Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Ttg surga, neraka, hari kiamat, bidadari, 72 perawan, houri.
Post Reply
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

Akukomkamu wrote:CUMAN WAKTU AJA KEBENARAN AKAN TERUNGKAP karena WAKTU BERJALAN BERSAMA DENGAN PERKEMBANGAN JAMAN.

Peace... :heart: :rock: :-({|= :heart:
Waktu terus berjalan dan kebenaran juga terus diungkapkan, maka gak ada sesuatu yang luar biasa dari kebiasaan menunggu. Apa anda yakin pada saat kebenaran diungkapkan, anda memiliki 'waktunya' yaitu waktu untuk menerima Kebenaran. Jangan-jangan saat kebenaran diungkapkan, anda malah sedang tidur, melamun atau sedang sibuk dengan urusan yang lain. Dan luputlah semua harapan anda itu .... :lol:
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

Kafiru euy wrote:TUHANMU BUKAN TUHANKU


tuhanmu, ya tuhanmu
tuhanku, ya tuhanku

tuhanmu berbeda dengan tuhanku

menurutmu, tuhanku bukan tuhan
menurutku, tuhanmu bukan tuhan

tuhanmu menciptakan agama yang kamu anut
tuhanku menciptakan agama yang aku anut

agamamu, ya agamamu
agamaku, ya agamaku

menurutmu, aku ini kafir
menurutku, kamu itu kafir

tuhanmu menciptakan surga untukmu
tuhanku menciptakan surga untukku

surga buatan tuhanmu bukan untukku
surga buatan tuhanku bukan untukmu

tuhanmu menciptakan neraka
katamu, neraka buatan tuhanmu itu untukku
tuhanku juga menciptakan neraka
karena neraka buatan tuhanku itu untukmu

tapi kamu berteriak, "kau harus percaya pada tuhanku,
agar tak dibuang ke dalam neraka jahanam buatan tuhanku!"

aku pun berteriak, "kau yang harus mengakui tuhanku,
agar tak disiksa habis-habisan dalam neraka buatan tuhanku!"

"*****!" bentakmu. "menurut agamaku, tuhanmu itu hantu!"
"****!" sergahku. "menurut agamaku, justru tuhanmu itu hantu!"

"biadab!" umpatmu. "kau menghujat tuhanku!"
"bedebah!" makiku. "kau menghujat tuhanku!"

maka kamu dan aku saling naik pitam, saling mencabut parang,...... :axe: ... :axe:
saling menyerang hingga parang bersarang dalam erang kesakitan..... :(

kamu mati ...... aku juga mati

kamu menghadap tuhanmu
aku menghadap tuhanku
di langit tuhanmu dan tuhanku mengadakan pertemuan
karena tuhanmu tidak rela menerima kematianmu
dan tuhanku pun tidak rela menerima kematianku

pertemuan menjadi debat tanpa batas
kesabaran tuhanmu habis
kesabaran tuhanku juga demikian

lantas tuhanmu berkelahi dengan tuhanku
perkelahian seru dari dendam kesumat purba

langit bergemuruh, halilintar runtuh
di bumi, anakmu bilang, "wah tuhanku marah."
anakku pun bilang, "tuhanku-lah yang marah."

"*****!" bentak anakmu. "tuhanku marah, gara-gara kau menyembah tuhanku, bertobat dari kafirmu lalu masuk agamaku!"
"****!" balas anakku. "tuhankulah yang marah, gara-gara kau tidak mau menyembah tuhanku, bertobat dari kafirmu lalu masuk agamaku!"

"biadab!" umpat anakmu. "kau menghina agamaku!"
"bedebah!" maki anakku. "kau menghina agamaku!"

maka anakmu dan anakku saling bersitegang, saling mencabut parang, saling menyerang hingga parang bersarang dalam erang kesakitan
anakmu mati ....... anakku juga mati
anakmu menghadap tuhanmu...... anakku menghadap tuhanku

di langit tuhanmu dan tuhanku mengadakan pertemuan lagi,....karena tuhanmu tidak ikhlas menerima kematian anakmu
dan tuhanku pun tidak ikhlas menerima kematian anakku
pertemuan kembali menjadi debat tanpa batas
kesabaran tuhanmu habis,..... kesabaran tuhanku juga begitu

lantas tuhanmu berkelahi lagi dengan tuhanku,...perkelahian seru dari dendam kesumat purba
langit bergemuruh,.....halilintar runtuh

di bumi, cucumu bilang, "wah tuhanku murka, sebab ia membenci adanya orang-orang kafir semacam kau!"
cucuku pun bilang, "tuhanku-lah yang murka, sebab ia membenci adanya orang-orang kafir semacam kau!"

lantas, lagi-lagi saling tebas sama-sama nyawa lepas
di suatu tempat, iblis, setan, roh jahat dan sesamanya
berkumpul melingkari meja, menyaksikan semua mereka tertawa terbahak-bahak sambil menikmati perjamuan darah non alkohol
"sesungguhnya, kita tahu siapa tuhan yang sebenarnya itu" kata mereka
Yang begini sih pasti bukan Tuhan, dan kamu juga emang gak kenal sama Tuhan. Tuhan yang kamu gambarkan itu, kok mirip betul sama jangkrik .... :lol: :lol: :lol:
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Akukomkamu wrote:CUMAN WAKTU AJA KEBENARAN AKAN TERUNGKAP karena WAKTU BERJALAN BERSAMA DENGAN PERKEMBANGAN JAMAN.

