkan Yahudi. Hitler juga pemimpin militer.

Yg membedakan kita dengan psychopath (orang sakit jiwa/buta hati nurani) adalah dalam berdebat kita tidak hanya menggunakan otak, tapi juga hati nurani kita.

Tidak ada satupun kaffir yg menyangkal bahwa practice bersetubuh dengan pengantin cilik sudah dikenal bahkan di luar Saudi Arabia sekalipun. Zaman dahulu tidak ada yg namanya sex education, sekali cowo birahi, ya kalo bisa dilampiaskan dengan menikahi bocah cilik sekalipun akan dijabanin. But keep in mind, mengingat Nabi anda adalah utusan Tuhan, yg katanya pedoman seluruh umat manusia, seharusnya justru membawa sebuah perubahan besar bagi praktek barbar masa lampau.

Sebagai contoh : Sidharta Gautama sang pembawa ajaran Budha, mengajarkan pengendalian diri, dia bertapa dan menghindari nafsu2 duniawi bahkan dengan meninggalkan keluarganya (contoh yg extreme, tapi beliau adalah seorang pangeran, wajar jika anak istrinya akan dinafkahi di kerajaannya), seorang pangeran yg kaya raya merendahkan diri untuk jadi rakyat jelata, mengosongkan diri dan mengendalikan nafsu, bukannya ikut2an praktek barbar pada zamannya.

Yesus, pembawa Injil, membuat gebrakan dengan mengajarkan murid2Nya untuk berdoa bahkan mengasihi musuh2nya (apa anehnya kalo kita cuman berdoa buat orang yg baik dengan kita), praktek yg tidak dilakukan pada zaman itu karena orang2 pasti akan mengutuk musuhnya. Beliau bukan hanya mengajarkan hal itu, tapi bahkan mempraktekkan saat dikayu salib, mengampuni musuh2Nya.

Yg jadi masalahnya, kenapa Nabi Anda justru ga membawa satu perubahan besar pada masa itu? ingat Sidharta dan Yesus sudah ada jauh2 hari sebelum Nabi anda, tapi i'm really sorry, berhubung anda Muslimah yg kritis, please tolong koreksi saya, apa perubahan besar yg sudah dibawakan oleh Nabi anda yg tidak ada dalam diri Sidharta dan Yesus? Jika mao dibahas, ini ga akan kelar2...tapi ok...saya akan persempit dengan masalah SEX saja. Jika benar2 dibaca hadits2 sahih agama anda, honestly speaking banyak sekali cerita tentang2 petualangan sex Nabi anda (membunuh suami Safiyah dan tanpa memberikan waktu berkabung untuknya langsung menikahi dan bersetubuh dengannya, ngambil istri anak angkatnya dengan dalih Aulloh yg bilang untuk ngambil, nikahi Aisyah juga dengan dalih yg sama, serta petualangan2 sex yg lain). Sangat berbeda dengan Sidharta dan Yesus yg justru belajar mengosongkan diri dan melepaskan hal2 duniawi. Anda tidak akan pernah menemukan referensi sahih Alkitab yg menceritakan 1 saja petualangan cinta Yesus, apalagi sampe ke urusan ranjang.

Saya mengandalkan pikiran kritis anda serta hati nurani anda. Tidak apa2 jika anda marah kepada saya.

Dan hal lain yg sangat mencengangkan kami para kaffir, terlepas dari masalah Nabi anda banyak sekali istrinya, yg sangat menarik adalah kasus Aisyah ini,adalah dimana seorang pria berumur 54-an bisa consummate (Complete a marriage by having sexual intercourse) seorang bocah 9 tahun. Itu jelas2 tertulis di Hadits anda, dan inilah yg dibela oleh Ayman bin Khalid dalam counter-nya terhadap muslim Minaret yg tidak bisa menerima kenyataan itu.

Jika Muhammad seorang laki2 normal (okelah anggap saja saya ikutin aja alur logika muslim pada umumnya yg bilang menikahi Aisyah karena masalah sosial, untuk mempererat hubungan dengan Abu Bakar ayahnya Aisha, atau faktor2 politis yg lain), sekali lagi...jika ia normal...maka ia mungkin saja menikahi Aisha pada umur 6 tahun, tapi akan menunggu Aisha hingga matang secara psikis baru bersetubuh dengannya.

Contohnya : anak perempuan sahabat saya berumur kurang lebih 6 tahun. Saya sayang dia coz anaknya pinter ngambil hati orang dan cerdas, jadi saya kalo kasih dia hadiah emang cukup berani dari segi harga. Dia nampaknya tau saya sayang dengannya, that'w why dia nempel banget, ga ada perasaan takut2nya dengan saya, tidak ada gap karena saya laki2, berani melok saya kapan aja (sampe kadang2 orang tuanya yg ga enak sendiri ama gw :lol: ), bahkan bisa tiba minta dipangku, atau langsung maen duduk aja di pangkuan saya. Tapi sebagai laki2 umur 30-an yg normal, sedikitpun saya tidak ereksi ketika pantatnya itu bahkan mengenai...maaf...celana bagian depan saya, paling2 yg saya lakukan adalah saya pindahkan pantatnya ke paha saya. Inilah yg perlu kita renungkan, kok bisa Nabi anda yg berumur 50-an (jika ia normal), ngesex dengan bocah 9 tahun even jika bocah tersebut sudah puber sekalipun?

Baik zaman dahulu maupun zaman sekarang, tidak ada laki2 normal umur 54-an bisa berbirahi dengan seorang bocah cilik yg berbeda umur 40-an tahun lebih tua darinya. Jika ini bukan pedophilia complex, what else do u call it?

Perlu diingat bahwa referensi ayat AYman bin Khalid yg menyatakan di kota Yamen ada gadis yg menjadi nenek pada usia 18 tahun (melahirkan pada usia 9 tahun, dan anak perempuannya melahirkan umur 9 tahun juga), tidak sedikitpun tercatat bahwa suami dari bocah cilik tersebut berbeda 40-an tahun lebih muda dari umur suaminya.

Seperti referensi Hadits dari Ayman bin Khalid, bocah 15 tahun juga sudah dianggap dewasa dan boleh berperang, bahkan zaman sekarang pun bocah 15 tahun sudah wet dream, dan jika tidak mendapat sex education and parental guidance, bisa menghamili bocah 9 tahun. So saya tidak percaya bawa laki2 normal umur 54-an zaman Muhammad sekalipun bisa berbirahi dengan 9 year old kids. Yg ada praktek pada zaman itu adalah banyak sekali pernikahan pengantin2 bocah laki2 dan perempuan cilik yg pada akhirnya menghasilkan banyak parent2 bocah2 cilik.

Sekali lagi....satu2nya cara menyelamatkan muka Muhammad adalah dengan membuktikan bahwa Aisya tidak berhubungan sex dengannya pada umur 9 tahun. Itupun tidak menjawab permasalah mengenai pertanyaan saya diatas : Apa perubahan besar dari segi rohani dan akhlak yg dibawakan Muhammad yg tidak ada pada masa Sidharta dan Yesus. Sebagai orang yg nge-claim kalo dirinya adalah penyempurna agama2 sebelumnya, saya rasa sangat fair jika para pemeluk agama2 lain (Buddha, Kristen dll) yg katanya disempurnakan ajarannya oleh ajaran Nabi anda, mengharapkan standard moral Muhammad harus jauh lebih baik dari Sidharta dan Yesus..

Intermezzo : Yg jauh lebih luar biasa, Nabi anda diclaim mempunya standard moral yg luar biasa dan manusia paling sempurna yg pernah hidup di bumi, tapi pada saat yg bersamaan ketika saya berdebat dengan muslim FFI yg nicknya Crescent Star, mengakui bahwa Nabi Muhammad mengaku salah dalam case Hafsa kepergok Muhmmad ngesex dengan Mariyah di ranjangnya Hafsa. Terlihat dari Muhammad panik dan minta Hafsa tidak menceritakan case itu kepada siapa2. Bagaimana mungkin manusia model seperti ini, bahkan bocah 9 tahun aja diembat...sempurna akhlaknya?
MIss X wrote: Saya juga sependapat dgn beliau krn umur itu tdk bisa dijadikan patokan untuk mengukur kematangan wanita baik dari segi fisik maupun psikis. Saat saya seusia Aisha ketika "katanya" digauli Rasulullah, Saya sdh mengalami menstruasi entah yg keberapa kali. Mmg saat itu secara fisik saya sudah baligh, tp untuk masalah psikis saya akui mmg Saya msh childish.
Terimakasih untuk kejujuran anda yg mengatakan anda masih childish pada umur tersebut.
Jika anda lihat argumen dari Ayman bin Khalid, terlihat jelas dia tergolong Muslim yg mengkategorikan kedewasaan dengan pubertas.
Dia sama sekali tidak menjelaskan apakah gadis berusia 9 tahun sudah mampu mengemban tanggung jawab sebagai seorang ibu.

Muslim2 kebanyakan dengan bangga berkata Alquran berlaku sepanjang masa, teladan Nabi berlaku sepanjang masa, nah sekarang coba jujur dengan diri anda sendiri, apakah case seperti Aisyah ini berlaku sepanjang masa?

Mengapa saya sangat concern mengenai masalah ini. Karena di negara2 Saudi Arabia dan antek2nya, banyak bocah cilik yg dipaksa untuk menikah. Sungguh saya tidak bisa membayangkan jika peristiwa biadab seperti ini terjadi pada anak perempuan saya for the sake of sunnah Nabi. Anda sendiri pasti tau kasus Syekh Puji yg sekarang bahkan bebas dari penjara (saya tidak yakin akan sama ceritanya jika pelaku pedofilia tersebut adalah non Muslim). Muslim/ah berpikiran kritis seperti anda yg hendak saya jangkau.
Miss X wrote: Terima kasih Mas Pop eye, mohon maaf sy baru bisa mereply skrg.

Saya sdh membaca tulisan Mas Pop dan mohon maaf saya tdk bs menquote satu2 krn terlalu panjang. Tp sy sdh menangkap inti dari semuanya krn argumen Mas Pop sdh tidak asing bg saya, semoga tanggapan sy bs mencakup semua pertanyaan dan pernyataan Mas.

Sebelum lebih jauh membahas mengenai pernikahan Rasulullah dan Aisha, sy ingin menjelaskan sedikit mengenai serba serbi hadist/Sunnah. Saya ingin kita menetapkan satu persepsi yang sama shngga kita berdua tdk terjebak pd satu dialog yg hanya bertujuan saling menyerang dan bertahan tnpa saling berbagi pengetahuan dan membuka fikiran masing2.

Nama Ayman Bin Khalid itu terdengar asing bagi saya. Sy mngenal beliau dari forum ini namun dr semua tulisannya saya menilai beliau merupakan salah seorang alim yg kritis dan tdk membeo dgn hadist2 yg sdh dipilah dan dibukukan oleh ulama2 terdahulu. Perlu diketahui bahwa meskipun Bukhori dan Muslim telah disepakati oleh para ulama sbg periwayat hadist yg menggunakan methode paling baik dlm memilah dan memilih hadist sehingga semua hadis yg berasal , disetujui, atau mendapatkan syarat dari kedua atau slh satu dari keduanya bs mendapatkan predikat shahih 1, tp saya blm pernah mendengar mereka mengatakan bhwa hadist2 yg mreka riwayatkan itu 100% benar ( kl Mas Pop pernah membacanya, tlg beri sy referensi atau linknya) . Dlm hal ini saya tdk bermaksud ut meragukan kapasitas keduanya -krn sy mmg blm pantas & sy berlindung kpd Allah dari kata2 yg tdk pantas ttg keduanya- hnya krn ada beberapa hadist ttg Rasulullah yg tdk sreg dihati saya, namun perlulah semua org muslim ttp mengkaji dan terus menggali keilmuan ttg hadist ini tanpa menjadi muslim yg pasif ( tentu anda ingin muslim cm mjd pengekor saja khan? ). Ada bnyak kaidah yg mesti diperhatikan dlm memaknai sebuah hadist salah satunya adalah menelesuri budaya, hukum , sospol, norma dan nilai yg berlaku disuatu tempat yg mempengaruhi suatu hadist 2. Oleh sebab itu tdk bisa Mas Pop jabarkan sbuah hadist hanya berdasarkan pd bunyi hadist secara tekstual saja dan mgkn ini salah satu faktor yg membuat hadist2 shahih dari mereka tdk bs ditangkap secara meyeluruh dari orang2 yg membacanya shgga bnyak skali perselisihan didlm memaknainya. Jadi, yg saya harapkan dari Mas Pop adalah Mas Pop tdk berfikir jk penyangkalan muslim thdp hadist2 tertentu sbg upaya pembenaran thdp tindakan Rasulullah tp sy ingin Mas Pop menyikapi tindakan muslim itu sbg upaya menggali dan menyampaikan makna suatu hadist secara utuh, baik tekstual maupun kontekstual, dgn mengadakan beberapa penelitian dan studi kasus.

Mengenai pernikahan kontroversial antara Rasulullah dan Aisha, saya berpendapat kl pernikahan ini dapat terjadi karena mmg hal ini tidak bertentangan dgn norma sosial dan budaya serta hukum yg berlaku dimasa dan masyarakat itu krn saya belum pernah membaca satupun hadist mauquf (hadist sanadnya berujung pd para sahabat) yg menentang perbuatan ini. Didalam sirahpun saya belum pernah membaca ada musuh2 beliau, baik dari golongan kafir maupun munafik, yg mengangkat hal ini untuk merusak citra Beliau. Jika hal ini sdh dikenal sbg salah satu kelainan jiwa ( pedophilia ) yg sgt bertentangan dgn nilai dan norma seperti saat ini, logikanya hal tsb sdh cukup mumpuni bagi para musuh kaum muslimin untuk menghancurkan reputasi beliau sbg seorang Nabi di depan para pengikutnya sebagaimana issue yg diangkat oleh kaum munafik seputar pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab. Contoh yg paling dekat adalah AA Gym, meskipun apa yg beliau lakukan itu halal dan syah menurut hukum.. tp cukuplah masyarakat menghukumi beliau krn tindakan yg tdk sesuai adat dan norma yg dipandang baik oleh orang2 di Indonesia . Jadi saya menarik sebuah kesimpulan bhwa menikahi gadis berusia 9 thn bukanlah sebuah tindakan amoral atau bejat seperti yg Mas Pop dkk selalu lontarkan jika yg digunakan adalah standar yg sesuai yg berlaku dimasa dan masyarakat itu. Hal Ini berlaku untuk semua “petualangan cinta” Beliau kecuali jika Mas Pop bisa menghadirkan satu saja komentar miring dari orang2 yg hidup dizamannya baik dari sahabat maupun musuh2 yg memeranginya.

Lalu apakah seorang wanita yg sdh pubertas secara otomatis bisa disebut dewasa, tentulah tidak. Kedewasaan itu tdk diukur dari faktor usia ataupun kesuburan krn seseorang itu bisa mejadi dewasa bahkan sebelum memasuki usia pubernya. Didikan orang tua, kerasnya hidup, dan budaya sosial masyarakat menjadi faktor utama sbg penentu kedewasaan seseorang. Hal ini terbukti dan sejalan dgn referensi dari Akhi Aiman Bin Khalid yg bersumber dari pengalaman Iman Syafii serta beberapa kontradiksi yg dihadirkan seputar usia Aisha ketika dinikahi Muhammad 3 dan jika hipotesa mereka terbukti benar maka tentu asumsi Mas Pop ttg “contoh buruk” menikahi anak dibawah umur yg belum mengerti arti sebuah tanggung jawab sbg seorang istri dan ibu sdh terbantahkan. Usia yg kecil dimasa itu tdk secara otomatis berarti mereka not qualify enough untuk menjadi seorang istri dan ibu.

Disetiap masa, diharapkan atau tidak, selalu akan terjadi sebuah pergeseran nilai yg bersifat situasional seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehidupan manusia brkembang semakin bebasnya sehingga peran orang tua sbg pendidik dan nilai dan norma masyarakat yg dulunya bersifat mengikat sdh tergantikan dan lama kelamaan terkikis habis. Saya tidak tau keadaan apa yg membuat orang2 dizaman ini berfikir bhwa sex education dan common knowladge yg dibutuhkan -padahal hewan saja tdk membutuhkannya- dlm menjalankan fungsi sbg ibu sehingga perlu disosialisasikan. Hal ini sdh menjadi adat istiadat orang tua meskipun blm terexpose secara formal melalui media. Saya juga merasa aneh kenapa Mas Pop begitu yakin bhwa bocah berumur 9 tahun tdk memiliki qualifikasi yg cukup untuk menjalankan biduk rumah tangga padahal banyak contoh kasus – termasuk orang tua saya – yg sukses mendidik anak dan menjadi rumah tangga yg langgeng meskipun menikah diusia sangat muda, dan mereka hanyalah salah satu diantara banyak pasangan muda yg menikah diusia dini. Masalah ukuran “V” vs “P” bknkah itu seharusnya bukanlah urusan kita tp merupakan “nego” yg mendalam antara keduanya? Sy blm pernah membaca satu hadist atau sirahpun yg menceritakan bhwa Aisha pernah mengalami pendarahan krn “diserang” oleh sesuatu yg besar .
Lalu kenapa banyak gadis cilik di Saudi sana yg menjadi korban pernikahan dini sehingga pemerintah merasa perlu mengeluarkan undang2 perlindungan anak ?
Seperti yg Mas Pop tanyakan :
Muslim2 kebanyakan dengan bangga berkata Alquran berlaku sepanjang masa, teladan Nabi berlaku sepanjang masa, nah sekarang coba jujur dengan diri anda sendiri, apakah case seperti Aisyah ini berlaku sepanjang masa?

Islam bukanlah apa yg dilakukan Muhammad tp Islam adalah apa yg dicontohkan Beliau. Apa yg Beliau lakukan belum tentu harus dicontoh tp tapi apa yg beliau contohkan sudah pasti harus dilakukan. Jd mesti harus Mas Pop bedakan mana yg dilakukan dan mana yg dicontohkan, jgn dipukul rata.

Seperti yg saya sebutkan sebelumnya, sosial, kondisi politik, budaya dan semacamnya sangat mempengaruhi keluarnya suatu hadist. Mesti diingat bahwa Rasulullah tdk pernah memerintahkan sahabat untuk menulis appn darinya tp karena sesuatu dan lain hal, maka pengkodifikasian hadist dipandang perlu pada masa kekhalifahan Umar Bin Abdul Aziz4 . Ini memberi suatu indikasi bahwa sunnah beliau yg dibukukan dlm bentuk hadist tdk semuanya berisi hal – hal yg harus diikuti kecuali apa – apa yg telah beliau ajarkan kpd para sahabatnya. Seperti hadist ttg adab duduk ketika makan ala Rasulullah yg diceritakan oelh salah seorang sahabat, bisakah Mas Pop bedakan apakah itu adalah sesuatu yg beliau lakukan ( kebiasaan ) atau sesuatu yg Beliau contohkan? Sama seperti pernikahannya dgn Aisha semua hadist mengenai itu adalah hadist2 yg memiliki sanad mauquf bukan marfu’.

Semoga ini bisa mewakili setiap argumen Mas Pop. Ditunggu tanggapannya.
Dear Miss X,

Sebelumnya saya ingin express kekaguman saya terhadap cara berdebat Anda.
Anda muslimah paling sopan dan paling well educated di FFI yg pernah saya ajak debat sebelumnya.
Semoga banyak muslimah lain yg bisa meniru teladan Anda.
Miss X wrote: Miss X wrote:Mengenai pernikahan kontroversial antara Rasulullah dan Aisha, saya berpendapat kl pernikahan ini dapat terjadi karena mmg hal ini tidak bertentangan dgn norma sosial dan budaya serta hukum yg berlaku dimasa dan masyarakat itu krn saya belum pernah membaca satupun hadist mauquf (hadist sanadnya berujung pd para sahabat) yg menentang perbuatan ini. Didalam sirahpun saya belum pernah membaca ada musuh2 beliau, baik dari golongan kafir maupun munafik, yg mengangkat hal ini untuk merusak citra Beliau. Jika hal ini sdh dikenal sbg salah satu kelainan jiwa ( pedophilia ) yg sgt bertentangan dgn nilai dan norma seperti saat ini, logikanya hal tsb sdh cukup mumpuni bagi para musuh kaum muslimin untuk menghancurkan reputasi beliau sbg seorang Nabi di depan para pengikutnya sebagaimana issue yg diangkat oleh kaum munafik seputar pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab. Contoh yg paling dekat adalah AA Gym, meskipun apa yg beliau lakukan itu halal dan syah menurut hukum.. tp cukuplah masyarakat menghukumi beliau krn tindakan yg tdk sesuai adat dan norma yg dipandang baik oleh orang2 di Indonesia . Jadi saya menarik sebuah kesimpulan bhwa menikahi gadis berusia 9 thn bukanlah sebuah tindakan amoral atau bejat seperti yg Mas Pop dkk selalu lontarkan jika yg digunakan adalah standar yg sesuai yg berlaku dimasa dan masyarakat itu. Hal Ini berlaku untuk semua “petualangan cinta” Beliau kecuali jika Mas Pop bisa menghadirkan satu saja komentar miring dari orang2 yg hidup dizamannya baik dari sahabat maupun musuh2 yg memeranginya.
Respon saya=>Seperti yg pernah saya lontarkan sebelumnya, praktek pernikahan bocah cilik adalah praktek yg sudah lama dikenal in ancient times (walaupun sekali lagi saya tegaskan anda tidak akan mudah mencari referensi laki2 usia 50-an ngesex dengan bocah 9 tahun even in ancient times namun masih dikategorikan praktek lazim dan normal), dan dikarenakan civilization umat manusia yg saat itu masih belum semaju zaman sekarang cara berfikirnya, tentulah orang2 ga terlalu mempermasalahkan hal itu. That's why jika Anda ingin lebih menggali sejarah, ada yg dinamakan Dark Age, ada istilah orang2 barbar2. Orang2 barbar tidaklah selalu mempunyai makna orang tersebut orang yg vicious, cruel, tapi kata2 barbar sendiri bisa diapply pada orang2 yg cara berfikirnya masih primitif, hidupnya hanya berdasarkan survival instinct.

Dan ancient Culture juga less appreciate woman, so walaupun Muhammad yg kala itu sudah berumur 50-an mengawini dan ngesex dengan bocah 9 tahun, sekali lagi, walaupun itu tidak lazim dilakukan, zaman itu people less care about the woman. Jadi saya akuin akan sangat sulit mencari satu komentar miring dari orang2 yg hidup sejaman dengannya. Apalagi di Islam sendiri kalian mengenal zaman Jahiliyah yg selaras dengan penjelasan saya akan Dark Age. Menghargai wanita adalah hal terakhir yg dipikirkan oleh laki2 di jaman tersebut. According to Hadits, wanita itu hanya "ladang untuk bercocok tanam", selaras dengan zaman barbar yg memang hanya memperlakukan wanita sebagai asset, sebagai penghasil anak, dan saya akuin bahkan budaya diluar Timur Tengah juga demikian. So saya ga akan berasa terlalu aneh jika hal tersebut jarang diungkit2 baik oleh sahabat maupun musuh2nya Muhammad.

