Hi Miss X,Miss X wrote:
Melihat tulisan2 anda, saya bisa menilai bahwa anda cukup bisa berpikir jernih dan sopan dlm diskusi, tdk seperti kafir2 yg lain. Berdiskusi via PM ini adalah ide yg sgt bagus krn saat kita "show up", semua argument masing2 berkemungkinan bercampur dgn ego. Saya salah satu jenis muslim yg kritis tp saya hanya dalam kapasitas INGIN MENGETAHUI krn saya tetap meyakini bhwa Allah Tak Pernah Salah. Saya ingin kita memandang masalah kontroversi pernikahan Aisha ini dari berbagai sudut, tdk terpaku pada Qurdis.
Inti yg dipermasalahkan oleh kafir ffi adalah :
"Pantaskah seorang yg menjadi panutan menggauli seorang anak kecil?"
Bisakah anda menjelaskan apakah "anak kecil" dalam konteks ini mengacu pada umur atau kesuburan?
Salam kenal pop eye
Jika anda menanyakan pendapat saya, maka anak kecil dalam hal ini dilihat dari umur, dimana pada umumnya umur cukup valid untuk menentukan kadar kematangan seorang wanita.
Konsentrasi saya adalah pada tingkat kematangan seorang wanita, bukan hanya dari segi fisik seperti kesuburan, tapi dari segi psikis.
Saya berusaha untuk kritis and open minded, tapi seberusaha keras seperti apapun saya , i just couldn't reach my common sense to accept somehow 53 year old man consummated 9 year old kid.
Satu2nya cara untuk membela Muhammad adalah dengan berusaha counter claim2 dari Hadits bahwa Muhammad tidaklah consummated Aisha pada umur 9 tahun, namun pada usia 18 - 20 thn seperti yg dilakukan muslim Minaret di artikelnya seperti yg sudah drujuk oleh bro Poligami.
Saya akan buat lebih simple aja. Selain puber, wanita baru siap menikahi jika (terlepas umur berapa aja yg penting udeh puber):Miss X wrote: Pop Eye wrote:Hi Miss X,
Jika anda menanyakan pendapat saya, maka anak kecil dalam hal ini dilihat dari umur, dimana pada umumnya umur cukup valid untuk menentukan kadar kematangan seorang wanita.
Konsentrasi saya adalah pada tingkat kematangan seorang wanita, bukan hanya dari segi fisik seperti kesuburan, tapi dari segi psikis.
Saya tertarik dgn tulisan Aiyman Bin Khalid sbb :
Aiyman Bin Khalid wrote:NORMA ITU BERDASARKAN PUBERTAS, BUKAN UMUR
Struktur dari argumen tersebut menyesatkan dikarenakan si penulis menggunakan umur sebagai kunci sementara kata kunci yg benar seharusnya pubertas. Aisha mencapai pubertasnya pada saat ia berumur 9 tahun dimana hal tersebut disetujui oleh kaum Islam terpelajar, yang membuatnya sama dengan wanita manapun yg siap untuk dinikahi.
BUKTI BAHWA NORMA ITU BERDASARKAN PUBERTAS, BUKAN UMUR
Penulis meminta kita untuk menunjukkan bukti yg mendukung bahwa norma menikahi gadis 9 tahun diterima oleh kebudayaan Arab, dimana pada kenyataannya dia yang seharusnya memberikan bukti yg mendukung pendapatnya karena dialah yang menentang norma yg ada yaitu norma berdasarkan pubertas. Meskipun demikian, demi kepentingan berargumentasi, saya mempersiapkan ayat2 berikut sebagai bukti bahwa norma menikahi gadis 9 tahun sudah dikenal, dan diterima oleh kebudayaan Arab
1. Imam Ash-Shafi’e berkata
Selama aku tinggal di Yamen, saya bertemu dengan gadis2 berumur 9 tahun yg mengalami menstruasi begitu sering (Siyar A’lam Al-Nubala’, 10/91)
2. Dia (Ash-Shafi’e) juga berkata
Saya telah melihat di kota Sana (di Yemen), seorang gadis yg telah menjadi nenek pada umur 21 tahun. Dia menstruasi pada umur 9 tahun dan melahirkan pada umur 10 tahun (Sunan Al-Bayhaqi Al-Kubra, 1/319).
3. Ibn Al-Jawzi menceritakan cerita yg sama dari Ibn U’qail dan Abbad ibn Abbad Al-Muhlabi
Abbad ibn Abbad Al-Muhlabi berkata:
Saya menyaksikan wanita dari Muhlabah yg menjadi nenek pada usia 18 tahun. Dia melahirkan pada usia 9 tahun, dan anak perempuannya melahirkan pada umur 9 tahun juga, jadi wanita tersebut menjadi nenek pada usia 18 tahun (Tahqeeq Fi Ahadeeth Al-Khilaf, 2/267)
Saya juga sependapat dgn beliau krn umur itu tdk bisa dijadikan patokan untuk mengukur kematangan wanita baik dari segi fisik maupun psikis. Saat saya seusia Aisha ketika "katanya" digauli Rasulullah, Saya sdh mengalami menstruasi entah yg keberapa kali. Mmg saat itu secara fisik saya sudah baligh, tp untuk masalah psikis saya akui mmg Saya msh childish.
Coba kita persempit mslh psikis yg anda maksudkan disini yaitu ttg kedewasaan dlm berpikir. Jika Saya katakan bahwa kedewasaan itu tidak bisa diukur dgn umur, apakah Anda setuju ?
Popeye wrote
Saya berusaha untuk kritis and open minded, tapi seberusaha keras seperti apapun saya , i just couldn't reach my common sense to accept somehow 53 year old man consummated 9 year old kid.
Sayapun sejujurnya tidak bisa menerima itu. Tp mengingat beliau adalah utusan Tuhan yg saya imani dan mengingat bahwa Allah tidak pernah salah dalam menentukan sesuatu apalagi yang berhubungan dgn Rasulullah sbg suri tauladan bagi hamba-hambaNya... Saya rasa cukup menjadi motivasi besar dlm diri Saya untuk mencari jawaban yg sebenar2nya ttg polemik ini.Pasti ada suatu alasan yg bisa diterima.
Popeye wrote:
Satu2nya cara untuk membela Muhammad adalah dengan berusaha counter claim2 dari Hadits bahwa Muhammad tidaklah consummated Aisha pada umur 9 tahun, namun pada usia 18 - 20 thn seperti yg dilakukan muslim Minaret di artikelnya seperti yg sudah drujuk oleh bro Poligami.
Saya tdk akan mengcounter hadist2 itu krn Saya yakin merekapun berpijak pada suatu landasan yg kokoh dlm menentukan segala hal. Tp manusia tetaplah manusia dan selalu berpeluang salah kecuali jk mslh2 tsb dikembalikan kpd Alquran.
- Sudah mengerti hubungan sex, sebab akibat dari berhubungan sex
- Jika hamil, sudah dapat mengemban tanggung jawab sebagai seorang ibu.
- Common knowledges lain yg tak perlu saya kupas disini.
Pada masa kini, setiap negara punya standard umur tertentu bagi wanita untuk menikah. Memang harus diakui, bisa saja pada umur tersebut, wanita tersebut memang belum matang secara psikis. Tapi adalah lazim jika orang2 mempunyai ekspektasi misalnya gadis berumur 20 tahun sudah seharusnya matang secara fisik dan psikis. Jika belum dewasa pada umur tersebut, something must be really really wrong with either the education or with the mentality. That's why dengan basic common sense ini, setiap negara mencantumkan standard umur tertentu sebagai syarat untuk menikah.
Saya mengakui bahwa umur tidaklah selalu valid untuk menentukan tingkatan kematangan psikis seorang wanita, tapi kira2 standard kedewasaan seperti apa yg anda harapkan dari bocah berusia 9 tahun?
Perempuan normal dari negara manapun pada abad manapun pada usia 9 tahun hanyalah seorang bocah cilik. Sungguh argumen yg maksa jika kita hendak membenarkan diri beranggapan Aisha sudah dewasa pada saat itu. Hadits dengan jelas mengatakan Aisyah masih maen boneka. Wanita dewasa aja masih harus berjuang di malam pertama, dan coba anda bayangkan ukuran vagina bocah 9 tahun VS penis dari pria umur 50-an. That's why saya mengerti kenapa muslim Minaret dengan akal dan hati nuraninya sulit menerima kenyataan itu dan mencoba untuk mencari pembenaran lain dari Hadits tak jelas yg menyatakan umur Aisha 18-20 tahun ketika menikahi Nabi anda.
