Allah Menciptakan Bumi Datar

noah
Posts: 307
Joined: Mon Aug 16, 2010 3:32 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by noah »

loh, gimana sih anda ini ...

ttg kiamat sudah dekat, sudah paham ...

masak ttg matahari terbenam, susah paham ... :turban:
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by keeamad »

noah wrote:loh, gimana sih anda ini ...

ttg kiamat sudah dekat, sudah paham ...

masak ttg matahari terbenam, susah paham ... :turban:
Yang gak bisa paham ente,
buktinya gak bisa jawab naik haji KETEMPAT naik haji ...
Emang bisa naik haji di gunung kawi ... ?
jurusel1
Posts: 64
Joined: Thu Mar 07, 2013 9:57 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by jurusel1 »

Dari sekian banyak kata datar, kenapa Quran memilih kata dahaha untuk menyebut kata DIDATARKAN.....inilah indah dan ilmiahnya Quran....dahaha itu ibarat didatarkannya tanah pasir yang MENYEMBUNYIKAN telur burung onta yang BULAT ELIPSIS, sehingga TERLIHAT datar oleh manusia. Itulah MAKNA dan ISYARATnya bahwa meski TERLIHAT datar oleh manusia yg tinggal diatas bumi, tapi SEBENARNYA BENTUK BUMI itu adalah BULAT ELIPSIS, bukan bulat bola krn ada pepat di kedua kutupnya.......bentuk bumi yang PALING TEPAT sekaligus LENGKAP yang tak ada di kitab suci lainnya.

Bentuk bumi BUKAN bulat sempurna, tapi BULAT TELUR, ELIPSIS...
telur burung unta itu pun ELIPSIS.....bentuk yang paling mendekati bentuk bumi!

Image

Image

"Dah" and its circular shape and activities

Image

“dahaha”. In Arabic, there is a phrase, “iza dahaha” which means “when he throws the stones over the ground to the hole”.

Dalam bahasa arab, kata untuk ‘datar’ atau ‘dataran’ atau ‘bentuk lurus’ adalah ‘sawi’ dan ‘lamustavi’. Tidak ada satu tempatpun di Qur’an yang mengindikasikan bahwa bentuk bumi adalah datar. atau berbentuk lurus. Kata ‘Faraash’,’mahd’,‘’basaat’, ‘suttihat’ dan ‘tahaha’. Dapat saja berarti ‘membentangkan, menghamparkan dengan berbeda sedikit konotasinya namun bukan berarti bahwa bumi berbentuk lurus atau datar.

Jadi ada bundar yang signifikan pada arti kata dahaha. Menurut beberapa etimologis, kata untuk ‘telur unta’ juga memiliki akar kata yang sama dengan ‘dahaha’. Dari hal inilah maka Bumi berbentuk seperti telur Unta. Belakangan para ilmuwan menemukan bentuk bumi tidak sepunuhnya bulat namun ellips mendatar pada kutub2nya [persis seperti bentuk telur unta

daha dalam bahasa persia,dari kata Daihaithu ...Allah membuat bumi meluas atau cukup, sebagaiman diterangkan oleh wanita arab padang pasir untuk...juga dikatakan burung unta, memperluas dan melebarkan dengan kaki atau tungkainya, tempat dimana ia akan meletakan telurnya


Kutub di bagian atas dan bawah planet bumi lebih pepat sedangkan equator di tengah bumi lebih menggelembung. Pemapatan dan penggelembungan ini disebabkan karena adanya gaya sentrifugal akibat perputaran bumi pada porosnya dengan sumbu perputaran pada arah garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan. Sedangkan arah rotasi bumipun tidaklah tepat vertikal, melainkan miring dengan sudut sebesar 23,5 derajat.
Karena kemiringan rotasi inilah, dikenal istilah Solstice, yang berasal dari bahasa Latin, Sol (sun) dan Sistere (to stand still), yang berarti posisi matahari terlihat paling dekat dan jelas dari bumi. Ketika terjadi summer solstice di bumi belahan utara, maka sebaliknya akan terjadi winter solstice di belahan bumi selatan. Karena posisi bumi yang lebih condong ke matahari pada solstice, maka panas dan cahaya yang diterima pun lebih banyak, sehingga temperatur pun akan cenderung naik dibandingkan hari-hari biasa. Yang paling menarik, kita bisa melihat matahari tengah malam atau yang dikenal dengan istilah midnight sun di daerah yang mengalami summer
solstice.

Benar seperti apa kata Quran.

Allah Menciptakan Bumi Datar
Allah Menciptakan Bumi Datar Mirror
Mirror Rss Feed
Faithfreedom forum static
jurusel1
Posts: 64
Joined: Thu Mar 07, 2013 9:57 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by jurusel1 »

MENJAWAB TUDUHAN BUMI DATAR MENURUT ALQUR’AN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Para kafir harby sering kali menuduh Ayat Alqur’an tidak ilmiah berkaitan dengan anggapan bahwa menurut Alqur’an bumi itu datar. Berikut ini dalil Alqur’an yang biasa mereka pakai:

DALIL PERTAMA:
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19, “Dan Kami (Allah) telah menghamparkan bumi….”. Nah lihatlah, kata mereka, bukankah ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar, dan tidak dikatakan bulat…! Kemudian mereka pun dengan enteng mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.

DALIL KEDUA:
adalah firman Allah pada surat Al-Baqarah: 22, “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (firasy) bagimu.”

DALIL KETIGA:
adalah firman Allah pada surat Qaf:7, “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata…”

DALIL KEEMPAT:
adalah firman Allah pada surat An-Naba 78: 6-7, “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?

DALIL KELIMA
adalah firman Allah pada surat Al-Ghasyiyah : 20, “Dan bumi bagaimana dihamparkan ?”

Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an….? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya…? Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.

PEMBAHASAN MASALAH

Pada surat Al-Hijr ayat 19 dikatakan bahwa Allah telah menghamparkan bumi. Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak. Sehingga dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat di bagian manapun dari pada bumi itu (selatan, barat, utara, dan timur), maka kita akan melihat bahwa bumi itu datar saja, SEOLAH-OLAH TERHAMPAR di hadapan kita. Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan bahwa justru bumi itu bulat adanya. Sebaliknya, jika saja bumi itu berbentuk kubus, misalnya, maka pasti hamparan itu suatu saat akan terpotong, dan kita akan menuruni suatu bagian yang menjurang, menurun, TIDAK LAGI TERHAMPAR…..!

Selanjutnya, jika bumi itu adalah sebuah hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada akhir perjalanannya akan sampai pada ujung bumi yang terpotong, dan tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di mana dia memulai perjalanannya yang pertama dulu. Penelitian dan pengalaman manusia telah membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan secara terus menerus ke satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong, melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada tempat semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika saja bumi itu tidak bulat keberadaannya.

