CP wrote:tapi baik Musa, Daud dan Isa, selalu mengajarkan bahwa perbuatan dosa (pada akhirnya nanti) akan menimbulkan rasa penyesalan (atau bahkan tersiksa), bagi orang yang bersangkutan!
"Tersiksa" karena merasa bersalah itu jelas beda dengan siksaan fisik yang ada dalam doktrin siksaan Neraka, kawan...
Tidak ada yang salah dengan rasa penyesalan yang mengganggu kita ketika kita melakukan dosa ... itu adalah mekanisme yang menunjukkan bahwa hati nurani seseorang masih bekerja dengan baik.
Tapi... mengenai wahana penyiksaan yang biasa disebut Neraka ... yang dieksploitasi habis-habisan untuk meneror orang-orang ... itu hal yang sangat berbeda! Itu kejam dan brutal!
Anda tentu sering melihat orang yang terganggu hati nuraninya karena merasa bersalah dan berpikir itu hal yang normal untuk merasa demikian. Namun, apakah anda masih bisa merasa "normal" ketika melihat seseorang yang menggoreng anaknya sendiri guna memberinya pelajaran?
numpang lewat aza wrote:Neraka memang diperlukan. Ini adalah ungkapan yang sangat profokatif. Sebuah argumen mengatakan, apabila hasil yang diterima setiap orang sama—entah itu baik atupun tidak dan mendapat imbalan yang sama—lantas apa yang mendasari orang untuk selalu berbuat baik, berbuat berdasarkan Dharma.
Well, harus saya katakan ... saya tidak setuju dengan pola pikir tersebut.
Bukan pada point bahwa orang jahat dan orang baik mendapatkan imbalan yang sama, tetapi saya tidak setuju bila anda mengatakan bahwa dibutuhkan neraka untuk membuat seseorang taat dan terus melakukan hal yang baik.
Orang baik perlu mendapatkan reward, dan orang jahat pantas dihukum. Itu hal yang cukup fair. Namun saya tidak melihat urgensi atau hal yang konstruktif dari disiksanya orang-rang yang jahat ... that's utterly excessive. Dan terlebih lagi, saya tidak pernah melihat ada hasil positif yang permanen dengan digunakannya cara cara intimidasi, teror dan ancaman.
Di kantor, untuk membuat seorang karyawan loyal terhadap perusahaan. Membuatnya mencintai perusahaan selalu merupakan cara yang paling ampuh ketimbang menakut-nakuti mereka dengan tindakan disipliner yang berlebihan.
Di rumah tangga, untuk membuat seorang anak taat kepada orang tuanya, rasa sayang jauh lebih ampuh daripada rasa takut mereka pada hukuman.
Begitu juga dengan ketaatan kepada Allah. Saya yakin Allah lebih suka manusia taat kepadanya karena kasih dan bukan karena teror.
Kasih adalah kekuatan terbesar di alam semesta.
Apa yang bisa dilakukan Kasih, lebih powerfull daripada apa yang bisa dilakukan rasa takut.
numpang lewat aza wrote:
Neraka dalam pandangan agama semit digambarkan sebagai suatu tempat yang terletak jauh di dalam bumi. Ia adalah tempat penyiksaan yang sangat mengerikan berbentuk kawah api yang panasnya beribu kali lipat dari panas api di dunia. Roh- roh yang banyak melakukan dosa di dunia akan mengalami penyiksaan ditusuk dengan tombak dan dipukuli dengan palu godam.
Saya bisa memahami mengapa anda menyimpulkan demikian.
Namun sebenarnya, Alkitab tidak mengajarkan bahwa neraka adalah suatu tempat (di luar planet bumi) dimana manusia secara literal di siksa di dalamnya.
Neraka yang dalam bahasa aslinya adalah Sye-ol dan Hades hanya mengartikan kuburan umum umat manusia, atau tempat dimana manusia disemayamkan ketika mereka mati.
Sedangkan kata Neraka lainnya yang diambil dari istilah Ibrani Geh-ena, sebenarnya justru memaksudkan suatu tempat di bumi, yaitu suatu daerah di luar perbatasan tembok Yerusalem,. Ini adalah tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dimana penduduk Yerusalem membuang sampah, bangkai dan mayat penjahat di dalamnya. Geh-hinom (jahanam) sebenarnya adalah lambang kematian tanpa ada harapan kebangkitan lagi.... bukan suatu tempat siksaan.
Kita bisa melihat betapa kuatnya pengaruh doktrin paganisme pada masa perkembangan agama semitik ... sehingga mempengaruhi sebagian besar doktrin mereka. Salah satu doktrin pagan yang kuat adalah doktrin siksaan Neraka. Doktrin ini bukan temuan agama Abrahamaik atau semitik ... doktrin ini bahkan sudah ada sejak jaman Firaun.
Sebenarnya, ayat berikut sudah cukup jelas memberikan petunjuk bahwa ... kematian itu sendiri adalah hukuman bagi dosa :
(Roma 6:7) Karena ia yang mati telah dibebaskan dari dosanya.
(Roma 6:23) Sebab upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian, tetapi karunia yang Allah berikan adalah kehidupan abadi melalui Kristus Yesus, Tuan kita.