Islam, jalan yang (tidak) lurus

Pembuktian bahwa Islam bukanlah ajaran dari Tuhan.
oglikom
Posts: 3375
Joined: Tue May 04, 2010 11:33 pm

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by oglikom »

Metalizer wrote:ok thanks...Saran kokom sudah saya terima
Karena anda sudah menerima saran saya, akan saya bantu menjelaskan:
Menentang Allohswt sama dengan menentang muhammad, ini sudah termasuk dalam kekafiran dan musuh Islam........Thel. :tonqe:
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Metalizer »

Metalizer wrote:ok thanks...Saran kokom sudah saya terima
oglikom wrote: Karena anda sudah menerima saran saya, akan saya bantu menjelaskan:
Menentang Allohswt sama dengan menentang muhammad, ini sudah termasuk dalam kekafiran dan musuh Islam........Thel. :tonqe:
owh...Jd menurut kokom begitu ya...Ya udah deh ntar saya pikir2 dulu...Bye

PS : udah cuci kaki kom...?



Jgn lupa makan , abis tu minum obat cacing terus tidur siang yah...







:lol:
oglikom
Posts: 3375
Joined: Tue May 04, 2010 11:33 pm

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by oglikom »

Metalizer wrote:owh...Jd menurut kokom begitu ya...Ya udah deh ntar saya pikir2 dulu...Bye
Iya thel, cepetan ambil thu akal sehatmu yang tertinggal di masjid, Bye juga. :goodman:
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Foxhound »

Metalizer wrote: kata "menentang" di atas perlu di perjelas lagi maknanya, apakah menentang dgn sikap permusuhan atau menentang dalam arti kekafiran saja?
Anda kan menjawab saya:
Foxhound: Kalau ada muslim yang memilih untuk memutuskan hubungan dengan ayahnya karena ayahnya kafir... apakah muslim tersebut bertentangan dengan ajaran Islam?
Metalizer: Bertentangan

Dalam contoh yang diambil Ibn Kathir, dua orang tersebut (Al-Asyad dan Abu `Ubaydah) membunuh kerabat mereka. Dari sana itulah Ibn Kathir menjelaskan bahwa itu adalah azbabun nuzul dari

23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Dan dari sana Ibn Kathir mengambil kesimpulan:
Kau tidak akan menemukan orang yang percaya pada Allah dan Hari Kiamat berteman dengan mereka yang menentang Allah dan Rasulnya, bahkan jikalau mereka adalah ayah2 atau putra2 atau saudara2 laki atau bangsa mereka. Karena Allah telah menentukan iman mereka, dan memperkuatnya dengan Roh (bimbingan sejati) dari diriNya sendiri. Dan dia akan menerima mereka masuk Surag di mana sungai2 mengalir

Jadi pertanyaan saya, menurut anda apakah kesimpulan Ibn Kathir ini bertentangan dengan ajaran Islam yang anda kenal?
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Metalizer »

Metalizer wrote:
kata "menentang" di atas perlu di perjelas lagi maknanya, apakah menentang dgn sikap permusuhan atau menentang dalam arti kekafiran saja?
Foxhound wrote:

Anda kan menjawab saya:

Foxhound: Kalau ada muslim yang memilih untuk memutuskan hubungan dengan ayahnya karena ayahnya kafir... apakah muslim tersebut bertentangan dengan ajaran Islam?

Metalizer: Bertentangan



Dalam contoh yang diambil Ibn Kathir, dua orang tersebut (Al-Asyad dan Abu `Ubaydah) membunuh kerabat mereka. Dari sana itulah Ibn Kathir menjelaskan bahwa itu adalah azbabun nuzul dari



23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.



Dan dari sana Ibn Kathir mengambil kesimpulan:

Kau tidak akan menemukan orang yang percaya pada Allah dan Hari Kiamat berteman dengan mereka yang menentang Allah dan Rasulnya, bahkan jikalau mereka adalah ayah2 atau putra2 atau saudara2 laki atau bangsa mereka. Karena Allah telah menentukan iman mereka, dan memperkuatnya dengan Roh (bimbingan sejati) dari diriNya sendiri. Dan dia akan menerima mereka masuk Surag di mana sungai2 mengalir



Jadi pertanyaan saya, menurut anda apakah kesimpulan Ibn Kathir ini bertentangan dengan ajaran Islam yang anda kenal?
jika tafsir ibnu khatir berdasarkan cerita diatas...Tafsir beliau jelas menyalahi ajaran islam...