Seiring semakin majunya cara berfikir manusia, maka manusia menciptakan terminology pedophilia yg dengan mudah anda bisa pelajari di wikipedia. Istilah pedophilia ini ga akan berkembang at the first place kalo pria/wanita dewasa berhasrat sex terhadap anak kecil adalah hal yg normal. Saya secara pribadi ingin mengetahui apa pandangan anda soal pedophilia. Apakah menurut anda masih lazim jika ada pria umur 54-an yg bisa ngesex dengan bocah 9 tahun zaman sekarang? Bisakah anda memberikan saya pandangan anda akan hal ini?

Seperti yg sudah saya ungkapkan, saya (yg berumur 32) sudah berkali2 mangku anak perempuan cantik sahabat saya, dan berkali2 saya tidak bisa ereksi jika pantatnya menyentuh penis saya. Saya bukan cowo suci, saya akan menikah sebentar lagi dan jika saya berdua dengan pasangan saya, ga usah ampe saya mangku dia, saya melihat pantatnya saja saya sudah ereksi gila2an. Sekarang bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana Muhammad (yg kala itu berumur kurang lebih 54 thn), jika ia normal, bisa ereksi dan ngesex dengan Aisha yg notabene 9 thn?

Anda memberikan saya argumen bahwa sampai sekarang belum bisa diketemukan referensi dari sahabat/musuh Muhammad yg against that act, tapi saya juga sampai sekarang belum bisa ketemu satupun argumentasi Muslim/ah yg bisa menjawab dengan baik contoh simple dari saya. Saya adalah cowo normal senormal2nya, Jika saya bisa dengan mudah ereksi dengan pasangan saya yg beda umur 5 tahun dengan saya, dan tidak pernah ereksi dengan bocah 6 tahun anak sahabat saya, bagaimana Muhammad bisa melakukan hal itu?

Cuman ada 2 kemungkinan=> saya yg ga normal, atau Muhammad yg normal. Jika anda ingin membela Muhammad, dapatkah anda membuktikan ke saya bahwa sayalah yg ga normal?

Istilah pedophilia ga akan muncul kalo memang praktek laki2 54 thn ngesex dengan bocah 9 thn tersebut lazim Dear Miss X.
Miss X wrote:Lalu apakah seorang wanita yg sdh pubertas secara otomatis bisa disebut dewasa, tentulah tidak. Kedewasaan itu tdk diukur dari faktor usia ataupun kesuburan krn seseorang itu bisa mejadi dewasa bahkan sebelum memasuki usia pubernya. Didikan orang tua, kerasnya hidup, dan budaya sosial masyarakat menjadi faktor utama sbg penentu kedewasaan seseorang. Hal ini terbukti dan sejalan dgn referensi dari Akhi Aiman Bin Khalid yg bersumber dari pengalaman Iman Syafii serta beberapa kontradiksi yg dihadirkan seputar usia Aisha ketika dinikahi Muhammad 3 dan jika hipotesa mereka terbukti benar maka tentu asumsi Mas Pop ttg “contoh buruk” menikahi anak dibawah umur yg belum mengerti arti sebuah tanggung jawab sbg seorang istri dan ibu sdh terbantahkan. Usia yg kecil dimasa itu tdk secara otomatis berarti mereka not qualify enough untuk menjadi seorang istri dan ibu.
Ok, argumen anda cukup OK untuk hal ini. Saya mengakui mungkin saya terlalu memaksakan kondisi kedewasaan zaman sekarang di-apply ke zaman barbaric in ancient times. Mungkin adalah hal yg lazim jaman dahulu jika bocah 9 tahun sudah menikah dan keadaan memaksa mereka untuk dewasa sebelum waktunya. Saya akan berusaha fair dengan Anda jika jawaban anda memang ada common sense-nya. Tanggung jawab seorang ibu di jaman barbar tentulah berbeda dengan tanggung jawab seorang ibu di zaman modern sekarang ini, ok fair enough.
Miss X wrote:Kehidupan manusia brkembang semakin bebasnya sehingga peran orang tua sbg pendidik dan nilai dan norma masyarakat yg dulunya bersifat mengikat sdh tergantikan dan lama kelamaan terkikis habis. Saya tidak tau keadaan apa yg membuat orang2 dizaman ini berfikir bhwa sex education dan common knowladge yg dibutuhkan -padahal hewan saja tdk membutuhkannya- dlm menjalankan fungsi sbg ibu sehingga perlu disosialisasikan. Hal ini sdh menjadi adat istiadat orang tua meskipun blm terexpose secara formal melalui media. Saya juga merasa aneh kenapa Mas Pop begitu yakin bhwa bocah berumur 9 tahun tdk memiliki qualifikasi yg cukup untuk menjalankan biduk rumah tangga padahal banyak contoh kasus – termasuk orang tua saya – yg sukses mendidik anak dan menjadi rumah tangga yg langgeng meskipun menikah diusia sangat muda, dan mereka hanyalah salah satu diantara banyak pasangan muda yg menikah diusia dini. Masalah ukuran “V” vs “P” bknkah itu seharusnya bukanlah urusan kita tp merupakan “nego” yg mendalam antara keduanya? Sy blm pernah membaca satu hadist atau sirahpun yg menceritakan bhwa Aisha pernah mengalami pendarahan krn “diserang” oleh sesuatu yg besar .
Ok anggaplah emang banyak kasus parental cilik berhasil mendidik anak dan menjadi langgeng di usia yg sangat muda in ancient times. Saya sudah berikan pada komentar sebelumnya dan saya mengerti maksud anda. Jika anda tidak bisa terima argumen saya tentang tanggung jawab seorang ibu, saya bisa mengerti dan menerima pendapat anda, karena situasi zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Jaman globalisasi seperti sekarang ini, jika kita maen statistic, saya berani yakin less than 1% ibu usia 9 thn yg bisa mendidik anaknya dengan baik seorang diri, tapi jika dibandingkan zaman barbar dimana ketrampilan yg dibutuhkan untuk survive/earn living tidaklah sesulit jaman sekarang, ok lah saya bisa terima argumen anda.

Tapi terus terang saya ga bisa mengerti jalan pikiran anda ketika anda berkomentar=> Saya tidak tau keadaan apa yg membuat orang2 dizaman ini berfikir bhwa sex education dan common knowladge yg dibutuhkan -padahal hewan saja tdk membutuhkannya- dlm menjalankan fungsi sbg ibu sehingga perlu disosialisasikan.

Apakah maksud anda, zaman sekarang sex education tidak diperlukan? jadi maksud anda sah2 aja jika zaman sekarang anak umur 15 tahun ingin minta kawin dengan anak usia 9 thn tanpa mempertimbangkan kedewasaan mereka dan pengertian mereka akan sebab akibat dari sex dan tanggung jawab? anda yakin pernikahan anak2 jaman sekarang dengan usia tersebut bisa menghasilkan keluarga dengan pondasi ekonomi yg kuat (tanpa supply dari orangtua)? Saya akan sangat kaget jika statistik bisa membuktikan 1% saja pasangan cilik zaman ini (mandiri,tanpa bantuan orang tua setelah mereka menikah) bisa menafkahi anaknya dan membangun kehidupan keluarga yg layak zaman sekarang. Saya bisa mengerti jika anda berusaha untuk menyakinkan saya keadaan zaman dahulu berbeda dengan kondisi zaman sekarang. Tapi adalah jelas naif jika kita berfikir zaman sekarang sex education dan common knowledge tidak diperlukan.

Bagi binatang, naluriah mereka hanya ngesex, ngelahirin anak, nyusu-in anak secara instinct,anak belajar dari induknya bagaimana cara berburu dan akhirnya anak tersebut mandiri untuk survive hingga dewasa dan selanjutnya mengulangi siklus yg sama. Anda yakin sesimple itu juga tanggung jawab seorang ibu manusia?

Ayah saya lahir dari pernikahan usia dini kakek nenek saya. Keberhasilan dan kemandirian ayah saya based on the story was not because of the discipline method from his parent. Ayah saya lahir dari keluarga yg sangat miskin (sangat umum terjadi pada pernikahan usia dini dengan banyak anak). Kehebatan manusia adalah, dia bisa belajar dari kesalahan dirinya, kesalahan orang lain. Kerasnya kehidupan membuat ayah saya bekerja lebih giat dan sekolah lebih giat. Belajar dari pengalaman, ayah saya menikah di usia 25 dan membangun pondasi keluarga yg lebih kokoh dari orang tuanya. Bisakah saya sesumbar mengatakan keberhasilan ayah saya ini dikarenakan didikan dari orang tuanya?

Mengenai masalah ukuran Mr P dan V, ok ini memang argumen pribadi saya. Tidak apa2 jika anda ingin menyanggah dan saya juga ga akan refute balik. Saya tertarik komentar "ukuran Mr P dan V", tertarik komentar "ada alesan spiritual apa sih ampe seorang Nabi 54-an pengen cepet2 kawinin anak 9 thn, ga ada cewe dewasa laen apa" dikarenakan saya eneg dengan self proclaiming dari Muslim/ah seluruh dunia yg memuji2 akhlak Muhammad bahkan memberikan label manusia sempurna. Oh my goodness, jika Muhammad manusia sempurna, maka layaklah saya disebut manusia 1/2 dewa. Jika nafsu sex aja ga bisa dikendalikan, buat apa saya percaya orang tersebut adalah Nabi? Saya bukanlah Buddhist, tapi saya sangat mengagumi Nabi mereka Sidharta Gautama. Sex adalah salah satu hal tersulit untuk dikendalikan oleh laki2 normal. Saya ga habis pikir kenapa ada orang yg lebih mengagung2kan Nabi yg "kemampuan sex-nya 100 kali dari laki2 biasa" dibandingkan dengan pria yg bisa mengontrol hawa nafsunya.

Itu yg kadang2 saya ga bisa ngerti dari Muslim/ah. Kadang2 saking cintanya dengan Muhammad, mereka rela mempermalukan diri dengan argumen2 ****

Beranikah anda melepaskan putri anda jika putri 9 thn anda diminta nikah oleh muslim taat, suci, solehah berumur 54-an?
So far jawaban yg saya dapetin cuman, oo tentu ga boleh, ga adalah muslim yg seperti Muhammad yg sempurna bla bla and another stupid argument.

Ok let's back to the main topic. Main accusation dari kaffir FFI mengenai pernikahannnya dengan Aisha yg waktu itu masih 6 tahun dan ngesex dengannya 3 thn kemudian cuman satu : Muhammad itu pedophile.

Anda boleh mengabaikan argumen saya mengenai tanggung jawab seorang ibu, tapi anda tidak bisa mengabaikan pengalaman pribadi saya (yg saya juga cross check dengan sahabat2 saya (laki2 normal) yg laen, saya juga cross-check dengan definisi dari pedophilia itu sendiri di wikipedia) yg tidak bisa ereksi dengan bocah perempuan cantik manis umur 6 tahun, dan saya juga fully believe saya tidak akan bisa ereksi dengan bocah 9 tahun no matter how sweet, how pretty she is.

Saya menunggu jawaban logis dari Anda on how 50 year old dude could even had a sexual desire to 9 year old kid and consummated her if he was not a pedophile.
Miss X wrote: Dear Miss X,
Sebelumnya saya ingin express kekaguman saya terhadap cara berdebat Anda.
Anda muslimah paling sopan dan paling well educated di FFI yg pernah saya ajak debat sebelumnya.
Semoga banyak muslimah lain yg bisa meniru teladan Anda.
==========================================================================
Terima kasih Mas Pop atas pujiannya meskipun saya tidak merasa sedikitpun itu cocok buat saya. Saya merasa sangat tersanjung , orang sepintar dan open mainded sperti Mas Pop sudi berdiskusi dgn saya.
============================================================================

Respon saya=>Seperti yg pernah saya lontarkan sebelumnya, praktek pernikahan bocah cilik adalah praktek yg sudah lama dikenal in ancient times (walaupun sekali lagi saya tegaskan anda tidak akan mudah mencari referensi laki2 usia 50-an ngesex dengan bocah 9 tahun even in ancient times namun masih dikategorikan praktek lazim dan normal), dan dikarenakan civilization umat manusia yg saat itu masih belum semaju zaman sekarang cara berfikirnya, tentulah orang2 ga terlalu mempermasalahkan hal itu. That's why jika Anda ingin lebih menggali sejarah, ada yg dinamakan Dark Age, ada istilah orang2 barbar2. Orang2 barbar tidaklah selalu mempunyai makna orang tersebut orang yg vicious, cruel, tapi kata2 barbar sendiri bisa diapply pada orang2 yg cara berfikirnya masih primitif, hidupnya hanya berdasarkan survival instinct.

Dan ancient Culture juga less appreciate woman, so walaupun Muhammad yg kala itu sudah berumur 50-an mengawini dan ngesex dengan bocah 9 tahun, sekali lagi, walaupun itu tidak lazim dilakukan, zaman itu people less care about the woman. Jadi saya akuin akan sangat sulit mencari satu komentar miring dari orang2 yg hidup sejaman dengannya. Apalagi di Islam sendiri kalian mengenal zaman Jahiliyah yg selaras dengan penjelasan saya akan Dark Age. Menghargai wanita adalah hal terakhir yg dipikirkan oleh laki2 di jaman tersebut. According to Hadits, wanita itu hanya "ladang untuk bercocok tanam", selaras dengan zaman barbar yg memang hanya memperlakukan wanita sebagai asset, sebagai penghasil anak, dan saya akuin bahkan budaya diluar Timur Tengah juga demikian. So saya ga akan berasa terlalu aneh jika hal tersebut jarang diungkit2 baik oleh sahabat maupun musuh2nya Muhammad.

Seiring semakin majunya cara berfikir manusia, maka manusia menciptakan terminology pedophilia yg dengan mudah anda bisa pelajari di wikipedia. Istilah pedophilia ini ga akan berkembang at the first place kalo pria/wanita dewasa berhasrat sex terhadap anak kecil adalah hal yg normal. Saya secara pribadi ingin mengetahui apa pandangan anda soal pedophilia. Apakah menurut anda masih lazim jika ada pria umur 54-an yg bisa ngesex dengan bocah 9 tahun zaman sekarang? Bisakah anda memberikan saya pandangan anda akan hal ini?
============================================================================
Baik terima kasih Mas Pop atas tanggapannya. Mas Pop berasumsi bahwa praktek pedophilia sebenarnya sdh dianggap tidak normal sejak dulu. Namun hal ini tdk mendapatkan perhatian khusus karena kedudukan wanita saat itu dianggap tidak terlalu penting sehingga tdk ada satupun catatan khusus yg bisa dijadikan referensi untuk membuktikan bahwa praktek pedophilia sebenarnya adalah sebuah penyimpangan sexual yg telah dikenal masyarakat sejak lama. Ok, kl sebuah catatan khusus (referensi) Mas Pop jadikan standar untuk menilai apakah suatu masyarakat menghormati dan mengangkat harkat dan martabat perempuan, berarti tdk perlu diragukan lg bahwa kedatangan Islam telah memberi arti berbeda ttg hak – hak perempuan krn bisa Mas Pop check didalam Alquran , betapa banyak ayat – ayat yg memceritakan ttg perempuan sehingga diabadikan dlm satu surat bernama An Nisa ( perempuan ). So, kl mmg orang2 dlm peradaban pra Islam tdk pernah memberi perhatian khusus, maka perhatian Islamlah yg sesungguhnya telah mengangkat harkat dan martabat perempuan.

Dlm argumen sebelumnya, saya mengemukakan bahwa saya belum membaca baik didalam sirah dan atau hadis mauquf yg mengecam perbuatan beliau yg menikahi dan menyetubuhi Aisha yg umurnya terpaut sangat jauh, baik dari kalangan sahabat maupun musuh2nya. Kenapa saya menganggap ini penting , karena saya ingin Mas Pop tau apakah perbuatan tersebut melanggar norma dan nilai yg berlaku sehingga Rasulullah itu tak pantas disebut Nabi dan uswatun hasanah. Cemoohan dan gosip dalam kajian ilmu sosiologi yg berkembang sekarang ini merupakan salah satu alat pengendali sosial 1. Cemoohan dan gosip merupakan salah satu indikasi terjadinya pelanggaran norma di masyarakat sehingga menjadi suatu bentuk hukuman yg lbh menyakitkan daripada hukuman fisik yg berdampak pada hancurnya reputasi seseorang dihadapan masyarakat. Logikanya, ketika masalah pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab diangkat oleh musuh-musuhnya untuk menghancurkan reputasinya dimata umat, bagaimana bisa sebuah kejahatan seksual sekelas pedophilia tidak digunakan oleh mereka, jika seandainya mereka menganggap pedophilia ini bknlah hal yg lazim dilakukan sebagaimana ketidaklaziman menikahi mantan istri dari anak angkat dalam kebudayaan Arab?

Sebenarnya ada sedikit kebingungan dlm benak saya ttg standar apa yg Mas Pop gunakan dlm menyikapi mslh ini dan saya juga bingung harus menggunakan standar yg mana untuk menjawab pertanyaan Mas Pop ttg pandangan saya, sbg manusia yg hidup dizaman dulu atau sbg manusia yg hidup dizaman skrg ? Mas Pop yg saya hormati, dlm hal ini saya mencoba memberikan pandangan yg objektif berdasarkan waktu, tempat dan keadaan meskipun saya adalah manusia yg hidup dizaman ini dan semoga dialog kita ini tidak dibumbui oleh sentimen pribadi thdp objek yg sdg kita bahas.

Saya akan memberi sedikit analogi sederhana :
Ketika teknologi berupa pemantik atau korek api belum ditemukan, manusia menggunakan 2 buah batu untuk menyulut api. Sbg manusia dizaman ini, bgmn kita bisa mengatakan mereka primitif jika mereka mmg belum mengenal apa yg dinamakan pemantik atau korek api? Seandainya dulu mereka tau ada cara yg lebih mudah, apakah mereka msh akan menggunakan 2 buah batu?

Hal ini juga berlaku bagi kasus yg disebut pedophilia ini karena istilah ini baru ada setelah mgkn berabad abad lamanya dan belum dikenal sbg suatu penyimpangan sexual yg fatal. Tentu kita tdk bisa memaksa orang2 dahulu untuk menggunakan standar yg kita gunakan karena setiap manusia itu hidup dgn beradaptasi dgn lingkungannya. Apa yg mereka pandang baik dahulu tentulah tidak sama dgn nilai2 yg kita pegang sbg suatu kebaikan saat ini. Tp satu hal bahwa praktik pedophilia itu merupakan sebuah kelainan psikologis yg memerlukan bahasan lebih jauh lagi dan mohon maaf Mas Pop itu bkn kulifikasi saya. Tp jika Mas Pop bertanya ttg pandangan saya mengenai Pedophilia, tentulah pandangan saya tdk jauh berbeda dgn Mas Pop karena kita hidup dizaman yg sama.Saya tdk mau tergiring pada satu opini yg membuat saya mengadakan suatu pembenaran tdhp sesuatu yg tidak benar, apa yg Mas Pop anggap salah tentu itu jg berarti salah dimata saya...tp itu hanya berlaku bagi orang2 yang sezaman dgn kita yg menggunakan standar nilai yg sama sebagaimana yg kita anut saat ini.
==================================================================
Seperti yg sudah saya ungkapkan, saya (yg berumur 32) sudah berkali2 mangku anak perempuan cantik sahabat saya, dan berkali2 saya tidak bisa ereksi jika pantatnya menyentuh penis saya. Saya bukan cowo suci, saya akan menikah sebentar lagi dan jika saya berdua dengan pasangan saya, ga usah ampe saya mangku dia, saya melihat pantatnya saja saya sudah ereksi gila2an. Sekarang bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana Muhammad (yg kala itu berumur kurang lebih 54 thn), jika ia normal, bisa ereksi dan ngesex dengan Aisha yg notabene 9 thn?

Anda memberikan saya argumen bahwa sampai sekarang belum bisa diketemukan referensi dari sahabat/musuh Muhammad yg against that act, tapi saya juga sampai sekarang belum bisa ketemu satupun argumentasi Muslim/ah yg bisa menjawab dengan baik contoh simple dari saya. Saya adalah cowo normal senormal2nya, Jika saya bisa dengan mudah ereksi dengan pasangan saya yg beda umur 5 tahun dengan saya, dan tidak pernah ereksi dengan bocah 6 tahun anak sahabat saya, bagaimana Muhammad bisa melakukan hal itu?

Cuman ada 2 kemungkinan=> saya yg ga normal, atau Muhammad yg normal. Jika anda ingin membela Muhammad, dapatkah anda membuktikan ke saya bahwa sayalah yg ga normal?

Istilah pedophilia ga akan muncul kalo memang praktek laki2 54 thn ngesex dengan bocah 9 thn tersebut lazim Dear Miss X.

============================================================================
Dari Umar bin Khathab Ra. berkata : "Aku telah mendengar rasulullah saw.bersabda : Sesunggunya segala amalan itu tergantung pada niatnya. dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasulNya, ia akan sampai pada Allah dan RasulNya.dan barang siapa hijrahnya menuju dunia yang akan di perolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa yang dituju. (HR : Bukhari & Muslim)

Innama a’maluu binniyat : sesungguhnya segala amalan itu bergantung pada niat. Hadist ini memiliki tingkatan tertinggi (muttafaq ‘alaih). Ketika Mas Pop dihadapkan pada 2 keadaan, seorang gadis cilik nan cantik dan calon istri Mas Pop yg aduhai, tentu Mas Pop juga memiliki niat yang berbeda terhadap keduanya sehingga Mas Pop berlaku sebagaimana yg Mas Pop niatkan. Tidak sedikit kita lihat di media ttg kasus perkosaan gadis2 kecil oleh orang2 yg sdh tua renta tp kenapa keinginan yg sama tidak menghampiri Mas Pop? Ttentu jawabannya karena ada perbedaan niat antar Mas Pop dgn mereka.

