Karena anda sudah menerima saran saya, akan saya bantu menjelaskan:Metalizer wrote:ok thanks...Saran kokom sudah saya terima
Menentang Allohswt sama dengan menentang muhammad, ini sudah termasuk dalam kekafiran dan musuh Islam........Thel.
Karena anda sudah menerima saran saya, akan saya bantu menjelaskan:Metalizer wrote:ok thanks...Saran kokom sudah saya terima
Metalizer wrote:ok thanks...Saran kokom sudah saya terima
owh...Jd menurut kokom begitu ya...Ya udah deh ntar saya pikir2 dulu...Byeoglikom wrote: Karena anda sudah menerima saran saya, akan saya bantu menjelaskan:
Menentang Allohswt sama dengan menentang muhammad, ini sudah termasuk dalam kekafiran dan musuh Islam........Thel.
Iya thel, cepetan ambil thu akal sehatmu yang tertinggal di masjid, Bye juga.Metalizer wrote:owh...Jd menurut kokom begitu ya...Ya udah deh ntar saya pikir2 dulu...Bye
Anda kan menjawab saya:Metalizer wrote: kata "menentang" di atas perlu di perjelas lagi maknanya, apakah menentang dgn sikap permusuhan atau menentang dalam arti kekafiran saja?
Metalizer wrote:
kata "menentang" di atas perlu di perjelas lagi maknanya, apakah menentang dgn sikap permusuhan atau menentang dalam arti kekafiran saja?
jika tafsir ibnu khatir berdasarkan cerita diatas...Tafsir beliau jelas menyalahi ajaran islam...Foxhound wrote:
Anda kan menjawab saya:
Foxhound: Kalau ada muslim yang memilih untuk memutuskan hubungan dengan ayahnya karena ayahnya kafir... apakah muslim tersebut bertentangan dengan ajaran Islam?
Metalizer: Bertentangan
Dalam contoh yang diambil Ibn Kathir, dua orang tersebut (Al-Asyad dan Abu `Ubaydah) membunuh kerabat mereka. Dari sana itulah Ibn Kathir menjelaskan bahwa itu adalah azbabun nuzul dari
23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Dan dari sana Ibn Kathir mengambil kesimpulan:
Kau tidak akan menemukan orang yang percaya pada Allah dan Hari Kiamat berteman dengan mereka yang menentang Allah dan Rasulnya, bahkan jikalau mereka adalah ayah2 atau putra2 atau saudara2 laki atau bangsa mereka. Karena Allah telah menentukan iman mereka, dan memperkuatnya dengan Roh (bimbingan sejati) dari diriNya sendiri. Dan dia akan menerima mereka masuk Surag di mana sungai2 mengalir
Jadi pertanyaan saya, menurut anda apakah kesimpulan Ibn Kathir ini bertentangan dengan ajaran Islam yang anda kenal?
Ok, cukup jelas. Jadi menurut anda tafsir Ibn Kathir di atas itu menyalahi ajaran Islam. (tp memang Ibn Kathir menulis bahwa itu adalah asbabun nuzulnya)Metalizer wrote: jika tafsir ibnu khatir berdasarkan cerita diatas...Tafsir beliau jelas menyalahi ajaran islam...
Karna bertentangan dgn ayat ini :
Al 'Ankabut : 8
Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
saya kira menjawab pertanyaan anda ini akan bisa melebarkan diskusi kita...Jika anda memang tertarik membahasnya lebih dalam, sebaiknya kita bahas di thread baru saja. Jadi kita bisa stay focus membahas esensi thread anda ini disini.Foxhound wrote: Ok, cukup jelas. Jadi menurut anda tafsir Ibn Kathir di atas itu menyalahi ajaran Islam. (tp memang Ibn Kathir menulis bahwa itu adalah asbabun nuzulnya)
Sekarang menurut anda, bagaimanakah seharusnya cara menafsirkan ayat yang ditafsirkan demikian oleh Ibn Kathir itu?
ayat diatas hanya larangan menjadikan ibu bapa kita sbg wali jika mereka dalam keadaan kafir...Sedangkan memperlakukan mereka dgn baik tetap menjadi kewajiban, seperti tertulis di ayat yg saya tampilkan sebelumnya :Foxhound wrote: 23. Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
ayat diatas juga tidak ada larangan untuk memperlakukan orang tua dgn baik, ...Jadi perintah untuk menghormati orang tua tetap berlaku. Ayat diatas hanya menekankan, kecintaan terhadap orang tua tidak boleh menjadikan kita lupa kepada agama.Foxhound wrote: 24. Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.
Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.
Gluestick
Recap after use
Correction, bukan itu yang kita bahas melainkan apakah benar ajaran moral yang baik dari Islam, tidak menentang yang jelek.Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...Saya akan langsung ke inti masalah dari Ayat yang anda kutip dibawah ini,
Tidak perlu saya rasa, dalam diskusi ini sikap anda sudah jelas, Ibn Kathir salah menafsirkan ayat tersebut.Metalizer wrote: saya kira menjawab pertanyaan anda ini akan bisa melebarkan diskusi kita...Jika anda memang tertarik membahasnya lebih dalam, sebaiknya kita bahas di thread baru saja. Jadi kita bisa stay focus membahas esensi thread anda ini disini.
Saya tdk tahu apa yang anda maksudkan sebagai non squitur, apakah non squitur menurut definisi baku ataukah menurut definisi islam. Krn sejak saya membaca debat2 di forum ini, saya memiliki kesimpulan bahwa islam memiliki definisi dan nilai sendiri terhadap kata2 “baik”, “kebaikan”, “menghormati”, “sesama”,”keadilan”, dll. Atau apakah anda menulis kalimat non squitur tsb hanya utk semacam gertak sambal saja, saya belum tahu pasti.Metalizer wrote:non squitur...
Metalizer wrote:Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...
Metalizer wrote:...Jadi perintah untuk menghormati orang tua tetap berlaku
Klaim anda tsb saya bantahMetalizer wrote:Jadi islam jelas mengajarkan nilai moral untuk menghormati orang tua
Kalau bantahan saya tsb yg anda anggap sbg non squitur, itu adalah hak anda. Saya tidak akan membahas lebih lanjut masalah non squitur tsb..GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.
Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.
Bantahan saya bukan tentang perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua (islam tentu saja memiliki definisi sendiri tentang baik dan buruk, yg bisa diplintir kesana kemari sesuai keperluan)Metalizer wrote:Menjadikan orang tua sebagai wali tidak ada hubunganya dgn perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua.
Jadi jawaban anda nanti (kalau ada), hanyalah untuk mengetahui lagi, apakah pemahaman “menghormati” dan “baik” dalam islam berbeda atau sama.GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Bantahan saya bukan tentang memperlakukan orangtua dengan baik,Metalizer wrote:Memperlakukan orang tua dengan baik, tidak harus dgn menuruti semua perkataanya, jika orang tua menyuruh berbuat kemaksiatan maka wajib menolaknya dengan cara halus...
Nah, dgn cara halus diataslah yang dimaksud dgn tetap memperlakukan mereka dgn baik.
GluestickGLUESTICK wrote:Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Foxhound wrote: Tujuan dari pertanyaan itu adalah, saya hanya ingin tahu tafsir anda dan metode anda menafsirkan ayat tersebut.
anda salah, saya menolak tafsir ibnu katsir karna memang bertolak belakang dengan ayat ini :Foxhound wrote: Karena begini Metalizer, Ibnu Kathir, menafsirkan ayat tersebut dengan dasar yang jelas dari Islam, Quran dan hadits, memeriksa asbabun nuzul, dst... Anda berkata ajaran tersebut bertentangan dengan Islam, hanya karena anda menolak referensi yang juga merupakan sumber ajaran Islam.
saya sudah cek tadi situs2 quran online yang menyediakan fasilitas tafsir dan asbabun nuzul berbahasa indonesia. Tapi Saya belum menemukan satu pun situs2 itu yang menampilkan asbabun nuzul dari ayat at taubah 23 ini...Foxhound wrote: Dua teman nabi, saya tidak tahu yang Al-Asyad (krn belum ketemu)... tetapi Abu `Ubaydah adalah salah satu teman nabi yang dijanjikan surga oleh nabi.