Karna bertentangan dgn ayat ini :

Al 'Ankabut : 8
Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Foxhound »

Metalizer wrote: jika tafsir ibnu khatir berdasarkan cerita diatas...Tafsir beliau jelas menyalahi ajaran islam...

Karna bertentangan dgn ayat ini :

Al 'Ankabut : 8
Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Ok, cukup jelas. Jadi menurut anda tafsir Ibn Kathir di atas itu menyalahi ajaran Islam. (tp memang Ibn Kathir menulis bahwa itu adalah asbabun nuzulnya)

Sekarang menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara menafsirkan ayat yang ditafsirkan demikian oleh Ibn Kathir itu?

23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Metalizer »

Foxhound wrote: Ok, cukup jelas. Jadi menurut anda tafsir Ibn Kathir di atas itu menyalahi ajaran Islam. (tp memang Ibn Kathir menulis bahwa itu adalah asbabun nuzulnya)



Sekarang menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara menafsirkan ayat yang ditafsirkan demikian oleh Ibn Kathir itu?
saya kira menjawab pertanyaan anda ini akan bisa melebarkan diskusi kita...Jika anda memang tertarik membahasnya lebih dalam, sebaiknya kita bahas di thread baru saja. Jadi kita bisa stay focus membahas esensi thread anda ini disini.

Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...Saya akan langsung ke inti masalah dari Ayat yang anda kutip dibawah ini,
Foxhound wrote: 23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
ayat diatas hanya larangan menjadikan ibu bapa kita sbg wali jika mereka dalam keadaan kafir...Sedangkan memperlakukan mereka dgn baik tetap menjadi kewajiban, seperti tertulis di ayat yg saya tampilkan sebelumnya :

Al 'Ankabut : 8
Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya
. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Ayat ini juga perintah untuk tidak mengikuti ajaran orang tua yg mengajak kepada kekafiran, tapi dgn catatan tetap memperlakukan mereka dgn baik.

Jadi tidak mengambil orang tua yang kafir sebagai wali tapi juga tetap memperlakukan mereka dgn baik.
Foxhound wrote: 24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
ayat diatas juga tidak ada larangan untuk memperlakukan orang tua dgn baik, ...Jadi perintah untuk menghormati orang tua tetap berlaku. Ayat diatas hanya menekankan, kecintaan terhadap orang tua tidak boleh menjadikan kita lupa kepada agama.

Jadi islam jelas mengajarkan nilai moral untuk menghormati orang tua
GLUESTICK
Posts: 205
Joined: Fri Feb 20, 2009 10:05 am
Location: Freshair

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by GLUESTICK »

Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.
Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.

Gluestick
Recap after use
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Metalizer »

GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.

Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.

Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.

Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.



Gluestick

Recap after use

non squitur...

Menjadikan orang tua sebagai wali tidak ada hubunganya dgn perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua.

Memperlakukan orang tua dengan baik, tidak harus dgn menuruti semua perkataanya, jika orang tua menyuruh berbuat kemaksiatan maka wajib menolaknya dengan cara halus...

Nah, dgn cara halus diataslah yang dimaksud dgn tetap memperlakukan mereka dgn baik.
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Foxhound »

Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...Saya akan langsung ke inti masalah dari Ayat yang anda kutip dibawah ini,
Correction, bukan itu yang kita bahas melainkan apakah benar ajaran moral yang baik dari Islam, tidak menentang yang jelek.
Metalizer wrote: saya kira menjawab pertanyaan anda ini akan bisa melebarkan diskusi kita...Jika anda memang tertarik membahasnya lebih dalam, sebaiknya kita bahas di thread baru saja. Jadi kita bisa stay focus membahas esensi thread anda ini disini.
Tidak perlu saya rasa, dalam diskusi ini sikap anda sudah jelas, Ibn Kathir salah menafsirkan ayat tersebut.

Tujuan dari pertanyaan itu adalah, saya hanya ingin tahu tafsir anda dan metode anda menafsirkan ayat tersebut.

Karena begini Metalizer, Ibnu Kathir, menafsirkan ayat tersebut dengan dasar yang jelas dari Islam, Quran dan hadits, memeriksa asbabun nuzul, dst... Anda berkata ajaran tersebut bertentangan dengan Islam, hanya karena anda menolak referensi yang juga merupakan sumber ajaran Islam.