Bayangkan jika gadis 9 tahun yg masih maen boneka ini ternyata hamil, hal2 yg perlu diconsider :
- Apakah ia sanggup dengan telaten untuk memelihara bayinya di masa awal2 3 tahun pertama kelahiran anaknya.
Ga usah jauh2, semua temen2 saya yg perempuan (yg notabene berumur 20 tahun lebih tua dari Aisha) aja stress harus begadang terus jagain
anaknya, beberapa bahkan mengaku kalo bukan itu anak gw, rasanya gw pengen banting...saking stressnya.
- Sumbangan knowledge dan kasih sayang seperti apa yg bisa diberikan ibu umur 9 tahun kepada bayinya?
Masa toddler (0 - 5 tahun) sangat penting bagi anak untuk dilatih kreativitas dan kecerdasan. Bukan hanya karena anda mampu
memberi makan anakmu, maka tanggung jawabmu selesai begitu aja. Muhammad kerjaannya perang terus, saya percaya jika
Aisha punya bayi, maka semua IQ dan EQ dari si anak sangat bergantung penuh dengan si ibu.
Sebagai contoh, saya pernah membaca artikel kejadian di negara Barat, dimana seorang bocah cilik kurang lebih 9 tahun juga mempunyai bayi. Keluarganya mencoba untuk mendisiplin dirinya dengan mengharuskan dirinya untuk mengasuh sendiri bayi itu, dan bayangkan..ada satu kejadian dimana bocah ini ketinggalan bayinya (di taman kalo ga salah) karena dirinya asyik bermain.
Saya mengakui Ayman bin Khalid terlihat sangat menguasai Quran dan Hadits, bahasa Englishnya juga jago, tapi tidak berarti kita bisa menyetujui semua argumennya.
Argumennya sah dalam meng-counter Minaret yg menolak kenyataan bahwa Muhammad meniduri gadis 9 tahun (karena ia menggunakan Hadits2 sahih dan logikanya cukup ok dalam berdebat in this case), tapi sekali lagi bukan berarti praktek menggagahi bocak cilik 9 tahun adalah hal yg benar.
Hitler dengan kegilaannya nge-claim ras German adalah ras terhebat, dan Yahudi harus dimusnahkan. Hitler mungkin gila, tapi bukan berarti dia orang ****. Kemampuannya ber-orasi dan mempengaruhi rakyat Jerman membuat mayoritas rakyat Jerman bersepakat untuk melenyapkan Yahudi. Hitler juga pemimpin militer.
Yg membedakan kita dengan psychopath (orang sakit jiwa/buta hati nurani) adalah dalam berdebat kita tidak hanya menggunakan otak, tapi juga hati nurani kita.
Tidak ada satupun kaffir yg menyangkal bahwa practice bersetubuh dengan pengantin cilik sudah dikenal bahkan di luar Saudi Arabia sekalipun. Zaman dahulu tidak ada yg namanya sex education, sekali cowo birahi, ya kalo bisa dilampiaskan dengan menikahi bocah cilik sekalipun akan dijabanin. But keep in mind, mengingat Nabi anda adalah utusan Tuhan, yg katanya pedoman seluruh umat manusia, seharusnya justru membawa sebuah perubahan besar bagi praktek barbar masa lampau.
Sebagai contoh : Sidharta Gautama sang pembawa ajaran Budha, mengajarkan pengendalian diri, dia bertapa dan menghindari nafsu2 duniawi bahkan dengan meninggalkan keluarganya (contoh yg extreme, tapi beliau adalah seorang pangeran, wajar jika anak istrinya akan dinafkahi di kerajaannya), seorang pangeran yg kaya raya merendahkan diri untuk jadi rakyat jelata, mengosongkan diri dan mengendalikan nafsu, bukannya ikut2an praktek barbar pada zamannya.
Yesus, pembawa Injil, membuat gebrakan dengan mengajarkan murid2Nya untuk berdoa bahkan mengasihi musuh2nya (apa anehnya kalo kita cuman berdoa buat orang yg baik dengan kita), praktek yg tidak dilakukan pada zaman itu karena orang2 pasti akan mengutuk musuhnya. Beliau bukan hanya mengajarkan hal itu, tapi bahkan mempraktekkan saat dikayu salib, mengampuni musuh2Nya.
Yg jadi masalahnya, kenapa Nabi Anda justru ga membawa satu perubahan besar pada masa itu? ingat Sidharta dan Yesus sudah ada jauh2 hari sebelum Nabi anda, tapi i'm really sorry, berhubung anda Muslimah yg kritis, please tolong koreksi saya, apa perubahan besar yg sudah dibawakan oleh Nabi anda yg tidak ada dalam diri Sidharta dan Yesus? Jika mao dibahas, ini ga akan kelar2...tapi ok...saya akan persempit dengan masalah SEX saja. Jika benar2 dibaca hadits2 sahih agama anda, honestly speaking banyak sekali cerita tentang2 petualangan sex Nabi anda (membunuh suami Safiyah dan tanpa memberikan waktu berkabung untuknya langsung menikahi dan bersetubuh dengannya, ngambil istri anak angkatnya dengan dalih Aulloh yg bilang untuk ngambil, nikahi Aisyah juga dengan dalih yg sama, serta petualangan2 sex yg lain). Sangat berbeda dengan Sidharta dan Yesus yg justru belajar mengosongkan diri dan melepaskan hal2 duniawi. Anda tidak akan pernah menemukan referensi sahih Alkitab yg menceritakan 1 saja petualangan cinta Yesus, apalagi sampe ke urusan ranjang.
Saya mengandalkan pikiran kritis anda serta hati nurani anda. Tidak apa2 jika anda marah kepada saya.
Dan hal lain yg sangat mencengangkan kami para kaffir, terlepas dari masalah Nabi anda banyak sekali istrinya, yg sangat menarik adalah kasus Aisyah ini,adalah dimana seorang pria berumur 54-an bisa consummate (Complete a marriage by having sexual intercourse) seorang bocah 9 tahun. Itu jelas2 tertulis di Hadits anda, dan inilah yg dibela oleh Ayman bin Khalid dalam counter-nya terhadap muslim Minaret yg tidak bisa menerima kenyataan itu.
Jika Muhammad seorang laki2 normal (okelah anggap saja saya ikutin aja alur logika muslim pada umumnya yg bilang menikahi Aisyah karena masalah sosial, untuk mempererat hubungan dengan Abu Bakar ayahnya Aisha, atau faktor2 politis yg lain), sekali lagi...jika ia normal...maka ia mungkin saja menikahi Aisha pada umur 6 tahun, tapi akan menunggu Aisha hingga matang secara psikis baru bersetubuh dengannya.
Contohnya : anak perempuan sahabat saya berumur kurang lebih 6 tahun. Saya sayang dia coz anaknya pinter ngambil hati orang dan cerdas, jadi saya kalo kasih dia hadiah emang cukup berani dari segi harga. Dia nampaknya tau saya sayang dengannya, that'w why dia nempel banget, ga ada perasaan takut2nya dengan saya, tidak ada gap karena saya laki2, berani melok saya kapan aja (sampe kadang2 orang tuanya yg ga enak sendiri ama gw ), bahkan bisa tiba minta dipangku, atau langsung maen duduk aja di pangkuan saya. Tapi sebagai laki2 umur 30-an yg normal, sedikitpun saya tidak ereksi ketika pantatnya itu bahkan mengenai...maaf...celana bagian depan saya, paling2 yg saya lakukan adalah saya pindahkan pantatnya ke paha saya. Inilah yg perlu kita renungkan, kok bisa Nabi anda yg berumur 50-an (jika ia normal), ngesex dengan bocah 9 tahun even jika bocah tersebut sudah puber sekalipun?
Baik zaman dahulu maupun zaman sekarang, tidak ada laki2 normal umur 54-an bisa berbirahi dengan seorang bocah cilik yg berbeda umur 40-an tahun lebih tua darinya. Jika ini bukan pedophilia complex, what else do u call it?
