Mangga Manis wrote:Sy mengasihi Tuhan bukan agama, tapi kenapa pula sy harus membenci agama. Apa salah agama, wong agama yg bikin manusia. Klo salah ajarannya ya dibetulin aja dong. Semoga anda berkenan.
salam
Justru itu, klo merasa paling benar, pikiran tidak akan terbuka untuk melihat ada yang salah. Bagaimana bisa dibetulin? Agama, tidak bisa lepas dari doktrin. Doktrin adalah buatan manusia, yang tidak sempurna. Yang terkadang sudah merasa paling benar. Dan akhirnya melupakan esensi keTuhanan itu sendiri, dan kemudian akhirnya 'mewakili' Tuhan, menghakimi manusia yang lain...
Bagaimana Islam, bisa menjadi agama yang amburadul seperti sekarang? Karena Islam merasa paling benar, dan mewakili Tuhan menghakimi agama lain. Tetapi ketika diuji dalam standar moral universal saja ternyata tempatnya jauh di bawah.
Ketika anda beragama, Kristen misalnya. Anda tidak bisa tidak memilih community, lalu dari sana memilih denominasi, dan dari sana akhirnya mendapatkan doktrin. Dan ketika ada yang berbeda doktrin, mulai tidak suka, mulai menghakimi, lantas antipati... di sini lah kenapa berpikir bahwa agama saya paling benar, adalah berbahaya.
Sya sendiri, saya punya pemahaman sendiri tentang ajaran Tuhan, berdasarkan informasi yang tersedia, firman Tuhan, alkitab dan juga doktrin2 itu sendiri. Yang saya uji silang. Dan hasil pemikiran yang saya dapat, yang kalau sya koreksi lagi, ternyata tidak bisa compatible 100% dengan denominasi manapun. Dan saya masih terus mendalami dan menguji konsep saya sendiri terhadap apa yang saya terima dari pemikiran saya sendiri dan atau orang lain... bukan Tuhan. Karena, bukankah itu yang Tuhan saya mau? Perintahnya kan jelas, ujilah segala sesuatu, peganglah yang baik. Segala sesuatu, itu berarti segalanya, termasuk ajaran agama...
Kebenaran, tidak perlu diuji. Kebenaran itu adalah alat uji. Jadi kalau agama saya paling benar, agama saya tidak perlu diuji, tapi Tuhan saya tidak memerintahkan begitu.