MasTom wrote:
tulisan bung ipanks yang dimerah-tebalkan dalam kutipan paling atas
barangkali cuman bau mulut Ipanks doang yang seperti bau kentut waktu bab
"tdk perlu membahas..."
itu "jamban" atau "mulut terhormat" seorang peserta forum?
Baiklah kalo bgtu bung mastom, mohon dimaafkan jika ada hal yg tdk berkenan pada anda.
Tapi begini maksud saya bung mastom, ada beberapa alasan mengapa saya tdk ingin membahas masalah tki lbh lanjut:
1. Soal kepatutan di trit. Saya hanya ga pingin dicap sbg tdk tau aturan dan disebut pengacau topik. Saya tdk patut ber-oot ria. Meski aturannya tdk tertulis, tp saya harus patuh tdk boleh oot kan? Anda tau sendiri, pokok bahasannya bukan soal tki.
2. Soal waktu. Saya merasa tdk punya cukup waktu untuk bisa konsen dan focus mereply setiap tanggapan anda2. Ntar kalo saya ga rajin ngepost, dibilang ga konsisten, apalagi kalo dibilang ga punya respek thdp rekan bicara/diskusi, berabe kan jadinya?
Ya dimaklumi saja mastom, saya cuma rakyat kecil yg waktunya habis mulu, hanya buat cari nafkah anak bini...
3. Keputusan pemerintah mslh tki sudah jelas: moratorium, untuk tujuan negara2 timur tengah.
Memang sebuah isu tdk bisa dikatakan out of date untuk dibicarakan jika isu tersebut masih menyisakan persoalan yg belum tuntas terselesaikan. Tapi setidaknya langkah kongkrit telah diambil yg berwenang, oleh sbb itu saya pikir cukuplah untuk tdk perlu dibahas lg...
4. Timbulnya berbagai persoalan tki pada umumnya tdk terlepas dari rendahnya mutu sdm tki itu sendiri. Hal itu diakibatkan dari rendahnya standar mutu sistem rekruitmennya saya kira.
Smoga saja dgn adanya berbagai mslh yg timbul tsb, menjadikan pihak2 yg terkait langsung dgn urusan tki mau smakin berbenah.
Dimana kemudian pemerintah sendiri terutama bisa menyediakan kehidupan yg layak bagi rakyatnya sehingga tdk harus menjadi pekerja informal di luar negeri.
Jadi saya pikir tidaklah relevan jika Islam dianggap sbg sumber masalah masalah tki. Salahin tuh pemerintah yg ga becus menghidupi rakyat kecil...