Perlu diingat bahwa referensi ayat AYman bin Khalid yg menyatakan di kota Yamen ada gadis yg menjadi nenek pada usia 18 tahun (melahirkan pada usia 9 tahun, dan anak perempuannya melahirkan umur 9 tahun juga), tidak sedikitpun tercatat bahwa suami dari bocah cilik tersebut berbeda 40-an tahun lebih muda dari umur suaminya.
Seperti referensi Hadits dari Ayman bin Khalid, bocah 15 tahun juga sudah dianggap dewasa dan boleh berperang, bahkan zaman sekarang pun bocah 15 tahun sudah wet dream, dan jika tidak mendapat sex education and parental guidance, bisa menghamili bocah 9 tahun. So saya tidak percaya bawa laki2 normal umur 54-an zaman Muhammad sekalipun bisa berbirahi dengan 9 year old kids. Yg ada praktek pada zaman itu adalah banyak sekali pernikahan pengantin2 bocah laki2 dan perempuan cilik yg pada akhirnya menghasilkan banyak parent2 bocah2 cilik.
Sekali lagi....satu2nya cara menyelamatkan muka Muhammad adalah dengan membuktikan bahwa Aisya tidak berhubungan sex dengannya pada umur 9 tahun. Itupun tidak menjawab permasalah mengenai pertanyaan saya diatas : Apa perubahan besar dari segi rohani dan akhlak yg dibawakan Muhammad yg tidak ada pada masa Sidharta dan Yesus. Sebagai orang yg nge-claim kalo dirinya adalah penyempurna agama2 sebelumnya, saya rasa sangat fair jika para pemeluk agama2 lain (Buddha, Kristen dll) yg katanya disempurnakan ajarannya oleh ajaran Nabi anda, mengharapkan standard moral Muhammad harus jauh lebih baik dari Sidharta dan Yesus..
Intermezzo : Yg jauh lebih luar biasa, Nabi anda diclaim mempunya standard moral yg luar biasa dan manusia paling sempurna yg pernah hidup di bumi, tapi pada saat yg bersamaan ketika saya berdebat dengan muslim FFI yg nicknya Crescent Star, mengakui bahwa Nabi Muhammad mengaku salah dalam case Hafsa kepergok Muhmmad ngesex dengan Mariyah di ranjangnya Hafsa. Terlihat dari Muhammad panik dan minta Hafsa tidak menceritakan case itu kepada siapa2. Bagaimana mungkin manusia model seperti ini, bahkan bocah 9 tahun aja diembat...sempurna akhlaknya?
Terimakasih untuk kejujuran anda yg mengatakan anda masih childish pada umur tersebut.MIss X wrote: Saya juga sependapat dgn beliau krn umur itu tdk bisa dijadikan patokan untuk mengukur kematangan wanita baik dari segi fisik maupun psikis. Saat saya seusia Aisha ketika "katanya" digauli Rasulullah, Saya sdh mengalami menstruasi entah yg keberapa kali. Mmg saat itu secara fisik saya sudah baligh, tp untuk masalah psikis saya akui mmg Saya msh childish.
Jika anda lihat argumen dari Ayman bin Khalid, terlihat jelas dia tergolong Muslim yg mengkategorikan kedewasaan dengan pubertas.
Dia sama sekali tidak menjelaskan apakah gadis berusia 9 tahun sudah mampu mengemban tanggung jawab sebagai seorang ibu.
Muslim2 kebanyakan dengan bangga berkata Alquran berlaku sepanjang masa, teladan Nabi berlaku sepanjang masa, nah sekarang coba jujur dengan diri anda sendiri, apakah case seperti Aisyah ini berlaku sepanjang masa?
Mengapa saya sangat concern mengenai masalah ini. Karena di negara2 Saudi Arabia dan antek2nya, banyak bocah cilik yg dipaksa untuk menikah. Sungguh saya tidak bisa membayangkan jika peristiwa biadab seperti ini terjadi pada anak perempuan saya for the sake of sunnah Nabi. Anda sendiri pasti tau kasus Syekh Puji yg sekarang bahkan bebas dari penjara (saya tidak yakin akan sama ceritanya jika pelaku pedofilia tersebut adalah non Muslim). Muslim/ah berpikiran kritis seperti anda yg hendak saya jangkau.
Dear Miss X,Miss X wrote: Terima kasih Mas Pop eye, mohon maaf sy baru bisa mereply skrg.
Saya sdh membaca tulisan Mas Pop dan mohon maaf saya tdk bs menquote satu2 krn terlalu panjang. Tp sy sdh menangkap inti dari semuanya krn argumen Mas Pop sdh tidak asing bg saya, semoga tanggapan sy bs mencakup semua pertanyaan dan pernyataan Mas.
Sebelum lebih jauh membahas mengenai pernikahan Rasulullah dan Aisha, sy ingin menjelaskan sedikit mengenai serba serbi hadist/Sunnah. Saya ingin kita menetapkan satu persepsi yang sama shngga kita berdua tdk terjebak pd satu dialog yg hanya bertujuan saling menyerang dan bertahan tnpa saling berbagi pengetahuan dan membuka fikiran masing2.
Nama Ayman Bin Khalid itu terdengar asing bagi saya. Sy mngenal beliau dari forum ini namun dr semua tulisannya saya menilai beliau merupakan salah seorang alim yg kritis dan tdk membeo dgn hadist2 yg sdh dipilah dan dibukukan oleh ulama2 terdahulu. Perlu diketahui bahwa meskipun Bukhori dan Muslim telah disepakati oleh para ulama sbg periwayat hadist yg menggunakan methode paling baik dlm memilah dan memilih hadist sehingga semua hadis yg berasal , disetujui, atau mendapatkan syarat dari kedua atau slh satu dari keduanya bs mendapatkan predikat shahih 1, tp saya blm pernah mendengar mereka mengatakan bhwa hadist2 yg mreka riwayatkan itu 100% benar ( kl Mas Pop pernah membacanya, tlg beri sy referensi atau linknya) . Dlm hal ini saya tdk bermaksud ut meragukan kapasitas keduanya -krn sy mmg blm pantas & sy berlindung kpd Allah dari kata2 yg tdk pantas ttg keduanya- hnya krn ada beberapa hadist ttg Rasulullah yg tdk sreg dihati saya, namun perlulah semua org muslim ttp mengkaji dan terus menggali keilmuan ttg hadist ini tanpa menjadi muslim yg pasif ( tentu anda ingin muslim cm mjd pengekor saja khan? ). Ada bnyak kaidah yg mesti diperhatikan dlm memaknai sebuah hadist salah satunya adalah menelesuri budaya, hukum , sospol, norma dan nilai yg berlaku disuatu tempat yg mempengaruhi suatu hadist 2. Oleh sebab itu tdk bisa Mas Pop jabarkan sbuah hadist hanya berdasarkan pd bunyi hadist secara tekstual saja dan mgkn ini salah satu faktor yg membuat hadist2 shahih dari mereka tdk bs ditangkap secara meyeluruh dari orang2 yg membacanya shgga bnyak skali perselisihan didlm memaknainya. Jadi, yg saya harapkan dari Mas Pop adalah Mas Pop tdk berfikir jk penyangkalan muslim thdp hadist2 tertentu sbg upaya pembenaran thdp tindakan Rasulullah tp sy ingin Mas Pop menyikapi tindakan muslim itu sbg upaya menggali dan menyampaikan makna suatu hadist secara utuh, baik tekstual maupun kontekstual, dgn mengadakan beberapa penelitian dan studi kasus.