Jika berbicara bagaimana Beliau bisa ereksi dgn seorang bocah cilik? Sekali lg, sdh diberikan sebuah referensi yg jelas dari Akhi Ayman Bin Khalid yg bersumber dr pengalaman Imam As syafii mengenai sebuah tempat dimana wanita terlihat lebih tua dari umurnya dan kita, baik Mas Pop maupun saya, tdk melihat dgn jelas ukuran tubuh Aisha saat di setubuhi apalagi ukuran “V” nya. Tp setidaknya saya dan saudara muslim lainnya memiliki sebuah referensi yg ckp valid sbg pijakan kami dlm beragumen bahwa dikala itu Aisha sudah cukup pantas untuk disetubuhi dan tdk ada pemaksaan secara sexual appn thdp Aisha yg pernah diriwayatkan dalam hadist mauquf manapun kecuali Aisha mengarungi malam pertamanyanya dgn perasaan malu bukan takut seperti seorang anak kecil (Dari Asma’ binti Abubakar), bgmana dgn Mas Pop ?
==================================================================
Apakah maksud anda, zaman sekarang sex education tidak diperlukan? jadi maksud anda sah2 aja jika zaman sekarang anak umur 15 tahun ingin minta kawin dengan anak usia 9 thn tanpa mempertimbangkan kedewasaan mereka dan pengertian mereka akan sebab akibat dari sex dan tanggung jawab? anda yakin pernikahan anak2 jaman sekarang dengan usia tersebut bisa menghasilkan keluarga dengan pondasi ekonomi yg kuat (tanpa supply dari orangtua)? Saya akan sangat kaget jika statistik bisa membuktikan 1% saja pasangan cilik zaman ini (mandiri,tanpa bantuan orang tua setelah mereka menikah) bisa menafkahi anaknya dan membangun kehidupan keluarga yg layak zaman sekarang. Saya bisa mengerti jika anda berusaha untuk menyakinkan saya keadaan zaman dahulu berbeda dengan kondisi zaman sekarang. Tapi adalah jelas naif jika kita berfikir zaman sekarang sex education dan common knowledge tidak diperlukan.

Bagi binatang, naluriah mereka hanya ngesex, ngelahirin anak, nyusu-in anak secara instinct,anak belajar dari induknya bagaimana cara berburu dan akhirnya anak tersebut mandiri untuk survive hingga dewasa dan selanjutnya mengulangi siklus yg sama. Anda yakin sesimple itu juga tanggung jawab seorang ibu manusia?

Ayah saya lahir dari pernikahan usia dini kakek nenek saya. Keberhasilan dan kemandirian ayah saya based on the story was not because of the discipline method from his parent. Ayah saya lahir dari keluarga yg sangat miskin (sangat umum terjadi pada pernikahan usia dini dengan banyak anak). Kehebatan manusia adalah, dia bisa belajar dari kesalahan dirinya, kesalahan orang lain. Kerasnya kehidupan membuat ayah saya bekerja lebih giat dan sekolah lebih giat. Belajar dari pengalaman, ayah saya menikah di usia 25 dan membangun pondasi keluarga yg lebih kokoh dari orang tuanya. Bisakah saya sesumbar mengatakan keberhasilan ayah saya ini dikarenakan didikan dari orang tuanya?

=========================================================================

Terima kasih Mas Pop sudah menyatakan sesuatu dgn terbuka. Tanpa mengurangi hormat sy, saya rasa kita sedang membicarakan ttg seorang gadis kecil yg dinikahi oleh pria yg umurnya terpaut sangat jauh yg dlm hal ini, Muhammad adalah seorang laki – laki yg mapan dlm hal ekonomi. Jd saya rasa , mslh ekonomi tdk ada hubungannya dgn apa yg sedang kita bahas.

Sex dan menjadi seorang ibu, seperti yg Mas Pop sebutkan, bersifat alamiah meskipun ibu2 sekarang ini berfikir lebih maju dlm hal kepengurusan anak. Istilah sex education ini sama seperti pedophilia, baru dikenal karena belum ada dizaman ortu sy dulu...masih tabu katanya. Tp jika kita membuat statistik, orang tua dizaman mana yg lebih berhasil mendidik anaknya dan lebih berhasil mempertahankan biduk rumah tangganya....zaman sekarang atau zaman dulu ?
==================================================================

Mengenai masalah ukuran Mr P dan V, ok ini memang argumen pribadi saya. Tidak apa2 jika anda ingin menyanggah dan saya juga ga akan refute balik. Saya tertarik komentar "ukuran Mr P dan V", tertarik komentar "ada alesan spiritual apa sih ampe seorang Nabi 54-an pengen cepet2 kawinin anak 9 thn, ga ada cewe dewasa laen apa" dikarenakan saya eneg dengan self proclaiming dari Muslim/ah seluruh dunia yg memuji2 akhlak Muhammad bahkan memberikan label manusia sempurna. Oh my goodness, jika Muhammad manusia sempurna, maka layaklah saya disebut manusia 1/2 dewa. Jika nafsu sex aja ga bisa dikendalikan, buat apa saya percaya orang tersebut adalah Nabi? Saya bukanlah Buddhist, tapi saya sangat mengagumi Nabi mereka Sidharta Gautama. Sex adalah salah satu hal tersulit untuk dikendalikan oleh laki2 normal. Saya ga habis pikir kenapa ada orang yg lebih mengagung2kan Nabi yg "kemampuan sex-nya 100 kali dari laki2 biasa" dibandingkan dengan pria yg bisa mengontrol hawa nafsunya.

Itu yg kadang2 saya ga bisa ngerti dari Muslim/ah. Kadang2 saking cintanya dengan Muhammad, mereka rela mempermalukan diri dengan argumen2 **** seperti yg bisa anda baca di
wanita-sebagai-saksi-t42425/
muslim-netral-vs-pop-eye-t42400/


Ok let's back to the main topic. Main accusation dari kaffir FFI mengenai pernikahannnya dengan Aisha yg waktu itu masih 6 tahun dan ngesex dengannya 3 thn kemudian cuman satu : Muhammad itu pedophile.

Anda boleh mengabaikan argumen saya mengenai tanggung jawab seorang ibu, tapi anda tidak bisa mengabaikan pengalaman pribadi saya (yg saya juga cross check dengan sahabat2 saya (laki2 normal) yg laen, saya juga cross-check dengan definisi dari pedophilia itu sendiri di wikipedia) yg tidak bisa ereksi dengan bocah perempuan cantik manis umur 6 tahun, dan saya juga fully believe saya tidak akan bisa ereksi dengan bocah 9 tahun no matter how sweet, how pretty she is.

Saya menunggu jawaban logis dari Anda on how 50 year old dude could even had a sexual desire to 9 year old kid and consummated her if he was not a pedophile.

==========================================================================
Mas Pop yg cerdas tapi terkadang lucu, saya terkadang geli ketika melihat teman2 Mas Pop selalu mengangkat masalah sex untuk menjatuhkan reputasi Muhammad. Tidakkah ada cara yang lebih terpuji untuk menunjuki orang lain kejalan yg lebih benar drpd apa yg Beliau ajarkan ?

Mas Pop, semua hal memang memiliki difinisi tapi tak semua difinisi bisa diaplikasi tanpa adanya kriteria khusus untuk meletakkan suatu kata atau kalimat pada posisi yg tepat. Contohnya kata "take", apakah selalu bermakna "mengambil" jika diletakkan pd kalimat manapun ?
Saya ingin mengcopy pertkataan salah seorang muslimah FFI :

Yang terpenting dari membaca bukanlah copas tapi yg terpenting adalah proses berfikir

Sedikit saja, jika kita mengambil contoh dari orang2 pedophilia di zaman ini yg kita lihat ramai diberita, adakah salah satu dari mereka ( tersangka ) yang menunggu 3 thn – atau bberapa bln saja- untuk menyetubuhi korban2nya? – kl mmg keberatan, Mas Pop tak perlu menjawabnya krn mmg ini sdh berupa pertanyaan dan jawaban-

Saya dan semua muslimah itu tdk ****. Karena kami tau siapa Beliau -lebih dari yg Mas Pop tau- itu sebabnya kami mencintainya. Dia dicintai krn orang2 telah mengenalnya..bkn seperti kita yg dicintai krn org2 tidak mengenal kita yg sesungguhnya. Saya tdk pernah melihat satu laki – lakipun yg mampu menempatkan akhlaknya ditempat tertinggi diatas semua nafsunya selain Beliau.

================================================================
Beranikah anda melepaskan putri anda jika putri 9 thn anda diminta nikah oleh muslim taat, suci, solehah berumur 54-an?
So far jawaban yg saya dapetin cuman, oo tentu ga boleh, ga adalah muslim yg seperti Muhammad yg sempurna bla bla and another stupid argument.

==========================================================================
Jawaban saya sama seperti jawaban Mas Pop
=================================================================

Best regards
Last edited by Pop Eye on Wed Jun 22, 2011 9:12 am, edited 3 times in total.
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

Miss X wrote::Baik terima kasih Mas Pop atas tanggapannya. Mas Pop berasumsi bahwa praktek pedophilia sebenarnya sdh dianggap tidak normal sejak dulu. Namun hal ini tdk mendapatkan perhatian khusus karena kedudukan wanita saat itu dianggap tidak terlalu penting sehingga tdk ada satupun catatan khusus yg bisa dijadikan referensi untuk membuktikan bahwa praktek pedophilia sebenarnya adalah sebuah penyimpangan sexual yg telah dikenal masyarakat sejak lama. Ok, kl sebuah catatan khusus (referensi) Mas Pop jadikan standar untuk menilai apakah suatu masyarakat menghormati dan mengangkat harkat dan martabat perempuan, berarti tdk perlu diragukan lg bahwa kedatangan Islam telah memberi arti berbeda ttg hak – hak perempuan krn bisa Mas Pop check didalam Alquran , betapa banyak ayat – ayat yg memceritakan ttg perempuan sehingga diabadikan dlm satu surat bernama An Nisa ( perempuan ). So, kl mmg orang2 dlm peradaban pra Islam tdk pernah memberi perhatian khusus, maka perhatian Islamlah yg sesungguhnya telah mengangkat harkat dan martabat perempuan.
Anda yakin perhatian Islamlah yg sesungguhnya telah mengangkat harkat dan martabat perempuan ?

Zaman Nabi Musa:
1. Pernikahan dengan lebih dari 1 istri diizinkan (walaupun dalam Bible sendiri mencatat Zippora selama ia hidup adalah istri Musa satu2nya, dan ada theory yg mengatakan later on Musa menikah lagi ketika Zippora wafat). Jadi walaupun Musa memberikan izin untuk melakukan perceraian, dia sendiri bukan pelaku aktif dari kawin-cerai dan punya banyak istri
2. Hukum rajam batu terhadap wanita jika ketahuan berzinah, ga beda jauh dengan Nabi anda.

Zaman Yesus yg datang sekitar 1400 tahun setelah Musa
1. Yesus menentang perceraian, apa yg sudah disatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia.
Yesus menantang kaum2 agama Yahudi yg hendak merajam batu seorang perempuan yg ketahuan berzinah, apakah ada dari si
pelempar batu ini yg tidak pernah berdosa selama hidupnya, dan pada akhirnya karena malu, satu persatu para perajam itu pergi
sendiri, dan Yesus sendiri pada akhirnya berkata pada wanita penzinah itu : Akupun tidak akan menghukum engkau, pergilah
DAN JANGAN BERBUAT DOSA LAGI.

Yesus mengajarkan (hal yg sama juga sudah diajarkan oleh Confusius yg hidup sebelum era Yesus): Perlakukan orang lain seperti
anda ingin sendiri diperlakukan,
jangan perlakukan orang lain dengan standard dimana anda sendiri tidak ingin diperlakukan demikian. Laki2 nature-nya juga
tidak ada yg mao dimadu, so kenapa juga tega melakukan sesuatu yg dirinya sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu?

Terinspirasi dari kehidupan Yesus yg sangat menghargai wanita, Christian memperlakukan system menikah hanya dengan satu
pasangan, hanya maut yg memisahkan pasangan yg sudah bersumpah setia dihadapan Tuhan.

Filsuf2 setelah zaman Yesus, prior to Muhammad time.
1. Salah satu artikel yg sudah saya terjemahkan di Resource Centre FFI, membuktikan bahwa Rufus bahkan melakukan perombakan
besar dengan cara berfikir budaya barbar masa lalu yg tidak menhargai wanita dengan menyatakan bahwa tugas istri/wanita
bukan hanya sumur, dapur dan kasur. Wanita berhak mendapatkan pendidikan yg setara dengan laki2 serta pemikiran2 beradab
lainnya yg dapat anda baca di http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ta-t40924/

Zaman Muhammad sang pembawa Alquran:
1. Back to zaman Musa, boleh kawin cerai lagi, boleh punya istri max 4 semuanya ditambah dengan syarat2 bagi Muslim,
tapi aturan ini ga berlaku untuk Muhammad yg mempunyai istri lebih dari 4 (seperti biasa alasan Muslim=>pengecualian buat
Muhammad yg punya akhlak sempurna, mengawini janda2 dengan tujuan mulia dan hal2 lain yg sering jadi bahan ketawaan orang2
kaffir).
2. Muhammad dengan mudah mengambil istri anak angkatnya, mengambil istri musuh yg dia bunuh, tapi dengan mudahnya dia
memberikan maklumat bagi istri2nya untuk tidak boleh menikah lagi setelah ia wafat dengan alasan itu menyakiti hati Allah
dan Rasulnya.
3. Muhammad mengajarkan untuk mendisiplin istri dengan memukul mereka jika perlu. Tentulah Muslim semua pada stress dan
berusaha untuk menjelaskan kepada kami arti memukul itu maksudnya adalah pukulan yg ringan.
4. Surat An Nisa di Alquran yg menghargai perempuan seperti yg anda describe.

Tanpa perlu ada Alquran dan petuah2 dari Nabi anda, prior to the Islam era, sudah ada Nabi, pemikir/filsuf/org2 well educated yg sudah punya pandangan yg luar biasa tentang penghargaan terhadap wanita dan menginspirasi orang2 sejamannya terlepas zaman tersebut masih era yg umumnya tidak menghargai wanita.

Dear Miss X, justru jika Anda berusaha jujur untuk melihat kehidupan pribadi Nabi anda yg katanya sangat sempurna akhlaknya itu, terjadi degradasi rule2 yg sudah dibuat oleh Nabi, pemikir2 jaman sebelum era Muhammad.

Sungguh setiap kali pecinta Islam berusaha menyakinkan dunia bahwa Islamlah yg mengangkat harkat dan martabat, based on perbandingan zaman yg saya sebutkan diatas, saya tidak bisa menahan ketawa.
Miss X wrote: :Dlm argumen sebelumnya, saya mengemukakan bahwa saya belum membaca baik didalam sirah dan atau hadis mauquf yg mengecam perbuatan beliau yg menikahi dan menyetubuhi Aisha yg umurnya terpaut sangat jauh, baik dari kalangan sahabat maupun musuh2nya. Kenapa saya menganggap ini penting , karena saya ingin Mas Pop tau apakah perbuatan tersebut melanggar norma dan nilai yg berlaku sehingga Rasulullah itu tak pantas disebut Nabi dan uswatun hasanah. Cemoohan dan gosip dalam kajian ilmu sosiologi yg berkembang sekarang ini merupakan salah satu alat pengendali sosial 1. Cemoohan dan gosip merupakan salah satu indikasi terjadinya pelanggaran norma di masyarakat sehingga menjadi suatu bentuk hukuman yg lbh menyakitkan daripada hukuman fisik yg berdampak pada hancurnya reputasi seseorang dihadapan masyarakat. Logikanya, ketika masalah pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab diangkat oleh musuh-musuhnya untuk menghancurkan reputasinya dimata umat, bagaimana bisa sebuah kejahatan seksual sekelas pedophilia tidak digunakan oleh mereka, jika seandainya mereka menganggap pedophilia ini bknlah hal yg lazim dilakukan sebagaimana ketidaklaziman menikahi mantan istri dari anak angkat dalam kebudayaan Arab?
Dear Miss X,
Zaman barbar (termasuk di luar daerah Timur Tengah sekalipun) memperlakukan raja sebagai segala-galanya. Bukan hal yg aneh jika raja meminta apapun dari rakyatnya (termasuk istrinya sekalipun). Raja adalah supreme ruler, segala perintahnya adalah mutlak. Jadi dimata musuh2 Muhammad sekalipun, itu adalah praktek yg bisa diterima karena musuh mereka mungkin juga melakukan hal yg sama. Pengikut Muhammad memperlakukan dirinya sebagai raja, bahkan lebih dari itu, menganggap dirinya sebagai dewa. Bahkan sudah dikenal kebudayaan jaman dahulu dimana salah satu ibadah pagan adalah dimana perempuan2 beribadah dengan cara melacurkan diri kepada Nabi2nya. Adalah suatu kehormatan dan kebanggaan kalo perlu diusahakan bagi setiap wanita zaman barbar yg memuja dewanya untuk menikah dengan Nabinya. Jadi point anda hanya menjelaskan bahwa perbuatan Muhammad mengambil istri anak angkatnya, ngesex dengan bocah 9 thn adalah hal yg bisa diterima oleh budaya barbar. Tapi bukan berarti praktek budaya barbar tersebut adalah bermoral. Anda tidak bisa berharap terlalu banyak akan theory gossip dan cemoohan untuk jaman2 barbar seperti ini.

Semakin anda "memaksa" kami para kaffir untuk menerima perbuatan Muhammad karena itu tidak bertentangan dengan zaman barbar, semakin kami convinced bahwa Nabi anda tidak lain tidak bukan hanyalah manusia biasa yg terdorong dengan nafsu dunia dan praktek barbar zaman itu.

Mengapa pengikut Sidharta Gautama dan Yesus terinspirasi dan mengikuti beliau2?
Karena teladan hidup dari mereka (kasih, pengorbanan, self control) di zaman barbar terbukti masih berlaku hingga zaman sekarang.

Kualitas dan teladan hidup mereka yg masih bisa diapplied di zaman sekarang saja sudah membuktikan akhlak mereka diatas Muhammad. Anda tidak akan pernah bisa menemukan seseorang yg meneladani sikap hidup Sidharta dan Yesus (dari sumber yg sahih) dimana dampak dari tindakan mereka akan membahayakan nyawa orang lain, atau jika kita perkecil scope kita ke topic ini, akan ngesex dengan anak kecil.
Miss X wrote: :Saya akan memberi sedikit analogi sederhana :
Ketika teknologi berupa pemantik atau korek api belum ditemukan, manusia menggunakan 2 buah batu untuk menyulut api. Sbg manusia dizaman ini, bgmn kita bisa mengatakan mereka primitif jika mereka mmg belum mengenal apa yg dinamakan pemantik atau korek api? Seandainya dulu mereka tau ada cara yg lebih mudah, apakah mereka msh akan menggunakan 2 buah batu?

Hal ini juga berlaku bagi kasus yg disebut pedophilia ini karena istilah ini baru ada setelah mgkn berabad abad lamanya dan belum dikenal sbg suatu penyimpangan sexual yg fatal. Tentu kita tdk bisa memaksa orang2 dahulu untuk menggunakan standar yg kita gunakan karena setiap manusia itu hidup dgn beradaptasi dgn lingkungannya. Apa yg mereka pandang baik dahulu tentulah tidak sama dgn nilai2 yg kita pegang sbg suatu kebaikan saat ini. Tp satu hal bahwa praktik pedophilia itu merupakan sebuah kelainan psikologis yg memerlukan bahasan lebih jauh lagi dan mohon maaf Mas Pop itu bkn kulifikasi saya. Tp jika Mas Pop bertanya ttg pandangan saya mengenai Pedophilia, tentulah pandangan saya tdk jauh berbeda dgn Mas Pop karena kita hidup dizaman yg sama.Saya tdk mau tergiring pada satu opini yg membuat saya mengadakan suatu pembenaran tdhp sesuatu yg tidak benar, apa yg Mas Pop anggap salah tentu itu jg berarti salah dimata saya...tp itu hanya berlaku bagi orang2 yang sezaman dgn kita yg menggunakan standar nilai yg sama sebagaimana yg kita anut saat ini.
Dear Miss X, anolagi anda sama sekali tidak menjawab permasalahan moral yg kita hadapi.
Case 2 batu Vs pemantik hanya menjelaskan ke saya bahwa zaman dahulu, dengan keterbatasan kecerdasan manusia, tentulah masih depend on 2 batu, seiring dengan bertambah cerdasnya manusia, manusia mampu menciptakan pemantik untuk menyalakan api dengan cara yg sangat cepat.

Zaman ketika menggunakan batu untuk menyalakan api, hampir semua manusia purba menggunakan cara itu (kecuali jika memang ada segelintir ras manusia purba yg sangat cerdas yg bisa melakukannya dengan cara yg lebih efektif). Zaman ketika Muhammad ngesex dengan dengan bocah 9 thn, hanya segelintir adult men yg tidak normal naluri sexnya yg melakukan hal itu. Even zaman Muhammad sekalipun anda tidak akan mudah menemukan tua bangka 52 thn ngesex dengan bocah 9 thn.


Zaman dahulu, sama sekali tidak diperlukan adanya kecerdasan bagi pria dewasa untuk bisa membedakan memilih ngesex dengan bocah 9 thn atau ngesex dengan perempuan dewasa. Yg diperlukan hanya naluri sex normal dari laki2. Sama sekali tidak ada hubungannya standard zaman dahulu dengan zaman sekarang kalo soal urusan EREKSI.
Miss X wrote::Jika berbicara bagaimana Beliau bisa ereksi dgn seorang bocah cilik? Sekali lg, sdh diberikan sebuah referensi yg jelas dari Akhi Ayman Bin Khalid yg bersumber dr pengalaman Imam As syafii mengenai sebuah tempat dimana wanita terlihat lebih tua dari umurnya dan kita, baik Mas Pop maupun saya, tdk melihat dgn jelas ukuran tubuh Aisha saat di setubuhi apalagi ukuran “V” nya. Tp setidaknya saya dan saudara muslim lainnya memiliki sebuah referensi yg ckp valid sbg pijakan kami dlm beragumen bahwa dikala itu Aisha sudah cukup pantas untuk disetubuhi dan tdk ada pemaksaan secara sexual appn thdp Aisha yg pernah diriwayatkan dalam hadist mauquf manapun kecuali Aisha mengarungi malam pertamanyanya dgn perasaan malu bukan takut seperti seorang anak kecil (Dari Asma’ binti Abubakar), bgmana dgn Mas Pop ?
Darimana anda yakin referensi anda valid dan bisa dipertanggung-jawabkan secara logis?
Apakah anda hendak menyakinkan saya Aisha bukan manusia biasa? Alien mungkin? bocah 9 thn tapi dengan penampilan fisik seperti gadis 20 thn yg normal?

Dear Miss X, kita sedang beradu argumentasi dengan hal2 yg logic. Bukan dengan referensi2 yg tidak bisa dipertanggungjawabkan secara akal sehat manusia.