Penjelasan yang lebih gamblang adalah pada surat Al-Baqarah ayat 22: “ Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi itu firasy (hamparan, kapet) BAGIMU ……” Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu “bagimu”. Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini, bumi terasa datar. Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak datar. Hanya TERASA DATAR bagi kita manusia. Terasa datar bukan berarti benar-benar datar, bukan….?

Penjelasan kata “karpet (firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi untuk diduduki atau dipakai tidur, dengan aman dan nyaman…?. Kata firasy dalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur. Nampaknya arti seperti ini dapat dipakai, sebab keberadaan struktur bumi ini memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan derajat celcius yang mematikan. Namun demikian, pada bagian LAPISAN YANG PALING ATAS, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer, disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu yang aman pula bagi kehidupan. Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu adalah ‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan melindungi manusia serta seluruh makhluk Allah yang berada di atasnya, aman dari bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi mematikan itu.

Kemudian dalam QS.Qaf:7, “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata…”

Perhatikan gambaran bumi dalam ayat lainnya:
waal-ardha ba’da dzaalika dahaahaa
[79:30] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

tejemahan bahasa Indonesia kembali menyaakan kata ini dengan ‘hamparan’.

Lalu ketika Al-Qur’an menyebut kata ‘al-ardha‘ atau ‘al-ardhi‘ yang diterjemahkan menjadi ‘bumi’, bisa juga merujuk kepada ‘permukaan bumi’ atau lapisan bumi paling luar tempat kita berpijak, lihat ayat ini :
walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa’un ilaa hiinin
[2:36] dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

wa-idzaa tawallaa sa’aa fii al-ardhi liyufsida fiihaa wayuhlika alhartsa waalnnasla waallaahu laa yuhibbu alfasaada
[2:205] Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan

Ayat-ayat tersebut merupakan sinyal-sinyal ilmiah dari Al-Qur’an tentang proses pembentukan kulit bumi, tempat kita berpijak, disitu ada indikasi terjadinya proses yang berangsur-angsur, mulai dari sedikit lalu meluas menjadi seperti permukaan bumi yang ada sekarang, ibarat orang menggelar/menghamparkan permadani..

Kata ‘farsya’ juga diartikan sebagian para ulama dengan ‘alas’ atau ‘tunggangan’. Sebagian ulama tafsir mengartikan sebagai ‘yang disembelih’, dalam hal ini adalah terkait dengan kambing, domba dan sapi (lihat Tafsir Al-Mishbah – Quraish Shihab). Ini menjelaskan bahwa hewan yang diembelih tersebut bisa dimanfaatkan, misalnya kulitnya sebagai alas untuk tempat duduk.

wamina al-an’aami hamuulatan wafarsyan
[6:142] Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih.

Ini dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an yang lain :
waallaahu ja’ala lakum min buyuutikum sakanan waja’ala lakum min juluudi al-an’aami buyuutan tastakhiffuunahaa yawma zha’nikum wayawma iqaamatikum wamin ashwaafihaa wa-awbaarihaa wa-asy’aarihaa atsaatsan wamataa’an ilaa hiinin
[16:80] Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).

Maka lagi-lagi kata ‘farasy’ dalam ayat tersebut tidak mengandung unsur ‘datar’ melainkan ‘alas tempat duduk’. Tentu saja suatu yang dihamparkan/digelar/dibentangkan akan membentuk sesuai tempat dimana dia dihamparkan, hamparan akan berbentuk melengkung kalau dasar tempatnya juga melengkung, hamparan akan berbentuk datar kalau dasar tempatnya juga datar..

Kata tersebut juga dipakai dalam ayat lain :
muttaki-iina ‘alaa furusyin bathaa-inuhaa min istabraqin wajanaa aljannatayni daanin
[55:54] Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat.

wafurusyin marfuu’atin
[56:34] dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

Ayat tersebut juga tidak menyinggung tentang suatu bidang yang datar, tapi mengenai suatu benda yang ‘dibentangkan‘ untuk tempat duduk-duduk atau istirahat.

al’farasyi’ dalam ayat ini diartikan sebagai ‘anai-anai/laron’ yang baru lahir sehingga posisi mereka bertumpuk-tumpuk bergerak makin lama makin meluas, maka kata ini diikuti dengan ‘al-mabtsuutsi’ = bertebaran, menyebar makin lama makin luas, dalam kalimat ini juga tidak ada korelasi antara kata ‘faraasyi’ dengan datar, melainkan menjelaskan sesuatu yang berkembang meluas. Bisa dilihat dalam ayat ini :

yawma yakuunu alnnaasu kaalfaraasyi almabtsuutsi
[101:4] Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,

Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

QS 2:22

alladzii ja’ala lakumu al-ardha firaasyan

[2:22] Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu

Farasya = ‘fa-ra-syin’

Kata tersebut berasal dari kata ‘farasya’ yang berarti : to spread out, extend, stretch forth, furnish = menghampar, mempunyai kata turunan : furusy (berbentuk jamak, bentuk tunggalnya : firasy). Kata ‘firasy’ berarti : hamparan yang biasanya digunakan untuk duduk atau berbaring. Dari situ kata tersebut juga bisa diartikan : permadani, kasur atau ranjang. Dalam kalimat ini tidak ada kaitan sesuatu yang terhampar dengan ‘datar’.

Ketahuilah wahai saudaraku seiman, bahwa bumi yang kita tempati ini berbentuk bulat menurut kesepakatan para ulama. Hal ini mereka nyatakan jauh-jauh hari sebelum para ilmuwan barat menyatakan hal ini. Berkata Imam Ibnu Hazm dalam Al-Fishal fil Milal wan Nihal (2/97) : Pasal penjelasan tentang bulatnya bumi. Tidak ada satupun dari ulama kaum muslimin semoga Allah meridlai mereka- yang mengingkari bahwa bumi itu bulat, dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka, bahkan al-Quran dan as-Sunnah telah menguatkan tentang bulatnya bumi.