Peace... :heart: :rock: :-({|= :heart:
nalika:
Waktu terus berjalan dan kebenaran juga terus diungkapkan, maka gak ada sesuatu yang luar biasa dari kebiasaan menunggu. Apa anda yakin pada saat kebenaran diungkapkan, anda memiliki 'waktunya' yaitu waktu untuk menerima Kebenaran. Jangan-jangan saat kebenaran diungkapkan, anda malah sedang tidur, melamun atau sedang sibuk dengan urusan yang lain. Dan luputlah semua harapan anda itu .... :lol:
Anda seorang yg pandai bermain kata2 saya tak sanggup lagi melayani anda maaf , saya tidak suka masuk dalam debat lingkaran setan , semua terserah anda ....saya tertidur , melamun atau sibuk dengan urusan lain....is not your business!!!

"Waktu terus berjalan bersama perkembangan jaman cuman manusia2 yg tidak menghargai waktu akan selalu sibuk dalam lingkaran setan yg tak berkesudahan" alias MUYEEEER WAE..... :lol: :lol: :lol:

Peace... :heart:
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

Akukomkamu wrote:Anda seorang yg pandai bermain kata2 saya tak sanggup lagi melayani anda maaf , saya tidak suka masuk dalam debat lingkaran setan , semua terserah anda ....saya tertidur , melamun atau sibuk dengan urusan lain....is not your business!!!

"Waktu terus berjalan bersama perkembangan jaman cuman manusia2 yg tidak menghargai waktu akan selalu sibuk dalam lingkaran setan yg tak berkesudahan" alias MUYEEEER WAE..... :lol: :lol: :lol:

Peace... :heart:
Anda orang yang sangat jujur, saya sangat menghargainya.
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

Kafiru euy wrote:Manusia Bukanlah Barang Siap Jadi

Manusia saat kini merupakan hasil dari berjuta-juta pengulangan pikiran dan perbuatan. Manusia bukanlah barang siap jadi; manusia telah menjadi sesuatu, dan masih sedang menjadi sesuatu.
Karakter manusia ditentukan oleh pilihannya sendiri: pikiran, perbuatan, apa yang dipilihnya, apa yang menjadi kebiasaannya,
itulah yang menjadikannya demikian.

Semoga km bs menangkap SEMUA maksud dr tulisan sy,......
dan berbagai sudut pandang yg sy pakai untuk menguji dan kemudian “Menerima” kebenaran dlm Islam, meskipun byk hal di dalamnya yg mengandung banyak keraguan.

Apapun tanggapanmu setelah ini akan kujadikan referensi berpikirku,....
mohon perhatikan setiap detail dari tulisanmu ya,.....

Thk sudah menemani saya,...
With Kinds and Regards
Mr. Kafiru
Ada sebuah dialog yang sangat cocok untuk memberikan gambaran tentang Perkembangan Manusia, yang ditulis Sayyid Idries Shah dalam bukunya Mahkota Sufi. Saya akan postingkan di sini untuk anda (mudah-mudahan gak didelete sama admin) karena menurut saya gak ada uraian yang lebih baik dan komprehensip lagi selain itu. Cukup untuk jadi bahan kajian awal ....

PENCARI ILMU

Wahai pengembara, aku khawatir engkau tidak akan sampai ke Mekkah --sebab jalan yang kau tempuh menuju Turkistan. (Syekh Sa'di, Kebun Mawar, "Perilaku Para Darwis")

Suatu hari aku duduk di halaqah seorang guru di India Utara. Ketika itu seorang pemuda asing dibawa masuk. Ia mencium tangan Syekh tersebut dan mulai berbicara. Selama tiga setengah tahun, katanya, ia telah mengkaji berbagai agama, mistisisme dan okultisme dari buku-buku di Jerman, Perancis dan Inggris. Ia telah pindah dari satu kelompok (keagamaan) ke kelompok lainnya, untuk mencari sesuatu yang bisa membawanya ke jalan yang benar. Agama formal tidak menarik hatinya. Dengan mengumpulkan semua uang yang bisa ia dapatkan, ia telah mengembara ke Timur, dan telah bolak-balik dari Iskandariah ke Kairo, dari Damaskus ke Teheran, melalui Afghanistan, India dan Pakistan. Ia pernah tinggal di Burma [Myanmar] dan Bangladesh, begitu juga di Malaysia. Di semua tempat ini ia telah berbicara dan mengambil catatan-catatan salinan dari guru-guru spiritual dan keagamaan.

Tentu saja, secara fisik maupun batin, ia telah menempuh jarak yang jauh. Ia ingin bergabung dengan Syekh ini, sebab ia ingin melakukan sesuatu yang praktis, memusatkan perhatian pada gagasan-gagasan untuk mengembangkan diri. Ia memperlihatkan semua tanda bahwa ia lebih dari siap untuk menyerahkan dirinya kepada disiplin dari sebuah tarekat darwis.

Syekh tersebut bertanya kepadanya, mengapa ia menolak semua ajaran lainnya.

Ada berbagai alasan, katanya, berbeda-beda dalam hampir setiap kasus. "Ceritakan kepadaku sebagian!" ucap sang guru.
Agama-agama besar, katanya, tampaknya tidak melangkah cukup mendalam. Mereka memusatkan diri pada dogma-dogma. Dogma-dogma tersebut harus diterima apa adanya. Zen (salah satu pecahan Budha) sebagaimana telah ia temukan di Barat, sama sekali tidak menyentuh realitas. Yoga menuntut disiplin keras jika hal itu tidak ingin menjadi "sekadar suatu mode sambilan". Kultus-kultus yang terpusat pada kepribadian seseorang didasarkan pada pemusatan terhadap orang tersebut. Ia tidak bisa menerima dasar pemikiran bahwa seremoni, simbolisme dan apa yang disebut sebagai peniruan kebenaran-kebenaran spiritual itu memiliki suatu kebenaran sejati.
Di antara para Sufi yang bisa dihubunginya, tampak baginya hanya berusaha mencapai pola yang serupa. Sebagian memiliki sifat pengajaran yang tulus, sebagian menggunakan gerakan-gerakan ritmis yang tampak sebagai peniruan dari sesuatu. Yang lain mengajarkan melalui bacaan-bacaan (wirid) yang tidak bisa dibedakan dari ucapan-ucapan (khotbah). Sebagian Sufi disibukkan dengan memusatkan perhatian pada tema-tema teologis.

