@mbak Eka.
ekapuri wrote: Tuhan yang saya percayai tidak memiliki nama
Tapi kalau kita kasih nama juga ga apa2 kan mbak,biar kita bisa menyebutnya dng lebih mesra?
ekapuri wrote:bukan tuhan yang selalu mengawasi langkah dan tindakan saya
## "tuhan yg selalu mengawasi langkah dan tidakan kita" dengan
**"Tuhan yg selalu mengetahui langkah dan tindakan kita" sama artinya ga ya mbak,
saya kira berbeda ya, nah...yg ini ** Tuhan yg saya cintai mbak.
ekapuri wrote: dan bukan tuhan yang harus dipuja
Tuhan yg harus dipuja itu tuhannya islam mbak, itu tuh...si auloh,
kalau Tuhan saya cuma minta dicintai kok.
ekapuri wrote:Tuhan yang saya percayai tidak memerlukan rumah ibadah khusus, bisa dijumpai di mana pun tanpa melihat waktu, bahkan ada pada sesama mahluk, bukan hanya pada sesama manusia.
Tapi kalau dikasih tempat ibadah khusus, Tuhan juga ada disana kan mbak? berarti lebih baik di kasih tempat
dong mbak, ditempat itu saya bisa "berpesta" bersama Tuhan dng saudara2 seiman saya.
Kita menyanyi dng hati gembira, dng lembut, bisa curhat dan berbagi kasih dng Tuhan juga saudara2,
bisa bertepuk tangan sambil berdendang, pokoknya senang deh, namanya juga "pesta"
ekapuri wrote:Karena itu pula saya menjadi vegetarian yang hampir vegan. Mungkin Tulip akan menanyakan kenapa saya makan sayuran dan buah-buahan yang juga adalah mahluk hidup, dimana tuhan juga bisa dirasakan. Ini karena hukum alam yang tidak bisa dihindari, yaitu tubuh kita perlu asupan untuk bisa hidup, jadi ya.. berusaha makan sesuatu yang secara biologis lebih primitif dan tidak dilengkapi dengan otak seperti halnya manusia dan binatang.
Ceriteranya, mbak menjadi vegetarian itu karena mbak ga mau makan "tuhan" dan makan "diri kita" sendiri
karena tuhan itu berada pd sesama mahkluk?
mbak protes aja pd tuhan kenapa manusia mesti dikasih tubuh yg butuh makan!
Saya sering protes pd Tuhan mbak, dan DIA ga marah kok.
ekapuri wrote:Atau kalau saya menginginkan sesuatu yang mungkin akan sangat sukar dicapai. Saya menguatkan pikiran dengan cara saya sendiri (jangan tanya caranya ya). Biasanya juga berhasil
Wah mbak Eka hebat!
Kalau mbak Eka tinggal di jawa, mbak ini tergolong 'ORANG PINTAR", dan mbak Eka ga lagi di panggil dng sebutan MBAK,
tapi "MBAH"! he hee...dan nanti akan banyak orang yg datang ke mbah Eka untuk mencari kaya, kesehatan bahkan
nomor togel! Kayak pok Nori itu lho... Mau gimana lagi, kenyataannya masih seperti itulah masyarakat
Indonesia/jawa yg kita cintai ini.
@Bro Rasionalis n mbak Eka.
Mengenai bangun di jam yg kita inginkan itu, sampai sekarang masih saya alami seperti anda berdua,
walau tanpa alaram jam/hp dan tanpa doa kita bisa bangun di JAM2 YG MENDEKATI WAKTU YG KITA INGINKAN.
Selama ini misal saya ingin bangun jam 5 pagi, eh tepat jam 4.45 or jam 4.50 saya sudah bangun, atau
pingin bangun jam 6 pagi, terbangunnya jam 6.05 or jam 6.10 dst.
Tapi saya terbangun yg benar2 tepat seperti yg saya inginkan, selama hidup saya cuma sekali saya alami,
yaitu ketika tulip masih imut2, polos, minta dibangunkan BAPAnya.
Tentu saja saya sudah berjuta juta kali berusaha menepis kalau itu bukan suatu hal yg aneh, tapi hanyalah
suatu kebetulan,
keyataannya, saya tidak mengalami untuk yg ke 2 kalinya.
Kalau bro Rasi n mbak Eka bagaimana?
salam
tulip