Umat Budha percaya referensi Kitab mereka yg mengatakan ketika Sidharta lahir, berbeda dengan bayi normal, bayi ini sudah bisa berjalan dan melakukan segelintir hal2 fantastis lainnya. Kira2 anda bisa terima argumen mereka ga kalo case ini diperhadapkan pada argumentasi logis?
http://en.wikipedia.org/wiki/Miracles_of_Gautama_Buddha

Referensi bayi Sidharta sudah bisa berjalan pada saat ia lahir di bumi adalah iman dari orang2 Buddhist dan itu adalah hak mereka. But whether the case make a good reasoning for common sense debate case is another thing.

Klaim yg anda paparkan kepada saya adalah argumentasi sangat klasik dari Muslim2 seluruh dunia. Adalah hak bagi2 setiap muslim untuk punya blind faith atas keyakinan anda dari referensi mengatakan bahwa umur 9 thn Aisha somehow secara ajaib sudah memiliki fisik layaknya wanita dewasa. Tapi adalah konyol jika hal ini dibawa ke dalam perdebatan yg menggunakan akal sehat.

Islam sendiri tidak percaya evolusi Darwin yg mengatakan manusia adalah hasil evolusi dari kera. Bagaimana kalian bisa percaya bocah 9 thn di zaman Muhammad bisa berevolusi/bermutasi tubuhnya menjadi perempuan dewasa?

Saya pernah liat di tivi case dimana anak yg terlihat sangat tua padahal masih bocah. Namun tidak perlu 1 menit bagi otak saya untuk mencerna bahwa wajah bocah tersebut sangat weird, ketara banget kelainan hormon, muka tetep muka anak kecil tapi sudah keriput dan tumbuh kumis.

Ada juga case acro megali, dimana seorang bocah yg jauh lebih tinggi dari bocah2 seusianya. Tapi sekali lagi, dari penampilan fisik, terlihat banget ukuran badannya yg tidak proporsional, muka sedikit idiot, yg pada akhirnya semua orang tau bocah ini mengalami kelainan hormon.

Jika Muslim masih insist untuk memegang theory bocah yg terlihat berfisik dewasa sebelon waktunya, tentulah muslim juga harus terima dari contoh case2 yg saya sebutkan diatas, Aisha berpenampilan seperti itu. Bukankah jauh lebih menjijikan jika bahkan Muhammad bisa bernafsu sex dengan bocah seperti itu ?

Ok saya buat perbandingan simple untuk klaim klasik yg anda ajukan VS kami para kaffir
Muslim masa kini
- Saksi hidup pada zaman Muhammad/Aisha =>Tidak
- Referensi yg digunakan =>Referensi yg katanya cukup valid
- Argumentasi =>Aisha walaupun berumur 9 tahun tapi fisiknya sudah selayaknya seperti wanita dewasa pada umumnya yg siap untuk
disetubuhi

VS

Kaffir masa kini
- Saksi hidup pada zaman Muhammad/Aisha=>Tidak
- Referensi yg digunakan=>Hadits Sahih Bukhari yg diakui Muslim diseluruh dunia
- Argumentasi=> Lebih dari satu ayat Hadits yg mencatat Aisha berumur 6 tahun dan masih maen boneka dan ayunan dan berumur 9
tahun pada saat ngesex dengan Muhammad. Berdasarkan informasi umur dan tingkah laku Aisha pada saat itu, kaffir berkesimpulan
tidak ada bukti apapun (selain iman buta) bahwa Aisha berpenampilan fisik layaknya wanita dewasa. Aisha hanyalah bocah cilik umur
9 tahun, dengan tingkah laku anak 9 tahun dan fisik anak 9 tahun, maka belon pantas untuk disetubuhi dan tidak akan
membangkitkan hawa nafsu laki2 dewasa normal pada umumnya.

Coba luangkan waktu sejenak untuk menilai secara objective perbandingan diatas, pendapat manakah yg akan dinilai lebih masuk akal oleh independent reader/judger, despite kita berdua sama2 tidak hidup di zaman Muhamad dan Aisha.
Miss X wrote::Innama a’maluu binniyat : sesungguhnya segala amalan itu bergantung pada niat. Hadist ini memiliki tingkatan tertinggi (muttafaq ‘alaih). Ketika Mas Pop dihadapkan pada 2 keadaan, seorang gadis cilik nan cantik dan calon istri Mas Pop yg aduhai, tentu Mas Pop juga memiliki niat yang berbeda terhadap keduanya sehingga Mas Pop berlaku sebagaimana yg Mas Pop niatkan. Tidak sedikit kita lihat di media ttg kasus perkosaan gadis2 kecil oleh orang2 yg sdh tua renta tp kenapa keinginan yg sama tidak menghampiri Mas Pop? Ttentu jawabannya karena ada perbedaan niat antar Mas Pop dgn mereka.


Dear Miss X
Contoh case: Jika tanpa sepengetahuan saya, pasangan saya masuk kamar saya dan sedang ganti baju, dan pada saat pulang dari kantor saya membuka pintu kamar saya dan TANPA SENGAJA/NIAT saya melihat dirinya ganti baju dan bertelanjang bulat didepan saya, naluriah sex normal laki2 saya akan membuat saya ereksi.

Atau jika misalnya, saya hendak berdiskusi dengan colleague saya, saya hampiri dia didepan Desktopnya, dan ternyata di depan monitor Desktopnya dia lagi nonton film porno dan saya jadi secara ga sengaja ngeliat cewe telanjang, saya akan ereksi.

Ereksi dari contoh diatas bukanlah dari NIAT SAYA UNTUK EREKSI, TAPI INSTINCT SEX NATURAL SAYA SEBAGAI LAKI2 NORMAL.
NIAT PUNYA PENGARUH UNTUK SAYA MELAMPIASKAN NAFSU SEKSUAL SAYA, TAPI UNTUK BISA BER-EREKSI, SETIAP LAKI2 BUTUH OBJECT YG BISA MERANGSANGNYA. BAGI LAKI2 NORMAL, ORIENTASI SEKSUALNYA TENTULAH DENGAN TUBUH WANITA DEWASA. BAGI PEDOPHILE ORIENTASI SEKSUALNYA TENTULAH DENGAN TUBUH BOCAH CILIK.

Bocah 6 tahun anak sahabat saya, mao saya niat gendong dia, mao niat liatin dia telanjang, saya tidak akan ereksi, boro2 kepikir ngesex dengannya, ereksi aja engga. Saya jamin semua laki2 normal akan mengerti penjelasan saya. Ga ada hubungannya dengan argumen anda dikarenakan niat. Saya tidak akan pernah memperkosa/melakukan hal2 cabul kepada anak temen saya bukan karena saya orang suci, tapi karena saya orang normal.

Contoh yg anda paparkan tentang kakek tua renta yg cabul terhadap bocah cilik hanya membuktikan bahwa memang kasus pedophilia terjadi di Indonesia. Jika ereksi aja ga bisa, gimana ada niat untuk perkosa? Jika kakek tersebut bisa perkosa anak kecil, berarti ia bisa dirangsang secara seksual oleh tubuh bocah cilik yg menyebabkan dirinya ereksi. As simple as that.

Kakek2 normal hanya terangsang oleh wanita dewasa, contoh case yg cukup ngetop adalah ketika bos kaya raya Majalah Playboy yg berusia 60-an yg hendak menikah dengan model berusia 25 thn. https://secure.wikimedia.org/wikipedia/ ... ugh_Hefner
Miss X wrote::Mas Pop, semua hal memang memiliki difinisi tapi tak semua difinisi bisa diaplikasi tanpa adanya kriteria khusus untuk meletakkan suatu kata atau kalimat pada posisi yg tepat. Contohnya kata "take", apakah selalu bermakna "mengambil" jika diletakkan pd kalimat manapun ?
Hadits tanpa malu2 mencatat umur Aisha adalah 6 tahun saat dia married, dan 9 tahun saat dia di consummate.
Tidak diperlukan adanya kriteria khusus untuk mengerti bahwa Aisha masih bocah cilik saat ia menikah, dan melakukan sex pertama kalinya saat ia berumur 9 tahun dengan Muhammad.

Memangnya apa sih kriteria khusus yg bisa memberikan makna lain pada kata CONSUMMATED, MARRIED, bilangan 6 dan 9 tahun?
Penasaran saya :)
Miss X wrote::Mas Pop yg cerdas tapi terkadang lucu, saya terkadang geli ketika melihat teman2 Mas Pop selalu mengangkat masalah sex untuk menjatuhkan reputasi Muhammad. Tidakkah ada cara yang lebih terpuji untuk menunjuki orang lain kejalan yg lebih benar drpd apa yg Beliau ajarkan ?
Kami para kaffir juga tidak kalah geli dengan kalian para Muslim yg segitu cinta mati dengan Muhammad. Jelas2 muslim semua self proclaim bahwa Muhammad bermoral sempurna, Nabi terakhir penyempurna ajaran Nabi2 lain sebelumnya, terus apanya yg aneh jika kami para kaffir mengangkat issue sex untuk mempertanyakan self proclaiming kehebatan moral Muhamamd?

Sex sejak zaman purba hingga saat ini dan akan selama2nya menjadi pergumulan terbesar kaum laki2 normal. That's why kaffir mengagumi Sidharta dan Yesus yg begitu luar biasa mendedikasikan hidupnya untuk manusia dan mengesampingkan hawa nafsu sex dunianya.

Salahkan jika kami menggunakan otak kami untuk mengkaji apakah benar Nabi anda Nabi penyempurna ajaran sebelumnya?

Salahkah kami menggunakan otak kami untuk mengkaji apakah benar Nabi anda seperti yg Muslim2 katakan, sempurna akhlaknya?

Salahkan kami , setelah membaca sumber2 sahih dari muslim sendiri dan mengetahui bahwa Nabi anda tercatat sebagai orang yg mengambil istri dari anak angkatnya, ngawinin bocah cilik, ketahuan ngesex dengan Mariyah di ranjangnya Hafsa pada saat giliran sexnya Hafsa sehingga Hafsa murka serta petualangan2 sex lainnya membuat kami para kaffir mengambil kesimpulan bahwa Nabi anda sama sekali tidak ada bedanya dengan pemimpin perang zaman barbar lain yg tidak bisa mengendalikan hawa nafsu sexnya, sehingga ia sama sekali tidak pantas disebut sebagai Nabi dengan akhlak paling sempurna?

Pernah sister Miki FFI ngepost comment bagi Muslimah di Facebook, Bagaimana pendapat anda tentang kakek tua umur 52 thn yg ngesex dengan bocah cilik 9 thn, tanpa pikir panjang, muslimah ini langsung menjawab itu adalah perbuatan terkutuk, immoral, namun pada saat yg sama setelah itu sis Miki memberikan bukti2 Hadits2 bahwa Muhammad melakukan hal itu, langsung sis Miki dibanned dan dituduh sebagai orang2 yg hendak menjelek2an Rasul Allah. Double standard ini sungguh menggelikan.

Anda geli melihat kami sama seperti kami juga geli melihat kalian. Biarlah independent reader/judger yg menilai "geli" siapa yg paling logis.
Miss X wrote: :Saya dan semua muslimah itu tdk ****. Karena kami tau siapa Beliau -lebih dari yg Mas Pop tau- itu sebabnya kami mencintainya. Dia dicintai krn orang2 telah mengenalnya..bkn seperti kita yg dicintai krn org2 tidak mengenal kita yg sesungguhnya. Saya tdk pernah melihat satu laki – lakipun yg mampu menempatkan akhlaknya ditempat tertinggi diatas semua nafsunya selain Beliau.
Bagaimana anda bisa mengklaim diri anda tau siapa Muhammad melebihi saya jika baik anda dan saya tidak pernah bertemu dengan Muhammad dan bahkan tidak hidup sejaman dengannya?

Anda bersaksi tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah, anda bahkan belum pernah bertemu dengannya. Anda jelas bukanlah saksi yg qualified di pengadilan.

Jika ikutin standard kalian, saya juga bisa bersaksi bahwa Julius Caesar itu Rasul Allah.

Oh my goodness, jika model seperti Muhammad yg anak kecil aja diembat, istri bejibun anda katakan akhlaknya tertinggi, berarti harusnya anda juga harus fair bahwa Sidharta dan Yesus sudah selayaknya anda tempatkan sebagai manusia berakhlak dewa.
Miss X wrote::Yang terpenting dari membaca bukanlah copas tapi yg terpenting adalah proses berfikir
Sedikit saja, jika kita mengambil contoh dari orang2 pedophilia di zaman ini yg kita lihat ramai diberita, adakah salah satu dari mereka ( tersangka ) yang menunggu 3 thn – atau bberapa bln saja- untuk menyetubuhi korban2nya? – kl mmg keberatan, Mas Pop tak perlu menjawabnya krn mmg ini sdh berupa pertanyaan dan jawaban-
Setuju..proses berfikir juga akan terlihat dari kualitas debat dari seseorang. Sekarang tinggal anda yg menunjukkan kepada saya, apa sih definisi copas bagi anda?

Saya sama sekali tidak keberatan untuk menjawab pertanyaan anda mengenai waktu tunggu 3 tahun.
Apakah dengan memberikan saya contoh pedophile zaman ini yg tidak bisa menunggu 3 tahun, anda hendak menggunakan waiting period 3 thn sebagai tolak ukur apakah suatu tindakan dinyatakan NORMAL atau tidak?

http://en.wikipedia.org/wiki/Pedophilia
Wikipedia mengkategorikan 2 jenis pedophile:
1. Exclusive pedophile => pedophile yg murni cuman suka anak kecil
2. Non Exclusive pedophile => pedophile yg bisa berbirahi terhadap baik orang dewasa maupun anak kecil

Kriteria no 2 lah yg paling cocok dgn Nabi anda

Apa anehnya jika Nabi anda bisa sabar menunggu hingga 3 tahun? According to his rule, Muhammad mengizinkan Muslim bersetubuh dengan istri2nya dan budak2nya. Selama 3 tahun, Muhammad either bisa ngesex dengan istri/budak2nya dikarenakan Nabi anda itu bukan pedophile yg murni cuman suka anak kecil. Jadi kebutuhan sexualnya masih ada pelampiasan.
Last edited by Pop Eye on Mon Aug 15, 2011 9:01 am, edited 3 times in total.
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

Miss X wrote:Terima kasih Mas Pop atas tanggapannya yg mmg sangat saya tunggu. Sebelumnya Mas Pop berdalih mengatakan bahwa sulitnya mencari referensi mengenai pedophilia sbg tindakan amoral yg telah dikenal sejak zaman pra Islam adalah dikarenakan appn yg menyangkut wanita saat itu kurang mendapat perhatian, meskipun saya sdh tau bahwa itu hanya sebuah alasan . Sepertinya argumen Mas Pop diatas sdh menembak kaki Mas sendiri krn sgt bertolak belakang dgn pernyataan Mas Pop sebelumnya. Mas Pop sendiri telah membuktikan bhwa sudah ada kemajuan dlm berfikir bahkan sebelum Muhammad datang membawa risalah sehingga memang seharusnya semua hal yg menyangkut sejarah memiliki catatan masing – masing termasuk masalah wanita dan norma-norma yg berlaku dlm suatu masyarakat yg memaksa para anggotanya untuk mematuhinya dgn berbagai ancaman . Jadi alasan ketidakmampuan mencari referensi mengenai ketidaknormalan menikahi seorang gadis kecil dimasa itu adalah nol besar. Jika dosa zinah mendapat hukuman fisik berupa rajam, bgmana mungkin tdk ada satupun catatan mengenai bentuk hukuman bagi pendosa pedophilia meskipun hanya sebuah gosip atau celaan sebagaimana pendosa homoseksual?? Bagaimana celah sbg “seorang pedophilia” tdk tercatat pernah menciderai reputasi Muhammad sbg seorang Nabi pada masanya baik dari sahabat-sahabatnya yg setia menulis appn ttg beliau dan dari para musuhnya yg setia mencari celah keburukannya ?? Jelas ini memperkuat hipotesa saya bahwa pedophilia, ditinjau dari ilmu sosiologi, bukanlah sebuah penyakit masyarakat sebagaimana istilah yg berkembang saat ini karena tidak ada satupun gejala sosial yg tercatat dalam sejarah pra Islam maupun Pasca Islam sebelum abad ke 20 yang membuktikan bhwa ini adalah sebuah perbuatan tercela yg membuat Muhammad tdk pantas menyandang gelar sbg NABI.

Mohon maaf Mas Pop, kita tidak sedang bicara ttg hak – hak perempuan, sifat pengampunan, dan kesetiaan. Tp kita sedang membicarakan ttg PEDOPHILIA dan fokuskan arah diskusi ini pd topic ini.
Salah satu argumen anda yg sangat menarik untuk topic pedophilia ini adalah : Anda terus menerus meminta saya untuk menerima logika Muslim pada umumnya : Jika praktek pedophilia jaman dahulu tidak mendapatkan kecaman, maka sudah sepantasnya kami para kaffir menerima argumen kalian bahwa praktek pedophilia tidak dinilai bermoral di zaman itu.

Perbudakan zaman dahulu adalah hal yg bisa diterima di zaman sebelum dan sesudah Muhammad (termasuk oleh Muhammad sendiri). Walaupun sama2 manusia ciptaan Tuhan, karena perang, karena agama, karena alasan apapun, suatu suku/bangsa bisa menempatkan diri mereka lebih superior dari suku/ras lain dan membenarkan diri mereka untuk enslave ras lain. Dan seperti yg anda tahu, hidup budak hanya tergantung oleh belas kasihan tuanya, mereka hampir tidak mempunyai hak. Perbudakan zaman dahulu adalah practice yg bisa diterima, tapi bukan berarti ini membuktikan bahwa perbudakan adalah hal yg bermoral.

Jika anda merasa kaffir masa kini yg menciptakan definisi Pedophilia dan ngebanned hal tersebut padahal zaman dahulu tidak ada yg mempermasalahkan, sekarang silahkan anda jawab : Minum alkohol dan berjudi adalah hal yg diterima di Saudi Arabia zaman Muhammad. Kenapa Muhammad memutuskan untuk nge-banned hal tersebut?

Saya tau kita sedang membicarakan tentang pedophilia. ANda meminta saya untuk fokus dalam hal ini sementara pada saat yg sama Anda mengatakan MUhammad yg mengangkat harkat dan martabat perempuan. Jadi apa yg salah jika saya paparkan perbandingan zaman sebelum MUhammad dan Muhammad mengenai harkat martabat perempuan selain pedophilia? Apakah harkat dan martabat perempuan hanya terbatas pada masalah pedophilia?

Apakah ada yg salah pada logika saya jika counter muslim yg self proclaim tentang Muhammad mengangkat harkat martabat perempuan dengan issue2 dibawah :
- Hukum rajam terhadap wanita pezinah
- Wanita tidak boleh menolak bersetubuh dengan suaminya, that's why ga ada seorang istri bisa menuntut suaminya untuk WIFE RAPE
di negara2 SYARIAH.
- Wanita diizinkan untuk dipukul
- Wanita hanya boleh bersuamikan satu, laki boleh beristrikan banyak
- Nilai kesaksian wanita hanya 1/2 dari laki2.
- and many more.

Dear Miss X, saya tau anda mencintai Muhammad (tidak ada yg meragukan hal itu), tapi tolong tunjukkan letak kesalahan saya yg anda katakan tolong focus terhadap masalah PEDOPHILIA. Apakah anda kira harkat dan martabat perempuan hanya senilai jika anda bisa memenangkan argumen terhadap saya mengenai masalah PEDOPHILIA?

APanya yg salah jika saya membawakan issue2 yg berhubungan dengan claim anda mengenai harkat dan martabat perempuan?
Kecuali jika memang harkat dan martabat perempuan hanya berkisar seputar masalah PEDOPHILIA, saya baru bisa terima kritikan anda bahwa saya out of context.
Miss X wrote: Mas Pop yang saya hormati, saya tidak berdiri disini sbg seorang umat yg sedang membela Nabinya tp saya disini sbg lawan debat anda yg mengajak anda berfikir secara objektif tentang sejarah dgn mempelajari gejala – gejala yg menyertainya untuk menarik sebuah kesimpulan yg sesuai atau minimal mendekati kenyataan.Saya kenal Mas Pop sbg org yg sgt cerdas dlm setiap postingan anda dan saya yakin bahwa Mas Pop pun tau bgmna cara berdiskusi dgn objektif tanpa melibatkan emosi dan perasaan sentimentil. Saya sangat berusaha untuk tidak mencampuradukan perasaan saya sbg seorang wanita dalam diskusi ini. Bagaimana kita memaksakan suatu standar yg baru saja kita buat tanpa meminta kesepakatan mereka?? Bahwa setiap norma dan nilai dalam masyarakat itu ada atas kesepakatan bersama dan menjadi hukum secara turun temurun baik suka ataupun tidak. Kalau pendapat Mas Pop itu benar adanya, maka Yesus andapun termasuk seorang bar bar karena tdk pernah menyinggung masalah pedophilia ini dlm ajarannya.
Bagaimana anda bisa berkata anda tidak sedang membela Nabi kesayangan anda dan berdiri sebagai lawan debat saya mengajak saya berfikir secara objektif tentang sejarah, jika anda sudah memposisikan diri Anda lebih mengenal Muhammad dibandingkan dengan saya, itu sebabnya anda mencintainya?

Mari kita flash back ucapan anda in our previous debate.
Quote Miss X:"Saya dan semua muslimah itu tdk ****. Karena kami tau siapa Beliau -lebih dari yg Mas Pop tau- itu sebabnya kami mencintainya. Dia dicintai krn orang2 telah mengenalnya..bkn seperti kita yg dicintai krn org2 tidak mengenal kita yg sesungguhnya. Saya tdk pernah melihat satu laki – lakipun yg mampu menempatkan akhlaknya ditempat tertinggi diatas semua nafsunya selain Beliau".


Anda sedang berusaha untuk tidak mencampur-adukkan perasaan anda sebagai wanita karena anda menyadari dengan jelas posisi Nabi anda pasti akan dalam masalah besar. Akan beda ceritanya jika yg melakukan activity ngesex dengan bocah 9 tahun ini adalah kakek2 masa kini. Objectivity anda sangat dipengaruhi oleh cinta anda terhadap Muhammad.

Saya tidak cerdas, tapi umumnya ketika saya berargumen, sebelum saya nge-post, saya sudah berdiskusi dengan orang2 yg tidak anti Islam ex: bos saya orang bule (yg programming skill-nya diatas saya, fyi saya adalah programmer) yg tidak anti Islam dalam dunia nyata. Saya berikan dia study case, saya tidak bawa2 Islam, saya minta dia bandingkan juga dengan zaman pra Islam.

