salam kenal yaa..
cerita lengkapnya.. eng ing eeeeng....
Saya bertemu dengan seseorang yang sekarang sudah jadi pasangan hidup saya. Dia (sebut saja R) dulunya seorang kristiani. Sebelum R bersama saya, ia pacaran dengan D seorang muslim. Sewaktu berpacaran dengan D, R
dilarang pergi ke gereja. Bahkan ada
ancaman keras dari D kalau sampai R makan babi (
), maka D tidak akan pernah mau lagi bicara dengan R. Maka R pun sudah berada jauh dari Tuhan sejak saya kenal dia pertama kali.
Padahal...
D sendiri
tidak melaksanakan shalat lima waktu dengan teratur, puasa pun bolong2.. (yang kayak gini nih moralnya mesti di
)
Saya pribadi tidak pernah bermasalah berpacaran dengan yang tidak seiman. Malah saya sangat mendukung pasangan saya untuk taat beragama (apapun agama pasangan saya). Karena saya percaya, siapapun yang dekat dengan Tuhannya akan lebih merasakan damai dan tentram. Di awal hubungan kami, saya pernah mengantar R pergi ke gereja. Dengan sedikit memaksa dia untuk pergi ke gereja, akhirnya ia setuju untuk pergi saat itu. Di sana, saya lihat dia berdoa dan menangis, dia mengakui bahwa dia sangat merindukan Tuhannya.. (maklum.. sudah hampir 2 tahun dia tidak pernah berhubungan dengan Tuhannya, efek berpacaran dengan mantannya yang aneh itu).
Itu bukan pertama kalinya saya pergi ke gereja, sebelum dengan R, saya pernah pacaran dengan seseorang yang taat ke gereja, bahkan mantan saya itu sempat memaksa saya menghadiri kebaktian gerejanya 3 kali dalam masa pacaran kita saat itu. Yang saya rasakan saat ke gereja kala itu: NIHIL. Saya tidak merasa apa2, bahkan niat untuk murtad pun tidak ada.
Tapi.. entah ada apa dengan saya, beberapa kali saya pergi ke gereja menemani R, saya merasa rindu dan ingin pergi ke gereja lagi. Saat itu saya merasa ada yang salah dalam diri saya. Perlu diketahui bahwa saya lumayan taat, shalat lima waktu, shalat sunah sebelum dan sesudah shalat wajib, puasa pun ga bolong (maklum.. keluarga besar saya muslim2 yang taat namun tidak fanatik, sebagian besar om tante saya Haji dan Hajah. Kakek dan om2 saya Ustad).
Sempat saya shalat, dan sewaktu saya selesai shalat.. Saya berdoa.. Tapi yang muncul di kepala saya adalah wujud dari Yeshua.. aneeehhh...
Saya pikir.. sudah taraf gawat dan bahaya ini.. Maka saya pun mulai dengan denial2 saya. Tapi apa yang terjadi, ternyata 2 minggu setelah itu, Yeshua selalu menunjukkan hal2 ajaib dalam hidup saya. Bahkan pernah satu kali saya sedang bengong di dapur.. saya sempat menantang Yeshua dalam pikiran saya. Saya sempat menggumam sendiri dan berkata
"oke.. kalau memang Kau adalah Tuhan yang sesungguhnya, beri saya bukti. Satu bukti lagi.. Baru saya percaya kalau memang Engkau sedahsyat itu."
(Alasan saya menantang Dia adalah karena denial saya tentang hal2 yang terjadi dalam 2 minggu berturut2 setiap harinya. Saya merasa sangat salah kalau sampai saya semudah itu berpaling keTuhanan)
10 menit dari kebengongan saya itu, saya masuk kamar.. Di sana, R sedang membaca buku saat teduh. Waktu itu bulan oktober kalau tidak salah, saya lupa tanggalnya.. R memanggil saya untuk mendengarkan isi saat teduh hari itu. Saya terperanjat dibuatnya karena isi dari saat teduh itu adalah(lupa2 ingat, tapi sekiranya ga jauh2 dari ini):
Janganlah ragu, kalau kau percaya padaKu maka akan Kubuktikan kebenaranKu..
Langsung lemas badan ini mendengarnya.. Dan sejak saat itu semua kebenaran2 tentangNya mulai masuk ke dalam kehidupan saya dan saya merasakan damai yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Kedekatan dengan Tuhan yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.
Apa yang saya rasakan dulu sewaktu saya menjadi seorang muslim:
1. Shalat.
Saat saya shalat (yang katanya mendekatkan diri kepada Tuhan), bukannya kedekatan yang saya rasakan, tapi ketakutan. Kenapa takut? karena saya tahu kalau saya tidak shalat maka saya pasti
BERDOSA
2. Babi
Saya tidak pernah mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan mengenai pertanyaan simple ini: "Kenapa babi itu haram??"
-- bahkan sampai teman saya yang mendalami Islam (ia seorang dosen UGM dan saat ini sedang kuliah S2 tentang history of Islam) pun tidak sanggup memberi jawaban yang cukup valid dari sekedar "itu sudah tertera di Al-Qur'an, babi ada cacing pitanya lah (padahal sapi juga banyak cacing pitanya), babi tidak baik untuk kesehatan" yang pada intinya memang tidak ada jawaban yang valid dan berdasar tentang itu. (Membuat saya berpikir kalau hal itu hanyalah karangan saja).
3. Naik haji.
Kalau allah memang sayang dengan umatnya, kenapa pergi haji harus jauh ke mekah sana, membuat semua orang (kaya miskin) terdoktrin untuk pergi ke sana dan buang2 semua uang simpananya. Tidak masuk akal.
4. Kiblat
Harus menghadap ke arah barat. Saya rasa Tuhan itu tahu mana yang benar dalam hati tiap2 manusia. Mau ngadep mana kek hambanya berdoa, harusnya diterima. Ini kan gak boleh... Aneh lagi buat akal sehat saya.
5. qur'an
Saya akui saya belum pernah membaca kitab ini dengan membaca pula artinya. Karena bahasa arab yang terkandung di dalamnya membuat saya ogah untuk mengerti apa artinya, yang penting saya rajin baca sudah jadi pahala (rata2 semua muslim pun seperti saya, hanya bisa baca tanpa tau tafsirnya, bahkan lebih banyak lagi yang ga bisa bacanya
). Terkejut saya begitu saya mencoba untuk membaca tafsir alqur'an. Baru juga baca al-baqarah.. dan membaca tafsirnya... Saya kaget karena isinya begitu penuh dengan kebencian dan intimidasi terhadap mereka yang kafir
Saya kaget dibuatnya karena sebelumnya, kala saya membaca alquran tanpa membaca artinya, terdengar sangat merdu dan indah (tidak ada unsur kebencian dalam pembacaan alquran, ternyata artinya
MENGERIKAN!!!!!)
Tapi ya sudahlah,.. dari sejak saya kecil dulu saya selalu terdoktrin bahwa hal2 itu memang sudah seharusnya saya jalankan tanpa boleh dipertanyakan. Untungnya, saya ga bego2 amat untuk dibego2in terus.. (maaf kalau kasar, tapi memang itu yang saya rasakan kalau saya nengok masa lalu saya). Dan saat ini sudah di jalan yang benar.
Februari ini saya berulang tahun dan saya pun baru saja dibaptis tepat di hari ulang tahun saya. Saya merasa damai yang luar biasa. Apapun yang akan terjadi nanti tatkala keluarga saya mengetahui akan hal ini, saya sudah siap sepenuhnya..
