Literatur sejarah (sumber tertulis, artifak, dll)
silahkan anda konfirmasi mslh Siddartha di forum" Muslim (AFF*), sy tertarik utk membacanya.
Tidak ada manfaatnya membuktikan sebuah hubungan antara ajaran-ajaran agama melalui bukti-bukti fisik, karena justru bukti fisiklah yang paling memperlihatkan pertentangan ajaran-ajaran tersebut. Lagipula setiap agama meskipun berasal dari sumber yang sama, tetap bersifat independen dan mencukupkan diri pada dirinya sendiri. Jika sebuah agama mengadopsi ajarannya dari sumber luar, itu artinya bukan ajaran agama sejati alias ajaran palsu.
Contoh paling menarik adalah kasus Nabi Yahya bin Zakaria (Yohanes Pembaptis) dan Nabi Isa (Yesus). Nah Yahya ini adalah pewaris Taurat, dan Isa pembawa Injil. Meskipun kedua Nabi ini hidup di zaman yang sama dan pernah bertemu, kenyataannya mereka jalan sendiri-sendiri.
Kalau anda ingin bukti akurat, maka anda harus masuk ke wilayah gnostik dari agama-agama tersebut. Disanalah anda akan memperoleh bukti yang melimpah dari ajaran Farisi dari Yahudi, Gnosis dari Kristen, Tashawuf dari Islam, Zen dari Budha, dan Dharma dari Hindu.
Ini pendapat saya dan belum tentu orang lain setuju. Tapi kalau ingin menemukan jalan alternatif dari carut-marut hubungan antar agama yang sangat dipenuhi perselisihan, inilah alternatifnya. Sangat membosankan dan menjijikan kalau setiap hari harus mengadili orang lain dengan menggunakan keyakinan kita sendiri.
Sy menilai dan kemudian mempercayai segala hal di dunia ini melalui 1 hal,... "Pembuktian" secara Sains (literatur sejarah*) dan tentunya dpt
diterima dgn akal sehat,..... dan sudut pandang yg saya pakai adlh sudut pandang "netral".
Dari mana anda punya keyakinan bahwa yang anda jadikan pegangan itu memang sebuah 'bukti' ?
Lagipula bagaimana cara mengukur atau mengetahui bahwa akal itu cukup 'sehat dan kuat' untuk memahami sesuatu atau tidak ?
Akal itu bukan sebuah instrumen yang siap pakai, dia membutuhkan banyak informasi untuk menyusun kerangka berfikirnya. Jika anda memasukkan informasi yang remeh temeh dan tidak valid untuk 'makanannya', maka akal anda gak bakal cukup kuat berurusan dengan masalah ini. Itu seperti mencoba menangkap ikan hiu dengan jaring kupu-kupu.
menyamakan dan kemudian memaksakan Siddartha sbg nabi sungguh tidak adil buat umat Buddha
Nah sekarang tugas anda untuk membuktikan bahwa tindakan saya itu sebuah ketidak-adilan ..... !
Ayat yg anda berikan itu namanya "Generalisasi", sekarang bisakan anda sebutkan satu-persatu nabi di setiap agama/kepercayaan sblm Islam dtg.
Hindu, Buddha, Zoroaster, dsb. ?
Anggap saja dlm hal ini sy memakai sudut pandang (Agama*) anda.
Anda ini ada-ada saja. Kalau usia saya sama dengan usia bumi ini, mungkin saya bisa menyebutkan nama setiap Nabi satu persatu karena pasti saya melihat mereka hadir di sana .........
Kita-kita ini hanya berpatokan pada apa yang kita terima, tidak bisa lebih dari itu. Cuma saya berada pada posisi yang cukup menguntungkan, sebab saya gak perlu disibukkan dan dibuat pusing dengan segala macam urusan sepele. Dengan keyakinan bahwa disetiap bangsa ada seorang Nabi (kalau gak ada Nabi, peradaban bangsa itu akan mati) saya jadi bisa menerima 'kebenaran' dari mana pun datangnya.
Coba anda baca buku "Mata Ketiga" karya pendeta Tibet Tuesday Lobsang Rampa, pengetahuan mereka tentang pengobatan betul-betul luar biasa. Terutama tentang anatomi tubuh manusia.
Sy kurang menangkap poin kalimat anda (tdk jelas mau kemana arahnya),.... sedangkan untuk yg diunderline itu penting untuk diketahui mas
sebab kl tidak,.. Al Quran tidak lg dpt disebut sebagai Kitab terlengkap (mencakup seluruh aspek kehidupan manusia*)
atw bagi Agama anda, fakta sejarah tidak begitu penting sm halnya dgn kejadian pembakaran Ayat Quran sewaktu Khalifah Ustman...
Maksud saya jelas kok, pernah ada banyak Nabi di dunia ini mengajarkan agama sebagai petunjuk bagi kehidupan pada semua umat manusia di muka bumi.
Mereka hidup di masa yang berbeda-beda dan berasal dari segala macam ras manusia. Jadi itu membuktikan bahwa Tuhan itu Maha Adil bagi hamba-hamba-Nya. Kan itu alasan diskusi kita di sini ?
Dan kalau menurut anda itu membuktikan bahwa "Al Quran" tidak lengkap, itu kan persepsi pribadi .....
Tapi anda harus tahu bahwa Al Quran itu tidak dimaksudkan untuk menjadi buku sejarah, Al Quran adalah sebuah kitab yang didalamnya mengandung berbagai petunjuk buat manusia supaya mereka tahu 'bagaimana caranya hidup sebagai manusia'. Memang Al Quran memuat berbagai cerita bersejarah, tapi itu tidak dimaksudkan untuk menjadi 'sekedar sejarah'.
Jika anda menginginkan sejarah, sebaiknya anda mencari ditempat yang lain !
Pesan :
Ada baiknya sebelum melanjutkan mslh Siddartha ini, anda bs berkonsultasi langsung dgn umat Buddha (untuk mendapatkan referensi yg proporsional*)
klik....
www.samaggi-phala.or.id/, dan ....
www.dhammacitta.org
Saya yakin pada akhirnya akan muncul saudara kita yang beragama Budha di sini. Jadi biarkan saja semua berjalan apa adanya, toh saya pun tidak berbicara hal-hal yang buruk tentang umat Budha.
Tenang sj mas nalika kita sm" belajar (dlm hal ini sejarah*), jgn terlalu dibebani dgn kalah atau menang.
Kita disini berdiskusi tentang agama ya, dan bukan sejarah. Prinsipnya sekedar mencoba melihat agama-agama dalam perspektif yang berbeda dari biasanya dan untuk itu sebagai tahap pertama perlu diperkenalkan sudut-sudut pandangnya dulu.
Saya gak pernah peduli dengan istilah 'menang dan kalah'. Saya tidak menyukai kemenangan verbal soalnya.