Maukah Syekh membantunya?

"Lebih dari yang engkau ketahui," ucap Syekh. "Manusia itu sedang berkembang, apakah ia mengetahuinya atau tidak. Kehidupan itu satu, meskipun dalam bentuk-bentuk tertentu ia tampak bermacam-macam. Selama engkau hidup, engkau sebenarnya sedang belajar. Mereka yang belajar melalui upaya sengaja sebenarnya merusak pengajaran yang diproyeksikan bagi mereka pada keadaan normal. Orang-orang yang tak terdidik sampai pada tingkatan tertentu mempunyai hikmah, sebab mereka menerima akses dari dampak-dampak kehidupan itu sendiri. Ketika engkau berjalan dan melihat benda-benda atau orang, kesan-kesan ini sebenarnya mengajarimu. jika engkau secara aktif berusaha belajar dari mereka, engkau mengetahui hal-hal tertentu, tetapi semua itu merupakan hal-hal yang telah ditentukan sebelumnya. Engkau melihat wajah seseorang. Di saat engkau melihatnya, pertanyaan-pertanyaan muncul di benakmu, dan pertanyaan itu dijawab oleh pikiranmu sendiri. Apakah ia hitam? Apakah ia jujur? Manusia seperti apakah dia? Juga ada pertukaran konstan antara orang lain dan dirimu sendiri."
"Pertukaran ini didominasi oleh pandangan subyektifmu. Maksudku adalah bahwa engkau melihat apa yang engkau lihat. Ini telah menjadi suatu tindakan otomatis; engkau seperti mesin, tetapi juga seorang manusia yang hanya terlatih secara superfisial. Engkau melihat sebuah rumah. Ciri-ciri umum dan khusus dari rumah tersebut terpilah-pilah ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil dan tersimpan dalam akalmu. Tetapi (semua itu) tidak secara obyektif --hanya sesuai dengan pengalaman-pengalamanmu sebelumnya. Pengalaman-pengalaman manusia modern mencakup ini, apa yang telah disampaikan kepadanya. Dengan demikian rumah itu akan tampak besar atau kecil, baik atau jelek, seperti milikmu atau tidak. Dengan rincian yang lebih luas, ia memiliki atap seperti rumah lainnya, memiliki jendela-jendela yang aneh. Mesin (pikiran) tersebut berputar dalam lingkaran-lingkaran, sebab ia semata-mata menambah pengetahuan formalnya."

Pendatang baru tersebut tampak kebingungan.

"Apa yang ingin kusampaikan," ucap Syekh, "adalah bahwa engkau memahami semua hal itu sesuai dengan gagasan-gagasan yang telah ada. Hal ini hampir tidak bisa dihindari kalangan intelektual. Engkau telah memutuskan bahwa engkau tidak menyukai simbolisme." Ia berhenti sejenak. "Apa yang engkau maksud?"

"Aku pikir apa yang kumaksudkan adalah bahwa penggunaan simbolisme oleh berbagai lembaga (keagamaan) tersebut tidak bisa memuaskanku sebagai sesuatu yang murni atau perlu," ucap anak muda tersebut.

"Apakah itu berarti bahwa engkau ingin menemukan suatu bentuk penggunaan simbol-simbol yang benar?" sergah si guru.

"Bagiku, simbolisme dan ritual tidaklah penting,"jawab calon murid tersebut, "dan hal-hal fundamental itulah yang aku cari."

"Apakah engkau bisa mengenali sesuatu yang fundamental jika engkau memang (pernah) melihatnya?"

"Aku pikir begitu."

"Maka hal-hal yang kami katakan dan lakukan akan tampak bagimu semata-mata sebagai persoalan-persoalan pendapat, tradisi, keanehan, sebab kami benar-benar menggunakan simbol-simbol. Yang lain menggunakan mantera-mantera, gerakan, pemikiran dan keheningan, konsentrasi dan perenungan --dan puluhan hal-hal lainnya," Syekh tersebut berhenti sejenak.

Pendatang tersebut berbicara. "Apakah Anda berpikir secara eksklusif tentang Yudaisme, ritual-ritual Kristiani, puasa dalam Islam, kepala gundul (para Biksu) Budha, sebagai hal-hal yang fundamental?" Sekarang tamu tersebut tengah memanaskan suasana dengan merambah pada suatu tema intelektual yang karakteristik.

"Diktum Sufi mcnyatakan bahwa apa yang tampak itu merupakan jembatan menuju yang 'Sejati'," ucap Syekh itu. "Dalam kasus yang kita bahas, ini berarti bahwa semua itu mempunyai makna. Makna tersebut bisa hilang, hanya menampilkan sebuah ejekan, suatu tindakan sentimental atau kesalahpahaman terhadap sebuah peran. Tetapi jika dipergunakan dengan tepat, hal-hal tersebut secara sinambung terkait dengan realitas yang sebenarnya.

"Jadi, pada mulanya semua ritual itu bermakna dan niscaya mempunyai pengaruh penting?"

"Secara esensial semua ritual, simbolisme dan lainnya merupakan refleksi dari suatu kebenaran. Ia mungkin telah dicampur, disesuaikan, diselewengkan dengan tujuan-tujuan lain, tetapi ia menggambarkan suatu kebenaran-kebenaran batin dari apa yang kita sebut jalan Sufi."