Mengenai pernikahan kontroversial antara Rasulullah dan Aisha, saya berpendapat kl pernikahan ini dapat terjadi karena mmg hal ini tidak bertentangan dgn norma sosial dan budaya serta hukum yg berlaku dimasa dan masyarakat itu krn saya belum pernah membaca satupun hadist mauquf (hadist sanadnya berujung pd para sahabat) yg menentang perbuatan ini. Didalam sirahpun saya belum pernah membaca ada musuh2 beliau, baik dari golongan kafir maupun munafik, yg mengangkat hal ini untuk merusak citra Beliau. Jika hal ini sdh dikenal sbg salah satu kelainan jiwa ( pedophilia ) yg sgt bertentangan dgn nilai dan norma seperti saat ini, logikanya hal tsb sdh cukup mumpuni bagi para musuh kaum muslimin untuk menghancurkan reputasi beliau sbg seorang Nabi di depan para pengikutnya sebagaimana issue yg diangkat oleh kaum munafik seputar pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab. Contoh yg paling dekat adalah AA Gym, meskipun apa yg beliau lakukan itu halal dan syah menurut hukum.. tp cukuplah masyarakat menghukumi beliau krn tindakan yg tdk sesuai adat dan norma yg dipandang baik oleh orang2 di Indonesia . Jadi saya menarik sebuah kesimpulan bhwa menikahi gadis berusia 9 thn bukanlah sebuah tindakan amoral atau bejat seperti yg Mas Pop dkk selalu lontarkan jika yg digunakan adalah standar yg sesuai yg berlaku dimasa dan masyarakat itu. Hal Ini berlaku untuk semua “petualangan cinta” Beliau kecuali jika Mas Pop bisa menghadirkan satu saja komentar miring dari orang2 yg hidup dizamannya baik dari sahabat maupun musuh2 yg memeranginya.
Lalu apakah seorang wanita yg sdh pubertas secara otomatis bisa disebut dewasa, tentulah tidak. Kedewasaan itu tdk diukur dari faktor usia ataupun kesuburan krn seseorang itu bisa mejadi dewasa bahkan sebelum memasuki usia pubernya. Didikan orang tua, kerasnya hidup, dan budaya sosial masyarakat menjadi faktor utama sbg penentu kedewasaan seseorang. Hal ini terbukti dan sejalan dgn referensi dari Akhi Aiman Bin Khalid yg bersumber dari pengalaman Iman Syafii serta beberapa kontradiksi yg dihadirkan seputar usia Aisha ketika dinikahi Muhammad 3 dan jika hipotesa mereka terbukti benar maka tentu asumsi Mas Pop ttg “contoh buruk” menikahi anak dibawah umur yg belum mengerti arti sebuah tanggung jawab sbg seorang istri dan ibu sdh terbantahkan. Usia yg kecil dimasa itu tdk secara otomatis berarti mereka not qualify enough untuk menjadi seorang istri dan ibu.
Disetiap masa, diharapkan atau tidak, selalu akan terjadi sebuah pergeseran nilai yg bersifat situasional seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehidupan manusia brkembang semakin bebasnya sehingga peran orang tua sbg pendidik dan nilai dan norma masyarakat yg dulunya bersifat mengikat sdh tergantikan dan lama kelamaan terkikis habis. Saya tidak tau keadaan apa yg membuat orang2 dizaman ini berfikir bhwa sex education dan common knowladge yg dibutuhkan -padahal hewan saja tdk membutuhkannya- dlm menjalankan fungsi sbg ibu sehingga perlu disosialisasikan. Hal ini sdh menjadi adat istiadat orang tua meskipun blm terexpose secara formal melalui media. Saya juga merasa aneh kenapa Mas Pop begitu yakin bhwa bocah berumur 9 tahun tdk memiliki qualifikasi yg cukup untuk menjalankan biduk rumah tangga padahal banyak contoh kasus – termasuk orang tua saya – yg sukses mendidik anak dan menjadi rumah tangga yg langgeng meskipun menikah diusia sangat muda, dan mereka hanyalah salah satu diantara banyak pasangan muda yg menikah diusia dini. Masalah ukuran “V” vs “P” bknkah itu seharusnya bukanlah urusan kita tp merupakan “nego” yg mendalam antara keduanya? Sy blm pernah membaca satu hadist atau sirahpun yg menceritakan bhwa Aisha pernah mengalami pendarahan krn “diserang” oleh sesuatu yg besar .
Lalu kenapa banyak gadis cilik di Saudi sana yg menjadi korban pernikahan dini sehingga pemerintah merasa perlu mengeluarkan undang2 perlindungan anak ?
Seperti yg Mas Pop tanyakan :
Muslim2 kebanyakan dengan bangga berkata Alquran berlaku sepanjang masa, teladan Nabi berlaku sepanjang masa, nah sekarang coba jujur dengan diri anda sendiri, apakah case seperti Aisyah ini berlaku sepanjang masa?
Islam bukanlah apa yg dilakukan Muhammad tp Islam adalah apa yg dicontohkan Beliau. Apa yg Beliau lakukan belum tentu harus dicontoh tp tapi apa yg beliau contohkan sudah pasti harus dilakukan. Jd mesti harus Mas Pop bedakan mana yg dilakukan dan mana yg dicontohkan, jgn dipukul rata.
Seperti yg saya sebutkan sebelumnya, sosial, kondisi politik, budaya dan semacamnya sangat mempengaruhi keluarnya suatu hadist. Mesti diingat bahwa Rasulullah tdk pernah memerintahkan sahabat untuk menulis appn darinya tp karena sesuatu dan lain hal, maka pengkodifikasian hadist dipandang perlu pada masa kekhalifahan Umar Bin Abdul Aziz4 . Ini memberi suatu indikasi bahwa sunnah beliau yg dibukukan dlm bentuk hadist tdk semuanya berisi hal – hal yg harus diikuti kecuali apa – apa yg telah beliau ajarkan kpd para sahabatnya. Seperti hadist ttg adab duduk ketika makan ala Rasulullah yg diceritakan oelh salah seorang sahabat, bisakah Mas Pop bedakan apakah itu adalah sesuatu yg beliau lakukan ( kebiasaan ) atau sesuatu yg Beliau contohkan? Sama seperti pernikahannya dgn Aisha semua hadist mengenai itu adalah hadist2 yg memiliki sanad mauquf bukan marfu’.
Semoga ini bisa mewakili setiap argumen Mas Pop. Ditunggu tanggapannya.
Sebelumnya saya ingin express kekaguman saya terhadap cara berdebat Anda.
Anda muslimah paling sopan dan paling well educated di FFI yg pernah saya ajak debat sebelumnya.
Semoga banyak muslimah lain yg bisa meniru teladan Anda.
Respon saya=>Seperti yg pernah saya lontarkan sebelumnya, praktek pernikahan bocah cilik adalah praktek yg sudah lama dikenal in ancient times (walaupun sekali lagi saya tegaskan anda tidak akan mudah mencari referensi laki2 usia 50-an ngesex dengan bocah 9 tahun even in ancient times namun masih dikategorikan praktek lazim dan normal), dan dikarenakan civilization umat manusia yg saat itu masih belum semaju zaman sekarang cara berfikirnya, tentulah orang2 ga terlalu mempermasalahkan hal itu. That's why jika Anda ingin lebih menggali sejarah, ada yg dinamakan Dark Age, ada istilah orang2 barbar2. Orang2 barbar tidaklah selalu mempunyai makna orang tersebut orang yg vicious, cruel, tapi kata2 barbar sendiri bisa diapply pada orang2 yg cara berfikirnya masih primitif, hidupnya hanya berdasarkan survival instinct.Miss X wrote: Miss X wrote:Mengenai pernikahan kontroversial antara Rasulullah dan Aisha, saya berpendapat kl pernikahan ini dapat terjadi karena mmg hal ini tidak bertentangan dgn norma sosial dan budaya serta hukum yg berlaku dimasa dan masyarakat itu krn saya belum pernah membaca satupun hadist mauquf (hadist sanadnya berujung pd para sahabat) yg menentang perbuatan ini. Didalam sirahpun saya belum pernah membaca ada musuh2 beliau, baik dari golongan kafir maupun munafik, yg mengangkat hal ini untuk merusak citra Beliau. Jika hal ini sdh dikenal sbg salah satu kelainan jiwa ( pedophilia ) yg sgt bertentangan dgn nilai dan norma seperti saat ini, logikanya hal tsb sdh cukup mumpuni bagi para musuh kaum muslimin untuk menghancurkan reputasi beliau sbg seorang Nabi di depan para pengikutnya sebagaimana issue yg diangkat oleh kaum munafik seputar pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab. Contoh yg paling dekat adalah AA Gym, meskipun apa yg beliau lakukan itu halal dan syah menurut hukum.. tp cukuplah masyarakat menghukumi beliau krn tindakan yg tdk sesuai adat dan norma yg dipandang baik oleh orang2 di Indonesia . Jadi saya menarik sebuah kesimpulan bhwa menikahi gadis berusia 9 thn bukanlah sebuah tindakan amoral atau bejat seperti yg Mas Pop dkk selalu lontarkan jika yg digunakan adalah standar yg sesuai yg berlaku dimasa dan masyarakat itu. Hal Ini berlaku untuk semua “petualangan cinta” Beliau kecuali jika Mas Pop bisa menghadirkan satu saja komentar miring dari orang2 yg hidup dizamannya baik dari sahabat maupun musuh2 yg memeranginya.