Hal senada pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan menukil perkataan Imam Abul Husain Ahmad bin Jafar bin Munadi salah seorang ulama Hanabillah yang sangat masyhur di zamannya- berkata : Demikianlah juga para ulama sepakat bahwasanya bumi dengan segala gerakannya, baik di darat maupun di laut itu bulat [Lihat Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 25/159] Dan Syaikhul Islam pun menukil adanya ijma para ulama mengenai hal ini dari Imam Ibnu Hazm dan Abul Faraj Ibnul Jauzi. [Lihat Majmu Fatawa 6/586]

Berkata Imam Ibnu Hazm : Kita katakan kepada orang yang tidak memahami masalah ini : Bukankah Allah mewajikan kepada kita untuk shalat Dzuhur apabila matahari telah bergeser ke arah barat (zawal)? Pasti dia akan menjawab : Ya. Lalu tanyakan kepadanya tentang makna bergesernya matahari ke arah barat, pasti jawabannya adalah bahwa matahari telah berpindah dari tempat pertengahan jarak antara waktu terbitnya dengan waktu tenggelamnya, dan ini terjadi di semua waktu dan semua tempat. Maka orang yang mengatakan bahwa bumi itu datar dan tidak bulat dia harus mengatakan bahwa orang yang tinggal di daerah bumi paling timur harus shalat Dhuhur saat matahari barusan terbit, juga orang yang tinggal di daerah paling barat tidak menjalankan shalat Dhuhur kecuali di pengunjung siang dan ini adalah sesuatu yang sudah keluar dari ketetapan syariat Islam [Lihat Al-Fishal 2/87 dengan diringkas)

Adapun firman Allah. Artinya : Dan bumi bagaimana dihamparkan? {Al-Ghasyiyah [88] : 20] Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar, karena sebuah benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak kelihatan bulatnya dan akan nampak seperti datar. [Lihat Hidayatul Hairan Fi Masalatid Daurah oleh Syaikh Abdul karim Al-Humaid hal. 56]

Berkata Syaikh Bin Baz : Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan bahwa permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana firman Allah Taala. Artinya : Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan [Al-Baqarah [2] ; 22]

Juga firmanNya. Artinya : Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? [An-Naba [78] : 6-7] Artinya : Dan bumi bagaimana dihamparkan ? [Al-Ghasyiyah [88] : 20]

Kesimpulannya, bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya datar agar bisa dijadikan tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan saya tidak menemukan dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini [Lihat Al-Adilah An-Naqliyah wal Hissiyah oleh Syaikh Ibnu Baz hal. 103]

LANGITPUN BULAT
Adapun mengenai keberadaan bahwa langit itu bulat, maka ini pun sesuatu yang telah disepakati oleh para ulama Islam. Berkata Imam Ibnu Katsir : Imam Ibnu Hazm, Ibnul Munadi dan Ibnu Jauzi serta para ulama lainnya telah menukil adanya ijma bahwa langit itu bulat [Lihat Al-bidayah wan Nihayah 1/69 tahqiq DR Abdullah At-Turki, lihat juga Al-Fishal 1/97-100]

Dan ini pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : Telah kami jelaskan bahwa langit itu bulat menurut para ulama dari kalangan sahabat dan tabiain, bahkan tidak hanya satu orang ulama yang mana mereka adalah orang paling mengetahui tentang riwayat menyatakan bahwa langit itu bulat, seperti Abul Husain bin Munadi, Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi [Majmu Fatawa 25/195]

Dalil mengenai masalah ini sangat banyak, di antaranya adalah firman Allah Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya [Yasin [36] : 40] Berkata Hasan Al-Bashri bahwa maksudnya adalah berputar, berkata Ibnu Abbas : Berputar pada falak seperti falkah mighzal Falkah mighzal adalah kayu berbentuk bulat yang digunakan untuk menenun kain. Juga firman Allah. Artinya : Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terjaga [Al-Anbiya : [21] : 32]

Keberadaan langit sebagai atap bumi, sedangkan bumi itu bulat maka langit pun bulat. Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bhawa Arsy itu seperti kubah, dan ini adalah sebuay isyarat bahwa langit itu bulat”. Kemudian setelah ini, pahamilah wahai saudaraku, bahwa bumi kita ini adalah pusat alam semesta. Dia berada persis di tengah-tengah lingkaran langit. Hal ini adalah sesuatu yang disepakati oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam beberapa tempat dalam Majmu Fatawa beliau. Beliau berkata : “Bahwasanya bumi terletak di tengah bulatan langit. Yang menunjukkan hal ini adalah bahwasanya semua benda langit itu terlihat dari bumi di segala penjuru langit dalam jarak yang sama, ini semua menunjukkan bahwa jauhnya antara bumi dan langit itu sama dari segala sisi, dan ini dengan tegas menunjukkan bahwa bumi itu terletak persis di tengah-tengah” [Lihat Majmu Fatawa 25/195]

Ilmuan Eropa, Galileo Galilei (1546-1642) mengatakan dengan tegas bahwa bumi berbentuk bulat. Pernyataannya ini oleh otoritas Gereja dianggap menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada hukuman mati.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebenaran pernyataan Galileo tersebut pun semakin jelas. Belakangan, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa dialah orang pertama yang menemukan teori bulatnya bumi.

Bagaimana Pendapat Ulama Islam?

Sebenarnya jauh-jauh sebelum Galileo, sudah banyak ulama dan ilmuan yang mengatakan bahwa pelanet bumi ini berbentuk bulat.
Lebih jelasnya mari kita lihat beberapa perkataan ulama Islam berikut ini:Ilmuan Islam, Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M / 732H – 808 H): “Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuan dan peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bumi….” (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo).
Ulama Islam, Ibnu Taimiyah (1263-1328 M): “Ketahuilah, bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang ada di bawah bumi hanyalah tengah. Dan paling bawahnya adalah pusat….” (Al-Jawab Ash-Shahih li Man Baddala Din Al-Masih).

Bagi Qazuaini (seorang ilmuan), salah satu bukti bumi berbentuk bulat adalah bintang-bintang dan planet-planet yang berbentuk bulat (Atsar Al-Bilad wa Akhbar Al-Bilad).
Selain mereka, masih banyak ilmuan dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah:
1. Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H).
2. Ahsan Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H)
3. Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal
4. Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry
5. Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur’an)
6. Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur’an)
Dan lain-lain.

Apakah Pendapat Mereka Bertentangan dengan Al-Qur’an?

Tentu saja tidak. Justru Dr. Hadi bin Mar’i dalam bukunya “Mausu’ah Al-Ilmiyah fi I’jaz Al-Qur’anul Karim” (Penerbit Attawfiqiah, Kairo) mengambil dalil bumi berbentuk bulat dari isyarat Al-Qur’an. Demikian juga para ahli tafsir lainnya.
Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, inilah jawaban telak tentang tuduhan bumi itu datar menurut Alqur’an: surat Az-Zumar ayat 5

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا
هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.” (QS.Az-Zumar:5)

Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.

Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan BUMI ITU BULAT adanya…!

Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi jagad raya ini.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya….

