ini replayan dari teman yang tentunya udah lebih ngerti melalui milis silahakna pada baca yah .. :D
--- In
[email protected], "Ida Sitompul" <ida.n.sitompul@...> wrote:
>
> Rekan-rekan di milis sd-islam@,
>
> Beberapa waktu yl di milis kita ada posting tentang Majapahit dan Islam. Di
> bawah ini ada posting teman saya, Prof. Dr. Nina Lubis yang menanggapi
> beberapa proposisi tentang Majapahit dan Islam. Prof. Dr. Nina Lubis adalah
> seorang ilmuwan yang memiliki integritas sangat tinggi.
>
>
>
> Salam,
>
>
>
> ida
>
>
>
> From: itb75-bounces@... [mailto:itb75-bounces@...] On Behalf Of
> Nina Herlina Lubis
>
> Teman-teman,
>
> Apa yang diambil dari milis tetangganya Kang Rhiza ini, bukan hal yang
> mengejutkan. Tempo hari, sudah pernah
> juga diekspos tulisan seorang arkeolog (?) muda, yang mengatakan hal yang
> sama.
>
> Peralihan budaya (dalam hal ini dari Hindu ke Islam) bukan hal yang terjadi
> seketika dalam waktu singkat. Menurut
> teori antropologi budaya, ada unsur yg paling sulit diubah dalam setiap
> kebuayaan yaitu "religi"...
> Jadi, kalau ditemukan tinggalan arkeologis berupa artefak berciri Islam di
> Kerajaan Hindu, terutama pada masa pealihan, tidaklah aneh. Dalam wawancara
> di TV One tempo hari, saya pernah menjelaskan bahwa sekelompok ulama dari
> Pasai, pergi ke Majapahit karena ada salah seorang
> keluarga diperistri oleh Raja Majapahit. Itu terjadi pada awal abad ke-15.
> Jangan lupa pula, makam Fatimah Binti Maimun berangka tahun 1082 yg
> ditemukan di Leran Gresik, itu menunjukkan bahwa sdh ada wanita muslimah di
> sana. Masa iya sendirian....
>
> Akan tetapi, kalau dikatakan Majapahit kesultanan (artinya Kerajaan Islam),
> Nanti dulu...bukti-bukti arkeologis, candi2, prasasti-prasasti, berita Cina,
> naskah sejaman (negarakertagama, Pararaton) itu terlalu gegabah kalau
> disebut pekerjaan artifisial pemerintah kolonial....Saya hanya mengatakan
> ada naskah yg bersifat sekunder yg memang dibuat 500 tahun lebih setelah
> majapahit berdiri, dan dimanfaatkan oleh pem kolonial....
>
> Bahwa Raden Wijaya, cucu Raja Sunda, seorang ulama Islam....nah, yang ini
> pasti bersumber dari sejarah yang perlu dipertanyakan keshahihannya...Sampai
> sekarang, tidak ada naskah atau prasasti yg berasal dari Tatar Sunda atau
> Jawa, yang bisa dipastikan kebenarannya
> (artinya sumber itu otentik dan kredibel) yg menyebutkan bahwa Majapahit
> didirikan oleh Cucu Raja Sunda....Islam itu masuk ke tatar Pasudan paling
> cepat awal abad ke-15...itupun buktinya masih lemah. Sumber-sumber primer,
> baru melihat komunitas Islam di Banten dan Cirebon akhir abad ke-15,
> diperkuat setelah Sunan Gunung Jati mendirikan kerajaan (nantinya menjadi
> kesultanan) th 1525...lho kalau Prabu Darmasiksa sudah jadi ulama Islam, itu
> berarti pada awal abad ke-13....tidak ada bukti shahih ttg hal ini.
>
> Silsilah yg menyebutkan bahwa Raden Wijaya adalah cucu Raja Sunda, ini
> adalah Naskah Wangsakerta.
> Naskah ini, pernah menjadi polemik hebat di antara beberapa ahli naskah
> Sunda dengan para arkeolog dan filolog Jawa pada tahun 1988-1990-an.
> Mengapa terjadi polemik?
> Apa boleh buat, saya harus ceritakan hal yang memalukan ini...
> Pada th 1982, ada seseorang Cirebon datang menjual naskah "tua" kepada
> Direktur Museum Sri baduga di Bandung. naskah ini tampak tua kertasnya
> buram, tulisannya kuno bahasanya Jawa Sunda Kuno. Direktur ini (tak usah sy
> sebut namanya, kuta sebut saja Pak X ,beliau sdh almarhum dan dulu menjadi
> dosen saya utk mata kuliah "Pengantar Filologi/ilmu ttg naskah). tertarik
> dan membeli naskah tsb. secara berangsur-angsur karena tebal dan mahal.
