Statistika dan Makna dari Islam

Pembuktian bahwa Islam bukanlah ajaran dari Tuhan.
Post Reply
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Statistika dan Makna dari Islam

Post by keeamad »

Statistika dan Makna dari Islam

Oleh Bill Warner


Seperti apa sih islam yang "sesungguhnya"? Apakah islam-nya muslim moderat? Ataukah islam-nya Osama Bin Laden? Untuk mendapat jawaban logis, kita harus punya dasar logika. Sumber-sumber apakah yang tersedia untuk menjawab pertanyaan di atas? Buang saja jawaban dari media berita karena mereka biasanya hanya mengutip dari "ahli" apologetik. Tapi adakah ahli yang bisa kita percaya? Ada. Muhamad.

Pernyataan paling mendasar dari islam yaitu: tiada tuhan selain Allah dan Muhamad adalah nabinya. Inilah pondasi islam dan mengarah langsung kepada sumber pasti dari islam - Allah dan Muhamad. Di manakah kita bisa temukan Allah dan Muhamad? Dari Trilogi Quran, Sirah, dan Hadis. Allah ditemukan di Quran dan Muhamad ditemukan di Sirah (biografi Muhamad) dan Hadis (tradisi kisah dan ucapan Muhamad). Ada istilah khusus untuk gabungan Sirah dan Hadis, yaitu Sunna.

Quran dan Sunna adalah satu-satunya sumber pasti mengenai islam. Seluruh islam didasarkan kepada Trilogi tersebut. Teks yang menjadi pondasi islam - Trilogi (Quran, Sirah, Hadis) - sulit dipahami. Adalah jelas bagi mereka yang mencoba membaca teks islam bahwa ada kesengajaan untuk membuat teks tersebut tidak jelas dan sulit dipahami. Ada dua alasan mengapa. Pertama, teks yang sulit dipahami mempermudah nafkah bagi kaum imam dan sarjana islam. Kalau mudah dipahami, maka tidak diperlukan bantuan orang lain untuk mengerti. Alasan kedua adalah bahwa teks tersebut mengandung pesan yang kontradiktif dan mengerikan di balik ketidakjelasan.

Tanggapan umum atas masalah di atas adalah dengan mengutip ayat dari Quran. Tapi "ayat" adalah kata yang bias dan bertendensi
relijius. Dalam hampir setiap kasus, ayat tidak lebih dari sebuah kalimat. Tidak ada cabang ilmu lain di mana satu kalimat
diperhatikan sedemikian rupa.

"Comot ayat", meminjam istilah statistika, adalah metode sampling yang buruk. Yang kita inginkan adalah maknanya, dan
makna keseluruhan tidak mungkin didapat hanya dari satu kalimat.Yang kita perlukan adalah ide-ide dan konsep-konsep,
tidak sekedar sepotong kalimat. Harus ditekankan bahwa cara terbaik memperoleh makna keseluruhan adalah dengan cara menyusun ulang teks dan kemudian beranjak dari penyusunan tersebut. Quran terkenal sukar dipahami. Namun, jika sudah disusun ulang, Quran adalah dokumen yang cukup jelas.

Langkah penyusunan pertama adalah menempatkan Quran berdasarkan urutan waktu. Dengan begitu, setiap membalik halaman, kita beranjak maju dalam waktu, seperti halnya membaca buku sejarah. Urutan berdasarkan waktu ini sudah dikenal sejak awal mula islam. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan semua variasi atas kisah yang sama. Misalnya, kisah Musa dan Firaun diulang sampai 39 kali (kurang kerjaan banget - Kibou). Jika semua variasi seperti ini dikumpulkan di bawah satu kategori, maka Quran menjadi lebih mudah dibaca dan tidak terlalu membosankan.

Langkah selanjutnya adalah menyisipkan Sirah ke dalam Quran untuk memberikan konteks. Misalnya, ada ayat yang menyatakan
bahwa diperbolehkan membakar pohon palem. Bagi yang membaca ayat ini, tentunya muncul pertanyaan: pohon palem yang mana? Quran tidak memberi konteks. Tapi di saat ayat ini turun, setiap orang yang mendengarnya tahu bahwa seminggu lalu Muhamad menyerang kaum Yahudi yang merupakan penanam pohon kurma dan Muhamad menghancurkan pohon-pohon kurma yang merupakan pelanggaran atas aturan perang Arabia. Ketika kisah Muhamad (dari Sirah) disisipkan de dalam Quran, konteks atas penyerangan terhadap kaum Yahudi menjadi jelas.