Umumnya saya selalu kalah debat dengan bos saya jika menyangkut programming skill, banking business, karena dia bener2 jago dan luar biasa otaknya. Tapi sepintar apapun beliau, tetep aja dia ga bisa menyanggah argumen saya dari hasil debat saya dengan Anda ketika saya memintanya menilai secara objective. Bos saya hanya menyanggah saya karena dia tidak sependapat bahwa Muhammad ngesex dengan AIsha pada usia 9 tahun. Ia yakin Aisha disetubuhi pada saat ia sudah menjadi wanita dewasa seperti pendapat2 Muslim2 lain yg berusaha menyangkal keabsahan umur 9 tahun Aisha pada saat diconsummated. Selain daripada itu, bos saya setuju sepenuhnya dengan saya bahwa even di zaman barbar, praktek tua bangka 52 tahun consummated gadis kecil 9 tahun bukanlah hal yg lazim dan normal.

Saya masih jauh lebih menghargai muslim2 yg berusaha untuk mencari bukti bahwa usia Aisha bukanlah 9 tahun (terlepas dari mereka jadinya plintir2 ayat dan ngambil referensi tidak sahih) waktu dia di consummated. Muslim2 seperti itu jelas lebih jalan otaknya, sadar perdebatan apapun tidak akan dimenangkan oleh Muslim/ah selama mereka masih memegang theory Aisha berumur 9 tahun. Itu sebabnya muncul muslim2 seperti Minaret yg berusaha memberikan bukti/referensi lain mengenai umur 9 tahun, dimana jika mereka bisa memenangkan argumen bahwa umur Aisha bukanlah 9 thn, tuduhan terhadap pedophilia Muhammad akan dipatahkan.

Jadi bukan hanya saya dan para kaffir lain yg sadar weak point dari Muhammad untuk hal ini. Bahkan sodara2 muslimmu juga sudah banyak yg sadar akan hal ini, itu sebabnya sudah semakin berkembang theory2 dari Muslim yg berusaha menyanggah kevalidan umur Aisha. So let me tell you, bahkan lawan debat anda bukanlah cuman kami saja para kaffir, tapi juga sodara2 anda sendiri.

Untuk masalah anda dengan Yesus, saya akan more than happy untuk berdiskusi dengan Anda di topik diskusi yg baru.
Miss X wrote: Mas Pop yg saya hormati, ada baiknya jika semua dugaan sementara dari Mas Pop disertai dgn bukti – bukti dan referensi yg menguatkan yg menjadi pijakan dlm berfikir, bukan hanya sekedar omongan kosong yang “maksa” untuk dihubung – hubungkan. Saya tdk melihat adanya kerasionalan dalam berfikir seperti yg selalu dibangga-banggakan oleh kafir melainkan hanya tumpahan kebencian tanpa dasar yang jelas dan cenderung dibuat dan diada-adakan. Saya tidak memaksa Mas Pop untuk menerima Beliau sbg seorang Nabi, saya hanya meminta Mas Pop untuk mampu membuktikan semua tuduhan tercela itu dgn cara terpuji dan dgn referensi yg jelas.

Satu point pengakuan bahwa ada “kemungkinan” semua orang melakukan hal yang sama [ praktek pedophilia] sdh dgn sendirinya menjawab bahwa masyarakat tdk menganggap ini sbuah perbuatan tercela yg melanggar norma, lalu kenapa kita dijaman ini sibuk mendikte orang – orang yg tdk satu persepsi dgn kita?? Bagaimana jika kita meminta pendapat orang-orang zaman dulu ttg cara hidup kita, apa Mas Pop yakin bahwa mereka pasti mengaggap kita lebih berperadaban? Ini adalah standar yg benar – benar kacau balau.
Dear Miss X, kami para kaffir menggunakan referensi dari Hadits Sahih Bukhari, yg diakui oleh Muslim diseluruh dunia. Anda butuh bukti apalagi selain itu?

Ada lebih dari 5 ayat Hadits sahih yg jelas2 menunjukkan Aisha berumur 9 tahun saat diconsummate oleh Nabi anda yg berbeda umur lebih dari 40 tahun darinya.

Dan terakhir saya temukan bukti lagi dari Sahih Hadits:
Narrated 'Aisha: I used to play with the dolls in the presence of the Prophet, and my girl friends also used to play with me. When Allah's Apostle used to enter they used to hide themselves, but the Prophet would call them to join and play with me. (The playing with the dolls and similar images is forbidden, but it was allowed for 'Aisha at that time, as she was a little girl, not yet reached the age of puberty.) (Fateh-al-Bari page 143, Vol.13)

Anda baca baik2 referensi diatas. Bagian yg di bold, itu yg buat pernyataan tersebut bukan kami para kaffir, tapi si Penulis hadits sendiri. Ayat2 Hadits yg lain memang tidak ada yg terang2an nulis seperti itu, tapi ayat Hadits yg satu ini dengan begitu gamblang si Penulis menjelaskan kepada pembaca Muslim agar Aisha terbebas dari dosa penyembahan berhala. Bukti apalagi yg anda butuhkan?

Saya tertarik dengan kata2 anda : kenapa kita dijaman ini sibuk mendikte orang – orang yg tdk satu persepsi dgn kita.
Jika saya memaksakan anda harus menerima argumen saya, dan jika anda tidak bisa menerima, saya akan hukum anda, mungkin anda bisa bilang saya mendikte anda.

Kata dictator/diktator berasal dari kata kerja dictate/dikte, orang yg hanya mendikte orang lain untuk melakukan/mempercayai apa yg dia yakini terlepas dari benar apa salah, tidak ada yg namanya perdebatan dan argumentasi, dan jika orang lain tersebut menolak, maka akan ada sanksinya.

Saya seperti kaffir pada umumnya. Saya tidak terlahir dengan membenci Islam. Saya pikir semua agama baik. Saya tidak membenci Islam karena propaganda kaffir akan ajaran Islam. Tapi saya membenci ajaran Islam karena saya mengalami langsung tindakan permusuhan dan rasialisme dari Muslim/ah yg ketika saya compare dengan ajarannya ternyata match dan hampir semua kaffir di FFI juga ternyata mengalami pengalaman yg sama dengan saya. Awalnya kami juga berfikiran sama seperti anda itu adalah oknum.

Apa yg kami para kaffir lakukan hanya menyediakan wadah website dan mengadakan ajang debat logis dan biarkan independent reader/judger yg menilai Islam. Tidak ada hukuman/sanksi apapun jika tidak ada yg percaya dengan informasi kami, Jika karena kami mengkritisi moral Muhammad dengan akal logika kami, anda merasa itu berarti kami mendikte Muhummad, silahkan anda belajar lagi definisi kata dikte.

Itu sebabnya saya menyukai ide untuk berdebat di internet yg bisa dibaca oleh semua Muslim dan non Muslim, semua orang pro/anti Muslim atau orang yg netral/independent yg tidak memihak siapapun. Anda boleh berkata kami tidak rasionalis, tapi so far setiap kali saya memberikan argumentasi saya untuk dibaca orang yg tidak anti Islam sekalipun seperti bos saya, beliau tidak bisa menyanggah argumen saya. Apakah ini berarti saya lebih jago dari bos saya? Ini hanya membuktikan indenpendent judger bisa menilai kami secara objektif dan mengerti jalan logika kami terlepas dari mereka sendiri mungkin tidak anti Muhammad.
Miss X wrote: Saya ingin mengekspresikan rasa kecewa saya krn setiap kali muslim mengangkat perbandingan antara ajaran Islam VS agama-agama sebelumnya, Mas Pop dan teman – teman akan berteriak menang karena sepertinya kami ini telah tersudut sehingga menggunakan agama lain sbg tameng. Saya berusaha untuk tidak menyinggung tokoh agama maupun agama manapun krn saya benar – benar fokus sbg muslimah yg mencoba mengklarifikasi kerancuan cara berfikir kafir thdp Muhammad tp bkn berarti saya tak mampu membeberkan semua kebobrokan agama lain, toh itu tak sedikitpun membuat Mas Pop bergeming terhadap tuduhan-tuduhan yg ditujukan pada Islam dan Muhammad dan itu sedikitpun tdk menguntungkan saya . Tentu Mas Pop akan sangat kaget atau berusaha menutup – nutupi seandainya saya beberkan bahwa ternyata di Perjanjian Lama ternyata ada catatan ttg praktek Pedophilia bahkan dgn bocah berumur 2 thn tp anehnya saya tdk melihat adanya kecaman mengenai hal itu. Belum lagi praktek incest, selingkuh dgn menantu, berhubungan sex dgn budak, bahkan praktek poligami yg dilakukan oleh Yesus anda meskipun anda akan membantah bahwa itu tdk terdapat dalam Perjanjian baru. Tp Mas Pop, saya akan tetap anggap bahwa agama anda itu baik krn saya yakin bahwa banyak hal – hal baik didalam agama anda yg membuat anda tetap bertahan menganutnya . Jadi, kita tidak perlu OOT kemana – mana. Jika Mas Pop dkk keberatan jika kebobrokan agama anda diperbandingkan dgn Islam...maka jgn pernah berharap bisa memperbandingkan kebaikannya dgn Islam. Itu adalah sebuah prinsip yg fair. Saya tidak **** Mas Pop.
I'm fully agreed anda tidak ****.
Namun blind faith anda menguasai nalar anda, dan pada akhirnya blind faith anda yg menang.

Saya tidak akan menutup2i case incest, berhubungan sex dengan budak di Bible di Old Testament, bahkan saya bisa tunjukkan ayatnya. Saya tau jelas ayat apa yg anda maksud dan saya akui praktek itu memang terjadi di Old Testament. Tapi so far saya belum pernah ketemu satu referensi sahih dalam Bible yg mengizinkan praktek pedophilia. Keep in mind saya berbicara Bible, bukan Talmud, bukan buku2 Yahudi yg lain yg sering digunakan Muslim2 untuk menyerang Kekristenan. Sumber sahih umat Kristen diseluruh dunia hanya satu : BIBLE.

Tenang aja, jika anda ingin membuat diskusi baru mengenai Alkitab, saya akan dengan senang hati melayani anda.
Saya tidak bermasalah dengan kebobrokan agama kami para kaffir diperbandingkan oleh umat Islam. Namun satu hal yg saya cukup bangga katakan bahwa so far kami para kaffir belon pernah menemukan satupun kejahatan kemanusiaan yg dilakukan oleh oknum manapun yg bisa mengatasnamakan mereka lakukan dengan mengikut sunnah Sidharta Gautama atau Yesus Kristus. Kalaupun ada, tidak ada Bible atau Tripitaka sahih yg bisa mereka gunakan no matter how hard they want to twist the verse.
Miss X wrote: Saya tdk menyebutkan bahwa analogi saya diatas telah mewakili ttg apa yg sedang kita bahas. Saya hanya memberi satu gambaran bagaiamana lingkungan memperngaruhi cara berfikir manusia dimana seorang manusia akan berlaku sesuai apa yg ditetapkan lingkungannya sbg suatu hal yg baik.

Karena berkembangnya pola pikir manusia, sehingga lahirlah istilah Pedophilia di abad 20. Begitu banyak hal – hal yg melatarbelakangi hal ini, salah satunya karena banyaknya anak – anak yg menjadi korban pencabulan orang dewasa disuatu negara x dan amazing...justru istilah ini muncul di negara mayoritas kafir dgn sample kasus Pedophilia murni dinegara tersebut dgn Yesus sbg teladannya. Dengan orang sekelas Confusius dizaman pra Islam dan Richard von Krafft-Ebing diabad ke 20-an, bagaimana terdapat rentang waktu yg begitu jauh hanya untuk merumuskan satu istilah yg disebut PEDOPHILIA, wat happened??

Para pedophil dulunya kemana aja??

Mas Pop, coba sedikit kritis dlm berfikir...jgn kuasai diri anda dgn kebencian yg buta. Didalam rentang waktu yg begitu lama selalu ada alasan dan faktor – faktor, yg secara langsung maupun tidak, menggeser norma – norma dan nilai yg berlaku dimasyarakat, baik itu menuju kearah yg lebih baik maupun tidak. Apakah faktor – faktor itu? Karena kita sama-sama tidak hidup dizaman Aisha, untuk meneliti lebih jauh mslh ini , yg bisa kita lakukan hanyalah membuat hipotesa sementara. Salah satu dugaan sementara dari saya adalah perubahan bentuk tubuh manusia, bukan dari kera menjadi manusia tp adanya perubahan bentuk tubuh dan pernyusutan. Nanti dulu kita urusin masalah ereksi... nanti Mas Pop jadi tegang (heheh...bercanda Mas)
Sebagai contoh, It is a common knowledge even though the majority of American is so called a Christian, tapi hukum negara mereka memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan sekuler. Di Amerika sekolah Kristen yg memaksakan non Kristen untuk berdoa ala Kristen sebelum kelas dimulai akan bisa dituntut secara hukum. Gay marriage,abortion diperbolehkan karena hukum mereka tidak berasaskan Kekristenan, tapi murni hanya pada logika sekulerisme. So apa yg hendak anda point out jika memang istilah ini muncul dari negara mayoritas pengikut teladan Yesus? Memang betul negara mereka mayoritas ngaku Kristen, tapi jelas negara tersebut bukanlah mayoritas pengikut teladan Yesus karena itu jelas cacat logika since Jesus never set any example like that dari sumber sahih Bible.

Para pedophil dari dulu ya disitu-situ aja neng. Masalah istilah itu baru dirumuskan beribu-ribu tahun kemudian ga ada hubungannya dengan moral.

Hahahaaha....iya boleh lah kita urusin ereksi lagi nanti. Saya takut bisa ga ereksi nih kalo ngomongin bocah cilik 9 tahun terus.
Bagaimana kalo kita ngomongin tubuh wanita dewasa aja biar saya ereksi ? hahahaha....becandain kamu juga ah
Miss X wrote: Hmmm...masalah bermain boneka, coba Mas Pop lihat artis –artis di TV yg masih setia mengoleksi boneka hingga dewasa, apakah itu bs menjadi ukuran kedewasaan atau indikasi kecilnya ukuran “V” seorang wanita? NO WAY..

Saya bukan salah seorang pendukung teori evolusi Darwin krn saya berpegang pada Alquran yg mengatakan bahwa manusia diciptakan dlm bentuk yang paling sempurna. Saya tdk sedikitpun mau mengakui teori bohong yg diciptakan orang2 kafir yg mengatakan manusia adalah sbg hasil mutasi kera, biar Mas Pop aj yg meyakini hal itu [ heheh..becanda.com ]
Sekarang gini aja, berhubung kita2 sama ga hidup di zaman Muhammad Aisha, berarti kita harus bermain statistika.
Hadits Sahih dengan jelas mencatat informasi dibawah:
1. Usia Aisha 6 tahun
2. Aisha main boneka dan ayunan.
3. Keterangan dari Penulis Hadits mengapa Aisha diizinkan bermain boneka.

Jika hal ini dipaparkan bagi independent judger, walaupun mungkin tidak semua menyetujui argumen saya, tapi jika kita maen persentase kemungkinan, lebih mungkin diterima mana pendapat saya yg mengatakan bahwa Aisha masih bocah cilik VS pendapat anda yg mengatakan dia sudah dewasa? Memangnya berapa sih umur artist2 yg anda kasih referensi itu?

Kami akan terkesan maksa jika memang Hadits hanya mencatat bahwa Aisha maen boneka and kami mengclaim Aisha bocah cilik.
Namun Hadits juga memberikan kami informasi umur. Dan bahkan dari referensi yg saya berikan diatas, si Penulis Hadits bahkan memberikan pendapatnya mengenai kenapa Aisha diizinkan bermain boneka agar AIsha tidak dipersalahkan atas dosa penyembahan berhala. Pendapat dari Penulis itu jelas=>Aisha masih belon reached the age of puberty, masih di considered anak kecil.
Miss X wrote: Apa yg disebutkan Iman Syafii dlm pengalamannya itu adalah mengenai suatu masyarakat disuatu tempat...bukan satu dua orang yg punya kelainan hormon. Ada satu hadist yg shahih yg secara tidak langsung menguatkan pernyataan itu :

Rasullulah berasbda : “Allah menciptakan adam dengan tinggi enam puluh hasta. Kemudian setelah Adam, makhluk itu semakin berkurang tingginya seperti sekarang ini“ (HR.Bukhari)
1
Jika : 1 hasta = 45,72 CM maka tinggi Nabi Adam kurang lebih 27 Meter 2

Lalu bandingkan dgn tinggi manusia saat ini yang maksimal 2 meter :
27 – 2 M = menyusut hingga 25 M ? ini teori evolusi ala Rasulullah ya, dari hadist terpercaya yg dapat dijadikan hujjah.

Dalam rentang waktu dari :
zaman Nabi Adam ? Zaman Muhammad ? Zaman kita
kita prediksi penyusutannya :
27 M? 27~2 M ( ? ) ? 2 M

Tentu teori saya lebih masuk akal kecuali jika Mas Pop bisa membuktikan bahwa Nabi Adam memiliki kelainan hormon sehingga dia bisa setinggi itu. Tidak usalah kita bandingkan dgn manusia dizaman Adam, ukuran tubuh saya ketika kelas 6 SD 15 thn yang lalu dan ukuran tubuh keponakan saya yg kelas SMP saat ini saja, sudah beda jauhnya apalagi zaman kakak2 saya, mereka lebih montok – montok lagi. So, kemungkinan saya lebih besar bahwa bentuk tubuh Aisha saat itu sdh sangat mampu membuat seorang laki – laki ereksi bahkan berkali – kali.
Sebelum anda buru2 mengatakan theory anda lebih masuk akal, ada baiknya kita analisa dulu claim anda.
Sangat menarik membaca cara debat anda yg sering meminta saya memberikan bukti/referensi kepada anda mengenai praktek pedophilia dianggap tidak normal zaman dahulu kenapa ga ada sanksinya/cemoohan dan lain tapi anda sendiri jarang memberikan saya referensi logis untuk claim anda.

PR anda yg sudah saya jawab:
1. Mengapa Muhammad tidak dikecam pedophile jika melanggar norma2 barbar=> Jawaban saya, Perbudakan zaman dahulu juga
adalah praktek biasa dan tidak melanggar norma2 zaman barbar, tapi apakah berarti perbudakan bukan tindakan keji dan immoral?

Sudah berulang2 saya jelaskan anda tidak bisa berharap banyak dari normanya zaman barbar, tapi oke lah jika anda masih tidak
puas, anggap aja ini PR anda buat saya, karena anda tetap insist saya harus memberikan satu referensi aja mengenai norma zaman
barbar yg mengecam tindakan Muhammad.

PR saya buat anda, yg saya dapatkan dari argumen anda, SAYA AKAN APPLIED STANDARD ANDA, tolong gunakan independent reference/sumber pengetahuan yg diakui oleh dunia, bukan buku agama:
1. Berikan saya referensi dari sumber sejarah independent bahwa memang ada penemuan dan pembuktian bahwa wanita
zaman barbar yg berusia 9 tahun sudah mempunyai bentuk fisik tubuh seperti layaknya wanita dewasa normal
2. Berikan saya referensi dari sumber arkeologi/sejarah independent bahwa memang ada penemuan tulang belulang manusia zaman
purba yg berukuran 27 M
3. Berikan saya referensi dari sumber independent HANYA DIBUTUHKAN NIAT/KECERDASAN bagi manusia dewasa normal untuk dapet
EREKSI dengan bocah 9 tahun di jaman barbar.

Yg percaya manusia yg namanya NABI ADAM itu hanya agama2 yg dari line ABRAHAMIC, independent reader bahkan ga percaya ada manusia ya namanya Nabi ADAM. Berhubung saya juga kebetulan Kristen, saya hanya mengimani Adam memang ada (dalam perdebatan logis, saya bahkan ga bisa maksa orang atheist untuk percaya argumen saya karena memang tidak ada bukti, that's why kata2 yg saya gunakan adalah IMAN), tapi even Christian ga ada yg percaya Adam berukuran 27 M. Hanya Muslim aja yg percaya theory itu

Jika saya hidup di zaman Muhammad, saya juga bisa buat referensi ngasal bahwa kakek buyut saya yg bernama si Cecep bertubuh dengan tinggi 100 m, mampu ngesex dengan 1000 wanita dalam satu hari tanpa ada jeda waktu untuk istirahat, saya jadikan claim saya sebagai buku dan saya ajarkan pada orang2 yg kemakan ajaran saya. Tapi independent reader akan menganalisa apakah benar claim yg saya ajukan dengan kecerdasan berfikir mereka. So what is the point jika anda memberikan saya referensi dari kata2 Muhammad sendiri bahwa Adam berukuran 27 m?

Sekali lagi...ini ajang perdebatan dengan menggunakan argumetasi logis, bukan hanya ajang mamer2in referensi.
Sebanyak apapun referensi yg anda dan saya paparkan, jika itu tidak bisa dipertanggungjawabkan secara logis, itu yg dinamakan ajang mempertunjukkan kebodohan.

Apakah anda bisa terima referensi kitab dari Budhist yg mengatakan bayi Sidharta Gautama yg barusan lahir sudah bisa berjalan dan berbicara dengan bahasa manusia dewasa (bayi sakti)? Jika anda bisa terima, tolong jelaskan ke saya dengan menggunakan bukan hanya referensi tapi juga dengan logika berfikir. Anda sendiri loh yg mengagung2kan statement dari muslimah FFI => yg penting proses berfikir. Ayo tolong beri saya proses berfikir anda jika anda bisa terima referensi dari kitab suci umat Buddha. Standard anda dalam menilai Sidharta seharusnya juga sama dengan standard anda dalam menilai self proclaiming Muhammad akan Nabi adam yg ukurannya 27 m.
Miss X wrote: Sebelum memulai hubungan kali pertama, Rasul berpesan agar jangan terburu-buru. Alangkah baiknya dimulai dengan kelembutan dan kemesraan. Misalnya, dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya. Sebagaimana hadis Asma’ binti Yazid binti as-Sakan r.a., ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah SAW. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk disamping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah SAW disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazin berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah SAW!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” (HR. Ahmad di kitab Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah)

Coba diperhatikan dgn seksama, sepertinya Aisha juga tau apa yg bakal terjadi padanya di malam pertama diusianya yg 9 thn. Apa ada sebuah kesan paksaan terhadap seorang anak kecil untuk melayani nafsu seks seorg lelaki tuadari hadist diatas ? Apakah menurut Mas Pop, jika ada bocah 9 thn zaman sekarang mengahadapi malam pertama apakah akan sama seperti Aisha menghadapinya ?