"Tetapi para pelaku tersebut tidakkah mengetahui maknanya?"

"Mereka mungkin mengetahuinya dalam satu pengertian, pada satu tataran, suatu tataran yang cukup mendalam untuk mendukung sistem tersebut. Tetapi sejauh menyentuh realitas dan pengembangan-diri, penggunaan teknik-teknik ini adalah kosong."

"Lantas," ucap murid tersebut, "bagaimana kita bisa mengetahui siapa yang menggunakan tanda-tanda lahir tersebut dengan cara yang benar, yaitu cara
pengembangan, dan siapa yang tidak mengetahuinya? Aku bisa menerima bahwa indikasi-indikasi superfisial itu memiliki nilai potensial, sebab indikasi-indikasi tersebut bisa membawa kepada sesuatu yang lain, dan kita memulainya di mana saja. Tetapi aku tidak bisa mengatakan kepada Anda, sistem apa yang harus kuikuti?"

"Tadi engkau mengajukan permintaan agar diijinkan memasuki lingkaran kami," ucap Syekh, "dan sekarang aku telah berhasil membuatmu kebingungan sampai pada satu tingkatan dimana engkau mengakui bahwa dirimu tidak bisa menilai. Baiklah, itulah esensinya. Engkau tidak bisa memutuskan. Engkau tidak bisa menggunakan instrumen untuk menilai. Engkau melakukan sebuah tugas sendirian: mencari kebenaran spiritual. Engkau melihat kebenaran ini dengan arah yang keliru dan menafsirkan manifestasi-manifestasinya dengan cara yang salah. Apakah mengejutkan jika engkau akan tetap dalam keadaan ini? Ada satu alternatif lain untukmu dalam keadaanmu saat ini. Pemusatan yang berlebihan terhadap tema tersebut, kecemasan dan emosi yang lahir dari dirimu, pada akhirnya akan bertumpuk sedemikian rupa sehingga engkau akan berusaha menjauhinya. Lalu apa yang akan terjadi? Emosi akan menguasai akal, dan engkau bisa jadi akan membenci agama atau --lebih mungkin-- beralih pada cara pemujaan tertentu yang mengambil tanggung jawab tersebut. Engkau akan menetap dengan anggapan bahwa dirimu telah menemukan apa yang engkau cari."

"Apakah tidak ada alternatif lain, meskipun dengan anggapan bahwa aku menerima keyakinan Anda, bahwa emosiku bisa menguasai akalku?"
Pelatihan intelektual tidak (bisa) menerima secara ramah terhadap setiap anjuran yang tidak komprehensif, ia juga tidak bisa dikuasai oleh emosi. Kekakuan berpikir dengan nada yang samar ini membuktikan bahwa pemikir tersebut berusaha menegaskan sesuatu. Hal ini tidak lolos dari pengamatan Syekh tersebut.
"Pilihan, yang tidak akan engkau ambil ini, adalah pelepasan. Engkau lihat, ketika kami melepaskan, kami tidak melakukannya seperti cara yang engkau lakukan. Akal mengajarmu untuk melepaskan pikiran dari sesuatu dan memandangnya secara intelektual. Apa yang harus kami lakukan adalah untuk melepaskan diri dari akal dan (sekaligus) dari emosi. Bagaimana engkau bisa mencapai sesuatu jika menggunakan akal untuk menilainya? Masalahmu adalah bahwa apa yang engkau sebut akal (intelek) sebenarnya merupakan serangkaian gagasan yang secara bergantian menguasai kesadaranmu. Engkau tidak memandang akal secara memadai. Bagi kami, intelek merupakan suatu kumpulan sikap yang relative harmonis yang telah melatihmu untuk memandang sesuatu dengan cara tunggal.
Menurut pemikiran Sufi, ada suatu tingkatan di bawah akal yang tunggal dan kecil, tetapi vital. Ia adalah akal sejati. Akal sejati ini merupakan alat pemahaman yang ada pada setiap manusia. Dari waktu ke waktu dalam kehidupan manusia biasa, ia menyeruak, yang menghasilkan fenomena aneh yang tidak bisa dipahami melalui cara-cara biasa. Kadang-kadang fenomena ini disebut fenomena supranatural (occult phenomena), kadangkala hal ini dianggap sebagai suatu yang melampaui hubungan ruang atau waktu. Ini merupakan unsur dalam diri manusia yang bertanggung jawab atas perkembangannya menuju suatu bentuk yang lebih tinggi."

"Jadi aku harus menerimanya berdasar kepercayaan?"

"Tidak, engkau tidak bisa menerimanya berdasar kepercayaan; meskipun engkau menginginkannya. Jika engkau menerimanya berdasar kepercayaan, engkau akan segera mengabaikannya. Meskipun secara intelektual engkau (bisa) diyakinkan bahwa ia perlu diambil sebagai hipotesa, tetapi engkau akan segera kehilangan dia. Tidak, engkau harus mengalaminya. Tentu saja hal ini berarti bahwa engkau harus merasakannya dengan suatu cara dimana engkau tidak merasakan yang lain. Ia akan masuk ke dalam kesadaranmu sebagai suatu kebenaran dengan kualitas yang berbeda dari hal-hal lain yang telah terbiasa engkau pandang sebagai kebenaran. Karena sangat berbeda, maka engkau mengenali bahwa ia berasal dari kawasan yang kami sebut 'kawasan lain'."

