Allah swt memaklumi muslim yang munafik
Posted: Wed Aug 31, 2011 10:45 pm
Di thread ke-empat ane, ane bermaksud memberi gambaran tentang orang-orang yang bersedia mati demi membela sebuah kebenaran yang diyakininya. Ane awali dengan dua buah kisah.
Kisah pertama :
Kisah kedua :
Berikut situasi yang dialami tokoh pada dua kisah di atas :
Allah swt menganjurkan muslim untuk "menghianatinya" demi nyawa muslim itu sendiri.
Berikut perintah allah swt :
Nggak usah ribet-ribet menafsirkan ayat di atas, cukup baca keseluruhan dengan nalar - terutama yang udah ane tebalin - para pembaca tentu langsung mengerti maksud allah swt.
Kesimpulan ane :
Ajaran KEBENARAN versi allah swt ini benar2 rendah nilai moralnya. Muslim dibenarkan untuk bersikap munafik. Dan allahnya merasa fine-fine aja jika muslim menghianati / menyangkal kebenaran karena nyawa sedang terancam. Beda banget sama kedua kisah di atas, di mana tokoh2 itu menilai kebenaran yang diyakininya lebih dari nilai nyawanya/keselamatannya sendiri.
Silakan yang pro dan kontra, tuangkan pendapat di thread ini.
Kisah pertama :
- Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel. Lalu raja Nebukadnezar menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu.
Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu. Dan berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: "Beginilah dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa: demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!"
Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka sujudlah orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa, dan menyembah patung emas yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu.
Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! Tuanku raja telah mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, harus sujud menyembah patung emas itu, dan bahwa siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan."
Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.
Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas. Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
Kisah kedua :
- Manajer Hotel, Sun Shufen Dianiaya Sampai MatiNama: Sun Shufen (孙淑芬)
Oleh: koresponden Clearwisdom dari Provinsi Jilin
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 45
Alamat: Kota Jilin, Provinsi Jilin
Tanggal Meninggal: 13 September 2009
Tanggal Penangkapan Terakhir: Oktober 2003
Tempat Penahanan Terakhir: Kamp Kerja Paksa Heizuizi di Changchun (长春黑嘴子劳教所)
Kota: Changchun
Provinsi: Jilin
Penganiayaan yang Diderita: Penahanan, kerja paksa, dicuci otak, dilarang tidur, diestrum dengan listrik, pemukulan, berdiri dalam waktu yang lama, penggeledahan rumah, pemerasan
(Kebijakanjernih.net) Sun Shufen, mantan manajer di sebuah hotel di Jilin, pernah memiliki watak yang buruk dan beberapa masalah kesehatan sebelum dia mulai berlatih Falun Gong pada 1998. Setelah berlatih, kondisi fisik dan mentalnya meningkat dengan pesat.
Ketika Partai Komunis China (PKC) melancarkan penganiayaan pada Juli 1999, petugas dan staf lokal Kantor 610 dari komite tetangga sering mengganggu Sun karena keyakinan spiritualnya.
Sun pergi ke Beijing untuk memohon keadilan bagi Falun Gong pada Desember 2000, tetapi ditangkap secara ilegal karena membentangkan spanduk bertuliskan “Falun Dafa Baik” di Lapangan Tiananmen. Setelah ditahan di Kantor Polisi Xicheng selama 4 hari, Kantor Jilin di Beijing menginformasikan kepada Kantor Polisi Kaoshan di Jilin dan keluarga Sun atas penangkapannya. Sesudah itu, Direktur Kantor Polisi Kaoshan, Jiang Ping dan seorang anggota dari komite tetangga lokal dengan nama panggilan Wang datang ke Beijing untuk membawa Sun ke Pusat Penahanan No. 3 di Jilin. Dia ditahan di sana selama 50 hari, kemudian dijatuhi hukuman dua tahun kerja paksa.
Sun dicuci otaknya di Cabang Ketiga Grup No. 7 di Kamp Kerja Paksa Heizuizi, Changchun. Petugas PKC mencoba untuk memaksa dia menulis tiga pernyataan untuk mencela Falun Gong. Karena dia menolak untuk menulis pernyataan seperti itu, dia disetrum oleh para petugas dengan tongkat listrik. Suatu malam, penjaga Hou Zhihong menyetrum lehernya selama tiga jam. Narapidana Liu Dongjiao diperintahkan untuk mengganggu tidur Sun dengan memaksa dia berdiri dengan kepala menghadap ke bawah. Narapidana itu menonjoknya bahkan jika dia bergerak sedikit saja. Kaki Sun menjadi bengkak, dia merasa pusing serta susah bernafas karena penyiksaan ini. Sun meminta si pelaku untuk memberitahu kepala penjaga Wang Lihua bahwa dia tidak ingin “dirubah keyakinannya.” Kemudian Hong Zhihong dan Wang Lihua menyiksa dia dengan tongkat listrik selama tiga jam, sampai leher, ketiak, punggung, dan bagian lain tubuhnya dipenuhi dengan luka memar. Sun juga dipaksa untuk melakukan kerja berat dan mengerjakan produk-produk lain.
Sun dibebaskan dari Kamp Kerja Paksa Heizuizi di akhir tahun 2002. Pada Oktober 2003, dia ditangkap lagi oleh petugas dari Kantor 610 Jilin dan Kantor Polisi Kaoshan, termasuk Jiang Ping dan seorang petugas dengan nama panggilan Chen. Rumahnya digeledah, dan barang pribadinya disita oleh polisi. Dia dijatuhi dua tahun penjara dan dibawa kembali ke Kamp Kerja Paksa Heizuizi lagi. Di sana, dia dipaksa untuk bekerja dengan waktu diperpanjang dan disiksa beberapa kali, setelah itu dia menderita fibroid rahim dan menderita pendarahan yang serius. Kamp kerja paksa memeras 3.000 yuan dari keluarga Sun sebelum dia dibawa ke sebuah rumah sakit.
Pada Agustus 2006, petugas dari Kantor Polisi Kaoshan mengganggu Sun dan berniat untuk menangkapnya. Untuk menghindari penangkapan lagi, Sun meninggalkan rumahnya dan menjadi tunawisma.
Kesehatan Sun memburuk karena mengalami pendarahan terus-menerus sejak di Kamp Kerja Paksa. Dia meninggal dunia pada 13 September 2009.
Berikut situasi yang dialami tokoh pada dua kisah di atas :
- Mereka berada dalam tekanan mengingkari keyakinannya
- Mereka tidak mempunyai kekuatan untuk melawan tekanan
- Mereka dihukum mati / dianiaya karena mempertahankan keyakinan, bukan karena memaksakan keyakinan
Allah swt menganjurkan muslim untuk "menghianatinya" demi nyawa muslim itu sendiri.
Berikut perintah allah swt :
- "An-Nahl (16) No. Ayat : : 106
مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَـكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
16.106. Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.
Nggak usah ribet-ribet menafsirkan ayat di atas, cukup baca keseluruhan dengan nalar - terutama yang udah ane tebalin - para pembaca tentu langsung mengerti maksud allah swt.
Kesimpulan ane :
Ajaran KEBENARAN versi allah swt ini benar2 rendah nilai moralnya. Muslim dibenarkan untuk bersikap munafik. Dan allahnya merasa fine-fine aja jika muslim menghianati / menyangkal kebenaran karena nyawa sedang terancam. Beda banget sama kedua kisah di atas, di mana tokoh2 itu menilai kebenaran yang diyakininya lebih dari nilai nyawanya/keselamatannya sendiri.
Silakan yang pro dan kontra, tuangkan pendapat di thread ini.