Sejak awal diskusi saya tdk pernah merasa mempermasalahkan apakah 6 apakah 9...wlpn nanti katanya 2, well wateverlah. Saya mengatakan hal itu slm rangka menampik kesesuaian predikat “Sang Pedophilia” pd Muhammad mengenai pernikahannnya dgn Aisha..dgn menuntut kejelasan standarnya. Toh dari tadi saya belum melihat Mas cukup berani mengakui bhwa standar yg Mas dkk pakai itu sebenarnya sangat dipaksakan.
Jika Mas Pop menggunakan baju alam anak muda yg modern...tentu Mas Pop tidak akan terima jika dianggap edan oleh orang tua Mas Pop yg bergaya ala A Rafiq di era 80-an. Begitu juga sebaliknya, tentu mereka gak akan terima dianggap bergaya ketinggalan zaman oleh Mas Pop khan?
Saya setuju dengan Anda, memang tidak ada paksaan terhadap AIsya. Aisyah adalah istri favoritnya Muhammad, MUhmmad mencintai AIsha melebihi istri2 lainnya, saya tidak menentang akan hal itu. Apakah pernah saya bilang Muhammad maksa Aisha ngesex dengannya?

Sekarang gantian anda yg perhatikan baik2 definisi pedophilia di wikipedia (atau sumber lain anda boleh cari):
http://en.wikipedia.org/wiki/Pedophilia
As a medical diagnosis, pedophilia (or paedophilia) is typically defined as a psychiatric disorder in adults or late adolescents (persons age 16 and older) characterized by a primary or exclusive sexual interest in prepubescent children (generally age 13 years or younger, though onset of puberty may vary). The child must be at least five years younger in the case of adolescent pedophiles.[1][2][3][4] The word comes from the Greek: pa?? (paîs), meaning "child," and f???a (philía), "friendly love" or "friendship,"[5] though this literal meaning has been altered toward sexual attraction in modern times, under the titles "child love" or "child lover," by pedophiles who use symbols and codes to identify their preferences.[6][7] The International Classification of Diseases (ICD) defines pedophilia as a "disorder of adult personality and behaviour" in which there is a sexual preference for children of prepubertal or early pubertal age.[8] The term has a range of definitions as found in psychiatry, psychology, the vernacular, and law enforcement.

Sampai hari ini saya belum menemui referensi manapun yg menyatakan pedophilia harus ada unsur PAKSAAN

Lagian apa juga hubungannya juga dengan baju era 80 dengan gaya baju masa kini VS orientasi sexual zaman purba dan zaman sekarang? Cara anda menjawab untuk hal ini tidak ada bedanya dengan argumen anda sebelumnya mengenai standard zaman dahulu dengan standard zaman sekarang mengenai pernikahan dengan bocah cilik yg sudah saya jawab dalam argumen2 saya sebelumnya.

Gaya baju manusia bisa berkembang dan bisa berubah2 sepanjang masa. Tapi orientasi sex normal laki2 akan tetap sama dulu sekarang dan sampai selama2nya.
Miss X wrote: Saya beragama Islam sejak saya lahir kedunia ini dan saya sgt tau ttg Islam dan Muhammad...jauuhhh melebihi Mas Pop dkk. Jika Mas Pop hanya bisa menilai Islam dan Muhammad dari sampulnya, maka saya sudah menilai Islam dan Muhammad sampai ke daftar pustakanya. Begitu pula sebaliknya ketika saya mulai menilai agama anda dan para tokohnya. Justru karena kita sama – sama tdk hidup dizamannya, oleh sebab itu saya taupun Mas Pop tak perlu terlalu yakin kl tuduhan – tudahn Mas Pop beserta bumbu – bumbunya itu sdh pasti benar. Oleh sebab itu, gunakanlah hujjah yg benar untuk menguatkan tuduhan itu dgn logika yg masuk akal supaya tuduhan - tuduhan itu terlihat ada bobotnya.

Perasksian itu masalah iman dan itu tdk sama dgn pengadilan dunia. Tdk ada yg salah dgn kalimat syahadat itu kecuali jika berbunyi :

Saya bersaksi melihat Allah dan saya bersaksi melihat Muhammad, dan kami beriman karenanya.

Saya ini muslim bukan atheis atau agnostic pendewa akal dan logika. Jika anda dilahirkan yatim piatu dan tak pernah melihat ayah dan ibu anda sekalipun, bgmana anda bisa yakin kl anda itu punya orang tua yg melahirkan anda? Saya semakin yakin bahwa yg merasuki jiwa kafir itu hanya kebencian dan kebodohan krn sedari tadi, Mas hanya bisa menghina – hina dgn hujjah berupa dugaan – dugaan yg tdk jelas hubungannya. Cobalah tunjukan anda itu bukan sekelas netter yg biasa nyampah saja...wlpn selalu menggunakan bahasa keren tapi tak ada bobotnya..( mohon maaf Mas Pop )
Dear Miss X,
Dikarenakan anda tidak hidup di zaman Muhammad, so dengan cara apa anda mengenalnya? tentu dari referensi Hadits2 serta pustaka2 Muslim yg lain kan? So what dengan Anda yg sudah muslim sejak lahir?

Pengetahuan yg anda dapatkan either orangtua anda/ustad atau siapapun juga dari buku sejarah pustaka Islam. Selama kami para kaffir masih tidak buta huruf, apa yg anda pelajari juga bisa kami pelajari. Bagaimana anda mungkin lebih mengenal Muhammad dibandingkan kami ?

Yg berbeda antara kaffir dan muslim adalah cara kita dalam menganalisa referensi2 sahih muslim serta segudang buku pustaka lainnya.

Tuduhan2 kami menggunakan sumber sahih Muslim sendiri, kenapa anda tidak bisa terima kenyataan itu?
Jika ngomong pengalaman spiritual, mungkin Muslim bisa claim karena kalian somehow merasakan muhammad dalam doa kalian, mimpi kalian, hal2 mukjizat lain, sedangkan kafir tidak. Well itu adalah pengalaman anda yg tidak bisa dibuktikan dengan logika dan tidak valid dalam sebuah debat yg menggunakan logika.

Sekali lagi jika back ke argumentasi logis dan debat dengan akal sehat, tolong berikan bukti yg berbobot jika anda mengenal Muhammad lebih dari kami.

Mengenai tidak ada yg salah dengan kalimat syahdaat, terus terang selama saya belajar bahasa, saya belon pernah menemukan referensi yang mengatakan bahwa KESAKSIAN juga bisa diartikan IMAN. Tolong berikan saya independent reference yg bisa menguatkan argumen anda.

Jika saya lahir tanpa ayah dan ibu saya tentulah tidak sulit bagi saya untuk tau bahwa ada orang tua yg melahirkan saya. Karena seiring dengan saya bertumbuh besar, kecerdasan saya juga bertambah, saya akan melihat teman2 saya yg lahir dan punya orang tua, bahwa untuk lahir dibutuhkan persetubuhan antara laki2 dan perempuan.Akan beda ceritanya jika anda bertanya kepada saya, darimana saya bisa tau siapa orang tua asli saya.

Adalah hak anda jika anda beranggapan saya hanya netter sekelas sampah. Tapi silahkan anda kumpulkan semua email2 dari kita berdua dari awal hingga hari ini, anda print dan berikan kepada independent reader (non Muslim, non Christian, yg tidak bela agama manapun). Anda lakukan pooling penilaian mereka atas jawaban anda dan jawaban saya. Jika memang ternyata argumen anda yg memenangkan pooling, feel free to say anything you want about me. Saya merencanakan untuk melakukan pooling ini untuk introspeksi diri saya sendiri apakah saya memang hanya netter sekelas sampah seperti yg anda katakan. Dengan pooling tersebut, kita bisa menunjukkan siapa sebenernya yg nyampah disini.

Saya sudah mulai terbiasa dikatakan netter sampah dan **** dari Muslim setiap kali saya menghina Muhammad (walaupun saya tidak pernah mengatakan logika netter lain **** jika mereka menghina Yesus). Saya tidak menampik saya akan emosi jika orang lain menghina saya, tapi jika orang lain menghina dan menjelek2an Yesus (walaupun tentu saya akan sedih), kenapa juga saya harus tuduh orang lain **** dimana pada kenyataanya memang saya tidak bisa menjelaskan semuanya secara logis tentang Yesus. Itulah yg saya berasa aneh dari kalian Muslim. Cinta kalian terhadap Muhammad membutakan kalian semua dan kalian rela untuk mengatakan orang lain ****, tidak berotak, ngucapin sampah, padahal yg kami kritik itu Muhammad, bukan kalian (dengan bukti2 dari Hadits sahih kalian sendiri DAN dengan argumentasi, bukan cuman sekedar kritik doang). Itulah yg namanya fanatisme blind faith.
Miss X wrote:Jelaskan dulu, mau pakai standar apa?
Standard logika yg tidak perlu harus menjadi Muslim, Buddhist, Christian atau penganut agama manapun untuk bisa mengerti penjelasan anda, yg dibutuhkan hanya akal sehat.
Last edited by Pop Eye on Fri Sep 23, 2011 2:34 pm, edited 5 times in total.
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

Miss X wrote:Saya setuju bahwa perlu ada seorang independent judger yg bisa menilai dgn lebih objektif ttg permasalahan yg kita sedang diskusikan, tp pertanyaannya siapa ? Dlm sebuah pertandingan piala dunia, juri yg dipilih tdk pernah berasal dari salah satu dari 2 negara yg bertanding. Brrti dlm hal ini yg seharusnya mjd independent judger itu adalah org yg sama sekali tdk beragama. Tp dikarenakan keyakinan ISLAM yg benar itu VS semua agama dan kepercayaan (termasuk atheis dan agnostic) bahkan dari internal Islam sendiri, berarti independent judger yg anda bilang itu sbnrnya tdk pernah ada jika kita memadang suatu permasalahan berdasarkan kepercayaan masing – masing.

Dalam diskusi ini saya sangat berusaha untuk tdk menggunakan link - link berbau Islam , itupun kl anda jeli memperhatikan. Saya juga bnyak menggunakan pendapat - pendapat dari pakar2 sosiologi seperti Talcot Parson dan MJ Lawang. Mereka tdk ada urusan dgn agama dan mereka juga buka orientalis atau kafir pro Islam...tp pendapat - pendapat mereka saya gunakan sbg pijakan saya dlm berargumen. Jd, saya rasa saya sdh menggunakan judger yg paling independent yg tdk bersangkut paut dgn agama.
Kita sedang berargumentasi secara logis, jadi logika yg kita gunakan harus bisa diterima oleh orang agnostik, atheist dan pemeluk agama manapun selama otak mereka masih sehat dan mengerti artinya perdebatan logis. Mao kaffir tersebut pro Islam atau anti Islam, jika memang argumennya masuk akal, akan saya terima. Jika argumennya ga logis, biarpun anti Islam sekalipun tidak akan saya gunakan sebagai referensi.

That's why ketika anda tanyakan saya standard apa yg hendak digunakan, saya dengan santai jawab standard logika yg ga perlu jadi Muslim, Budhist, Christian atau pemeluk agama manapun.

Saya setuju dengan anda independent judger itu ga pernah akan ada jika kita memandang dari kepercayaan kita masing2. Dan pengertian argumentasi logis adalah kita beradu-argumentasi dengan logika kita, bukan dengan sentimen kepercayaan. Itu sebabnya jika kita ingin beragumentasi secara logis untuk membela agama kita, gunakanlah logika dan research, bukan hanya ajang mamer2in referensi. Ayat2 dalam kitab suci kita (mau dari agama manapun) tidak akan berarti apa2 jika itu tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara logis dalam argumentasi yg menggunakan akal logika.

Saya sendiri juga mengakui even though saya beriman dengan Yesus, tapi tidak semua pertanyaan tentang diriNya bisa saya jawab dengan argumentasi logis. Pendiri FFI international ALi Sina sendiri pernah mengeluarkan statement Yesus itu hanya mitos, mukjizat Yesus hanya claim kosong orang Kristen, namun ia tidak bermasalah dengan siapapun yg nyembah apapun, batu sekalipun selama kepercayaannya tidak membahayakan hidup orang lain. Saya sebagai Christian ga maksa berdebat dengannya, bahkan saya tidak menganggap hal itu sebagai suatu hinaan selama memang saya tidak bisa membuktikan secara logis, demikian juga umat2 Kristen yg lain.

Inilah yg saya aneh dari para muslim pecinta MUhammad. Mereka ngakunya bukan pendewa akal logika, tapi maksa untuk ngadu debat secara logis dan ngotot harus menang dalam perdebatan menggunakan logika. Kalo udeh nyenggol Muhammad, apapun yg ngaco juga harus jadi benar.
Miss X wrote:Mas Pop benar, My faith is blind in ur opinion...but ur faith is blind too in my opinion... so, do u agree if I tell u that all faith make people blind? Sebenarnya kita tidak buta, hanya saja org yg menganggap kita buta menutup mata untuk menerima apa yg kita yakini. Saya tidak mau menerima alasan kenapa anda mempertuhankan manusia dan andapun tdk mau menerima alasan mengapa muslim mencintai Muhammad dgn segudang kontroversinya. Tp itulah keyakinan... tdk ada yg mengetahui mengapa kita meyakini sesuatu melebihi diri kita sendiri. Seharusnya tdk perlu permasalahkan dgn claim “paling benar” krn yg terpenting adalah kita telah mengikuti apa yg menurut kita paling benar.
I'm totally agreed with you, my faith is also a blind faith, that's why saya ga pernah maksa beradu argumentasi dengan para agnostic, atheist, dengan siapapun selama perdebatan dengan menggunakan referensi saya tidak bisa dipertanggung jawabkan secara logis, dan seperti saya singgung sebelumnya, saya bahkan akui tidak semua hal yg bisa saya jelaskan secara logis mengenai iman saya dengan Yesus. Manusia ga bisa hidup hanya dengan mengandalkan logika.

Saya bahkan tidak bermasalah jika Yesus dihina, dikoreksi secara logis. Dan saya akan akui jika memang adu argumentasi dari lawan debat saya (mau apapun latar belakang kepercayaannya) jika common sense argumennya masuk akal. Berbeda banget dengan muslim2 yg ngeclaim Islam yg terhebat, sumber dari semua pengetahuan, namun ketika debat, sering menggunakan argumentasi yg bisa membuat orang yg masih waras tertawa terpingkal2.
Miss X wrote: Diawal saya menanyakan kpd Mas Pop, dizaman Muhammad dan sesudahnya adakah orang yg complain, baik dari sahabat maupun musuh2nya, mengenai keputusan beliau untuk menikahi gadis berusia 9 thn..mesti Mas Pop tau bahwa saya mengajukan pertanyaan ini bkn dalam rangka mengadakan pembenaran thdp apa yg Mas Pop sebut Pedophilia [dgn norma dan nilai yg saya anut saat ini tentunya] tp dikarenakan saya sangat menyadari bhwa kita berdua sama – sama tdk hidup dizaman Rasulullah begitupun Bukhari dan Muslim... jadi saya rasa penting untuk mengumpulkan adanya bukti – bukti empiris yg menyatakan bhwa perbuatan tsb adalah sebuah tindakan asusila sehingga Muhammad tdk pantas disebut sbg teladan, dan saya rasa saya telah mengatakan ini berulang – ulang. Jika Bukhari meriwayatkan usia Aisha yg 9thn saat dinikahi dgn suatu keterangan bhwa beliau itu msh belum dewasa...itu sama sekali tdk membuktikan bahwa Aisha itu belum bisa membuat pria ereksi. Pendapat pribadinya itu tdk bs dijadikan hujjah sehingga masih berpeluang adanya khilafiah dikalangan ulama.

Sahih Bukhari
Narrated 'Aisha: I used to play with the dolls in the presence of the Prophet, and my girl friends also used to play with me. When Allah's Apostle used to enter they used to hide themselves, but the Prophet would call them to join and play with me. (The playing with the dolls and similar images is forbidden, but it was allowed for 'Aisha at that time, as she was a little girl, not yet reached the age of puberty.) (Fateh-al-Bari page 143, Vol.13)


'A'isha (Allah be pleased with her) reported that Allah's Apostle (may peace be upon him) married her when she was seven years old, and he was taken to his house as a bride when she was nine, and her dolls were with her; and when he (the Holy Prophet) died she was eighteen years old. [Sahih MUslim 8:3311]

Dari 2 sumber sahih yg diakui Muslim diatas saja sudah jelas bahwa Aisha was only a little girl, not even yet reached the age of puberty. Pada saat married dengan Nabi tercinta anda, AIsha masih bawa bonekanya dan tidak dianggap melakukan pelanggaran penyembahan berhala karena dia masih bocah cilik. Saya sudah berulang2 kali menjelaskan pada anda orientasi sex normal laki2 ga mungkin berbirahi dan ngesex dengan bocah cilik dan hal itu berlaku sepanjang masa, Bukti apalagi yg anda inginkan ?

Jika pendapat pribadi Sahih Muslim yg masuk akal aja tidak bisa anda terima, kenapa juga anda ingin saya menerima norma2 barbar yg tidak mempermasalahkan tua bangka 54 tahun ngesex dengan bocah cilik 9 tahun ?
Miss X wrote:Pengendali sosial ( Social Controlling ) adalah salah satu upaya masyarakat untuk tetap menjaga nilai-nilai positif agar tidak dilanggar. Ini merupakan suatu wujud reaksi ketidaknyamanan akibat defisiensi moral yg dilakukan oleh seseorang atau sekelompok org. Dgn kata lain, jika salah satu saja dari alat – alat pengendali sosial itu diberlakukan [ contohnya gosip dan cemoohan] maka itu mengindikasikan adanya pelanggaran nilai dan norma dimasyarakat baik internal maupun universal. Meskipun Mas Pop berdalih tdk mudah mendapatkan referensi mengenai keasusilaan seorang pedophilia dgn alasan bahwa appn yg berhubungan dgn wanita itu tdk mendapatkan perhatian khusus sehingga mslh ini diabaikan karena kebar-baran pola pikir manusia zaman dulu, tetap saja untuk melontarkan suatu tuduhan..kita perlu bukti. Baik, anggap saja Bukhori dan para salafus shalih adalah pengikut “ABS” alias Asal Bapak Senang, tapi musuh-musuhnya tdk akan berbuat demikian bukan? Turunlah ayat Alquran yg menghapuskan budaya masyarakat Arab yg menganggap haram menikahi mantan istri anak angkat. Issue ini dikupas tuntas didalam periwayatan hadist.. bagaimana Abdullah Bin Ubay menggunakan senjata ini untuk menghembuskan fitnah sehinnga banyak kritik2 yg dilontarkan pd Muhammad, detail tanpa ada yg ditutupi. Ini menjadi bukti betapa menikahi Zainab merupakaan suatu cela dimata masyarakat sehingga kasak – kusuk yg beredar dimasyarakat sngt berpotensi mengancam reputasi Muhammad seandainya tdk ada ayat yg turun untuk mengclearkan mslh ini. Lalu kenapa kritik thdp pedophilia ini tdk satupun tercatat dalam sejarah Muhammad? Saya tdk meminta banyak hanya bukti, semua yg menyangkut Rasulullah itu pasti bisa anda dapati dlm periwayatan hadist tanpa perlu mencari referensi dari zaman pra Islam... tdk perlu menerka-nerka atau membuat sebuah asumsi tanpa pinjakan. Jika sampai tdk bisa anda temukan, maka berarti anda belum bisa membuktikan appn dan tuduhan ini hanyalah sebatas sentimen golongan semata.
Anda boleh katakan saya berdalih, tapi mari kita kaji claim Islam akan Nabi anda :

Muhammad is the "uswa hasana, al-Insan al-Kamil" (the perfect human, whose example is worthy of imitation). The Qur'an even refers to his morality as “sublime” (Qur'an 68:4), and as the Qur'an is believed by Muslims to be the literal and final words of God, they are beyond the constraints of time. All Muslims consider Muhammad to be the perfect example to follow. For a Muslim to suggest otherwise (thereby conceding that Muhammad's actions are immoral when compared to today's standards) would constitute apostasy via blasphemy in belief[12] and would make them liable for the death sentence under Islamic laws.

Nabi anda itu dikatakan, the perfect human, whose example is worthy of imitation dan bilang his morality as sublime and perfect example to follow. Klaim sesumbar ga tahan ini menjadi ajang pertanyaan semua orang yg masih waras otaknya. Anda terus menerus meminta kami jangan compare tindakan Muhammad dengan standard zaman ini dikarenakan Muhammad adalah product dari zamannya so dia hanya terikat oleh moral pada zamannya. Masalahnya Quran sendiri bilang dia itu manusia sempurna, moralnya beyond the contstraint of time, sungguh ga tahan banget sombongnya claim ini, so apa yg aneh kami mencoba mengcounter Quran dengan membandingkan dengan standard zaman ini?

Seandainya tidak ada omong besar dari Quran akan kehebatan moral dan kesempurnaan MUhammad serta tindakannya yg katanya berlaku untuk sepanjang zaman, mungkin saya masih akan mempertimbangkan argumen anda yg meminta kami untuk tidak menjudge dirinya dengan standard zaman ini.

Mengenai masalah haram menikahi mantan istri anak angkat, tolong berikan saya referensi yg menunjukkan Muhammad menikahi mantan istri anak angkatnya. Karena setahu saya, kronologisnya adalah Muhammad yg mu-peng/naksir duluan terhadap Zainab dan Zainab laporkan kepada Zaid. Setelah itu ga ada angin dan ga ada ujan tau2 Allah Islam membuat Zainab tidak menarik lagi bagi Zaid, yg pada akhirnya mengakibatkan Zaid menceraikan Zainab.

Tabari VIII:4
Suatu hari Muhammad pergi mencari Zayd. Ada satu penutup kain di atas lubang pintu, tetapi angin mengingkapkan tirai itu sehingga lubang pintu terbuka. Zaynab berada di kamarnya, telanjang, dan kekaguman terhadapnya memasuki hati Nabi. Setelah itu Allah membuatnya tidak menarik bagi Zayd.

Zainab merasa bangga terhadap dirinya dan apa yang didengarnya itu diberitahukannya kepada Zaid. Langsung waktu itu juga Zaid menemui Nabi dan mengatakan bahwa IA BERSEDIA MENCERAIKANNYA. Lalu kata Nabi kepadanya:
"Jaga baik-baik isterimu, jangan diceraikan. Hendaklah engkau takut kepada Allah."
Tetapi pergaulan Zainab dengan Zaid sudah tidak baik iagi.Kemudian IA DICERAI.
Miss X wrote: Tdk hanya perbudakan, bahkan zina dan mengubur anak perempuan hidup – hidup di Arab, bunuh diri di Jepang, dan kanibalisme di daerah pedalaman saja bisa diterima jika mmg itu adalah nilai dan norma yg telah disepakati bersama sbg suatu budaya dan jalan hidup. Kita tau bahwa zina dan alhkohol itu tdk bermoral, tp orang – orang barat yg kental dgn hal – hal yg berbau keduniawian (hedonisme)dan menjunjung tinggi kebebasan menganggap freesex bknlah pelanggaran moral tp nilai yg mereka anut itu tdk berlaku bagi orang – orang Timur yg kental dgn hal – hal berbau ketuhanan yg sangat mengecam perzinahan dan alkohol. Lalu keabsolutan definisi moral dlm pandangan anda itu apakah berlaku dlm kasus ini? Nilai itu undifined berarti moralpun tdk punya kriteria pasti dan ternyata andapun sependapat dgn saya.
Jadi apakah salah jika saya bilang mengubur anak perempuan hidup2 di Arab adalah tindakan immoral baik zaman dulu maupun zaman sekarang?

