angky wrote:@Mawarmerah : Selamat atas keberanian meninggalkan ajaran nyeleneh.
Rasionalis wrote:...Sejak menjadi pencandu FFI sehingga mengetahui betapa rendahnya martabat dan harkat perempuan dalam Islam, timbul pertanyaan yang sangat mengganggu di benak saya: Mengapa muslimah Indonesia belum tampil sebagai pionir atau pelopor pemurtadan?
...Dari Timur Tengah sudah muncul pelopor seperti Wafa Sultan. Seharusnya di sini lebih marak, karena risiko mau pun konsekuensinya lebih ringan dibanding di sana.
angky wrote:
Bang Rasionalis,
mungkin karena budaya dan faktor ekonomi yang membedakannya. Jika mereka mampu mungkin akan declare dan kemudian pindah ke negara kafir. Resiko murtad tetap besar di indonesia, bisa masuk penjara jika dilakukan terbuka dan berbalik mengkritisi islam. Murtad jenis ini Halal darah nya untuk ditumpahkan. Yusuf Roni dan Hambran Ambrie yang melakukan nya secara terbuka dan mengkritisi islam, hingga sekarang tidak pernah diakui sebagai mantan muslim, malah dipenjara.
Saya rasa banyak yg murtad secara "hati", tidak melakukan ritual agama islam tapi masih ktp islam. Yg mana yg terbaik, tentunya murtadin lah yg paling mengetahui sikonnya.
abang2 skalian, sebenarnya bnyk tuh muslimah yg mau tobat dari islam a.k.a murtad secara kedudukan wanita dalam islam sangat rendah, selain sebagai pemuas nafsu birahi pria muslim, muslimah harus tunduk dan taat pada suaminya. apapun perkataan suaminya si muslimah hrs taat, lha bgm kalo suaminya main serong? contohnya teman kuliah ku dulu sebut saja namanya Lily selain cantik anak org kaya pula keluarga besarnya Kristen semua (chinese) tapi karna ketemu cowok muslim dan si cowok nanam saham duluan (mentang2 Lily kaya dan cantik), hamil lah Lily eh, pas hamil gak mau di nikahi kalo gak muslim (persis sama dengan kejadian kk Natali istri kk-ku nomor 2), keluarga besar Lily pantang untuk menggugurkan kandungan, akhirnya dinikahin lah secara islam, suaminya di kasih modal tapi berapa pun modal yg di beri usaha suaminya selalu bangkrut. Sekarang Lily udah gag secantik dulu, badannya sudah gemuk, jilbaban, (gak cantik kayak dulu, sedih liatnya) anaknya sudah 2, kata Lily dia stres berat makanya ngemil coklat mulu'. Selama ini Lily hidup dari belas kasihan keluarganya, suaminya kerja serabutan karna usaha gagal terus, gmana mau berhasil tiap kali usaha mulai jalan suaminya udh mikir mau kawin lagi
yg lebih parah suaminya suka ngerekam2 hubungan intim mereka, suaminya jg suka ngomongin soal ml dgn 2 perempuan, 2 laki2. sakit jiwa kayaknya suaminya. aku kasihan liat Lily, dia curhatnya hnya dgn aku mana berani dia lapor orang tuanya? sudah ku bilang mending pisah aja daripada di terusin. tapi dia lagi mikir panjang terutama masih kah keluarganya menerima Lily kembali?
Kasian kan?