Menurut Ibnu Kathir sendiri, perbuatannya itulah yang jadi asbabun nuzul ayat yang saya kutip.... dengan kata lain... AwlohSWT menurunkan ayat tersebut untuk membenarkan perbuatan Abu `Ubaydah.
YAFoxhound wrote: Jadi kalau anda menentang tafsir Ibnu Kathir, apakah anda juga menentang cerita Abu 'Ubaydah membunuh ayahnya itu adalah asbabun nuzul dari ayat tersebut?
Metalizer wrote:non squitur...
GLUESTICK wrote:
Saya tdk tahu apa yang anda maksudkan sebagai non squitur, apakah non squitur menurut definisi baku ataukah menurut definisi islam. Krn sejak saya membaca debat2 di forum ini, saya memiliki kesimpulan bahwa islam memiliki definisi dan nilai sendiri terhadap kata2 “baik”, “kebaikan”, “menghormati”, “sesama”,”keadilan”, dll. Atau apakah anda menulis kalimat non squitur tsb hanya utk semacam gertak sambal saja, saya belum tahu pasti.
Metalizer wrote:Any way, bus way, sebelumnya kita kan bicara ajaran menghormati orang tua dalam islam...
Metalizer wrote:...Jadi perintah untuk menghormati orang tua tetap berlaku
Metalizer wrote:Jadi islam jelas mengajarkan nilai moral untuk menghormati orang tua
GLUESTICK wrote:
Klaim anda tsb saya bantah
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
Kalau di ayat lain allah/muhammad memerintahkan menghormati orangtua, berarti memang perintah2nya di dalam buku quran saling bertentangan sendiri.
Kalau di ayat lain allah/muhammad menyatakan tidak ada pertentangan dlm buku quran, berarti dia bohong.
okGLUESTICK wrote:
Kalau bantahan saya tsb yg anda anggap sbg non squitur, itu adalah hak anda. Saya tidak akan membahas lebih lanjut masalah non squitur tsb..
okGLUESTICK wrote: Bantahan saya bukan tentang perlakuan baik buruk anak terhadap orang tua (islam tentu saja memiliki definisi sendiri tentang baik dan buruk, yg bisa diplintir kesana kemari sesuai keperluan)
Bantahan saya adalah tentang menghormati orangtua dengan cara menjadikan orangtua sebagai wali.
Supaya lebih jelas, saya ada beberapa pertanyaan dari 2 Cerita yang berbeda, silahkan anda beri / pilih jawabannya
tidakGLUESTICK wrote: Cerita A
Seorang perempuan A beragama islam, memiliki orangtua kandung yg beragama islam
Si A menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.
1. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
tidakGLUESTICK wrote: 2. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
YAGLUESTICK wrote: 3. Apakah perbuatan si A tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak
tidakGLUESTICK wrote:
Cerita B
Seorang perempuan B beragama islam, memiliki orangtua kandung yg tidak beragama islam (dan tidak akan beragama islam walau sedetikpun)
Si B menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.
4. Apakah perbuatan si B tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
tidakGLUESTICK wrote:
5. Apakah perbuatan si B tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
TIDAKGLUESTICK wrote: 6. Apakah perbuatan si B tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak
itu asumsi anda sajaGLUESTICK wrote: Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
OKGLUESTICK wrote:
Jadi jawaban anda nanti (kalau ada), hanyalah untuk mengetahui lagi, apakah pemahaman “menghormati” dan “baik” dalam islam berbeda atau sama.
ya, saya sudah dapat poinya..GLUESTICK wrote: Bantahan saya bukan tentang memperlakukan orangtua dengan baik,
juga bukan tentang orangtua yang menyuruh berbuat kemaksiatan
juga bukan tentang cara2 menolak orangtua yang menyuruh anaknya maksiat, (mungkin dalam islam banyak orangtua yang menyuruh anaknya maksiat, sehingga perlu dibuat cara2 utk menolaknya).