Quran yang tersusun kronologis, dikategorisasi, dan mengandung kisah hidup Muhamad adalah buku yang jelas dan mudah dimengerti. CSPI (Center for the Study of Political Islam) telah menerbitkan dua versi Quran yang telah disusun seperti ini - A Simple Koran dan Abridged Koran.

Tapi kita masih ada masalah. Kita harus mampu mendiskusikan Quran dengan mereka yang tidak punya akses ke Quran yang disusun ulang atau dengan mereka yang tidak mau membaca sama sekali.

Kita harus mampu membuat rangkuman pernyataan yang bermakna. Asal comot ayat yang paling disukai bukanlah cara membuat
rangkuman pernyataan. Yang kita perlukan adalah analisa makro, bukan analisa mikro. Kita harus mampu membicarakan "the big picture", makna keseluruhan dari islam. Tapi ada masalah merangkum islam karena islam penuh dengan pernyataan kontradiktif. Jadi bagaimana mengatasi kontradiksi tersebut selagi memandang "the big picture"?

Jawabannya adalah dengan menerapkan pengukuran statistika terhadap teks islam. Jangan gentar dengan istilah statistika. Statistika yang diperlukan hanyalah menentukan seberapa banyak kemunculan suatu item di dalam suatu kategori.

Ambil contoh ide mengenai pentingnya Quran. Umumnya orang percaya bahwa islam itu didasarkan kepada Quran dan merupakan
suatu agama. Kedua anggapan ini salah. Seberapa pentingkah Quran? Quran mengandung sekitar 153.000 kata. Sirah oleh Ibn Ishaq mengandung sekitar 292.000 kata, dan Hadis Bukhari mengandung 646.000 kata. Jadi Allah (Quran) hanyalah sekitar 14% dari total Trilogi sementara Sunna (Sirah dan Hadis) adalah 86%. Ini sekedar pengukuran quantitatif, tapi menunjukkan bahwa Muhamad lebih penting jika dibanding dengan Allah kalau berdasarkan jumlah teks.

Terlebih lagi Quran tidak mengandung cukup informasi mengenai bagaimana menjalankan satu saja Lima Pilar Islam. Hanya Sunna (terutama Hadis) yang menjelaskan muslim bagaimana beribadah. Jadi pengukuran statistika menunjukkan bahwa islam adalah juga Muhamadisme.

Begitu Quran disusun kronologis, terkategorisasi dan kisah Muhamad disisipkan, muncul fakta lain mengenai islam. Sedikit
sekali Quran menjelaskan bagaimana menjadi seorang muslim atau mengenai agama islam. Malahan, sebagian besar Quran adalah
mengenai kafir atau non-muslim. Kafir adalah mahluk paling buruk. Allah membenci kafir dan melawan mereka. Kafir boleh
disiksa, dibunuh, dirampok, diperkosa, dan diperbudak. Quran dan juga Muhamad, terobsesi dengan kafir.

Untuk mengukur obsesi Quran terhadap kafir, marilah kita hitung jumlah teks mengenai kafir. Dalam ayat-ayat Mekah, 67% dari teks adalah tentang kafir. Dalam ayat-ayat Medinah, 51% adalah mengenai kafir. Jumlah teks dari seluruh Quran mengenai kafir
adalah 61%. Sebagai pembanding, ibadah islam tidak berhubungan dengan kafir sama sekali. Karena kafir berada di luar islam, istilah "politik islam" digunakan untuk menggambarkan bagaimana doktrin islam diterapkan terhadap kafir. Jadi 61% dari Quran adalah mengenai politik islam, bukan agama islam.