> Harganya ratusan juta rupiah. Oleh Pak X naskah kuno itu diterjemahkan dan
> hendak dijadikan disertasi di Filologi UI, promotornya Prof Dr Haryati
> Subadio (HS). Setelah beres itu terjemahan, Ibu Haryati, mempertanyakan kok
> naskah itu hebat betul, isinya : sejarah raja-raja di Nusantara, daftar raja
> lengkap dg angka tahunnya. Diusutlah itu naskah: ternyata kertas tua itu
> dites secara kimiwawi, luntur...yg nampak adalah kertas manila (yg paling
> tua umurnya paling 50 tahun lalu (dihitung dari th 1988 ketika pengetesan
> dilakukan). Diusut lagi, dlm naskah tertulis bahwa naskah disusun di bawah
> pimpinan Pangeran wangsakerta (Cicit Sunan Gunung Jati), sbg hasil
> gotrasawala (seminar) yg diselenggarakan antara th 1677-1977 di Cirebon.
> Maka dicek dlm daghregister (catatan ttg peristiwa penting, yg dibuat sejak
> masa VOC), ternyata antara th-th itu tdk ada tercatat apa-apa di Cirebon.
> padahal kalau benar ada pertemuan besar di Cirebon, pastilah mengundang
> kecurigaan VOC, setidaknya akan dicatat dlm daghregister atau dlm laporan
> Penguasa VOC di Cirebon ...ternyata itu tdk ada. Maka Ibu Haryati (yg waktu
> itu menjadi dirjen kebud), keberatan dg rencana disertasi..ramailah polemik.
> Ada arkeolog UI yg memang ahli huruf kuno, jelas-jelas emnyatakan itu naskah
> palsu...Kepala Puslit Arekolofgi nasional akan memperkarakan itu sbg tindak
> kriminal...apalagi ada surat perjanjian ant si penjual dg Pak X bahwa nama
> si penjual akan dirahasiakan....Maka berbagai seminar mempertanyakan soal
> ini (di Untar, di Unsil, di Unpas....). Pd akhirnya, dilakukan sekali lagi
> pengujian secara kimiawi oleh Arsip nasional...tenryata kertas itu tetap
> luntur.....Sejarawan dan Ahli Naskah kuno Sunda dan Jawa, yaitu MC Ricklefs,
> dari Monash Univ, jelas-jelas mengatakan banyak naskah dari Cirebon palsu,
> termsk yg ini....Maka marahlah bberapa ahli dan sepuh-spuh Sunda kpd
> orang-orang/pejabat terkait di Jkt yg kebetulan orang Jawa, lalu menuduh mrk
> "tdk suka kalau Sunda punya naskah hebat
> yg mengalahkan Negarakertagama"....Lho kemarahannya termsk kpd sy, krn saya
> promotornya dari UGM, wong Jowo, yg tdk bersedia membela Naskah itu...sampai
> sekarang pun, saya memang melarang mahasiswa menggunakan naskah tsb sbg
> sumber...Saya tdk mnuduh naskah itu palsu, hanya tdk asli, salinan, ...meski
> hrs dipetanyakan mengapa kertasnya mestri dicelup? hanya utk supaya pembeli
> terkecohkah? Namun, si penulis memang hebat bisa menulis dg style abad
> ke-17....Naskah itu kalau mau lihat ada di MuseumSri Baduga...
> Salah seorang yg memebla naskah itu, sebelum meninggal mengajak saya ke
> Museum,utk mau meneliti ulang naskah itu, ...rupanya karena beliau mulai
> ragu juga..Naskah itu memang tdk sesuai "zeitgeist"nya dg abad
> ke-17....Namun saya menolak, biarkan saja para filolog dan ahli epigrafi
> menyelesaikan masalah itu, dg mencari naskah salinan lainnya, kalau ada
> aslinya...Saya bahkan sdh minta kpd teman saya yg sekarang menjadi Sultan
> Sepuh XIV, agar mengeluarkan naskah aslinya...ia cuma tertaawa, lho itu
> naskah bukan dari kami kok...lalu dari mana ya....
> Hampir semua yg terlibat dg naskah itu sekarang sudah meninggal dunia. Tempo
> hari, sebelumnya, saya harus berjuang keras, untuk tetap tegak
> dari para pendukung naskah tsb....Namun, saya harus kuta: karena ilmu
> sejarah yg saya pelajari, mengajarkan prinsip-prinsip yg tegas, jelas,
> menghadapi naskah semacam itu (Kata Ricklefs, yg selalu membesarkan hati
> saya..: sudahlah Bu Nina, jangan pedulikan naskah palsu itu...buang-vbuang
> energi, masih banyak amsalah sejarah yg harus anda selesaikan....)..Iya
> capee deh...
>
> Celakanya, sampai sekarang ada saja orang yg menggunakan naskah itu sebagai
> sumber sejarah...termsk itu yg nulis di tetangganya Kang Rhiza.itu...
>
>
> Nah, itu jawaban saya utk teman-teman....Wallahualam..
>
> Wassalam,
>
> Nina HL yg dhoif
>
>