Dua teman nabi, saya tidak tahu yang Al-Asyad (krn belum ketemu)... tetapi Abu `Ubaydah adalah salah satu teman nabi yang dijanjikan surga oleh nabi.

Menurut Ibnu Kathir sendiri, perbuatannya itulah yang jadi asbabun nuzul ayat yang saya kutip.... dengan kata lain... AwlohSWT menurunkan ayat tersebut untuk membenarkan perbuatan Abu `Ubaydah.

Jadi kalau anda menentang tafsir Ibnu Kathir, apakah anda juga menentang cerita Abu 'Ubaydah membunuh ayahnya itu adalah asbabun nuzul dari ayat tersebut?
GLUESTICK
Posts: 205
Joined: Fri Feb 20, 2009 10:05 am
Location: Freshair

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by GLUESTICK »

Metalizer wrote:non squitur...
Saya tdk tahu apa yang anda maksudkan sebagai non squitur, apakah non squitur menurut definisi baku ataukah menurut definisi islam. Krn sejak saya membaca debat2 di forum ini, saya memiliki kesimpulan bahwa islam memiliki definisi dan nilai sendiri terhadap kata2 “baik”, “kebaikan”, “menghormati”, “sesama”,”keadilan”, dll. Atau apakah anda menulis kalimat non squitur tsb hanya utk semacam gertak sambal saja, saya belum tahu pasti.
Urutannya kan spt ini:
Anda klaim masalah MENGHORMATI ORANG TUA dalam islam,
Metalizer wrote:Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...
Metalizer wrote:...Jadi perintah untuk menghormati orang tua tetap berlaku
Metalizer wrote:Jadi islam jelas mengajarkan nilai moral untuk menghormati orang tua
Klaim anda tsb saya bantah
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.
Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.
Kalau bantahan saya tsb yg anda anggap sbg non squitur, itu adalah hak anda. Saya tidak akan membahas lebih lanjut masalah non squitur tsb..
Metalizer wrote:Menjadikan orang tua sebagai wali tidak ada hubunganya dgn perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua.
Bantahan saya bukan tentang perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua (islam tentu saja memiliki definisi sendiri tentang baik dan buruk, yg bisa diplintir kesana kemari sesuai keperluan)
Bantahan saya adalah tentang menghormati orangtua dengan cara menjadikan orangtua sebagai wali.
Supaya lebih jelas, saya ada beberapa pertanyaan dari 2 Cerita yang berbeda, silahkan anda beri / pilih jawabannya
Cerita A
Seorang perempuan A beragama islam, memiliki orangtua kandung yg beragama islam
Si A menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.
1. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
2. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
3. Apakah perbuatan si A tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak

Cerita B
Seorang perempuan B beragama islam, memiliki orangtua kandung yg tidak beragama islam (dan tidak akan beragama islam walau sedetikpun)
Si B menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.
4. Apakah perbuatan si B tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
5. Apakah perbuatan si B tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
6. Apakah perbuatan si B tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak

Bagi saya sendiri sudah jelas, seperti yang sdh saya tulis sebelumnya
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jadi jawaban anda nanti (kalau ada), hanyalah untuk mengetahui lagi, apakah pemahaman “menghormati” dan “baik” dalam islam berbeda atau sama.
Metalizer wrote:Memperlakukan orang tua dengan baik, tidak harus dgn menuruti semua perkataanya, jika orang tua menyuruh berbuat kemaksiatan maka wajib menolaknya dengan cara halus...

Nah, dgn cara halus diataslah yang dimaksud dgn tetap memperlakukan mereka dgn baik.
Bantahan saya bukan tentang memperlakukan orangtua dengan baik,
juga bukan tentang orangtua yang menyuruh berbuat kemaksiatan
juga bukan tentang cara2 menolak orangtua yang menyuruh anaknya maksiat, (mungkin dalam islam banyak orangtua yang menyuruh anaknya maksiat, sehingga perlu dibuat cara2 utk menolaknya).
Inti bantahan saya adalah tentang hubungan antara menjadikan orangtua sebagai wali dengan menghormati orang tua.
Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
GLUESTICK wrote:Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Gluestick
Recap after use
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Metalizer »

Foxhound wrote: Tujuan dari pertanyaan itu adalah, saya hanya ingin tahu tafsir anda dan metode anda menafsirkan ayat tersebut.