:turban:

Allah Menciptakan Bumi Datar
Allah Menciptakan Bumi Datar Mirror
Mirror Rss Feed
Faithfreedom forum static
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by keeamad »

@jurusel1.
Apakah pengetahuan bahasa arab anda, ilmu quran anda dan ilmu sains anda lebih pintar dari seorang grand mufti arab yg menjadi ketua departemen penelitan ilmu pengetahuan alam ... ?
Grand Mufti Abd al-Aziz ibn Abd Allah ibn Baaz, the Chancellor of the Islamic University of Medina (1970-1975), and the Chairman of Saudi Arabia's Department of Scientific Research from 1975, issued a based-on-the-Koran "fatwa" (pronouncement concerning Sharia law) in 1976, which claimed that the Earth is flat, and anyone, who said otherwise, was blaspheming.
http://www.islam-watch.org/authors/143- ... mists.html
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by keeamad »

jurusel1 wrote:Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan.
Bisa tunjukkan ayat/sura quran yang MENCOCOK DAN MEMAKSAKAN KLAIM anda seperti yg sya BOLD di atas ... ?
User avatar
BebasMungkin
Posts: 536
Joined: Thu Jun 23, 2011 1:50 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by BebasMungkin »

jurusel1 wrote: Dari sekian banyak kata datar, kenapa Quran memilih kata dahaha untuk menyebut kata DIDATARKAN.....inilah indah dan ilmiahnya Quran....dahaha itu ibarat didatarkannya tanah pasir yang MENYEMBUNYIKAN telur burung onta yang BULAT ELIPSIS, sehingga TERLIHAT datar oleh manusia. Itulah MAKNA dan ISYARATnya bahwa meski TERLIHAT datar oleh manusia yg tinggal diatas bumi, tapi SEBENARNYA BENTUK BUMI itu adalah BULAT ELIPSIS, bukan bulat bola krn ada pepat di kedua kutupnya.......bentuk bumi yang PALING TEPAT sekaligus LENGKAP yang tak ada di kitab suci lainnya.

Bentuk bumi BUKAN bulat sempurna, tapi BULAT TELUR, ELIPSIS...
telur burung unta itu pun ELIPSIS.....bentuk yang paling mendekati bentuk bumi!
Kalau menurut Qur'an bahwa Bentuk Bumi adalah Seperti Telur tepatnya Telur Burung Unta, sepertinya anda harus MENGAJARKAN Aulloh swt untuk dapat membedakan ANTARA PEPAT dan LONJONG
Image



Bentuk Bumi itu adalah PEPAT bahkan Bulat Hampir sempurna, lebih Sempurna dari Bola Biliard.....
Mohon supaya Aulloh swt dan Muhammad diberikan link ini supaya dibaca :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sferoid

Bentuk Telur Unta itu adalah LONJONG JAuhhhhh berbeda dengan Pepat.....

Image



Kalau memang kata Qur'an Bumi berbentuk Lonjong Telur Unta, maka BETAPA SALAHNYA dan MAHA MELESETNYA Aulloh swt, lebih baik dikatakan Bumi itu Datar menurut saya lebih bermartabat, ketimbang Telur Unta dan menjadi Maha Meleset.......
User avatar
CrimsonJack
Posts: 2189
Joined: Thu Oct 13, 2011 3:20 pm
Location: Tempat yang ada internetnya

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by CrimsonJack »

Dah, muslim-muslim ngumpul dulu sono, setuju dl sama 1 jawaban.

Kafir ikut pusing muslim maunya tafsir gimana.
User avatar
sixpackguy
Posts: 1943
Joined: Wed Jan 19, 2011 1:21 am

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by sixpackguy »

jurusel1 wrote: telur burung unta itu pun ELIPSIS.....bentuk yang paling mendekati bentuk bumi!
Image
Ini bukan gambar telur burung unta, Ini telur penyu. :lol:
Cekidot disini dimana gambar aslinya berasal dr sana.
Merasa dib0d@hi ndak? Makanya kalau cari info dari situs yg credible. Kalo situs islam biasanya suka memb0d@h2i pembacanya. Kebohongan pun jadi demi membuat islam tampak benar.
jurusel1 wrote:Jadi ada bundar yang signifikan pada arti kata dahaha. Menurut beberapa etimologis, kata untuk ‘telur unta’ juga memiliki akar kata yang sama dengan ‘dahaha’. Dari hal inilah maka Bumi berbentuk seperti telur Unta. Belakangan para ilmuwan menemukan bentuk bumi tidak sepunuhnya bulat namun ellips mendatar pada kutub2nya [persis seperti bentuk telur unta
Maksudnya masih telur burung unta kan... sebab kalo unta bukan bertelur, tapi beranak :lol: .

Telur burung unta yg bener begini bentuknya... Cari di google, jangan di situs islam
Image
Ostrich eggs in a nest

Image
telur ayam vs telur burung unta

Image
OSTRICH EGG Size of egg: averages 6 x 5 inches (15 x 13 centimeters) in size and weighs about 3 pounds (1,500 grams)

VS

Image bumi dr situs nasa yg benar spt ini:
Image


memang tidak bulat sempurna, tapi HAMPIR BULAT SEMPURNA. Bukan lonjong kayak telur. #-o
Kalau mau membandingkan dgn bulatnya bola basket, penyimpangannya hnya sekitar 1/32 inci dr sebuah bola basket yg bulat sempurna.

http://image.gsfc.nasa.gov/poetry/ask/a11818.html
Exactly how round is the Earth?
The shape of the Geode, as it is called, is nearly a perfect sphere, but because the earth is spinning, it is about 21.5 kilometers flatter at the poles, and bulged-out at the equator by about the same amount. There are also other 'higher-order' shape deviations which make the Earth slightly pear- shaped with a larger southern hemisphere surface area than in the northern hemisphere, but at a level of a kilometer or so in radial girth. The biggest effect, though, is its polar flattening. If you had a basketball to represent the Earth's spherical average shape, the flattening would be 21/6500 = about 1/300 the radius of the basketball or 1/32 of an inch...give or take.

Bentuk bumi spt telur burung unta? Maha b@d0h allah yg ngomong begini... :-"
User avatar
BebasMungkin
Posts: 536
Joined: Thu Jun 23, 2011 1:50 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by BebasMungkin »

jurusel1 wrote: MENJAWAB TUDUHAN BUMI DATAR MENURUT ALQUR’AN
..............................................................................
“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.” (QS.Az-Zumar:5)

Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.

Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan BUMI ITU BULAT adanya…!
....................................................................................
Betapa menjelimetnya Qur'an menjelaskan Bumi itu Bulat, Gulung menggulung nggak karu2an....

Pengetahuan Bumi itu Bulat sdh diketahui sejak zaman Pitagoras abad ke-enam Sebelum Masehi, Aristoteles Yg hidup 330 SM menguatkan Pendapat Pitagoras dengan Banyak bukti Empiris bukan hanya sekedar berfilasfat



Pitagoras mendasarkan keyakinannya pada pengamatan mengenai ketinggian bintang yang bervariasi di berbagai tempat di Bumi.

Aristoteles menambah bukti dari bagaimana bayangan Bumi terlihat di bulan saat gerhana matahari.
Saat cahaya menyinari sebuah bola, ia menunjukkan bayangan yang sama.