Pengunjung tersebut kesulitan untuk mencerna hal ini dan kembali pada cara berpikirnya yang sudah mapan. "Apakah Anda mencoba menekankan suatu kepercayaan dalam diriku bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dan bahwa aku (bisa) merasakannya? Sebab jika tidak, aku tidak melihat begitu banyak waktu yang dihabiskan untuk diskusi ini?"

"Aku yakin, engkau akan mengira bahwa aku telah berkata kasar," ucap Syekh tersebut dengan ramah, "tetapi aku harus mengatakan bahwa semua hal itu tidak seperti yang engkau lihat. Engkau tahu, engkau datang ke sini untuk berbicara. Aku telah berbicara kepadamu. Sebagai akibat dari pembicaraan dan pemikiran kita, banyak hal telah terjadi. Sejauh menyangkut perhatianmu, selama ini kita memang hanya berbicara. Engkau mungkin merasa bahwa dirimu bisa diyakinkan atau tidak.
Bagi kami makna dari keseluruhan peristiwa tersebut jauh lebih besar. Sebuah tenaga timbul sebagai akibat dari pembicaraan ini. Ia tengah terjadi, sebagaimana engkau bisa membayangkannya dengan baik pada pemikiran-pemikiran dari semua yang hadir di sini. Tetapi sesuatu yang lain juga tengah terjadi --kepadamu, kepadaku, dan di mana saja. Sesuatu yang engkau pahami ketika engkau memahaminya. Ambillah contoh pada tingkat yang sangat sederhana tentang sebab dan akibat sebagaimana yang biasa dipahami. Seseorang pergi ke sebuah toko dan membeli sebuah sabun. Sebagai akibat dari pembelian ini, banyak hal bisa terjadi --si pemilik toko memiliki uang lebih banyak, mungkin lebih banyak sabun yang akan dipesan dan seterusnya. Kata-kata yang diucapkan dalam transaksi ini mempunyai suatu akibat, bergantung pada kondisi jiwa dari kedua belah pihak. Ketika orang tersebut meninggalkan toko, ada satu faktor tambahan dalam kehidupannya yang tidak ada sebelumnya --yakni sabun. Banyak hal bisa terjadi sebagai akibat dari transaksi ini. Tetapi bagi dua karakter utama tersebut, kejadian penting sebenarnya adalah bahwa sebatang sabun telah dibeli dan dibayar. Mereka tidak mempunyai kesadaran tentang percabangan transaksi itu dan tidak tertarik kepadanya. Hanya ketika sesuatu yang berarti --dari sudut pandang mereka -- terjadi, barulah mereka berpikir lagi tentang hal ini. Kemudian mereka akan mengatakan, 'Lucunya, orang yang membeli sabunku adalah seorang pembunuh atau mungkin ia seorang raja. Atau ia meninggalkan sebuah uang palsu.'
Seperti setiap kata, setiap tindakan mempunyai satu akibat dan satu tempat. Ini merupakan dasar sistem-tanpa-sistem dari Sufi. Sebagaimana tentu saja telah engkau baca dalam berbagai cerita, Sufi bergerak dengan tindakan-tindakan yang sangat kompleks dan terjadi dalam kesadaran batin terhadap makna tindakannya."

"Aku mengerti apa yang Anda maksudkan," ucap pengunjung itu, "tetapi aku tidak bisa mengalaminya. Jika ini benar, tentu saja hal ini sangat bergantung pada banyak hal. Cara pemujaan tertentu berlaku, pengalaman-pengalaman profetik; kegagalan dari semua orang, kecuali segelintir saja yang berhasil, dalam memecahkan teka-teki kehidupan hanya dengan memikirkannya. Hal ini juga bisa berarti bahwa seseorang yang menyadari perkembangan perkembangan kompleks di sekitarnya bisa menyelaraskan dirinya dengan perkembangan-perkembangan tersebut sampai pada satu tingkatan yang mustahil bagi orang lain. Tetapi harga percobaan ini dibayar dengan membuang pengetahuan seseorang yang berharga. Aku tidak bisa melakukan itu."

Syekh tersebut tidak menginginkan suatu kemenangan verbal dan tidak menutup pembicaraan. "Sahabatku, suatu ketika seseorang pernah cidera kakinya. Ia harus berjalan dengan sebuah tongkat. Tongkat ini sangat berguna baginya, untuk membantunya berjalan maupun untuk tujuan-tujuan lain. Ia mengajarkan semua keluarganya untuk menggunakan tongkat padahal mereka hidup dengan kaki normal. Akan tetapi, setiap orang berambisi untuk memilikinya. Sebagian tongkat terbuat dari gading, yang lain dihiasi dengan emas. Sekolah-sekolah dibuka untuk melatih orang menggunakannya, kursi-kursi universitas dimasuki untuk mengkaji aspek-aspek yang lebih tinggi dari ilmu ini. Ada segelintir orang memulai berjalan dengan tanpa tongkat. Hal ini dianggap memalukan dan tidak masuk akal. Disamping (memang) ada banyak kegunaan tongkat. Sebagian dari mereka (yang berjalan tanpa tongkat) dicaci dan sebagian dihukum. Mereka berusaha memperlihatkan bahwa sebuah tongkat kadang-kadang bisa digunakan, ketika diperlukan. Atau banyak kegunaan tongkat tersebut yang bisa dipenuhi dengan cara-cara lainnya. Sedikit orang yang mau mendengar. Untuk mengatasi prasangka, sebagian orang-orang yang bisa berjalan tanpa dukungan (tongkat) tersebut mulai berperilaku yang sama sekali berbeda dari masyarakat yang mapan. Tetap saja jumlah mereka sedikit.
Meskipun ternyata tongkat digunakan selama beberapa generasi, sebagian kecil orang sebenarnya bisa berjalan tanpa tongkat, sebagian besar masyarakat 'membuktikan' bahwa tongkat itu merupakan keharusan. Mereka berkata, 'Lihat orang ini. Ia berjalan tanpa tongkat. Lihat! Ia tidak bisa.' 'Tetapi kami memang berjalan tanpa tongkat,' ucap pejalan-pejalan biasa (yang tidak menggunakan tongkat) mengingatkan mereka. 'Itu tidak benar, itu hanyalah khayalanmu sendiri,' ucap orang-orang yang pincang tersebut --sebab pada waktu itu mereka juga menjadi buta, sebab mereka tidak mau melihat."