ayat yang anda kutip diatas kan hanya melarang menjadikan orang tua yang kafir sebagai wali...Sedangkan memperlakukan mereka dgn baik hukumnya tetap wajib.
Foxhound wrote: Karena begini Metalizer, Ibnu Kathir, menafsirkan ayat tersebut dengan dasar yang jelas dari Islam, Quran dan hadits, memeriksa asbabun nuzul, dst... Anda berkata ajaran tersebut bertentangan dengan Islam, hanya karena anda menolak referensi yang juga merupakan sumber ajaran Islam.
anda salah, saya menolak tafsir ibnu katsir karna memang bertolak belakang dengan ayat ini :

Al 'Ankabut : 8
Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Jadi argumen penolakan saya memang berdasarkan referensi.
Foxhound wrote: Dua teman nabi, saya tidak tahu yang Al-Asyad (krn belum ketemu)... tetapi Abu `Ubaydah adalah salah satu teman nabi yang dijanjikan surga oleh nabi.

Menurut Ibnu Kathir sendiri, perbuatannya itulah yang jadi asbabun nuzul ayat yang saya kutip.... dengan kata lain... AwlohSWT menurunkan ayat tersebut untuk membenarkan perbuatan Abu `Ubaydah.
saya sudah cek tadi situs2 quran online yang menyediakan fasilitas tafsir dan asbabun nuzul berbahasa indonesia. Tapi Saya belum menemukan satu pun situs2 itu yang menampilkan asbabun nuzul dari ayat at taubah 23 ini...

Tapi jika memang benar ibnu katsir mengutip cerita diatas sbg asbabun nuzul QS 9:23, saya kira beliau salah...Karena tindakan Abu ubaidah itu bertentangan dgn firman Allah SWT seperti yg tertulis di surah al ankabut : 8.
Foxhound wrote: Jadi kalau anda menentang tafsir Ibnu Kathir, apakah anda juga menentang cerita Abu 'Ubaydah membunuh ayahnya itu adalah asbabun nuzul dari ayat tersebut?
YA
User avatar
Metalizer
Posts: 1292
Joined: Sun Oct 17, 2010 12:11 pm
Location: Salib kasih... Tarutung.
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Metalizer »

Metalizer wrote:non squitur...
GLUESTICK wrote:
Saya tdk tahu apa yang anda maksudkan sebagai non squitur, apakah non squitur menurut definisi baku ataukah menurut definisi islam. Krn sejak saya membaca debat2 di forum ini, saya memiliki kesimpulan bahwa islam memiliki definisi dan nilai sendiri terhadap kata2 “baik”, “kebaikan”, “menghormati”, “sesama”,”keadilan”, dll. Atau apakah anda menulis kalimat non squitur tsb hanya utk semacam gertak sambal saja, saya belum tahu pasti.
:rolling:
Metalizer wrote:Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...
Metalizer wrote:...Jadi perintah untuk menghormati orang tua tetap berlaku
Metalizer wrote:Jadi islam jelas mengajarkan nilai moral untuk menghormati orang tua
GLUESTICK wrote:
Klaim anda tsb saya bantah
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.

Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.

Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.

Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.
GLUESTICK wrote:
Kalau bantahan saya tsb yg anda anggap sbg non squitur, itu adalah hak anda. Saya tidak akan membahas lebih lanjut masalah non squitur tsb..
ok
GLUESTICK wrote: Bantahan saya bukan tentang perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua (islam tentu saja memiliki definisi sendiri tentang baik dan buruk, yg bisa diplintir kesana kemari sesuai keperluan)

Bantahan saya adalah tentang menghormati orangtua dengan cara menjadikan orangtua sebagai wali.


Supaya lebih jelas, saya ada beberapa pertanyaan dari 2 Cerita yang berbeda, silahkan anda beri / pilih jawabannya
ok
GLUESTICK wrote: Cerita A

Seorang perempuan A beragama islam, memiliki orangtua kandung yg beragama islam

Si A menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.

1. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
tidak
GLUESTICK wrote: 2. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
tidak
GLUESTICK wrote: 3. Apakah perbuatan si A tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak
YA
GLUESTICK wrote:


Cerita B

Seorang perempuan B beragama islam, memiliki orangtua kandung yg tidak beragama islam (dan tidak akan beragama islam walau sedetikpun)

Si B menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.