Dan ancient Culture juga less appreciate woman, so walaupun Muhammad yg kala itu sudah berumur 50-an mengawini dan ngesex dengan bocah 9 tahun, sekali lagi, walaupun itu tidak lazim dilakukan, zaman itu people less care about the woman. Jadi saya akuin akan sangat sulit mencari satu komentar miring dari orang2 yg hidup sejaman dengannya. Apalagi di Islam sendiri kalian mengenal zaman Jahiliyah yg selaras dengan penjelasan saya akan Dark Age. Menghargai wanita adalah hal terakhir yg dipikirkan oleh laki2 di jaman tersebut. According to Hadits, wanita itu hanya "ladang untuk bercocok tanam", selaras dengan zaman barbar yg memang hanya memperlakukan wanita sebagai asset, sebagai penghasil anak, dan saya akuin bahkan budaya diluar Timur Tengah juga demikian. So saya ga akan berasa terlalu aneh jika hal tersebut jarang diungkit2 baik oleh sahabat maupun musuh2nya Muhammad.
Seiring semakin majunya cara berfikir manusia, maka manusia menciptakan terminology pedophilia yg dengan mudah anda bisa pelajari di wikipedia. Istilah pedophilia ini ga akan berkembang at the first place kalo pria/wanita dewasa berhasrat sex terhadap anak kecil adalah hal yg normal. Saya secara pribadi ingin mengetahui apa pandangan anda soal pedophilia. Apakah menurut anda masih lazim jika ada pria umur 54-an yg bisa ngesex dengan bocah 9 tahun zaman sekarang? Bisakah anda memberikan saya pandangan anda akan hal ini?
Seperti yg sudah saya ungkapkan, saya (yg berumur 32) sudah berkali2 mangku anak perempuan cantik sahabat saya, dan berkali2 saya tidak bisa ereksi jika pantatnya menyentuh penis saya. Saya bukan cowo suci, saya akan menikah sebentar lagi dan jika saya berdua dengan pasangan saya, ga usah ampe saya mangku dia, saya melihat pantatnya saja saya sudah ereksi gila2an. Sekarang bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana Muhammad (yg kala itu berumur kurang lebih 54 thn), jika ia normal, bisa ereksi dan ngesex dengan Aisha yg notabene 9 thn?
Anda memberikan saya argumen bahwa sampai sekarang belum bisa diketemukan referensi dari sahabat/musuh Muhammad yg against that act, tapi saya juga sampai sekarang belum bisa ketemu satupun argumentasi Muslim/ah yg bisa menjawab dengan baik contoh simple dari saya. Saya adalah cowo normal senormal2nya, Jika saya bisa dengan mudah ereksi dengan pasangan saya yg beda umur 5 tahun dengan saya, dan tidak pernah ereksi dengan bocah 6 tahun anak sahabat saya, bagaimana Muhammad bisa melakukan hal itu?
Cuman ada 2 kemungkinan=> saya yg ga normal, atau Muhammad yg normal. Jika anda ingin membela Muhammad, dapatkah anda membuktikan ke saya bahwa sayalah yg ga normal?
Istilah pedophilia ga akan muncul kalo memang praktek laki2 54 thn ngesex dengan bocah 9 thn tersebut lazim Dear Miss X.
Ok, argumen anda cukup OK untuk hal ini. Saya mengakui mungkin saya terlalu memaksakan kondisi kedewasaan zaman sekarang di-apply ke zaman barbaric in ancient times. Mungkin adalah hal yg lazim jaman dahulu jika bocah 9 tahun sudah menikah dan keadaan memaksa mereka untuk dewasa sebelum waktunya. Saya akan berusaha fair dengan Anda jika jawaban anda memang ada common sense-nya. Tanggung jawab seorang ibu di jaman barbar tentulah berbeda dengan tanggung jawab seorang ibu di zaman modern sekarang ini, ok fair enough.Miss X wrote:Lalu apakah seorang wanita yg sdh pubertas secara otomatis bisa disebut dewasa, tentulah tidak. Kedewasaan itu tdk diukur dari faktor usia ataupun kesuburan krn seseorang itu bisa mejadi dewasa bahkan sebelum memasuki usia pubernya. Didikan orang tua, kerasnya hidup, dan budaya sosial masyarakat menjadi faktor utama sbg penentu kedewasaan seseorang. Hal ini terbukti dan sejalan dgn referensi dari Akhi Aiman Bin Khalid yg bersumber dari pengalaman Iman Syafii serta beberapa kontradiksi yg dihadirkan seputar usia Aisha ketika dinikahi Muhammad 3 dan jika hipotesa mereka terbukti benar maka tentu asumsi Mas Pop ttg “contoh buruk” menikahi anak dibawah umur yg belum mengerti arti sebuah tanggung jawab sbg seorang istri dan ibu sdh terbantahkan. Usia yg kecil dimasa itu tdk secara otomatis berarti mereka not qualify enough untuk menjadi seorang istri dan ibu.
Ok anggaplah emang banyak kasus parental cilik berhasil mendidik anak dan menjadi langgeng di usia yg sangat muda in ancient times. Saya sudah berikan pada komentar sebelumnya dan saya mengerti maksud anda. Jika anda tidak bisa terima argumen saya tentang tanggung jawab seorang ibu, saya bisa mengerti dan menerima pendapat anda, karena situasi zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang. Jaman globalisasi seperti sekarang ini, jika kita maen statistic, saya berani yakin less than 1% ibu usia 9 thn yg bisa mendidik anaknya dengan baik seorang diri, tapi jika dibandingkan zaman barbar dimana ketrampilan yg dibutuhkan untuk survive/earn living tidaklah sesulit jaman sekarang, ok lah saya bisa terima argumen anda.Miss X wrote:Kehidupan manusia brkembang semakin bebasnya sehingga peran orang tua sbg pendidik dan nilai dan norma masyarakat yg dulunya bersifat mengikat sdh tergantikan dan lama kelamaan terkikis habis. Saya tidak tau keadaan apa yg membuat orang2 dizaman ini berfikir bhwa sex education dan common knowladge yg dibutuhkan -padahal hewan saja tdk membutuhkannya- dlm menjalankan fungsi sbg ibu sehingga perlu disosialisasikan. Hal ini sdh menjadi adat istiadat orang tua meskipun blm terexpose secara formal melalui media. Saya juga merasa aneh kenapa Mas Pop begitu yakin bhwa bocah berumur 9 tahun tdk memiliki qualifikasi yg cukup untuk menjalankan biduk rumah tangga padahal banyak contoh kasus – termasuk orang tua saya – yg sukses mendidik anak dan menjadi rumah tangga yg langgeng meskipun menikah diusia sangat muda, dan mereka hanyalah salah satu diantara banyak pasangan muda yg menikah diusia dini. Masalah ukuran “V” vs “P” bknkah itu seharusnya bukanlah urusan kita tp merupakan “nego” yg mendalam antara keduanya? Sy blm pernah membaca satu hadist atau sirahpun yg menceritakan bhwa Aisha pernah mengalami pendarahan krn “diserang” oleh sesuatu yg besar .
Tapi terus terang saya ga bisa mengerti jalan pikiran anda ketika anda berkomentar=> Saya tidak tau keadaan apa yg membuat orang2 dizaman ini berfikir bhwa sex education dan common knowladge yg dibutuhkan -padahal hewan saja tdk membutuhkannya- dlm menjalankan fungsi sbg ibu sehingga perlu disosialisasikan.