Para intelektual yunani lalu menghitung ukuran dan bentuk bumi. Mereka juga membuat sistem kisi terdiri dari lintang dan bujur sehingga hanya diperlukan dua koordinat untuk satu lokasi di bumi ini
http://www.faktailmiah.com/2010/09/11/s ... bulat.html



Penjelasan diatas Terlihat Primitif, sepertinya Penulis Qur'an kurang membaca Pengetahuan saat itu, sehingga akhirnya muslim menjadi menjelimet menjelaskannya, sehingga penjelasannya menimbulkan masalah baru, kalau siang malam gulung menggulung, artinya menunjukkan Paham GEOSENTRIS, matahari mengelilingi Bumi

karna sebenarnya siang dan malam tidak gulung menggulung tapi Tetap saja, siang adalah daerah yg terkena sinar matahari, malam/gelap yg tidak terkena sinar matahari, siang dan malam tidak bergerak/Tidak gulung menggulung alias TETAP, yg bergerak adalah Buminya........
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by keeamad »

@jursel, kalo emang alloh swt tahu bumi itu berbentuk bulat/bunda - walau pepat kayak telur burungnya mumad ...., eh salah, burung onta ....,
ada gak ayat yg menerangkan atau menyinggung ANTIPODES .... ?

Misalnya seperti ini :
"Dan bila kamu melihat matahari berada di atas kabah, maka lurus sejauh 20.000 km dari tempat kamu berdiri (yaitu daerah Tematangi), di sana adalah tepat tengah malam"
atau
"Dan bila saat tengah malam di kabah, maka lurus sejauh 20.000 km dari tempat kamu berdiri (yaitu di daerah Tematangi), di sana matahari berada di atas langitnya (siang hari)"

NB>
Atau hadist yang baru dikarang kemarin juga boleh ...
\:D/
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by walet »

Dalil Kafir 100% dari Quran, tidak perlu ditafsirkan:
jurusel1 wrote:MENJAWAB TUDUHAN BUMI DATAR MENURUT ALQUR’AN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Para kafir harby sering kali menuduh Ayat Alqur’an tidak ilmiah berkaitan dengan anggapan bahwa menurut Alqur’an bumi itu datar. Berikut ini dalil Alqur’an yang biasa mereka pakai:

DALIL PERTAMA:
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19, “Dan Kami (Allah) telah menghamparkan bumi….”. Nah lihatlah, kata mereka, bukankah ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar, dan tidak dikatakan bulat…! Kemudian mereka pun dengan enteng mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.

DALIL KEDUA:
adalah firman Allah pada surat Al-Baqarah: 22, “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (firasy) bagimu.”

DALIL KETIGA:
adalah firman Allah pada surat Qaf:7, “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata…”

DALIL KEEMPAT:
adalah firman Allah pada surat An-Naba 78: 6-7, “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?

DALIL KELIMA
adalah firman Allah pada surat Al-Ghasyiyah : 20, “Dan bumi bagaimana dihamparkan ?”

Bantahan Muslim?
100% dari ulama dan tafsir yang perlu dijelaskan.
:goodman:
jurusel1 wrote: Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an….? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya…? Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.

PEMBAHASAN MASALAH

Pada surat Al-Hijr ayat 19 dikatakan bahwa Allah telah menghamparkan bumi. Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak. Sehingga dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat di bagian manapun dari pada bumi itu (selatan, barat, utara, dan timur), maka kita akan melihat bahwa bumi itu datar saja, SEOLAH-OLAH TERHAMPAR di hadapan kita. Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan bahwa justru bumi itu bulat adanya. Sebaliknya, jika saja bumi itu berbentuk kubus, misalnya, maka pasti hamparan itu suatu saat akan terpotong, dan kita akan menuruni suatu bagian yang menjurang, menurun, TIDAK LAGI TERHAMPAR…..!

Selanjutnya, jika bumi itu adalah sebuah hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada akhir perjalanannya akan sampai pada ujung bumi yang terpotong, dan tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di mana dia memulai perjalanannya yang pertama dulu. Penelitian dan pengalaman manusia telah membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan secara terus menerus ke satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong, melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada tempat semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika saja bumi itu tidak bulat keberadaannya.

Penjelasan yang lebih gamblang adalah pada surat Al-Baqarah ayat 22: “ Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi itu firasy (hamparan, kapet) BAGIMU ……” Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu “bagimu”. Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini, bumi terasa datar. Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak datar. Hanya TERASA DATAR bagi kita manusia. Terasa datar bukan berarti benar-benar datar, bukan….?

Penjelasan kata “karpet (firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi untuk diduduki atau dipakai tidur, dengan aman dan nyaman…?. Kata firasy dalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur. Nampaknya arti seperti ini dapat dipakai, sebab keberadaan struktur bumi ini memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan derajat celcius yang mematikan. Namun demikian, pada bagian LAPISAN YANG PALING ATAS, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer, disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu yang aman pula bagi kehidupan. Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu adalah ‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan melindungi manusia serta seluruh makhluk Allah yang berada di atasnya, aman dari bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi mematikan itu.

Kemudian dalam QS.Qaf:7, “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata…”

Perhatikan gambaran bumi dalam ayat lainnya:
waal-ardha ba’da dzaalika dahaahaa
[79:30] Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

tejemahan bahasa Indonesia kembali menyaakan kata ini dengan ‘hamparan’.

Lalu ketika Al-Qur’an menyebut kata ‘al-ardha‘ atau ‘al-ardhi‘ yang diterjemahkan menjadi ‘bumi’, bisa juga merujuk kepada ‘permukaan bumi’ atau lapisan bumi paling luar tempat kita berpijak, lihat ayat ini :
walakum fii al-ardhi mustaqarrun wamataa’un ilaa hiinin
[2:36] dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

wa-idzaa tawallaa sa’aa fii al-ardhi liyufsida fiihaa wayuhlika alhartsa waalnnasla waallaahu laa yuhibbu alfasaada
[2:205] Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan

Ayat-ayat tersebut merupakan sinyal-sinyal ilmiah dari Al-Qur’an tentang proses pembentukan kulit bumi, tempat kita berpijak, disitu ada indikasi terjadinya proses yang berangsur-angsur, mulai dari sedikit lalu meluas menjadi seperti permukaan bumi yang ada sekarang, ibarat orang menggelar/menghamparkan permadani..

Kata ‘farsya’ juga diartikan sebagian para ulama dengan ‘alas’ atau ‘tunggangan’. Sebagian ulama tafsir mengartikan sebagai ‘yang disembelih’, dalam hal ini adalah terkait dengan kambing, domba dan sapi (lihat Tafsir Al-Mishbah – Quraish Shihab). Ini menjelaskan bahwa hewan yang diembelih tersebut bisa dimanfaatkan, misalnya kulitnya sebagai alas untuk tempat duduk.

wamina al-an’aami hamuulatan wafarsyan
[6:142] Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih.