4. Apakah perbuatan si B tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
tidak
GLUESTICK wrote:
5. Apakah perbuatan si B tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
tidak
GLUESTICK wrote: 6. Apakah perbuatan si B tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak
TIDAK
GLUESTICK wrote: Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
itu asumsi anda saja
GLUESTICK wrote:
Jadi jawaban anda nanti (kalau ada), hanyalah untuk mengetahui lagi, apakah pemahaman “menghormati” dan “baik” dalam islam berbeda atau sama.
OK
GLUESTICK wrote: Bantahan saya bukan tentang memperlakukan orangtua dengan baik,

juga bukan tentang orangtua yang menyuruh berbuat kemaksiatan

juga bukan tentang cara2 menolak orangtua yang menyuruh anaknya maksiat, (mungkin dalam islam banyak orangtua yang menyuruh anaknya maksiat, sehingga perlu dibuat cara2 utk menolaknya).

Inti bantahan saya adalah tentang hubungan antara menjadikan orangtua sebagai wali dengan menghormati orang tua.

Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
ya, saya sudah dapat poinya..
GLUESTICK wrote: Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
Menjadikan orangtua sebagai wali bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa seorang anak sudah menghormati orangtuanya
GLUESTICK wrote:Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
tidak ada hubunganya
GLUESTICK wrote: Gluestick

Recap after use
metalizer

Kecap bangau is the best
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by Foxhound »

Metalizer wrote: saya sudah cek tadi situs2 quran online yang menyediakan fasilitas tafsir dan asbabun nuzul berbahasa indonesia. Tapi Saya belum menemukan satu pun situs2 itu yang menampilkan asbabun nuzul dari ayat at taubah 23 ini...

Tapi jika memang benar ibnu katsir mengutip cerita diatas sbg asbabun nuzul QS 9:23, saya kira beliau salah...Karena tindakan Abu ubaidah itu bertentangan dgn firman Allah SWT seperti yg tertulis di surah al ankabut : 8.
Link terhadap tafsir Ibn Kathir dari awal sudah saya berikan, di bawah ini saya kasih lagi
http://www.tafsir.com/default.asp?sid=9&tid=20914

i(You will not find any people who believe in Allah and the Last Day, making friendship with those who oppose Allah and His Messenger, even though they were their fathers or their sons or their brothers or their kindred (people). For such He has written (predetermined) faith in their hearts, and strengthened them with a Ruh (proof, light and true guidance) from Himself. And He will admit them to Gardens (Paradise) under which rivers flow.) [58:22] Al-Hafiz Al-Bayhaqi recorded that `Abdullah bin Shawdhab said, "The father of Abu `Ubaydah bin Al-Jarrah was repeatedly praising the idols to his son on the day of Badr, and Abu `Ubaydah kept avoiding him. When Al-Jarrah persisted, his son Abu `Ubaydah headed towards him and killed him. Allah revealed this Ayah in his case,

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan seperti yang saya kutip di topik ini pula:
Foxhound wrote:Kalau segala sesuatu tergantung tafsir pemeluknya....

Topik saya tetap dan tidak salah. Islam adalah jalan yang tidak lurus, kalau dalam implementasinya ada yang menunjukkan Islam seolah2 baik, itu hanyalah karena hati nurani pemeluknya yang meluruskan hukum Islam yang bengkok. Tetapi meskipun implementasinya bisa seolah2 lurus, Islam tetaplah ajaran bengkok.
How in the world Metalizer, moslems expected to believe you over Ibn Kathir?!? But it's ok.... muslim2 seperti anda ini yang membuat bumi nggak cepet kiamat.... :green:

Di satu sisi, ketika berdebat dengan muslim, mereka selalu teriak2 FFI tidak menafsirkan dengan cara yang benar, tidak melihat asbabun nuzul nya dsb, menafsirkan sesuatu sesuka hati...... Kenapa anda tidak coba presentasikan asbabun nuzul nya yang benar menurut anda kalau begitu?

Ok next kalau gitu, jadi menurut anda ayat itu tidak bertentangan... Tetapi apakah benar2 tidak ada ayat di AlQuran yang bertentangan satu sama lain? Atau tidak adakah ayat2 di AlQuran yang memang digantikan oleh awloh swt anda dengan ayat yang lain?
GLUESTICK
Posts: 205
Joined: Fri Feb 20, 2009 10:05 am
Location: Freshair

Re: Islam, jalan yang (tidak) lurus

Post by GLUESTICK »

GLUESTICK wrote:Cerita A

Seorang perempuan A beragama islam, memiliki orangtua kandung yg beragama islam

Si A menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.

1. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
Metalizer wrote:tidak
Ok, menurut anda perbuatan A tsb tidak termasuk menghormati orang tua
GLUESTICK wrote:2. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
Metalizer wrote:tidak
Ok, menurut anda perbuatan A tsb tidak termasuk perbuatan baik
GLUESTICK wrote:3. Apakah perbuatan si A tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak
Metalizer wrote:YA
Ok, menurut anda perbuatan A yg tidak termasuk menghormati orang tua dan yang tidak termasuk perbuatan baik adalah benar menurut ajaran islam.
Saya setuju dengan pendapat anda tsb.
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Metalizer wrote:itu asumsi anda saja
Ya, adalah hak anda utk menyebut hal tsb sebagai asumsi, tapi yg jelas pendapat saya tsb berasal dari realitas yang pernah saya lihat dan saya dengar sendiri, dari orangtua (beragama non-islam) yg anak perempuannya menikah secara islam.
Orangtua tsb merasa anaknya tidak menghormatinya krn tidak memperbolehkannya menjadi wali dalam pernikahan anaknya tsb.
Orangtua tsb merasa telah disepelekan dan dilecehkan, mereka yang selama ini merawat anak ini mulai bayi sampai dewasa, tapi yg menikahkan adalah orang lain.
Namun orangtua tsb cukup berjiwa besar dan tetap menyayangi anaknya apa adanya (sikap ini jelas bukan didapatkan dari ajaran islam)
Sebenarnya anak perempuan tsb sangat ingin orangtuanya menjadi walinya, dia tidak ingin menyepelekan dan melecehkan orangtuanya yang selama ini mengasihinya, tapi karena provokasi muhammad/allah di buku quran yg disampaikan oleh ulama, penghulu dan orang2 yg terlibat dlm rencana pernikahan, maka jadilah dia melakukan hal yg islamiah tsb dgn tdk menghormati orangtua kandungnya.
Saya pribadi juga sependapat dengan orangtua perempuan tsb, bahwa melarang orangtua untuk menjadi wali adalah sikap tidak menghormati orangtua. Dan larangan tsb ada dalam ajaran islam.
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
Metalizer wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa seorang anak sudah menghormati orangtuanya.
Benar, menjadikan orangtua sebagai wali bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa seorang anak sudah menghormati orangtuanya.
Banyak perbuatan2 menghormati orangtua lainnya lagi yang harus dilakukan untuk bisa dikatakan menghormati orangtua.
Tapi melarang seorang anak untuk menjadikan orangtuanya sebagai wali adalah sikap yang tidak menghormati orangtua, spt realitas yg sdh saya tulis diatas.
Sama halnya seperti, senar gitar bukanlah standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa sebuah gitar dalam kondisi lengkap dan baik, masih banyak hal2 lain yg harus dipenuhi untuk bisa disebut sebagai gitar yg lengkap dan baik. Tapi tanpa memiliki senar gitar, sebuah gitar jelas tidak bisa dikatakan sebagai gitar yg lengkap dan baik.
Sama seperti hal ini, memberi pilihan kepada seorang wanita untuk menjadi pemimpin bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa kita sudah menghargai wanita, masih banyak hal2 lain yg harus dipenuhi untuk bisa disebut bahwa kita menghargai wanita.
Tapi tidak memberi pilihan atau bahkan melarang seorang wanita untuk menjadi pemimpin adalah tidak menghargai wanita.
Tapi seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, bahwa saya hanya ingin mengetahui, bahwa ternyata pemahaman “menghormati”, “baik” di dalam islam berbeda dari pemahaman umum.
Jadi islam dan anda pun berhak menyatakan bahwa menjadikan orangtua sebagai wali adalah tidak termasuk perbuatan yg menghormati orang tua dan juga tidak termasuk perbuatan baik.
Sama seperti, adalah hak islam dan anda untuk menyatakan bahwa memberi pilihan kepada seorang wanita untuk menjadi pemimpin bukanlah termasuk menghargai wanita.
GLUESTICK wrote:Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua
Metalizer wrote:tidak ada hubunganya
Hubungannya sdh saya tuliskan sebelumnya, saya kutip lagi:
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.

Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
tapi sekali lagi, adalah hak anda utk mengatakan “tidak ada hubungannya”, “non squitur”, “itu asumsi anda saja”, dan tentunya tidak seorangpun boleh mengambil hak anda tsb.

Gluestick
Recap after use
Post Reply