Apakah maksud anda, zaman sekarang sex education tidak diperlukan? jadi maksud anda sah2 aja jika zaman sekarang anak umur 15 tahun ingin minta kawin dengan anak usia 9 thn tanpa mempertimbangkan kedewasaan mereka dan pengertian mereka akan sebab akibat dari sex dan tanggung jawab? anda yakin pernikahan anak2 jaman sekarang dengan usia tersebut bisa menghasilkan keluarga dengan pondasi ekonomi yg kuat (tanpa supply dari orangtua)? Saya akan sangat kaget jika statistik bisa membuktikan 1% saja pasangan cilik zaman ini (mandiri,tanpa bantuan orang tua setelah mereka menikah) bisa menafkahi anaknya dan membangun kehidupan keluarga yg layak zaman sekarang. Saya bisa mengerti jika anda berusaha untuk menyakinkan saya keadaan zaman dahulu berbeda dengan kondisi zaman sekarang. Tapi adalah jelas naif jika kita berfikir zaman sekarang sex education dan common knowledge tidak diperlukan.
Bagi binatang, naluriah mereka hanya ngesex, ngelahirin anak, nyusu-in anak secara instinct,anak belajar dari induknya bagaimana cara berburu dan akhirnya anak tersebut mandiri untuk survive hingga dewasa dan selanjutnya mengulangi siklus yg sama. Anda yakin sesimple itu juga tanggung jawab seorang ibu manusia?
Ayah saya lahir dari pernikahan usia dini kakek nenek saya. Keberhasilan dan kemandirian ayah saya based on the story was not because of the discipline method from his parent. Ayah saya lahir dari keluarga yg sangat miskin (sangat umum terjadi pada pernikahan usia dini dengan banyak anak). Kehebatan manusia adalah, dia bisa belajar dari kesalahan dirinya, kesalahan orang lain. Kerasnya kehidupan membuat ayah saya bekerja lebih giat dan sekolah lebih giat. Belajar dari pengalaman, ayah saya menikah di usia 25 dan membangun pondasi keluarga yg lebih kokoh dari orang tuanya. Bisakah saya sesumbar mengatakan keberhasilan ayah saya ini dikarenakan didikan dari orang tuanya?
Mengenai masalah ukuran Mr P dan V, ok ini memang argumen pribadi saya. Tidak apa2 jika anda ingin menyanggah dan saya juga ga akan refute balik. Saya tertarik komentar "ukuran Mr P dan V", tertarik komentar "ada alesan spiritual apa sih ampe seorang Nabi 54-an pengen cepet2 kawinin anak 9 thn, ga ada cewe dewasa laen apa" dikarenakan saya eneg dengan self proclaiming dari Muslim/ah seluruh dunia yg memuji2 akhlak Muhammad bahkan memberikan label manusia sempurna. Oh my goodness, jika Muhammad manusia sempurna, maka layaklah saya disebut manusia 1/2 dewa. Jika nafsu sex aja ga bisa dikendalikan, buat apa saya percaya orang tersebut adalah Nabi? Saya bukanlah Buddhist, tapi saya sangat mengagumi Nabi mereka Sidharta Gautama. Sex adalah salah satu hal tersulit untuk dikendalikan oleh laki2 normal. Saya ga habis pikir kenapa ada orang yg lebih mengagung2kan Nabi yg "kemampuan sex-nya 100 kali dari laki2 biasa" dibandingkan dengan pria yg bisa mengontrol hawa nafsunya.
Itu yg kadang2 saya ga bisa ngerti dari Muslim/ah. Kadang2 saking cintanya dengan Muhammad, mereka rela mempermalukan diri dengan argumen2 ****
Beranikah anda melepaskan putri anda jika putri 9 thn anda diminta nikah oleh muslim taat, suci, solehah berumur 54-an?
So far jawaban yg saya dapetin cuman, oo tentu ga boleh, ga adalah muslim yg seperti Muhammad yg sempurna bla bla and another stupid argument.
Ok let's back to the main topic. Main accusation dari kaffir FFI mengenai pernikahannnya dengan Aisha yg waktu itu masih 6 tahun dan ngesex dengannya 3 thn kemudian cuman satu : Muhammad itu pedophile.
Anda boleh mengabaikan argumen saya mengenai tanggung jawab seorang ibu, tapi anda tidak bisa mengabaikan pengalaman pribadi saya (yg saya juga cross check dengan sahabat2 saya (laki2 normal) yg laen, saya juga cross-check dengan definisi dari pedophilia itu sendiri di wikipedia) yg tidak bisa ereksi dengan bocah perempuan cantik manis umur 6 tahun, dan saya juga fully believe saya tidak akan bisa ereksi dengan bocah 9 tahun no matter how sweet, how pretty she is.
Saya menunggu jawaban logis dari Anda on how 50 year old dude could even had a sexual desire to 9 year old kid and consummated her if he was not a pedophile.
Miss X wrote: Dear Miss X,
Sebelumnya saya ingin express kekaguman saya terhadap cara berdebat Anda.
Anda muslimah paling sopan dan paling well educated di FFI yg pernah saya ajak debat sebelumnya.
Semoga banyak muslimah lain yg bisa meniru teladan Anda.
==========================================================================
Terima kasih Mas Pop atas pujiannya meskipun saya tidak merasa sedikitpun itu cocok buat saya. Saya merasa sangat tersanjung , orang sepintar dan open mainded sperti Mas Pop sudi berdiskusi dgn saya.
============================================================================
Respon saya=>Seperti yg pernah saya lontarkan sebelumnya, praktek pernikahan bocah cilik adalah praktek yg sudah lama dikenal in ancient times (walaupun sekali lagi saya tegaskan anda tidak akan mudah mencari referensi laki2 usia 50-an ngesex dengan bocah 9 tahun even in ancient times namun masih dikategorikan praktek lazim dan normal), dan dikarenakan civilization umat manusia yg saat itu masih belum semaju zaman sekarang cara berfikirnya, tentulah orang2 ga terlalu mempermasalahkan hal itu. That's why jika Anda ingin lebih menggali sejarah, ada yg dinamakan Dark Age, ada istilah orang2 barbar2. Orang2 barbar tidaklah selalu mempunyai makna orang tersebut orang yg vicious, cruel, tapi kata2 barbar sendiri bisa diapply pada orang2 yg cara berfikirnya masih primitif, hidupnya hanya berdasarkan survival instinct.
Dan ancient Culture juga less appreciate woman, so walaupun Muhammad yg kala itu sudah berumur 50-an mengawini dan ngesex dengan bocah 9 tahun, sekali lagi, walaupun itu tidak lazim dilakukan, zaman itu people less care about the woman. Jadi saya akuin akan sangat sulit mencari satu komentar miring dari orang2 yg hidup sejaman dengannya. Apalagi di Islam sendiri kalian mengenal zaman Jahiliyah yg selaras dengan penjelasan saya akan Dark Age. Menghargai wanita adalah hal terakhir yg dipikirkan oleh laki2 di jaman tersebut. According to Hadits, wanita itu hanya "ladang untuk bercocok tanam", selaras dengan zaman barbar yg memang hanya memperlakukan wanita sebagai asset, sebagai penghasil anak, dan saya akuin bahkan budaya diluar Timur Tengah juga demikian. So saya ga akan berasa terlalu aneh jika hal tersebut jarang diungkit2 baik oleh sahabat maupun musuh2nya Muhammad.
Seiring semakin majunya cara berfikir manusia, maka manusia menciptakan terminology pedophilia yg dengan mudah anda bisa pelajari di wikipedia. Istilah pedophilia ini ga akan berkembang at the first place kalo pria/wanita dewasa berhasrat sex terhadap anak kecil adalah hal yg normal. Saya secara pribadi ingin mengetahui apa pandangan anda soal pedophilia. Apakah menurut anda masih lazim jika ada pria umur 54-an yg bisa ngesex dengan bocah 9 tahun zaman sekarang? Bisakah anda memberikan saya pandangan anda akan hal ini?