"Analogi tidak sepenuhnya sesuai untuk hal ini," ucap anak muda tersebut.

"Apakah analogi (bisa) sepenuhnya diterima?" tanya Syekh tersebut. "Tidakkah engkau pahami bahwa jika aku bisa menjelaskan segala sesuatu dengan mudah dan sempurna melalui satu cerita tunggal, maka pembicaraan ini tidak perlu? Hanya kebenaran-kebenaran parsial yang bisa diungkapkan secara tepat melalui analogi.
Sebagai contoh, aku bisa memberikan suatu bentuk sempurna dari suatu lempengan yang berbentuk bundar dan engkau bisa memotongnya menjadi ribuan kepingan. Masing-masing potongan bisa jadi suatu duplikat dari potongan-potongan lainnya. Tetapi, sebagaimana kita semua tahu, sebuah lingkaran tentu saja relative berbentuk bundar. Tambahkan dimensinya secara proporsional ratusan kali, maka engkau akan menemukan bahwa ia bukan lagi suatu lingkaran yang sesungguhnya."

"Ini merupakan fakta dari ilmu kebendaan, aku tahu bahwa kebenaran teori-teori ilmiah hanyalah bersifat relatif. Ini adalah klaim dari semua ilmu."

"Tetapi engkau tetap mencari kebenaran utuh melalui cara-cara relatif."

"Ya dan demikian pula Anda, sebab Anda mengatakan bahwa simbol-simbol dan yang lainnya merupakan 'Jembatan menuju hakikat,' meskipun semua itu tidak
sempurna."

"Perbedaannya adalah bahwa engkau telah memilih satu metode tunggal dalam mendekati kebenaran. Ini tidak cukup. Kami menggunakan banyak cara yang berbeda dan mengetahui bahwa ada suatu kebenaran yang bisa dipahami oleh suatu organ batin. Engkau mencoba mendidihkan air, tetapi tidak tahu caranya. Kami mendidihkan air dengan membawa semua unsur-unsur tertentu --api, wadah, air."

"Tetapi bagaimana dengan akalku?"

"Ia harus menempati perspektifnya yang benar, menemukan tingkatannya sendiri, bila ketimpangan kepribadian tersebut ingin diperbaiki."

Ketika pengunjung itu telah pergi, seseorang bertanya kepada orang alim tersebut, "Maukah Anda mengomentari tanya jawab ini ?”

"Jika aku mengomentarinya," ucapnya, "Ia akan kehilangan kesempurnaannya." Kita semua telah belajar sesuai dengan status kita.
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Hukum dr segala hukum , petualangan nalar(nurani n akal) dr seluruh kehidupan manusia cuman membutuhkan :
KASIH

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat , tetapi jika aku tidak mempunyai KASIH , aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan : dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai KASIH , aku sama sekali tidak berguna.

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar ,tetapi jika aku tidak mempunyai KASIH , sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

KASIH itu sabar ; KASIH itu murah hati ; ia tidak cemburu . Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong , Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain . Ia tidak bersuka cita karena ketidak adilan , tetapi karena KEBENARAN. Ia menutupi segala sesuatu , percaya segala sesuatu , mengharapkan segala sesuatu , sabar menanggung segala sesuatu.

KASIH tidak berkesudahan , nubuat akan berakhir ; bahasa roh akan berhenti ; pengetahuan akan lenyap . Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna . Tetapi jika yang SEMPURNA tiba , maka yang TIDAK SEMPURNA itu akan lenyap. Ketika aku kanak-kanak , aku berkata-kata seperti kanak-kanak , aku merasa seperti kanak-kanak , aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa , aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam cermin sesuatu gambaran yang samar-samar , tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka . Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna , tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna , seperti aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu IMAN, PENGHARAPAN dan KASIH , dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH.

Tulisan diatas saya sadur dr hasil karya seorang yg paling di benci oleh islam , WHY????????


jawabnya .....karena KAFIR kata kitab Al-quran!!!!! Just kafir....?????????? :shock:
Last edited by Akukomkamu on Thu Nov 12, 2009 6:10 am, edited 1 time in total.
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

Akukomkamu wrote:Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu IMAN, PENGHARAPAN dan KASIH , dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH.

Tulisan diatas saya sadur dr hasil karya seorang yg paling di benci oleh islam , WHY????????


jawabnya .....karena KAFIR kata kitab Al-quran!!!!! Just kafir....?????????? :shock:
Tulisan yang sangat obsesif ....
Ngomong-ngomong siapa sih yang nulis... kok bisa dibenci sama Islam .. Islam kan agama, dan yang punya kebencian mah biasanya manusia. :lol:
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Akukomkamu wrote:Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu IMAN, PENGHARAPAN dan KASIH , dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH.