Inti bantahan saya adalah tentang hubungan antara menjadikan orangtua sebagai wali dengan menghormati orang tua.
Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
Menjadikan orangtua sebagai wali bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa seorang anak sudah menghormati orangtuanyaGLUESTICK wrote: Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
tidak ada hubunganyaGLUESTICK wrote:Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.
metalizerGLUESTICK wrote: Gluestick
Recap after use
Link terhadap tafsir Ibn Kathir dari awal sudah saya berikan, di bawah ini saya kasih lagiMetalizer wrote: saya sudah cek tadi situs2 quran online yang menyediakan fasilitas tafsir dan asbabun nuzul berbahasa indonesia. Tapi Saya belum menemukan satu pun situs2 itu yang menampilkan asbabun nuzul dari ayat at taubah 23 ini...
Tapi jika memang benar ibnu katsir mengutip cerita diatas sbg asbabun nuzul QS 9:23, saya kira beliau salah...Karena tindakan Abu ubaidah itu bertentangan dgn firman Allah SWT seperti yg tertulis di surah al ankabut : 8.
How in the world Metalizer, moslems expected to believe you over Ibn Kathir?!? But it's ok.... muslim2 seperti anda ini yang membuat bumi nggak cepet kiamat....Foxhound wrote:Kalau segala sesuatu tergantung tafsir pemeluknya....
Topik saya tetap dan tidak salah. Islam adalah jalan yang tidak lurus, kalau dalam implementasinya ada yang menunjukkan Islam seolah2 baik, itu hanyalah karena hati nurani pemeluknya yang meluruskan hukum Islam yang bengkok. Tetapi meskipun implementasinya bisa seolah2 lurus, Islam tetaplah ajaran bengkok.
GLUESTICK wrote:Cerita A
Seorang perempuan A beragama islam, memiliki orangtua kandung yg beragama islam
Si A menjadikan orangtuanya sebagai wali dalam pernikahannya.
1. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan menghormati orangtua? Ya / Tidak
Ok, menurut anda perbuatan A tsb tidak termasuk menghormati orang tuaMetalizer wrote:tidak
GLUESTICK wrote:2. Apakah perbuatan si A tersebut adalah termasuk dalam perbuatan baik? Ya / Tidak
Ok, menurut anda perbuatan A tsb tidak termasuk perbuatan baikMetalizer wrote:tidak
GLUESTICK wrote:3. Apakah perbuatan si A tersebut adalah benar menurut ajaran islam? Ya / Tidak
Ok, menurut anda perbuatan A yg tidak termasuk menghormati orang tua dan yang tidak termasuk perbuatan baik adalah benar menurut ajaran islam.Metalizer wrote:YA
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Ya, adalah hak anda utk menyebut hal tsb sebagai asumsi, tapi yg jelas pendapat saya tsb berasal dari realitas yang pernah saya lihat dan saya dengar sendiri, dari orangtua (beragama non-islam) yg anak perempuannya menikah secara islam.Metalizer wrote:itu asumsi anda saja
GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtuanya.
Benar, menjadikan orangtua sebagai wali bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa seorang anak sudah menghormati orangtuanya.Metalizer wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali bukanlah suatu standard/ukuran untuk bisa menunjukkan bahwa seorang anak sudah menghormati orangtuanya.
GLUESTICK wrote:Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua
Hubungannya sdh saya tuliskan sebelumnya, saya kutip lagi:Metalizer wrote:tidak ada hubunganya
tapi sekali lagi, adalah hak anda utk mengatakan “tidak ada hubungannya”, “non squitur”, “itu asumsi anda saja”, dan tentunya tidak seorangpun boleh mengambil hak anda tsb.GLUESTICK wrote:Menjadikan orangtua sebagai wali adalah salah satu cara anak menghormati orangtua. Orangtua merasa dihormati dan tidak merasa disepelekan/dilecehkan oleh anaknya.
Jika allah/muhammad memprovokasi anak untuk tdk menjadikan orangtua sendiri menjadi wali, berarti dia sdh memberi perintah utk tidak menghormati orangtua.