Ini dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an yang lain :
waallaahu ja’ala lakum min buyuutikum sakanan waja’ala lakum min juluudi al-an’aami buyuutan tastakhiffuunahaa yawma zha’nikum wayawma iqaamatikum wamin ashwaafihaa wa-awbaarihaa wa-asy’aarihaa atsaatsan wamataa’an ilaa hiinin
[16:80] Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).

Maka lagi-lagi kata ‘farasy’ dalam ayat tersebut tidak mengandung unsur ‘datar’ melainkan ‘alas tempat duduk’. Tentu saja suatu yang dihamparkan/digelar/dibentangkan akan membentuk sesuai tempat dimana dia dihamparkan, hamparan akan berbentuk melengkung kalau dasar tempatnya juga melengkung, hamparan akan berbentuk datar kalau dasar tempatnya juga datar..

Kata tersebut juga dipakai dalam ayat lain :
muttaki-iina ‘alaa furusyin bathaa-inuhaa min istabraqin wajanaa aljannatayni daanin
[55:54] Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat.

wafurusyin marfuu’atin
[56:34] dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

Ayat tersebut juga tidak menyinggung tentang suatu bidang yang datar, tapi mengenai suatu benda yang ‘dibentangkan‘ untuk tempat duduk-duduk atau istirahat.

al’farasyi’ dalam ayat ini diartikan sebagai ‘anai-anai/laron’ yang baru lahir sehingga posisi mereka bertumpuk-tumpuk bergerak makin lama makin meluas, maka kata ini diikuti dengan ‘al-mabtsuutsi’ = bertebaran, menyebar makin lama makin luas, dalam kalimat ini juga tidak ada korelasi antara kata ‘faraasyi’ dengan datar, melainkan menjelaskan sesuatu yang berkembang meluas. Bisa dilihat dalam ayat ini :

yawma yakuunu alnnaasu kaalfaraasyi almabtsuutsi
[101:4] Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,

Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

QS 2:22

alladzii ja’ala lakumu al-ardha firaasyan

[2:22] Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu

Farasya = ‘fa-ra-syin’

Kata tersebut berasal dari kata ‘farasya’ yang berarti : to spread out, extend, stretch forth, furnish = menghampar, mempunyai kata turunan : furusy (berbentuk jamak, bentuk tunggalnya : firasy). Kata ‘firasy’ berarti : hamparan yang biasanya digunakan untuk duduk atau berbaring. Dari situ kata tersebut juga bisa diartikan : permadani, kasur atau ranjang. Dalam kalimat ini tidak ada kaitan sesuatu yang terhampar dengan ‘datar’.

Ketahuilah wahai saudaraku seiman, bahwa bumi yang kita tempati ini berbentuk bulat menurut kesepakatan para ulama. Hal ini mereka nyatakan jauh-jauh hari sebelum para ilmuwan barat menyatakan hal ini. Berkata Imam Ibnu Hazm dalam Al-Fishal fil Milal wan Nihal (2/97) : Pasal penjelasan tentang bulatnya bumi. Tidak ada satupun dari ulama kaum muslimin semoga Allah meridlai mereka- yang mengingkari bahwa bumi itu bulat, dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari salah seorang dari mereka, bahkan al-Quran dan as-Sunnah telah menguatkan tentang bulatnya bumi.

Hal senada pernah dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dengan menukil perkataan Imam Abul Husain Ahmad bin Jafar bin Munadi salah seorang ulama Hanabillah yang sangat masyhur di zamannya- berkata : Demikianlah juga para ulama sepakat bahwasanya bumi dengan segala gerakannya, baik di darat maupun di laut itu bulat [Lihat Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 25/159] Dan Syaikhul Islam pun menukil adanya ijma para ulama mengenai hal ini dari Imam Ibnu Hazm dan Abul Faraj Ibnul Jauzi. [Lihat Majmu Fatawa 6/586]

Berkata Imam Ibnu Hazm : Kita katakan kepada orang yang tidak memahami masalah ini : Bukankah Allah mewajikan kepada kita untuk shalat Dzuhur apabila matahari telah bergeser ke arah barat (zawal)? Pasti dia akan menjawab : Ya. Lalu tanyakan kepadanya tentang makna bergesernya matahari ke arah barat, pasti jawabannya adalah bahwa matahari telah berpindah dari tempat pertengahan jarak antara waktu terbitnya dengan waktu tenggelamnya, dan ini terjadi di semua waktu dan semua tempat. Maka orang yang mengatakan bahwa bumi itu datar dan tidak bulat dia harus mengatakan bahwa orang yang tinggal di daerah bumi paling timur harus shalat Dhuhur saat matahari barusan terbit, juga orang yang tinggal di daerah paling barat tidak menjalankan shalat Dhuhur kecuali di pengunjung siang dan ini adalah sesuatu yang sudah keluar dari ketetapan syariat Islam [Lihat Al-Fishal 2/87 dengan diringkas)

Adapun firman Allah. Artinya : Dan bumi bagaimana dihamparkan? {Al-Ghasyiyah [88] : 20] Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa bumi itu datar, karena sebuah benda yang bulat kalau semakin besar, maka akan semakin tidak kelihatan bulatnya dan akan nampak seperti datar. [Lihat Hidayatul Hairan Fi Masalatid Daurah oleh Syaikh Abdul karim Al-Humaid hal. 56]

Berkata Syaikh Bin Baz : Keberadaan bumi itu bulat tidak bertentangan dengan bahwa permukaan bumi itu datar yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, sebagaimana firman Allah Taala. Artinya : Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan [Al-Baqarah [2] ; 22]

Juga firmanNya. Artinya : Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak? [An-Naba [78] : 6-7] Artinya : Dan bumi bagaimana dihamparkan ? [Al-Ghasyiyah [88] : 20]

Kesimpulannya, bumi itu bentuknya bulat namun permukaannya datar agar bisa dijadikan tempat tinggal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dan saya tidak menemukan dalil naqli dan hissi yang menentang masalah ini [Lihat Al-Adilah An-Naqliyah wal Hissiyah oleh Syaikh Ibnu Baz hal. 103]

LANGITPUN BULAT
Adapun mengenai keberadaan bahwa langit itu bulat, maka ini pun sesuatu yang telah disepakati oleh para ulama Islam. Berkata Imam Ibnu Katsir : Imam Ibnu Hazm, Ibnul Munadi dan Ibnu Jauzi serta para ulama lainnya telah menukil adanya ijma bahwa langit itu bulat [Lihat Al-bidayah wan Nihayah 1/69 tahqiq DR Abdullah At-Turki, lihat juga Al-Fishal 1/97-100]