============================================================================
Baik terima kasih Mas Pop atas tanggapannya. Mas Pop berasumsi bahwa praktek pedophilia sebenarnya sdh dianggap tidak normal sejak dulu. Namun hal ini tdk mendapatkan perhatian khusus karena kedudukan wanita saat itu dianggap tidak terlalu penting sehingga tdk ada satupun catatan khusus yg bisa dijadikan referensi untuk membuktikan bahwa praktek pedophilia sebenarnya adalah sebuah penyimpangan sexual yg telah dikenal masyarakat sejak lama. Ok, kl sebuah catatan khusus (referensi) Mas Pop jadikan standar untuk menilai apakah suatu masyarakat menghormati dan mengangkat harkat dan martabat perempuan, berarti tdk perlu diragukan lg bahwa kedatangan Islam telah memberi arti berbeda ttg hak – hak perempuan krn bisa Mas Pop check didalam Alquran , betapa banyak ayat – ayat yg memceritakan ttg perempuan sehingga diabadikan dlm satu surat bernama An Nisa ( perempuan ). So, kl mmg orang2 dlm peradaban pra Islam tdk pernah memberi perhatian khusus, maka perhatian Islamlah yg sesungguhnya telah mengangkat harkat dan martabat perempuan.
Dlm argumen sebelumnya, saya mengemukakan bahwa saya belum membaca baik didalam sirah dan atau hadis mauquf yg mengecam perbuatan beliau yg menikahi dan menyetubuhi Aisha yg umurnya terpaut sangat jauh, baik dari kalangan sahabat maupun musuh2nya. Kenapa saya menganggap ini penting , karena saya ingin Mas Pop tau apakah perbuatan tersebut melanggar norma dan nilai yg berlaku sehingga Rasulullah itu tak pantas disebut Nabi dan uswatun hasanah. Cemoohan dan gosip dalam kajian ilmu sosiologi yg berkembang sekarang ini merupakan salah satu alat pengendali sosial 1. Cemoohan dan gosip merupakan salah satu indikasi terjadinya pelanggaran norma di masyarakat sehingga menjadi suatu bentuk hukuman yg lbh menyakitkan daripada hukuman fisik yg berdampak pada hancurnya reputasi seseorang dihadapan masyarakat. Logikanya, ketika masalah pernikahan beliau dgn mantan menantunya Zainab diangkat oleh musuh-musuhnya untuk menghancurkan reputasinya dimata umat, bagaimana bisa sebuah kejahatan seksual sekelas pedophilia tidak digunakan oleh mereka, jika seandainya mereka menganggap pedophilia ini bknlah hal yg lazim dilakukan sebagaimana ketidaklaziman menikahi mantan istri dari anak angkat dalam kebudayaan Arab?
Sebenarnya ada sedikit kebingungan dlm benak saya ttg standar apa yg Mas Pop gunakan dlm menyikapi mslh ini dan saya juga bingung harus menggunakan standar yg mana untuk menjawab pertanyaan Mas Pop ttg pandangan saya, sbg manusia yg hidup dizaman dulu atau sbg manusia yg hidup dizaman skrg ? Mas Pop yg saya hormati, dlm hal ini saya mencoba memberikan pandangan yg objektif berdasarkan waktu, tempat dan keadaan meskipun saya adalah manusia yg hidup dizaman ini dan semoga dialog kita ini tidak dibumbui oleh sentimen pribadi thdp objek yg sdg kita bahas.
Saya akan memberi sedikit analogi sederhana :
Ketika teknologi berupa pemantik atau korek api belum ditemukan, manusia menggunakan 2 buah batu untuk menyulut api. Sbg manusia dizaman ini, bgmn kita bisa mengatakan mereka primitif jika mereka mmg belum mengenal apa yg dinamakan pemantik atau korek api? Seandainya dulu mereka tau ada cara yg lebih mudah, apakah mereka msh akan menggunakan 2 buah batu?
Hal ini juga berlaku bagi kasus yg disebut pedophilia ini karena istilah ini baru ada setelah mgkn berabad abad lamanya dan belum dikenal sbg suatu penyimpangan sexual yg fatal. Tentu kita tdk bisa memaksa orang2 dahulu untuk menggunakan standar yg kita gunakan karena setiap manusia itu hidup dgn beradaptasi dgn lingkungannya. Apa yg mereka pandang baik dahulu tentulah tidak sama dgn nilai2 yg kita pegang sbg suatu kebaikan saat ini. Tp satu hal bahwa praktik pedophilia itu merupakan sebuah kelainan psikologis yg memerlukan bahasan lebih jauh lagi dan mohon maaf Mas Pop itu bkn kulifikasi saya. Tp jika Mas Pop bertanya ttg pandangan saya mengenai Pedophilia, tentulah pandangan saya tdk jauh berbeda dgn Mas Pop karena kita hidup dizaman yg sama.Saya tdk mau tergiring pada satu opini yg membuat saya mengadakan suatu pembenaran tdhp sesuatu yg tidak benar, apa yg Mas Pop anggap salah tentu itu jg berarti salah dimata saya...tp itu hanya berlaku bagi orang2 yang sezaman dgn kita yg menggunakan standar nilai yg sama sebagaimana yg kita anut saat ini.
==================================================================
Seperti yg sudah saya ungkapkan, saya (yg berumur 32) sudah berkali2 mangku anak perempuan cantik sahabat saya, dan berkali2 saya tidak bisa ereksi jika pantatnya menyentuh penis saya. Saya bukan cowo suci, saya akan menikah sebentar lagi dan jika saya berdua dengan pasangan saya, ga usah ampe saya mangku dia, saya melihat pantatnya saja saya sudah ereksi gila2an. Sekarang bisakah anda menjelaskan kepada saya bagaimana Muhammad (yg kala itu berumur kurang lebih 54 thn), jika ia normal, bisa ereksi dan ngesex dengan Aisha yg notabene 9 thn?
Anda memberikan saya argumen bahwa sampai sekarang belum bisa diketemukan referensi dari sahabat/musuh Muhammad yg against that act, tapi saya juga sampai sekarang belum bisa ketemu satupun argumentasi Muslim/ah yg bisa menjawab dengan baik contoh simple dari saya. Saya adalah cowo normal senormal2nya, Jika saya bisa dengan mudah ereksi dengan pasangan saya yg beda umur 5 tahun dengan saya, dan tidak pernah ereksi dengan bocah 6 tahun anak sahabat saya, bagaimana Muhammad bisa melakukan hal itu?
Cuman ada 2 kemungkinan=> saya yg ga normal, atau Muhammad yg normal. Jika anda ingin membela Muhammad, dapatkah anda membuktikan ke saya bahwa sayalah yg ga normal?
Istilah pedophilia ga akan muncul kalo memang praktek laki2 54 thn ngesex dengan bocah 9 thn tersebut lazim Dear Miss X.
============================================================================
Dari Umar bin Khathab Ra. berkata : "Aku telah mendengar rasulullah saw.bersabda : Sesunggunya segala amalan itu tergantung pada niatnya. dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasulNya, ia akan sampai pada Allah dan RasulNya.dan barang siapa hijrahnya menuju dunia yang akan di perolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan mendapatkan apa yang dituju. (HR : Bukhari & Muslim)
Innama a’maluu binniyat : sesungguhnya segala amalan itu bergantung pada niat. Hadist ini memiliki tingkatan tertinggi (muttafaq ‘alaih). Ketika Mas Pop dihadapkan pada 2 keadaan, seorang gadis cilik nan cantik dan calon istri Mas Pop yg aduhai, tentu Mas Pop juga memiliki niat yang berbeda terhadap keduanya sehingga Mas Pop berlaku sebagaimana yg Mas Pop niatkan. Tidak sedikit kita lihat di media ttg kasus perkosaan gadis2 kecil oleh orang2 yg sdh tua renta tp kenapa keinginan yg sama tidak menghampiri Mas Pop? Ttentu jawabannya karena ada perbedaan niat antar Mas Pop dgn mereka.
Jika berbicara bagaimana Beliau bisa ereksi dgn seorang bocah cilik? Sekali lg, sdh diberikan sebuah referensi yg jelas dari Akhi Ayman Bin Khalid yg bersumber dr pengalaman Imam As syafii mengenai sebuah tempat dimana wanita terlihat lebih tua dari umurnya dan kita, baik Mas Pop maupun saya, tdk melihat dgn jelas ukuran tubuh Aisha saat di setubuhi apalagi ukuran “V” nya. Tp setidaknya saya dan saudara muslim lainnya memiliki sebuah referensi yg ckp valid sbg pijakan kami dlm beragumen bahwa dikala itu Aisha sudah cukup pantas untuk disetubuhi dan tdk ada pemaksaan secara sexual appn thdp Aisha yg pernah diriwayatkan dalam hadist mauquf manapun kecuali Aisha mengarungi malam pertamanyanya dgn perasaan malu bukan takut seperti seorang anak kecil (Dari Asma’ binti Abubakar), bgmana dgn Mas Pop ?