Jika mengikuti standard anda, berarti orang zaman dahulu tidak terikat dengan norma zaman sekarang, maka => adalah sah dan bermoral saja jika tindakan mengubur anak perempuan hidup2 di Arab yg dilakukan oleh orang2 yg hidup sebelum zaman Muhammad. Sungguh menggelikan bukan?

Bahkan kanibalisme pun anda katakan OK selama norma zaman itu tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sungguh saya tidak habis pikir kenapa anda begitu kekeh menggunakan norma dalam argumentasi logis kita. Sepertinya Kanibalisme pun terlihat indah di mata anda jika norma jaman dulu tidak mempermasalahkan hal tersebut. All in the name of NORM.

Norma bisa berubah sepanjang zaman, namun standard moral dan orientasi sex normal laki2 akan tetap bisa di-apply DULU, SEKARANG, DAN SAMPAI SELAMA-LAMANYA.

Walaupun tradisi mengubur anak perempuan di Arab bisa diterima jika itu telah disepakati oleh norma/budaya, namun bukan berarti tindakan tersebut adalah hal yg bermoral, itu hanya menunjukkan budaya barbar masa lalu. Saya sudah berulang2 kali menjelaskan jika praktek pedophilia tidak dikecam in ancient times, bukan berarti hal tersebut adalah hal yg bermoral. Apa sih yg bisa anda harapkan dari norma2 zaman barbar? Hanya segelintir orang2 seperti Rufus dari Roma yg menghargai harkat dan martabat perempuan di era barbar.

Siapa bilang alkohol itu hal yg tidak bermoral ? Minum alkohol adalah salah satu cara untuk menghangatkan tubuh di negara2 bermusim dingin.
Minum alkohol tidak selalu mengakibatkan mabuk as long individu yg meminumnya ngerti yg namanya self control. Tolong jangan bawa2 budaya Timur mengenai alkohol itu haram, hanya Muslim aja yg percaya hal itu. Kami para kaffir dari negara Timur tau dampak dari minum alkohol secara berlebihan dan masuk akal jika hal itu diharamkan, dan even negara2 non Muslim masa kini aja ada pengecekan jam malam untuk setiap driver yg meminum alkohol melampaui batas. Hanya muslim yg totally mengharamkan minum alkohol berapapun dosisnya.
Miss X wrote:Bukankah benar bahwa sepenuhnya agama tdk bisa disalahkan karena mayoritas ?? Semua tergantung ideologi.
Benar. Itu sebabnya yg kami kaji adalah Islam teaching yg di-compared dengan tindakan2 dari Muslim. Ternyata banyak yg selaras.
Miss X wrote:Hmm...pertanyaan yg bagus dan saya balik brtanya pada anda jika meminum alkohol menimbulkan sebuah dosa kefasikan ketika Muhammad diperintahkan untuk mengharamkan muslim untuk meminumnya, apakah hukum tersebut berlaku untuk orang – orang sebelumnya yg tdk tau bahwa alkohol itu haram ? Tentu tidak, sdh saya katakan bhwa nilai dan norma itu dibuat atas kesepakatan bersama sehingga menjadi sebuah jalan hidup. Dizaman ini, kita bisa mengatakan bahwa menikahi gadis berusia 9thn itu amoral dan saya setuju akan hal itu...tp itu hanya berlaku setelah hukum itu diciptakan dan tidak berlaku bagi Muhammad. Jika kita gunakan standar moral kita untuk menilai orang2 zaman dulu...maka tentu mereka adalah mayoritas manusia tak bermoral.
Sekali lagi hanya Muhammad dan pengikutnya yg cinta mati dengan dirinya yg beranggapan itu dosa kefasikan dan totally nge-banned alcohol. Sudah saya jelaskan sebelumnya, dalam takaran yg wajar, alcohol sendiri banyak gunanya, salah satunya adalah menghangatkan tubuh dari cuaca yg extreme dingin. Anda bisa searching sendiri referensinya di google dengan keyword : what is the benefit of drinking alcohol, dan anda akan temukan manfaat lain dari alcohol selama diminum dalam batas yg normal.

Kembali saya ingatkan kepada anda:
Muhammad is the "uswa hasana, al-Insan al-Kamil" (the perfect human, whose example is worthy of imitation). The Qur'an even refers to his morality as “sublime” (Qur'an 68:4), and as the Qur'an is believed by Muslims to be the literal and final words of God, they are beyond the constraints of time. All Muslims consider Muhammad to be the perfect example to follow.

Benar kata pepatah: padi itu semakin berisi semakin nunduk. Semakin besar claim besar dan omong besar dari Quran akan Muhammad, semakin besar pula responsibilities yg dia harus tanggung. Tong kosong emang nyaring bunyinya.Jika dia memang perfect human, sudah seharusnya semua tindakannya bisa ditiru dan diapplied di segala zaman.

Kalo anda tetep insist mengunakan argumen Muhammad adalah product pada zamannya dan hanya terikat pada norma zamannya, silahkan anda pelajari kembali kata uswa hasana, al-Insan al-Kamil => PERFECT HUMAN WHOSE EXAMPLE IS WORTHY OF IMITATION.
Miss X wrote: Saya akan terus mengulangi bahwa saya tdk pernah mempermaslahkan berapa umur Aisha saat dinikahi dan jangan memaksa saya untuk mempermasalahkannya. Hadist itu shahih berasal dari Bukhari dimana tdk ada satupun ulama yg meragukan kesahihan hadist2 yg beliau riwayatkan, lalu man anayg ingin mengoreksi sesorang yg sgt wara’ dan kompeten dlm periwayatan hadist seperti beliau? Sudah saya katakan sebelumnya...ketika saya menerima hadist2 yg baik mengenai Rasulullah dari Bukhori maka berarti sayapun harus menerima hadist2 ttg beliau yg tdk sreg dihati saya. Tp bukan berati saya ini pengekor, tp saya meyakini satu hal..ketika Allah mengatakan dia adalah sbg suri tauladan, maka saya meyakini bahwa dirinya tiada cacat sehingga saya mencari an explanable reason yg pasti melatarbelakangi setiap tindakannya. Saya bertuhankan Allah bukan Muhammad.
Adakah dari argumen saya yg stated bahwa Anda mempermasalahkan hal tersebut?
Saya tau jelas anda golongan Muslim yg tidak mempermasalahkan umur 9 tahun Aisha diembat oleh Muhammad, itu yg menjadi ajang perdebatan panjang lebar kita hingga saat ini kan ?

Mengenai statement anda yg berkata anda tidak bertuhankan Muhammad, Pernahkah anda menemukan kafir masa kini (dari agama manapun) yg akan membunuh/mengeluarkan fatwa kematian bagi orang yg menghina Nabi besarnya?

Anda boleh katakan itu oknum, tapi jika itu memang oknum, sungguh kami para kaffir geli, kok bisa ya banyak umat Islam yg masih mewarisi culture barbar zaman kuno. Kalian sibuk menyanggah kami yg menghina Muhammad, tapi jarang ada yg sibuk ngurusin sodara2mu sekelas FPI dan temen2nya yg bahkan bisa membunuh sodara Ahmadiyah mereka sendiri hanya dikarenakan mereka tidak mengakui Muhammad sebagai the last prophet. Apapun yg menyangkut Muhammad jika diperdebatkan secara publik, selalu ada ancaman kematian. Sungguh saya berdoa biar semakin banyak muslim yg elite otak dan baik akhlaknya.

Sayangnya doa saya tinggal doa, pada kenyataannya, di negara manapun (terutama negara penganut Syariah), selalu setiap ada tindakan either menghina Muhammad, membakar Quran, sodara2 seimanmu diseluruh dunia (bukan cuman di Indonesia) akan demo gila2an, ga jarang2 keluarin fatwa kematian, serta aksi2 demo yg berdampak korban kematian. Semua ini hanya dikarenakan satu hal : MENGHINA MUHAMMAD. Dan yg mengeluarkan fatwa ini bisa membela diri dengan ayat2 Hadits/Quran, luar biasa bukan ?

Jika kalian mengaku bertuhankan Allah bukan Muhammad, kenapa harus ngamuk dan membabi buta jika ada yg ngejelekin Muhammad? toh dia hanya manusia? Christian masa kini yg nge-claim Yesus sebagai Tuhan aja ga akan bunuh orang jika ada yg bilang Yesus bukan Tuhan. Kalimat syahadat dan doa2 kalian aja harus bawa2 nama Muhammad. Kalian memperlakukan Muhammad hampir setingkat dengan Tuhan.
Miss X wrote:Hmm...jika anda hanya perlu melontarkan tuduhan pedophilia berdasarkan hadist sahih Bukhori tanpa mampu membuktikan referensi2 yg saya minta sbg bukti, kenapa anda memungkiri teori yg saya buat dari hadist shahih yg berasal dari orang yg sama. Sudah jelas khan angka 60 Hasta, sama jelasnya dgn angka 9 dihadistnya... kenapa perlu penjelasan ? Jgn lupa, referensi kita sama - sama sahih dan saya tdk memungkiri angka 9 seperti anda memungkiri angka 60.

Saya sangat mampu untuk membuktikan apa yg saya katakan dgn logis...but its unfair. Selalu anda meminta penjelasan dan bukti pada saya tanpa ada feedback. So, saya sangat menunggu sesuatu yg sangat WAW dari argumen anda yg benar – benar tak bisa saya bantah..tp sampai saat ini saya belum membacanya.
Referensi anda memang sahih, tapi mari kita flashback argumentasi kita di email2 kita sebelumnya:

Pop eye => Menggunakan referensi sahih, quote bahwa Nabi Muhammad memang ngesex dengan bocah 9 thn yg bahkan belon reach the age of puberty.

Analisa=> Memang praktek ngesex dengan bocah kecil terjadi di masa lalu bahkan di negara non Muslim sekalipun, salah satunya pernikahan in ancient times, the minimum age of getting married was 12 (http://en.wikipedia.org/wiki/Marriage). Jika zaman dulu ancient Roman menerapkan minimum age of 12, jadi ga gitu aneh jika peradaban sekelas Arab tidak bermasalah dengan ngesex dengan bocah 9 tahun (walaupun sekali lagi tidak lazim tua bangka 54 tahun ngesex dengan bocah 9 tahun even di masa Muhammad sekalipun).

Dengan dasar logika itu maka Pop eye berkesimpulan bahwa referensi sahih Muslim ini memberikan informasi bahwa memang praktek nikahi bocah cilik 9 tahun tidak dipermasalahkan di zaman Muhammad, dan informasi sahih Muslim ini bisa dianggap valid, karena ada common sensenya, validitas angka 9 tahun ini bisa dipercaya dikarenakan tidak terdapat perbedaan yg mencolok antara 9 thn dan 12 thn in ancient time culture

Miss X => Menggunakan referensi sahih, quote bahwa Muhammad berkata : Nabi Adam tingginya 27 m (60 hasta)

Analisa => tidak ada analisa, hanya menggunakan referensi sahih. Tidak pernah ada penemuan purbakala yg pernah menunjukkan manusia dengan tinggi 27 m

Referensi sahih memang mengutip bilangan 9 dan 60 hasta, namun apakah anda bisa berargumentasi dengan menggunakan logika yg bisa diterima oleh orang waras adalah perkara yg lain.

Terus terang saya agak bingung dengan cara berdebat anda. Ketika saya menantang anda untuk membuktikan saya normal/tidak normal dalam kasus pedophilia, setidaknya saya melakukan 3 hal berikut :
1. Saya adalah pelaku active, dan saya sama sekali tidak bisa ereksi ketika pantat anak perempuan temen saya yg berusia 6 thn mengenai penis saya, mao saya NIATIN maupun engga.
2. Saya lakukan research dengan bertanya kepada laki2 normal lainnya, dan mereka juga mengalami hal yg sama.
3. Saya cari sumber referensi dari artikel/buku dari sumber independent/ilmu pengetahuan untuk membuktikan argumen saya, dan ternyata memang ereksi terhadap bocah cilik adalah hal yg tidak normal, itu sebabnya muncul istilah pedophilia.

BANDINGKAN DENGAN YG ANDA LAKUKAN
1. Demi membela Nabi tercinta anda, anda bahkan tidak bermasalah dengan praktek kubur anak perempuan hidup2, kanibalisme selama norma zaman tersebut tidak melarang akan hal tersebut. Dengan dasar tersebut, anda minta saya menunjukkan norma masa Muhammad yg mencemooh atau melarang pedophilia.
2. Demi membela Nabi tercinta anda, anda tunjukkan referensi yg katanya sahih bahwa AIsha walaupun 9 tahun tapi sudah bertubuh seperti wanita dewasa. Anda berikan argumen bocah cilik2 zaman sekarang juga udeh montok2 tubuhnya, tapi sayangnya laki2 normal zaman sekarang ga ada tuh yg tertarik dengan referensi bocah2 cilik yg anda paparkan.
3. Untuk membuktikan claim anda lagi, dengan referensi yg sahih, anda quote kata2 Muhammad yg stated kalo tinggi nabi Adam segede Dinosaurus (27 m)
4. Dan yg lebih luar biasa lagi, tanpa ada pengalaman pribadi, tanpa ada research, tanpa ada referensi independent ilmu pengetahuan, justru beban pembuktian anda berikan kepada saya (saya quote lagi kata2 anda: Tentu teori saya lebih masuk akal kecuali jika Mas Pop bisa membuktikan bahwa Nabi Adam memiliki kelainan hormon sehingga dia bisa setinggi itu)

Mao se-WOW apapun argument logis yg saya berikan, jika nalar anda sudah dikikis oleh rasa cinta mati anda terhadap Muhammad, maka tidak ada argument apapun yg akan memuaskan anda.
Miss X wrote:Apa anda sendiri pernah melihat YESUS, atau BAPA, atau Roh Kudus yg membuat anda percaya bahwa anda punya Tuhan ??
Hanya iman, tidak ada bukti logis, dan saya tidak akan pernah berusaha memenangkan perdebatan dengan menggunakan argumentasi logis. Ini adalah iman saya, dan saya akui sangat subjective dan mudah dipatahkan secara logis. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata2 SAYA BERSAKSI BAHWA YESUS ITU ADALAH ANAK ALLAH. Saya hanya akan berkata : saya beriman bahwa Yesus adalah Anak Allah yg hidup.
Miss X wrote: Kl tdk ada paksaan berarti bukan pelanggaran seksual. Lah wong mereka sama-sama suka, kenapa Mas Pop yg sibuk ? Polisi aj gak bisa menuntuk pelaku pemerkosaan jk yg diperkosa itu ikhlas. Lalu apa masalahnya?
Syekh Puji menikahi Ulfa, juga sama2 suka, bahkan keluarga Ulfa membela si Puji mati2an, kenapa muslim2 masa kini juga sibuk dan mengatakan itu melanggar hak perlindungan anak ? Apa masalahnya?

Keep in mind bukan hanya kami aja yg teriak2 tindakan pedophilia dari Syekh Puji, sodara/i muslimmu juga banyak banget yg mengutuk tindakan itu.

Syekh Puji jelas lebih consistent dari sisi Islam, berani berkata ia tidak bersalah secara Islam karena Muhammad saja menikahi Aisha pada usia 6 tahun.

Semakin terbukti pemikiran para kafir, kalian hanya bisa objektif jika segala sesuatu tidak berhubungan dengan Muhammad. Jika Muhammad yg jadi taruhannya dalam ajang perdebatan logis, kalian akan ngamuk2 layaknya cacing kepanasan no matter how similar the act of Muhammad with the other offender like Syekh Puji.

Jika anda hanya menggunakan paksaan sebagai parameter benar tidaknya sebuah tindakan, akan banyak penjahat yg bisa bebas. Penipu yg jual barang tipuan (mis: barang buatan China yg dijelek diclaim buatan Japan yg tahan banting) juga merayu dan menipu si konsumen, dan customer yg termakan bualannya dengan rela membeli barang tipuannya, tidak ada unsur paksaan. Sungguh saya penasaran seperti apakah reaksi anda jika suatu hari ada tua bangka 54 tahun yg berhasil ngesex dengan anak perempuan anda yg berumur 9 tahun, dan ternyata anak anda juga enjoy dan seneng dengan tua bangka tersebut.
Miss X wrote: Mas Pop, saya gak bilang loh kl itu maksudnya orientasi seksual lelaki #-o
Kenapa sih Mas Pop kog mikirnya kesitu - situ aja.. [-(
Anda berusaha dengan segala cara, salah satunya dengan memberikan contoh gaya baju yg berbeda dari zaman ke zaman untuk membenarkan tindakan Nabi tercinta anda yg ngesex dengan Aisha si bocah 9 tahun yg tidak bertentangan dengan norma zaman itu.

Terus apanya yg aneh jika saya counter anda dengan orientasi seksual laki2 normal ?

Orientasi sex laki2 normal yg tidak akan berubah sepanjang zaman adalah argumentasi logis saya untuk counter mindset anda yg berfikir bahwa pedophilia hanya dibatasi oleh norma zaman ini.
Last edited by Pop Eye on Tue May 10, 2011 9:34 am, edited 5 times in total.
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

Miss X wrote:Mas Pop... saya yakin anda tau bahwa salah satu alasan kenap seseorang itu memerlukan agama (sesuatu yg diyakini) krn banyaknya kelemahan dalam diri manusia yg diluar batas kemampuannya. Seorang agnostic atau atheis boleh menganggap logika sbg dewa tapi mreka juga tdk dapat hidup tanpa sebuah keajaiban yg tdk bs mereka jelaskan, apa yg mereka yakini itu hanyalah sebuah kesombongan pdhl mereka bahkan tak mampu menjelaskan kenapa langit ini tak bertiang. Saya yakin bahwa seorang atheis atau agnostic sungguh memelukan DOA ketika mereka berada diambang kematian...Tp Mas Pop, apa yg sdg kita bicarakan ini bkn tentang hal – hal berbau ghaib maka sdh tentu saya menggunakan 100% logika saya. Saya tidak “pamer referensi” seperti kata anda, tp saya mencoba untuk tdk “ngawur” memenuhi diskusi ini dgn pendapat2 subyekif saya dan saya juga telah memenuhi janji saya untuk memandang mslh Pedophilia ini dr sudut yg berbeda yaitu sosiologi dimana anda memandang ini sbg defisiensi moral Muhammad sbg Nabi, bkn sentimen kepercayaan yg saya yakini bahwa kita berdua tdk akan menemukan titik temunya. Saya rasa tdk berlebihan jika saya hanya meminta bukti sebuah referensi yg menguatkan dugaan anda bhwa beliau ini tdk bermoral dgn terlebih dahulu meneliti sikon yg melatarbelakangi suatu sejarah. Tapi anda sepertinya menganggap hal ini adlah sbg sesuatu yg tdk logis. Seperti yg anda bilang, meskipun perbudakan tdk akan pernah bisa dianggap bermoral, tp bagi saya hal itu bisa diterima jika situasi dan kondisi mmg tdk mendukung seseorang untuk tdk memperbudak atau diperbudak orang lain. Saya harap Mas Pop bisa mengangkap dgn jelas maksud saya.
Saya setuju dengan anda, kita tidak bisa hanya hidup berdasarkan logika, ada hal2 yg tidak bisa dijelaskan dengan logika. Tapi bagaimana mungkin saya sebagai orang yg masih waras akal untuk menerima seorang nabi yg hanya terikat pada norma zamannya?

Kita tidak ngomongin soal culture, civilization, tapi kita ngomongin soal religion yg katanya dari Tuhan yg seharusnya levelnya diatas culture and human civilization. Jika agama (sesuatu yg katanya dari Tuhan) itu hanya terikat norma pada zamannya, kenapa juga Quran dengan sesumbar mengatakan kitabnya adalah the FINAL WORD OF GOD?

Pengikut Ahmadiyah masih jauh lebih consistent dalam hal Muhammad terikat norma pada zamannya. Itu sebabnya mereka mempercayai MUhammad bukanlah nabi terakhir. Jika pengikut Ahmadiyah yg berdebat dengan saya dengan menggunakan argumen "terikat norma zaman" demi membela Muhammad, saya akan sangat open minded mempertimbangkan argumen mereka.

Banyak orang2 yg ngaku2 nabi sebelum zaman Muhammad. Nabi Baal (similar to Dagon dan beberapa dewa yg lain) memperkenalkan Baal bagi para pemujanya. Salah satu tata ibadah mereka adalah dengan melemparkan bayi2 ke api menjadi persembahan bagi dewa BAAL. Dari segi norma, nabi Baal ini sama sekali tidak melanggar norma, tata ibadah mereka mendapatkan banyak sekali pengikut yg akhirnya dianggap sebagai suatu norma yg berlaku di masyarakat masa itu. Bahkan tata ibadah ini dianggap sebagai suatu hal yg mendatangkan kebaikan/berkat/kemakmuran bagi penyembahnya yg saat itu negaranya sedang dalam masa paceklik dan kekeringan. Semua agama akan mengagung2kan nabi mereka dan claim nabi mereka yg terbaik. Saya rasa juga tidak berlebihan jika saya mengatakan NORMA tidak bisa menjadi tolak ukur/parameter untuk menentukan bermoral atau tidak bermoralnya/biadab sebuah tindakan.