Dan ini pula yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : Telah kami jelaskan bahwa langit itu bulat menurut para ulama dari kalangan sahabat dan tabiain, bahkan tidak hanya satu orang ulama yang mana mereka adalah orang paling mengetahui tentang riwayat menyatakan bahwa langit itu bulat, seperti Abul Husain bin Munadi, Ibnu Hazm dan Ibnul Jauzi [Majmu Fatawa 25/195]

Dalil mengenai masalah ini sangat banyak, di antaranya adalah firman Allah Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya [Yasin [36] : 40] Berkata Hasan Al-Bashri bahwa maksudnya adalah berputar, berkata Ibnu Abbas : Berputar pada falak seperti falkah mighzal Falkah mighzal adalah kayu berbentuk bulat yang digunakan untuk menenun kain. Juga firman Allah. Artinya : Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terjaga [Al-Anbiya : [21] : 32]

Keberadaan langit sebagai atap bumi, sedangkan bumi itu bulat maka langit pun bulat. Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyah : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhabarkan bhawa Arsy itu seperti kubah, dan ini adalah sebuay isyarat bahwa langit itu bulat”. Kemudian setelah ini, pahamilah wahai saudaraku, bahwa bumi kita ini adalah pusat alam semesta. Dia berada persis di tengah-tengah lingkaran langit. Hal ini adalah sesuatu yang disepakati oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam beberapa tempat dalam Majmu Fatawa beliau. Beliau berkata : “Bahwasanya bumi terletak di tengah bulatan langit. Yang menunjukkan hal ini adalah bahwasanya semua benda langit itu terlihat dari bumi di segala penjuru langit dalam jarak yang sama, ini semua menunjukkan bahwa jauhnya antara bumi dan langit itu sama dari segala sisi, dan ini dengan tegas menunjukkan bahwa bumi itu terletak persis di tengah-tengah” [Lihat Majmu Fatawa 25/195]

Ilmuan Eropa, Galileo Galilei (1546-1642) mengatakan dengan tegas bahwa bumi berbentuk bulat. Pernyataannya ini oleh otoritas Gereja dianggap menyimpang sehingga dia harus dihadapkan pada hukuman mati.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebenaran pernyataan Galileo tersebut pun semakin jelas. Belakangan, tak sedikit orang yang beranggapan bahwa dialah orang pertama yang menemukan teori bulatnya bumi.

Bagaimana Pendapat Ulama Islam?

Sebenarnya jauh-jauh sebelum Galileo, sudah banyak ulama dan ilmuan yang mengatakan bahwa pelanet bumi ini berbentuk bulat.
Lebih jelasnya mari kita lihat beberapa perkataan ulama Islam berikut ini:Ilmuan Islam, Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M / 732H – 808 H): “Ketahuilah, sudah jelas di kitab-kitab para ilmuan dan peneliti tentang alam bahwa bumi berbentuk bumi….” (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Kairo).
Ulama Islam, Ibnu Taimiyah (1263-1328 M): “Ketahuilah, bahwa mereka (para ulama) sepakat bahwa bumi berbentuk bulat. Yang ada di bawah bumi hanyalah tengah. Dan paling bawahnya adalah pusat….” (Al-Jawab Ash-Shahih li Man Baddala Din Al-Masih).

Bagi Qazuaini (seorang ilmuan), salah satu bukti bumi berbentuk bulat adalah bintang-bintang dan planet-planet yang berbentuk bulat (Atsar Al-Bilad wa Akhbar Al-Bilad).
Selain mereka, masih banyak ilmuan dan ulama Islam klasik yang menyebutkan di dalam bukunya bahwa bumi berbentuk bulat. Di antara buku tersebut adalah:
1. Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin Al-Jauhar, oleh Mas’udi Ali Husain Ali bin Husain (w. 346 H).
2. Ahsan Taqasim fi Ma’rifah Al-Aqalim, oleh Al-Maqdisi (w. 375 H)
3. Kitab Shurah Al-Ardh, oleh Ibnu Hauqal
4. Al-Masalik wa Al-Mamalik, oleh Al-Ishthikhry
5. Ruh Al-Ma’ani, oleh Imam Al-Alusi (ulama tafsir Al-Qur’an)
6. Mafatih Al-Ghaib, oleh Fakhru Ar-Razi (ulama tafsir Al-Qur’an)
Dan lain-lain.

Apakah Pendapat Mereka Bertentangan dengan Al-Qur’an?

Tentu saja tidak. Justru Dr. Hadi bin Mar’i dalam bukunya “Mausu’ah Al-Ilmiyah fi I’jaz Al-Qur’anul Karim” (Penerbit Attawfiqiah, Kairo) mengambil dalil bumi berbentuk bulat dari isyarat Al-Qur’an. Demikian juga para ahli tafsir lainnya.
Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, inilah jawaban telak tentang tuduhan bumi itu datar menurut Alqur’an: surat Az-Zumar ayat 5

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا
هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ

“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar. Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.” (QS.Az-Zumar:5)

Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.

Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan BUMI ITU BULAT adanya…!

Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi jagad raya ini.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya….

:turban:
Quran vs Tafsir ya jelas menang Quran.

1:0 buat kafir
:finga:
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by keeamad »

Quran 18: 86
Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam,


Ayai ini sama absurdnya dengan"
Hingga apabila dia telah sampai ketempat malam hari, dia melihat bulan memancarkan sinarnya di langit yg hitam,


MEMANGNYA KETEMPAT Terbenan Matahari dan KETEMPAT Malam Hari itu KEMANA / Dimana ... ?



2:0 buat kafir
:finga:
jurusel1
Posts: 64
Joined: Thu Mar 07, 2013 9:57 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by jurusel1 »

Al Quran adalah satu-satunya kitabsuci yang secara AKURAT menjelaskan bentuk bumi secara BENAR,

Bentuk bumi memang BUKAN bulat sempurna, tapi BULAT TELUR, ELIPSIS...
telur burung unta itu pun ELIPSIS.....bentuk yang paling mendekati bentuk bumi.


Image

Ayat-ayat Al Quran itu sedemikian luas dan mendalam sedangkan kemampuan manusia terbatas, maka wajar kalau banyak kebenaran ilmiah ayat Quran yang baru bisa dipahami manusia setelah ditemukan tehnologi ilmunya terkait.

Menjawab fitnah matahari tenggelam di lumpur.

Image

Ini persisnya bunyi ayatnya, supaya tidak diplintir-plintir:

QS 18. Al Kahfi
86. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam[887] di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat[888]. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan[889] terhadap mereka.
[887]. Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzulqarnain melihat matahari sedang terbenam.
[888]. Ialah umat yang tidak beragama.
[889]. yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman.