Tulisan diatas saya sadur dr hasil karya seorang yg paling di benci oleh islam , WHY????????


jawabnya .....karena KAFIR kata kitab Al-quran!!!!! Just kafir....?????????? :shock:
Tulisan yang sangat obsesif ....
Ngomong-ngomong siapa sih yang nulis... kok bisa dibenci sama Islam .. Islam kan agama, dan yang punya kebencian mah biasanya manusia. :lol:
"Kafir" Rasul Paulus.
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

Akukomkamu wrote:
"Kafir" Rasul Paulus.
Oh Paulus, bisa dipahami kalau begitu .....
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Akukomkamu wrote:
"Kafir" Rasul Paulus.
nalika:
Oh Paulus, bisa dipahami kalau begitu .....
Apa yg sudah kau pahami dr "Kafir" Rasul Paulus???
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Akukomkamu wrote:Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu IMAN, PENGHARAPAN dan KASIH , dan yang paling besar di antaranya ialah KASIH.

Tulisan diatas saya sadur dr hasil karya seorang yg paling di benci oleh islam , WHY????????


jawabnya .....karena KAFIR kata kitab Al-quran!!!!! Just kafir....?????????? :shock:
nalika:
Tulisan yang sangat obsesif ....
Ngomong-ngomong siapa sih yang nulis... kok bisa dibenci sama Islam .. Islam kan agama, dan yang punya kebencian mah biasanya manusia. :lol:
Apa bener sih islam itu "agama" , kalo emang agama kok menanamkan KEBENCIAN pada umat lain???

Tolong koreksi lagi ya..."BENARKAH ISLAM DAN QURAN nya adalah AJARAN AGAMA DR TUHAN???"
Last edited by Akukomkamu on Sat Nov 14, 2009 11:57 am, edited 1 time in total.
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Kepastian manusia masuk surga ato neraka ditentukan oleh dirinya sendiri ada tertulis "Daging itu lemah roh itu penurut" kalimat yg singkat itu sangat mendalam sekali maknanya , bagi manusia yg NALAR nya jalan.
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Akukomkamu wrote:Kepastian manusia masuk surga ato neraka ditentukan oleh dirinya sendiri ada tertulis "Daging itu lemah roh itu penurut" kalimat yg singkat itu sangat mendalam sekali maknanya , bagi manusia yg NALAR nya jalan.
"Daging diberi bumbu supaya terasa, diberi racun tikus bikin mampus"

Semoga Setan beserta kita !
Hahahaha..... :rolling: betul bro...I :heart: U
calon nabi
Posts: 235
Joined: Tue Aug 18, 2009 9:08 am
Location: Jakarta-Tangerang

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by calon nabi »

Akukomkamu wrote:
"Kafir" Rasul Paulus.
nalika:
Oh Paulus, bisa dipahami kalau begitu .....
wah asik2 ada yg kenal sm paulus..

@nalika
klo lo emg paham dengan paulus, ge mohon kesediaannya utk masuk ke thread berikut :
pandangan-muslim-tentang-rasul-paulus-m ... an-t34567/
dan menjabarkan semua yg lo pahami mengenai oknum tersebut..

klo lo ga bersedia, yaa gpp, dengan bgitu bisa dipahami klo lo cm penipu guoblok yg sok tahu dan belagu padahal gak tau apa2..


peace, love, empathy..

calon nabi
nalika
Posts: 171
Joined: Wed Oct 21, 2009 4:21 pm

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by nalika »

calon nabi wrote:wah asik2 ada yg kenal sm paulus..

@nalika
klo lo emg paham dengan paulus, ge mohon kesediaannya utk masuk ke thread berikut :
pandangan-muslim-tentang-rasul-paulus-m ... an-t34567/
dan menjabarkan semua yg lo pahami mengenai oknum tersebut..

klo lo ga bersedia, yaa gpp, dengan bgitu bisa dipahami klo lo cm penipu guoblok yg sok tahu dan belagu padahal gak tau apa2..


peace, love, empathy..

calon nabi
Saya sih gak kenal banyak dengan orang yang punya reputasi sebagai pemburu orang nazareth ini, yang saya tahu dia itu muridnya Rabi Gamaliel dan teman sekelasnya Barnabas. Dan dia itu kelahiran Tarsus kalau gak salah.
Setelah di tolak cintanya sama Popea, dia tiba-tiba berbalik arah jadi 'pendukung Yesus'. Cuma itu yang saya tahu, dan menurut cerita katanya dia mewariskan 12 ajaran yang semua isinya saling bertentangan. :lol:
calon nabi
Posts: 235
Joined: Tue Aug 18, 2009 9:08 am
Location: Jakarta-Tangerang

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by calon nabi »

The Agnostic wrote:Topik ini lagi ngomongin rasul Sidharta Gautama dan bukan rasul Paulus.
Paham ? ](*,)
wadooh maaf banget bang, gw udh ngasi link k thread yg lebih cocok tapi doi ngga mau kesana malah nyampah di sini..

@ yth. moderatos
saya minta ijin utk OOT..saya berjanji OOTnya cm sekali ini aja d thread ini, selebihnya saya menantang nalika utk ngebahas ini d thread yg link-nya sudah saya kasihkan..tp klo tetep gamau jg ya buat apa boleh..
nalika wrote:Saya sih gak kenal banyak dengan orang yang punya reputasi sebagai pemburu orang nazareth ini, yang saya tahu dia itu muridnya Rabi Gamaliel dan teman sekelasnya Barnabas.
paulus (waktu itu namanya masi saulus) itu pemburu orang kristen, bukan orang nazareth..FYI, menurut catatan yesus ditolak pertama kali dan paling dahsyat d nazareth, jd pengikut doski d kota itu ngga banyak pada jaman itu..dan setau gw ngga ada yg mencatat klo dia sekelas sm barnabas, mungkin waktu kursus tata boga, tp ini butuh konfirmasi dari sumber sejarah terpercaya..
nalika wrote:Dan dia itu kelahiran Tarsus kalau gak salah.
oke sip mangstab brur..gw gatau deh klo lahirnya, tp kampungnya emg d tarsus..
nalika wrote:Setelah di tolak cintanya sama Popea, dia tiba-tiba berbalik arah jadi 'pendukung Yesus'. Cuma itu yang saya tahu, dan menurut cerita katanya dia mewariskan 12 ajaran yang semua isinya saling bertentangan. :lol:
buset..ini karangan siapa cuy?? siapa itu popea?? 12 ajaran yg manaa?? lo ngambil sumbernya dari komik apaan tuhh?? :rolling:

dasar muslim tambeng!! makanya jgn sotoy, guoblok!!
satu lg hasil pembodohan islam..

peace, love, empathy..

si OOT sakti
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

The Agnostic wrote:Topik ini lagi ngomongin rasul Sidharta Gautama dan bukan rasul Paulus.