Jika pengikut Baal hari ini nge-claim bahwa Nabi mereka yg paling hebat,sempurna akhlak dan layak dicontoh, membawakan kebaikan bagi kehidupan mereka, memberikan argumen bakar bayi hidup2 bukanlah tindakan biadab dengan alasan korban penyembahan adalah budaya/norma yg bisa diterima masyarakat saat itu, bisakah anda terima argumen itu ? Yakinkah anda BIADAB tidaknya sebuah tindakan hanya terikat oleh norma?
Miss X wrote:Sedikit pengetahuan umum saja, apakah anda tau bahwa dalam kajian Tasyri (penetapan hukum Islam), para ulama yg ikut andil dlm Tasyri yg bersifat Insaniah dikaji dgn mendalam latarbelakang dan biografi hidupnya untuk mengetahui kondisi apa yg mempengaruhi mereka dlm menetapkan suatu hukum? Salah satu contoh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah dimana hukum-hukum yg beliau tetapkan sangat dipengaruhi oleh situasi sosial politik yg bergolak pada masa pasca runtuhnya dinasti Abbasiyah. Tidak sedikit ulama dimasa kini yg mengkritisi hukum – hukum yg beliau tetapkan..namun hal itu sgt bisa dimaklumi mengingat situasi dan kondisi saat itu dimana banyak sekali tekanan yg mempengaruhi pola pikir beliau. Jadi, kita tdk bisa melemparkan sebuah kritik itu dgn membabi buta tanpa mempelajari latar belakangnya...saya tdk ingin pamer hanya mencoba berdebat sesuai prosedur, jd saya rasa Mas Pop terlalu memaksakan argumen Mas Pop.
Jika hukum itu dibuat oleh manusia dan ada cacatnya, saya bisa menerima penjelasan anda.
But keep in mind, Quran itu katanya dari Tuhan, dan Quran dengan jelas mencatat nabi anda sebagai manusia sempurna dan perfect role model for all human.

Jika anda bisa menerima informasi dari sahih muslim bahwa memang Muhammad 52 thn ngesex dengan bocah cilik 9 tahun, yg hanya terikat norma masa lalu dan yang ternyata di norma masa kini itu adalah praktek yg sangat menjijikan (itu anda akui sendiri, anda juga tidak bisa menerima praktek itu di zaman ini), kenapa juga kaffir dianggap salah jika mempertanyakan kebenaran Quran yg katanya FINAL WORD OF GOD tapi ternyata praktek Nabi sang manusia sempurnanya hanya terikat oleh norma zamannya?

Itu sebabnya banyak sekali sodara/i-mu yg kritis mempertanyakan kebenaran usia 9 thn itu,sadar dalam diskusi logis mereka tidak akan bisa membela muhammad selain jika mereka meruntuhkan ke-absahan informasi dari Sahih Bukhari akan usia Aisha. Saya tidak akan bosen2nya mengingatkan anda, lawan anda bukan cuma dari pihak kami kaffir, tapi juga dari sodara/i-mu sendiri.

It's ok jika anda beranggapan saya terlalu maksa argumen saya, tapi so far ketika saya print screen dan paste ke word doc setiap diskusi kita dan saya minta penilaian objective dari orang lain akan argument saya yg katanya "maksa", so far belon ada satupun pembaca yg saya sodorkan diskusi kita berpihak pada anda.
Miss X wrote:Coba lihat...sepertinya anda terus menerus mengulang hal yg sama dan spertinya appn yg sy sanggah itu tdk ada artinya sama sekali. Bung, kl anda tdk tau cara berdiskusi dan cara mengembangkan sebuah diskusi....maka saya rasa, kita cukupkan saja sampai disini.
Bagaimana mungkin saya mengembangkan diskusi lebih lanjut jika argumen anda ga jauh2 seputar NORMA ?
Setiap jawaban saya hanya merupakan respon terhadap pertanyaan anda. Anda meminta referensi, dan referensi yg saya gunakan dari sumber yg SAHIH dari ulama anda sendiri, hal yg sama juga dilakukan oleh kaffir2 FFI yg lain. The main reason why we use SAHIH reference adalah biar tidak ada muslim yg menyanggah kami menggunakan referensi2 yg tidak sah, tidak diakui oleh Muslim diseluruh dunia. Ketika kami menggunakan referensi sahih, demi mengcounter saya, argumen panjang lebar anda ga jauh2 dari NORMA, NORMA and NORMA.

Saya rasa memang benar kata anda, diskusi kita cukup sampai disini. Saya bahkan tidak perlu memikirkan argumen baru untuk diskusi lebih lanjut dengan anda, jika PERBUDAKAN, KUBUR anak perempuan HIDUP-HIDUP, dan KANIBALISME pun anda anggap sah2 saja selama norma zaman tersebut tidak menentang akan hal itu.
Miss X wrote:Bung, ketika ada orang yg mengklaim dirinya paling tampan diantara anda dan teman – temannya, apakah anda akan tersinggung jika anda tdk merasa sbg orang yg buruk rupa? Setiap orang boleh mengatakan dirinya tampan tp itu tdk akan berperngaruh bagi org2 yg tdk merasa jelek. Jika statement itu sungguh mengusik hati, berarti ada rasa inferior yg membuat anda harus mengexpose kekurangan org tsb agar bisa menutupi rasa benci anda. Jadi mesti anda sadari, rasa iri dan dengki itu membuat seseorang menutupi hatinya dgn kebencian. Saya tdk meminta anda untuk menerima dia sbg uswatun hasanah tp setidaknya cobalah anda atasi perasaan inferior itu.

Mohon maaf Mas Pop, saya tdk melihat diskusi ini sbg sesuatu yg bisa menemukan titik temu krn sepertinya anda tdk cukup bisa mengkap dgn baik maksud2 saya. Terima kasih atas waktunya....semua salah ucap mohon dimaafkan.
Dear Miss X, setiap agama mengagung2kan dan membesar2kan Nabi mereka, termasuk Buddhist. Tapi saya ga pernah totally antipati dengan ajaran Buddhist, begitupun kaffir lain2. As a matter of fact saya sangat kagum dengan Nabi besar mereka.

Yg jadi masalah adalah Nabi anda katanya manusia sempurna, role model seluruh umat manusia, begitu aktif menghina dan menanamkan kebencian terhadap Yahudi dan Kekristenan, terus kok saya dibilang inferior dengan mempertanyakan karakter/tingkah2 lakunya dalam Hadits2 sahih yg diakui Muslim seluruh dunia ?

Jika ada orang yg claim dirinya tampan, beauty lies in the eyes of the beholder.
Tampan punya definisi yg beda2 tergantung mata orang melihatnya. Tapi menurut anda emang ada berapa definisi sih di dunia ini untuk kata PERFECT, SUBLIME MORALITY, ROLE MODEL ?

Jika ada orang yg berani claim dirinya MANUSIA SEMPURNA, ROLE MODEL FOR ALL TIME, orang tersebut menderita narcissist/triumphalist complex jika ia tidak bisa menerima kritikan dan mengatakan orang lain yg mengkritiknya inferior (padahal bukti2 kritikan adalah berdasarkan sumber sahih yg diakui oleh para pengikutnya diseluruh dunia). Anda tentunya tidak suka dikatakan tolol oleh orang yg nilai ujiannya bahkan selalu kalah jauh dengan anda kan? Pantaskah orang tersebut mengatakan anda inferior hanya karena anda mengkritik dirinya jauh lebih tolol dari anda?

Jika anda merasa pantas menyebut kami kaffir inferior karena dengan segala cara kami mencari celah dan kelemahan Muhammad, silahkan anda pertanyakan apa sebutan yg pantas bagi sodara2/i muslim anda diseluruh dunia yg tega mengeluarkan fatwa kematian, yg tanpa malu2 atau perasaan bersalah membunuh orang yg menghina Muhammad. Sungguh hingga hari inipun saya belum menemukan muslim yg berani terang2an menentang fatwa kematian tersebut. Persentase muslim yg berani menolak hukuman mati bagi orang yg menghina muhammad VS orang yg pro hukum mati bagi penghina Muhammad, perbandingannya seperti langit dan bumi.

Silahkan anda baca comment2 dari sodara/i muslimmu di indonesia akan reaksi kematian pengikut Ahmadiyah. Hampir 90% comment mengatakan itu salah Ahmadiyah, kenapa ga bikin ajaran baru aja, jangan ngaku2 bagian dari Islam. Comment diawali dengan kata2 manis seperti : FPI/oknum tidak seharusnya membunuh mereka, dan diakhir comment selalu diakhiri : TAPI ITU JUGA SALAH AHMADIYAH...TAPI ITU KARENA AHMADIYAH SESAT dan segala jurus TAPI yg lain. Dosa pengikut AHMADIYAH yg membuat mereka pantas mati hanya satu : KARENA TIDAK MENGAKUI MUHAMMAD SEBAGAI RASUL TERAKHIR. Silahkan anda buka hati anda, siapa yg sebenernya menderita inferior complex.

Bukanlah hal yg mudah untuk berdebat dengan Muslim di dunia nyata karena resikonya adalah kematian. Terima kasih untuk kesediaan dan kesabaran anda dalam meresponi saya.
Last edited by Pop Eye on Tue May 10, 2011 9:44 am, edited 1 time in total.
User avatar
iamthewarlord
Posts: 4375
Joined: Sun Feb 08, 2009 11:07 pm
Location: “Ibadah lelaki akan diputus dengan lewatnya keledai, wanita dan anjing hitam.” Muhammad.

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by iamthewarlord »

kemana si miss x ya?
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by duren »

Pop eye wrote:

Hanya iman, tidak ada bukti logis, dan saya tidak akan pernah berusaha memenangkan perdebatan dengan menggunakan argumentasi logis. Ini adalah iman saya, dan saya akui sangat subjective dan mudah dipatahkan secara logis. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata2 SAYA BERSAKSI BAHWA YESUS ITU ADALAH ANAK ALLAH. Saya hanya akan berkata : saya beriman bahwa Yesus adalah Anak Allah yg hidup.
Beda dunk dengan mulut muslim yang sedari masih bocah dah memang di setting untuk jadi TUKANG NGIBUL yang buruk . Bagi LIDAH mereka bersaksi bahwa muhammad adalah utusan awlloh dah merupakan REFLEKS .

OTOT LIDAH muslim ga butuh kontrol otak lagi untuk mengucapkan syahadat :lol:
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

iamthewarlord wrote:kemana si miss x ya?
Masih ada di FFI sih, since I've already promised her to have a private discussion, better for me to keep her identity confidential even with FFI nickname

Doi bilang gw ga tau cara berdebat, ngulang2 mulu argumen gw. Coba aja baca bro, sapa yg ngulang2 argument terus ^_^
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

duren wrote: Beda dunk dengan mulut muslim yang sedari masih bocah dah memang di setting untuk jadi TUKANG NGIBUL yang buruk . Bagi LIDAH mereka bersaksi bahwa muhammad adalah utusan awlloh dah merupakan REFLEKS .

OTOT LIDAH muslim ga butuh kontrol otak lagi untuk mengucapkan syahadat :lol:
Wkwkwkwkwkwk
How's life bung duren ?

Tapi so far MIss X ini yg paling mending kalo diajak debat, otaknya masih mao dipake dikit, unlike si Vhee FFI
User avatar
kalangkilang
Posts: 2696
Joined: Sun Sep 26, 2010 12:52 am
Location: lagi menulis dibuku
Contact:

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by kalangkilang »

duren wrote: Beda dunk dengan mulut muslim yang sedari masih bocah dah memang di setting untuk jadi TUKANG NGIBUL yang buruk . Bagi LIDAH mereka bersaksi bahwa muhammad adalah utusan awlloh dah merupakan REFLEKS .

OTOT LIDAH muslim ga butuh kontrol otak lagi untuk mengucapkan syahadat :lol:
Pop Eye wrote:Wkwkwkwkwkwk
How's life bung duren ?

Tapi so far MIss X ini yg paling mending kalo diajak debat, otaknya masih mao dipake dikit, unlike si Vhee FFI
wow..netter kafir ffi sekarang tukang gosip dan tukang fitnah yah..... :rolling:
iamthewarlord wrote:kemana si miss x ya?
Pop Eye wrote:Masih ada di FFI sih, since I've already promised her to have a private discussion, better for me to keep her identity confidential even with FFI nickname

Doi bilang gw ga tau cara berdebat, ngulang2 mulu argumen gw. Coba aja baca bro, sapa yg ngulang2 argument terus ^_^
hmm..
menurut saya, saya sampe dua kali baca topik ini, dan akhirnya saya promosikan ke temen-temen..
argumen anda sangat kuat, logic dan runtut....
saya banyak belajar dari topik anda...

btw,,saya pengen main tebak-tebak nih, perihal "her identity" :-k
menurut saya id-nya si miss x sama dengan (nyentuh2) dengan topik yang diperbincangkan...
dasarnya : saya melihat ada beberapa kesamaan yang mirip, teknik debat dan argumen... :lol:
atau jangan-jangan ini mrs irena handoko yang anda tantang debat pake bahasa inggris itu yah..

kalau salah, saya minta maaf...
namanya juga tebak-tebakan.. :rolling:

salam
kalangkilang
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

kalangkilang wrote:hmm..
menurut saya, saya sampe dua kali baca topik ini, dan akhirnya saya promosikan ke temen-temen..
argumen anda sangat kuat, logic dan runtut....
saya banyak belajar dari topik anda...

btw,,saya pengen main tebak-tebak nih, perihal "her identity" :-k
menurut saya id-nya si miss x sama dengan (nyentuh2) dengan topik yang diperbincangkan...
dasarnya : saya melihat ada beberapa kesamaan yang mirip, teknik debat dan argumen... :lol:
atau jangan-jangan ini mrs irena handoko yang anda tantang debat pake bahasa inggris itu yah..

kalau salah, saya minta maaf...
namanya juga tebak-tebakan.. :rolling:

salam
kalangkilang
Dear Kalangkilang, how's life?

Yang Irene Handono itu gw beneran debat dari situsnya Irene Handono waktu dia promosiin bukunya Nabi Muhammad SAW bukan pedofili as a response to Crescent Star yg dengan bangga bilang mualaf juga ga mempermasalahkan nafsu bejatnya si Mamad. Gw cuman pengen nunjukkin ke Crescent Star model2 otak mualaf seperti apa yg membela Nabinya.

Gw ga tau yg jawab gw itu beneran Irene Handono atau cuman adminnya. Tapi semenjak gw posting refutation gw, belon dijawab ampe sekarang, bahkan link websitenya udeh ga valid.

Miss X ini adalah member FFI, dia mengajak gw diskusi secara sopan, dan gw reply dia juga dengan sopan.
Gw sangat berharap kedepannya FFI bisa banyak nampilin diskusi bermutu yg less caci maki, biar yg muslimah berotak di Indo yg baca website kita bisa ngeliat kita yg tukang fitnah, atau kaum mereka yg udeh sakit otaknya.

By the way, thank u ya buat pujian anda. Saya belajar dengan senior2 FFI dan cara berdebat dari youtube yg bagus2.
User avatar
kalangkilang
Posts: 2696
Joined: Sun Sep 26, 2010 12:52 am
Location: lagi menulis dibuku
Contact:

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by kalangkilang »

Pop Eye wrote:Gw ga tau yg jawab gw itu beneran Irene Handono atau cuman adminnya. Tapi semenjak gw posting refutation gw, belon dijawab ampe sekarang, bahkan link websitenya udeh ga valid.
padahal saya tunggu-tunggu lho, update-an topik itu,, sangat menarik sebenarnya.
Karena mrs irena handono, sudah berani bikin buku yang isu-nya kontroversial dan bisa menghadapkan temen-temen muslim pada posisi dilematik perihal, saya kutipkan dari pernyataan anda :
Pop Eye wrote:uswa hasana, al-Insan al-Kamil => PERFECT HUMAN WHOSE EXAMPLE IS WORTHY OF IMITATION.
he..he, ini namanya buah simalakama..... :lol:
dimakan, bapak mati, tidak dimakan ibu mati..... :lol:
Pop Eye wrote:Gw sangat berharap kedepannya FFI bisa banyak nampilin diskusi bermutu yg less caci maki, biar yg muslimah berotak di Indo yg baca website kita bisa ngeliat kita yg tukang fitnah, atau kaum mereka yg udeh sakit otaknya.
Harapan kita sama kok bro,,saya setuju dengan anda.. :green:
menjadikan FFI forum diskusi yang lebih baik, dan temen-temen muslim tidak takut-takut masuk kesini,
dan kredit FFI dimata pemerintah lewat menkoinfokom, bisa lebih baik...

salam
kalangkilang
User avatar
Aisha
Posts: 118
Joined: Tue Aug 03, 2010 10:26 am

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Aisha »

Debat yang bagus =D> =D> =D>
bagoong
Posts: 911
Joined: Tue Feb 15, 2011 4:33 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by bagoong »

Pop eye wrote;
Masih ada di FFI sih, since I've already promised her to have a private discussion, better for me to keep her identity confidential even with FFI nickname

bagoong;
lha bukannya miss x = aisha ?
itu ada pada quote kedua dari post paling atas.
User avatar
kalangkilang
Posts: 2696
Joined: Sun Sep 26, 2010 12:52 am
Location: lagi menulis dibuku
Contact:

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by kalangkilang »

bagoong wrote:Pop eye wrote;
Masih ada di FFI sih, since I've already promised her to have a private discussion, better for me to keep her identity confidential even with FFI nickname

bagoong;
lha bukannya miss x = aisha ?
itu ada pada quote kedua dari post paling atas.
@bagoong : ini yah... :green:
Pop Eye wrote:Miss X wrote:
Pop Eye wrote:Hi Aisha,
:rolling:

apakah tebakan saya sudah benar....?? :lol:
kalangkilang wrote:btw,,saya pengen main tebak-tebak nih, perihal "her identity"
menurut saya id-nya si miss x sama dengan (nyentuh2) dengan topik yang diperbincangkan...
dasarnya : saya melihat ada beberapa kesamaan yang mirip, teknik debat dan argumen...
@netter popeye..
bukan kesalahan anda, kalau pada akhirnya identitas miss x,,terungkap.. :lol:
namun netter kafir emang makluk penasaran dan dikarunia dengan kecerdikan...
anda sudah berusaha memegang janji kok, dan postingan anda sudah diedit sedemikian rupa,,tapi kesalahan setitik tidak bisa lepas dari mikroskop pengamatan netter kafir... :lol: :lol:

@miss x..
jangan diambil hati yah,,tebak-tebakan dari netter kafir...he..he.. :lol:
diskusi yang bagus..

salam
kalangkilang
User avatar
vhee
Posts: 1885
Joined: Thu May 20, 2010 2:52 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by vhee »

kalangkilang wrote:@netter popeye..
bukan kesalahan anda, kalau pada akhirnya identitas miss x,,terungkap.. :lol:
namun netter kafir emang makluk penasaran dan dikarunia dengan kecerdikan...
anda sudah berusaha memegang janji kok, dan postingan anda sudah diedit sedemikian rupa,,tapi kesalahan setitik tidak bisa lepas dari mikroskop pengamatan netter kafir... :lol: :lol:
Iye....cerdik kek ular [Mat 10;16] Image

Uppzzz...nanti ane kena banned Image

ImageImageImageImage
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

kalangkilang wrote: @netter popeye..
bukan kesalahan anda, kalau pada akhirnya identitas miss x,,terungkap.. :lol:
namun netter kafir emang makluk penasaran dan dikarunia dengan kecerdikan...
anda sudah berusaha memegang janji kok, dan postingan anda sudah diedit sedemikian rupa,,tapi kesalahan setitik tidak bisa lepas dari mikroskop pengamatan netter kafir... :lol: :lol:

@miss x..
jangan diambil hati yah,,tebak-tebakan dari netter kafir...he..he.. :lol:
diskusi yang bagus..

salam
kalangkilang

Ah darn, emang jago loe pada netter kaffir, gw udeh duga pasti ke missed out juga sih satu dua editan, tapi ga nyangka kaffir FFI bener2 baca postnya dari awal ampe akhir, wkwkkwkw salut.

Gw tetep memegang janji gw sih ama Miss X, janjinya kan diskusi berdua aja tanpa ada cheerleader kaffir ama muslim. Gw ga pernah janji ga akan tampilin di TS.
Since diskusi via PM gw udeh berakhir, tak ada salahnya gw tampilkan di TS, biar2 muslimah2 laen bisa belajar dari Miss X. Gw sama sekali ga sarcastic untuk judul Muslimah sopan, karena menurut gw Miss X memang sopan dalam berdebat via PM kita berdua.

Pada akhirnya dalam diskusi kita, saya tidak akan berkata Miss X mengalahkan saya, or the other way around. Toh ini cuman debat dan diskusi
Biarkan independent reader/judger yg menilai.

Salut buat Miss X, terus kembangkan diskusi2 bermutu dan sopan. Jika ada kesalahan kata2 saya, mohon dimaafkan.
User avatar
kalangkilang
Posts: 2696
Joined: Sun Sep 26, 2010 12:52 am
Location: lagi menulis dibuku
Contact:

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by kalangkilang »

Pop Eye wrote:Ah darn, emang jago loe pada netter kaffir, gw udeh duga pasti ke missed out juga sih satu dua editan, tapi ga nyangka kaffir FFI bener2 baca postnya dari awal ampe akhir, wkwkkwkw salut.
@Pop Eye..
menurut saya pribadi,,anda tetap memegang janji kok, jangan merasa bersalah bro,,
kesalahan harus-nya ditimpakan kepada netter kafir yang tidak bisa menahan rasa penasaran.. :lol:

dan dengan tebak-tebakan ini, membuktikan netter kafir membaca argumen lawan diskusi/posting-postingan dengan seksama.. :green:
jangan kapok-kapok lho, memposting ke forum, kalau ada diskusi by PM..
he..he..
salam....

vhee wrote:Iye....cerdik kek ular [Mat 10;16] Image
Uppzzz...nanti ane kena banned Image

ImageImageImageImage">http://www.en.kolobok.us/smiles/he_and_ ... l_haha.gif[/img]ImageImageImage
@vhee..
terimakasih vhee atas pengakuannya, dan terimakasih juga telah membawa ayat-ayat agama seberang... :partyman:
User avatar
tulipputut
Posts: 1038
Joined: Mon Dec 06, 2010 10:26 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by tulipputut »

Hai bro Pop Eye,
lama ga nongol, sekali nongol bikin tread yg jempol!
enak dibaca, saya suka, saya suka...!
nambah ilmu bagi para wanita he he....

Saya kira sedang sibuk berbulan madu, ga tahunya belum tho??
berarti saya masih ada harapan untuk makan2 enak di pestanya nanti dong!



salam tulip.
Pop Eye
Posts: 397
Joined: Thu Sep 09, 2010 1:53 pm

Re: Aisha Case debate dengan Muslimah sopan nan solehah

Post by Pop Eye »

tulipputut wrote:Hai bro Pop Eye,
lama ga nongol, sekali nongol bikin tread yg jempol!
enak dibaca, saya suka, saya suka...!
nambah ilmu bagi para wanita he he....

Saya kira sedang sibuk berbulan madu, ga tahunya belum tho??
berarti saya masih ada harapan untuk makan2 enak di pestanya nanti dong!



salam tulip.
Hi Tulip, how's life?
Bentar lagi mao mengakhiri masa lajang, ntar saya kabari deh kalo saya udeh ga single lagi :)
I wish we could easily identify who FFI friend or foe is in the real world, pengen juga sih sediain meja buat comrade2 FFI, secara kata saya banyak dapat ilmu dan hiburan disini.
Post Reply