QS 18. Al Kahfi
90. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari[890] itu,
[890]. Menurut sebagian ahli tafsir bahwa golongan yang ditemui Dzulqarnain itu adalah umat yang miskin.

Ayat itu menjelaskan tentang Dzulkarnaen, seorang pengembara.
JAdi sama sekali bukan ayat yang menjelaskan tentang bentuk bumi atau tentang matahari. Matahari disitu adalah matahari DALAM PANDANGAN SEORANG MANUSIA yang tinggal DI MUKA BUMI, yakni Dzulkarnaen.

Tenggelam merupakan makna kias, yang menandakan hari sudah sore. Seperti halnya jika anda pergi ke pantai, saat sore hari Matahari seolah-olah tenggelam di laut (Sun Set). Ini mengindikasikan hari sudah sore saat Dzulkarnaen tiba di tepi Laut Hitam.

Dan dia (Dzulkarnaen) melihat Sun Set, yaitu matahari yang perlahan-lahan hilang ditelan lautan. Disebut Laut Hitam karena berwarna hitam yang disebabkan Lumpur di dasar laut yang berwarna Hitam. Laut ini ada di perbatasan Turki dan Rusia. Disebut laut Merah karena berwarna merah karena dasar lautnya terdapat ganggang berwarna Merah yang berada di daerah Mesir.

Jadi ayat diatas sebenarnya menerangkan tentang waktu. Waktu dimana hari sudah sore. Bahwa ketika Dzulkarnaen tiba di tepian laut Hitam dia melihat Matahari tenggelam (Sun Set)

Image


Al Quran secara LENGKAP menjelaskan ttg bentuk bumi, yakni dari pandangan seorang manusia yang tinggal di muka bumi, maupun bentuk bumi jika dilihat dari luar bumi (dalam ayat lainnya).
dan secara AKURAT, dan TEPAT menjelaskannya, yakni bukan BULAT SEMPURNA, melainkan BULAT ELIPSIS, seperti telur burung unta karena pepat di kedua kutubnya.

http://www.answering-christianity.com/e ... _earth.htm

:stun:
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by keeamad »

@jurusel
Kasihan onta telurnya dijadikan rujukan pd kitab quran ....

Dan kalian muslim jangan memanipulasi telur burung unta untuk membenarkan bentuk bumi seperti pd ayat quran.
Dari telur burung unta yg didirikan seperti contoh gambar di bawah:
Image

Dari Axis X, Y, Z (muslim pd ngerti gak ya ...?),
terserah anda bagaimana anda mau menaruh sumbu tsb pd telor di gambar,
pada sudut pandang dari MANA, telur unta sama seperti bulatnya bumi - versi quran ... ?
User avatar
sundamurtat
Posts: 730
Joined: Fri Apr 06, 2012 10:50 am
Location: Bandung - calon Israel Van Java

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by sundamurtat »

jurusel ga akan mampu berdebat, dia cuma copas kalimat2 dari situs2 islam. Paragraf2 segambreng yang dia copas vs sanggahan2 dari kapir belum tentu dia ngerti..
User avatar
simplyguest
Posts: 1909
Joined: Mon Apr 02, 2012 1:40 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by simplyguest »

jurusel1 wrote:Al Quran secara LENGKAP menjelaskan ttg bentuk bumi, yakni dari pandangan seorang manusia yang tinggal di muka bumi, maupun bentuk bumi jika dilihat dari luar bumi (dalam ayat lainnya).
dan secara AKURAT, dan TEPAT menjelaskannya, yakni bukan BULAT SEMPURNA, melainkan BULAT ELIPSIS, seperti telur burung unta karena pepat di kedua kutubnya.
Pepat di kedua kutub seperti telur burung unta?? Wkwkwkwk... :rolling:
OMG bodohnya si muslim.... padahal udah pernah dikasih liat kalo bentuk bumi itu pepat seperti gambar sebelah kiri ini

Image

Sungguh islam memang sangat dekat dengan kedongoan :-"
nap.bon
Posts: 1011
Joined: Wed Jun 27, 2012 8:04 pm
Location: United States of Indonesia

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by nap.bon »

@jurusel1
QS 18. Al Kahfi
86. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam[887] di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat[888]. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan[889] terhadap mereka.
[887]. Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzulqarnain melihat matahari sedang terbenam.
[888]. Ialah umat yang tidak beragama.
[889]. yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman.
Perhatikan kata preposisi "ke"! Kata 'ke' merupakan kata depan / preposisi yang menunjukkan keterangan tempat dan diperkuat kata berikutnya "tempat" sudah jelas yang dimaksud adalah tempat terbenamnya matahari.

Tenggelam merupakan makna kias, yang menandakan hari sudah sore. Seperti halnya jika anda pergi ke pantai, saat sore hari Matahari seolah-olah tenggelam di laut (Sun Set). Ini mengindikasikan hari sudah sore saat Dzulkarnaen tiba di tepi Laut Hitam.

Image
Dengan merujuk peta yang ente berikan, si Zulkarnain ngga mungkin ngelihat matahari terbenam dilaut ketika pergi ke pantai di tepi Laut Hitam, karena lokasi laut Hitam yang berada di utara garis balik utara yang merupakan posisi semu (posis yang dilihat dari bumi) matahari terutara.

Image
Garis Balik Utara
jurusel1
Posts: 64
Joined: Thu Mar 07, 2013 9:57 pm

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by jurusel1 »

:-({|=

nope, teori usang lo plintir-plintir dasar kafir, yang penting kenyataan, di laut mati banyak orang yang telah melihat sunset...

:goodman:


Juga telur burung unta lah yang PALING MENDEKATI untuk menjelaskan bentuk bumi, bukan bola yang bulat sempurna, TAPI bulat elipsis.

Image

kafir, coba ya diupgrade otaknya...

:roll:
Last edited by jurusel1 on Sun May 12, 2013 6:33 am, edited 1 time in total.
nap.bon
Posts: 1011
Joined: Wed Jun 27, 2012 8:04 pm
Location: United States of Indonesia

Re: Allah Menciptakan Bumi Datar

Post by nap.bon »

jurusel1 wrote::-({|=

nope, teori usang lo plintir-plintir dasar kafir, yang penting kenyataan, di laut mati banyak orang yang telah melihat sunset...

:goodman:


Juga telur burung unta lah yang PALING MENDEKATI untuk menjelaskan bentuk bumi, bukan bola yang bulat sempurna, tidak bulat elipsis.

Image

kafir, coba ya diupgrade otaknya...

:roll:
Dogol,
Klo ngelihatnya dari Georgia ato Rusia, pastilah dapat ngelihat sunset di Laut Hitam, sedangkan menurut peta ente, kekuasaan si Alexy ga sampe Georgia ato Rusia.

Bandingkan saja tuh telur onta ama bumi, terlihat jelas bedanya.
Post Reply