Paham ? ](*,)
Rasul Paulus ama Rasul Sidharta Gautama sama2 manusia baik tau!!! Cuman beda namanya aja...tau!!!

Kenapa gua ngasih contoh Rasul Paulus bukan Rasul Mohammad , tau!!! #-o :goodman: I :heart: U
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

nalika:
Saya sih gak kenal banyak dengan orang yang punya reputasi sebagai pemburu orang nazareth ini, yang saya tahu dia itu muridnya Rabi Gamaliel dan teman sekelasnya Barnabas. Dan dia itu kelahiran Tarsus kalau gak salah.
Setelah di tolak cintanya sama Popea, dia tiba-tiba berbalik arah jadi 'pendukung Yesus'. Cuma itu yang saya tahu, dan menurut cerita katanya dia mewariskan 12 ajaran yang semua isinya saling bertentangan. :lol:
Kalo cuman denger sriwing2 jangan dibawah ke forum lah....hahaha...

back to topick "Menurut islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?"

Jawab!!!!!....pasti jawabannya YA alasananya KAFIR!!!! betul gak ????? :stun: ](*,)
Kafiru euy
Posts: 506
Joined: Mon Aug 03, 2009 3:32 am

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Kafiru euy »

Gila nie topik blm kelar-kelar,....
(Ini tentunya di luar skenario kita bung/jeng nalika*)
Gue bantu deh,... walaupun ane kafir bin tapir

Skenario Pertama
Kita sudah melihat dibahasan sebelumnya bahwa terdapat dua pendapat kelompok ekstrim menanggapi permasalahan ini, kelompok pertama adalah dari orang-orang sholeh yang kaku, mereka mengutip Alquran surat 3 ayat 85 :

“ Dan Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”

Dengan dalil ayat tersebut, maka orang-orang sholeh yang kaku itu mengatakan bahwa yang berhak masuk surga hanyalah orang-orang Islam, selain Islam sesuai dengan ayat al-quran tersebut maka semuanya akan masuk neraka tanpa pandang bulu, apakah dia itu adalah Louis Pasteur, Socrates, Aristoteles, Plato, Isac Newton, Thomas Alfa Edison, Bunda Teresa, Khalil Gibran, Francis Bacon, Rene Descartes dan lain-lain.

Skenario Kedua
Pendapat kedua muncul dari mereka-mereka yang menyebut dirinya kaum intelektual, yakni dari para pemikir kebebasan dan kemanusiaan. Mereka mengutip apa yang dikatakan Al-quran pada surat 5 ayat 69 :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Melihat dua pendapat dengan masing-masing dalil yang mereka kemukakan tersebut, maka bagaimanakah kiranya nasib orang-orang yang telah berbuat banyak untuk tujuan kemanusiaan tersebut?

Menurut hemat saya, kita sebagai manusia tidak akan pernah tahu dan kita tidak punya hak sama sekali untuk mengatakan secara pasti, apakah si X atau si Y akan masuk surga atau neraka, apakah Louis Pasteur, Socrates, Aristoteles, Plato, Isac Newton, Thomas Alfa Edison, Bunda Teresa, Khalil Gibran, Francis Bacon, Rene Descartes akan masuk surga atau neraka.

Yang kita bisa tahu adalah apa yang kita lihat dari perbuatan mereka, menurut yang kita lihat dan kita saksikan bahwa mereka sudah berbuat baik dan berbuat banyak untuk kemanusian, mereka telah beramal dan menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan umat manusia. Tetapi mengenai kepastian mutlak apakah mereka akan masuk surga atau masuk neraka, maka yang tahu kepastian tersebut hanyalah Allah semata.

Hanya Allah yang mengetahui niat semua manusia, hanya Allah lah yang tahu semua rahasia dan yang lebih rahasia dari rahasia. Hanya Allah yang tahu apa niat dan motivasi seseorang ketika melakukan perbuat baik dan semua amal-amal yang mereka lakukan.

Sumber : http://parapemikir.com/siapakah-yang-ak ... surga.html

Nah skrg kita lihat,... nalika (Grand Master of Sufi*) kita berdiri di mana -First or Second Scenario-
That's it,... end of case
Akukomkamu
Posts: 5517
Joined: Sat Jul 11, 2009 11:34 am
Location: "Mengajak onta2 arab unt bisa BERMARTABAT" IFF adalah TEMPAT nya.

Re: Menurut Islam Apakah Sidharta Gautama Masuk Neraka?

Post by Akukomkamu »

Maaf bro , gw bukan gak setuju ama skenario yg ke dua ...skenario lo ok juga , tapi menurut gw ya...bro...orang masuk sorga ato neraka cuman dari diri orang itu aja bro yg tau sebab ada tertulis "Daging itu lemah Roh itu penurut" kalimat yg pendek itu bro kata2 dr guru gw Yesus dan maknanya sangat dalam sekali bro.
Post Reply