==================================================================
Apakah maksud anda, zaman sekarang sex education tidak diperlukan? jadi maksud anda sah2 aja jika zaman sekarang anak umur 15 tahun ingin minta kawin dengan anak usia 9 thn tanpa mempertimbangkan kedewasaan mereka dan pengertian mereka akan sebab akibat dari sex dan tanggung jawab? anda yakin pernikahan anak2 jaman sekarang dengan usia tersebut bisa menghasilkan keluarga dengan pondasi ekonomi yg kuat (tanpa supply dari orangtua)? Saya akan sangat kaget jika statistik bisa membuktikan 1% saja pasangan cilik zaman ini (mandiri,tanpa bantuan orang tua setelah mereka menikah) bisa menafkahi anaknya dan membangun kehidupan keluarga yg layak zaman sekarang. Saya bisa mengerti jika anda berusaha untuk menyakinkan saya keadaan zaman dahulu berbeda dengan kondisi zaman sekarang. Tapi adalah jelas naif jika kita berfikir zaman sekarang sex education dan common knowledge tidak diperlukan.
Bagi binatang, naluriah mereka hanya ngesex, ngelahirin anak, nyusu-in anak secara instinct,anak belajar dari induknya bagaimana cara berburu dan akhirnya anak tersebut mandiri untuk survive hingga dewasa dan selanjutnya mengulangi siklus yg sama. Anda yakin sesimple itu juga tanggung jawab seorang ibu manusia?
Ayah saya lahir dari pernikahan usia dini kakek nenek saya. Keberhasilan dan kemandirian ayah saya based on the story was not because of the discipline method from his parent. Ayah saya lahir dari keluarga yg sangat miskin (sangat umum terjadi pada pernikahan usia dini dengan banyak anak). Kehebatan manusia adalah, dia bisa belajar dari kesalahan dirinya, kesalahan orang lain. Kerasnya kehidupan membuat ayah saya bekerja lebih giat dan sekolah lebih giat. Belajar dari pengalaman, ayah saya menikah di usia 25 dan membangun pondasi keluarga yg lebih kokoh dari orang tuanya. Bisakah saya sesumbar mengatakan keberhasilan ayah saya ini dikarenakan didikan dari orang tuanya?
=========================================================================
Terima kasih Mas Pop sudah menyatakan sesuatu dgn terbuka. Tanpa mengurangi hormat sy, saya rasa kita sedang membicarakan ttg seorang gadis kecil yg dinikahi oleh pria yg umurnya terpaut sangat jauh yg dlm hal ini, Muhammad adalah seorang laki – laki yg mapan dlm hal ekonomi. Jd saya rasa , mslh ekonomi tdk ada hubungannya dgn apa yg sedang kita bahas.
Sex dan menjadi seorang ibu, seperti yg Mas Pop sebutkan, bersifat alamiah meskipun ibu2 sekarang ini berfikir lebih maju dlm hal kepengurusan anak. Istilah sex education ini sama seperti pedophilia, baru dikenal karena belum ada dizaman ortu sy dulu...masih tabu katanya. Tp jika kita membuat statistik, orang tua dizaman mana yg lebih berhasil mendidik anaknya dan lebih berhasil mempertahankan biduk rumah tangganya....zaman sekarang atau zaman dulu ?
==================================================================
Mengenai masalah ukuran Mr P dan V, ok ini memang argumen pribadi saya. Tidak apa2 jika anda ingin menyanggah dan saya juga ga akan refute balik. Saya tertarik komentar "ukuran Mr P dan V", tertarik komentar "ada alesan spiritual apa sih ampe seorang Nabi 54-an pengen cepet2 kawinin anak 9 thn, ga ada cewe dewasa laen apa" dikarenakan saya eneg dengan self proclaiming dari Muslim/ah seluruh dunia yg memuji2 akhlak Muhammad bahkan memberikan label manusia sempurna. Oh my goodness, jika Muhammad manusia sempurna, maka layaklah saya disebut manusia 1/2 dewa. Jika nafsu sex aja ga bisa dikendalikan, buat apa saya percaya orang tersebut adalah Nabi? Saya bukanlah Buddhist, tapi saya sangat mengagumi Nabi mereka Sidharta Gautama. Sex adalah salah satu hal tersulit untuk dikendalikan oleh laki2 normal. Saya ga habis pikir kenapa ada orang yg lebih mengagung2kan Nabi yg "kemampuan sex-nya 100 kali dari laki2 biasa" dibandingkan dengan pria yg bisa mengontrol hawa nafsunya.
Itu yg kadang2 saya ga bisa ngerti dari Muslim/ah. Kadang2 saking cintanya dengan Muhammad, mereka rela mempermalukan diri dengan argumen2 **** seperti yg bisa anda baca di
wanita-sebagai-saksi-t42425/
muslim-netral-vs-pop-eye-t42400/
Ok let's back to the main topic. Main accusation dari kaffir FFI mengenai pernikahannnya dengan Aisha yg waktu itu masih 6 tahun dan ngesex dengannya 3 thn kemudian cuman satu : Muhammad itu pedophile.
Anda boleh mengabaikan argumen saya mengenai tanggung jawab seorang ibu, tapi anda tidak bisa mengabaikan pengalaman pribadi saya (yg saya juga cross check dengan sahabat2 saya (laki2 normal) yg laen, saya juga cross-check dengan definisi dari pedophilia itu sendiri di wikipedia) yg tidak bisa ereksi dengan bocah perempuan cantik manis umur 6 tahun, dan saya juga fully believe saya tidak akan bisa ereksi dengan bocah 9 tahun no matter how sweet, how pretty she is.
Saya menunggu jawaban logis dari Anda on how 50 year old dude could even had a sexual desire to 9 year old kid and consummated her if he was not a pedophile.
==========================================================================
Mas Pop yg cerdas tapi terkadang lucu, saya terkadang geli ketika melihat teman2 Mas Pop selalu mengangkat masalah sex untuk menjatuhkan reputasi Muhammad. Tidakkah ada cara yang lebih terpuji untuk menunjuki orang lain kejalan yg lebih benar drpd apa yg Beliau ajarkan ?
Mas Pop, semua hal memang memiliki difinisi tapi tak semua difinisi bisa diaplikasi tanpa adanya kriteria khusus untuk meletakkan suatu kata atau kalimat pada posisi yg tepat. Contohnya kata "take", apakah selalu bermakna "mengambil" jika diletakkan pd kalimat manapun ?
Saya ingin mengcopy pertkataan salah seorang muslimah FFI :
Yang terpenting dari membaca bukanlah copas tapi yg terpenting adalah proses berfikir
Sedikit saja, jika kita mengambil contoh dari orang2 pedophilia di zaman ini yg kita lihat ramai diberita, adakah salah satu dari mereka ( tersangka ) yang menunggu 3 thn – atau bberapa bln saja- untuk menyetubuhi korban2nya? – kl mmg keberatan, Mas Pop tak perlu menjawabnya krn mmg ini sdh berupa pertanyaan dan jawaban-
Saya dan semua muslimah itu tdk ****. Karena kami tau siapa Beliau -lebih dari yg Mas Pop tau- itu sebabnya kami mencintainya. Dia dicintai krn orang2 telah mengenalnya..bkn seperti kita yg dicintai krn org2 tidak mengenal kita yg sesungguhnya. Saya tdk pernah melihat satu laki – lakipun yg mampu menempatkan akhlaknya ditempat tertinggi diatas semua nafsunya selain Beliau.
================================================================
Beranikah anda melepaskan putri anda jika putri 9 thn anda diminta nikah oleh muslim taat, suci, solehah berumur 54-an?
So far jawaban yg saya dapetin cuman, oo tentu ga boleh, ga adalah muslim yg seperti Muhammad yg sempurna bla bla and another stupid argument.
==========================================================================
Jawaban saya sama seperti jawaban Mas Pop
=================================================================
Best regards