Sirah menunjukkan pentingnya politik islam. Muhamad berdakwah agama islam selama 13 tahun di Mekah dan hanya mendapat 150 pengikut. Dia hijrah ke Medinah dan menjadi politikus dan tukang perang. Setelah 10 tahun kekerasan dia menjadi penguasa seluruh Arabia tanpa satupun lawan. Dia terlibat dalam satu tindakan kekerasan di setiap 6 minggu dalam 9 tahun terakhir hidupnya. Kesimpulan statistika - kesuksesan islam berasal dari perang dan politik, bukan agama.

Satu lagi kesimpulan statistika - islam utamanya adalah doktrin politik, bukan agama. Statistika sederhana juga menyingkap hakikat sesungguhnya dari ideologi politik/religius jihad. Saat istilah jihad digunakan, muslim mengatakan ada dua jenis jihad. Jihad relijius atau jihad besar adalah pergumulan internal terhadap masalah pribadi. Jihad peperangan adalah jihad kecil.

Hadis Bukhari mengandung semua detil taktik jihad. Metode penghitungan sederhana menunjukkan 3% dari Hadis adalah mengenai jihad pergumulan internal, sedangkan 97% Hadis adalah mengenai jihad peperangan. Jadi apakah jihad itu pergumulan internal? Ya, 3%. Apakah jihad itu perang terhadap kafir? Ya, 97%.

Ini mengantar kita kepada konsep penting. Islam didasarkan kepada pernyataan-pernyataan kontradiktif. Bagaimana kita menyusunnya untuk mendapatkan makna keseluruhan? Kita ukur banyaknya teks yang terbagi ke dalam masing-masing dikotomi.
Inilah yang kita lakukan dalam menjawab apakah jihad itu sebenarnya. Itulah jawaban statistikal yang menyeluruh.

Tidak ada hal yang baru di sini (penerapan statistika). Ide-ide yang jelas, tafsirnya adalah tunggal. Ide-ide yang ambigu, setiap tafsirnya harus diukur menggunakan statistik atas setiap variabelnya. Jika sebuah ide (seperti konsep jihad) memiliki banyak tafsir, maka daripada berdebat tafsir mana yang benar, mendingan diukur saja statistik setiap tafsir yang berbeda-beda tersebut.

Ada analogi tepat atas hal ini dari pengukuran kondisi elektron pada atom. Fisika quantum tidak memberikan satu jawaban pasti
mengenai energi dan posisi, tapi memberikan kita probabilitas statistikal dari setiap kondisi yang mungkin. Sama juga dengan islam. Kita perlu tahu total kondisinya, bukan mengenai satu kategori saja.

Kesimpulannya, statistika adalah cara terbaik memperoleh pengetahuan lengkap mengenai teks islam. Statistika memampukan kita menyelidiki islam dalam totalitasnya. Ingat dengan cerita orang buta menyelidiki gajah? Yang satu bilang gajah seperti tali, yang lain bilang seperti pohon, dinding, dan lain-lain. Adakah yang salah? Tidak. Tapi tidak satupun yang benar secara keseluruhan. Analisa statistik tidak bisa memberitahu kita secara kualitatif, tapi bisa membuat kita tidak terjebak hanya melihat satu saja kategori dan memaksa kita melihat secara keseluruhan.

Perhatikan juga bahwa cara ini juga memberitahu kita bagaimana mengevaluasi para "ahli" yang cenderung memilih posisi yang paling disukainya. Inilah aturan tertinggi dalam islam - hanya Muhamad sendirilah yang menentukan kebenaran islam. Jika yang dikatakan seorang ahli bersesuaian dengan Muhamad, maka ahli itu benar, tapi yah gak ada gunanya. Kalau yang dikatakan ahli bertentangan dengan Muhamad, maka ahli itu salah. Jadi para ahli (mengenai islam) adalah tidak berguna atau salah. Hanya Muhamad yang mengatakan kebenaran islam, dan dia tidak pernah salah (soal islam). Jangan pedulikan para "ahli" dan langsung aja periksa Muhamad. Inilah yang dilakukan pendekatan statistika.

---

dari:

http://www.politicalislam.com/blog/stat ... -of-islam/

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Moderator: Ditulis ulang untuk Mirroring .....

Statistika dan Makna dari Islam
FFI Alternative
Faithfreedompedia
Post Reply