Akhirnya pada pukul 9.30 malam, Amir tiba-tiba muncul di atas tangga yang menuju ke atap rumahnya. Kami melonjat menyambutnya, tertegun, tetapi penuh rasa lega. Setelay peluk-memeluk dan mengucap halleluyah, kami duduk mendengarkan ceritanya.
Ketika dia sampai di tempat pertemuan di jalan terpencil, dia pun menunggu. Enam orang polisi telah berada di sana dan berpura-pura sebagai pekerja yang sedang bekerja di ladang. Tampaknya para penjual budak pun menjaga-jaga memastikan tidak ada jebakan.
Amir mengharapkan truk akan segera sampai dengan 17 anak laki-laki. Tetapi setelah satu jam masih juga belum muncul. Akhirnya seorang lelaki berjalan menuju mobilnya, masuk ke dalam mobil, dan menyuruhnya mengikuti perintahnya. Lelaki itu mengarahkan dia sepanjang jalan terpencil itu, di mana jarang sekali terlihat ada mobil, dan dikelilingi ladang-ladang yang baru dipanen. Tidak mungkin polisi bisa mengikuti mereka tanpa diketahui. Jadi Amir harus bekerja sendiri.
Dia diperintahkan untuk berhenti di depan kantor polisi di sebuah dusun kecil. Lelaki yang memberi arah itu lalu keluar dan digantikan seorang lelaki lain. Dia lalu mengarahkan Amir lebih jauh lagi ke pedalaman, ke sebuah lapangan terpencil. Di sanalah para penjual budak sedang menunggu, kira-kira lima belas orang lelaki, semuanya bersenjata lengkap. Pemimpin para penjual budak itu, Gull Khan, duduk di sebuah bangku dan salah seorang pengikutnya memijat pundaknya dari belakang.
Karena tidak ada waktu untuk menjemput polisi yang sebelumnya berpura-pura sebagai body guardnya, Amir membawa seorang supir dan seorang lelaki muda berbaju kotor yang tampaknya tidak menakutkan, yang berpura-pura sebagai seseorang yang mungkin datang untuk membersihkan kaca jendela mobil atau mengganti ban. Amir telah memasang kamera di badannya, yang sekali lagi tidak berfungsi pada awalnya tetapi berfungsi lagi begitu diperlukan. Ketika menonton video dari kamera tersembunyi itu, kami melihat juru kamera itu telah melakukan perkerjaannya dengan bagus sekali, memfilm semua nya yang terjadi. Dia berdiri cukup dekat, sehingga suara-suara dapat terdengar jelas. Amir dan lelaki muda itu tidak diperiksa badannya sama sekali seperti dalam pertemuan sebelumnya, mungkin karena Amir memakai baju olahraga yang ketat, dan lelaki muda itu memakai baju kotor dan kelihatan tidak berbahaya.
Penjual-penjual budak itu tidak membawa ke 17 anak lelaki itu. Ketika Amir menanyakan hal ini pada Gull Khan, dia menjawab bahwa begitu uang diterima dan diperiksa dan terbukti bukan uang palsu, Amir akan ditelepon dalam dua jam untuk menjemput anak-anak itu. Sementara itu, dia akan menawan teman muda Amir itu sebagai sandera, dan mengancam jika uang Amir terbukti palsu, dia tidak akan pernah melihat temannya itu lagi.
Ajaibnya, dengan memerintahkan lelaki muda itu untuk membuka tempat bagasi mobilnya yang diparkir agak jauh, Amir berhasil mencabut kamera dari badan lelaki itu sebelum dia diseret pergi oleh pengikut Gull Khan. Begitu ia masuk ke dalam mobil Gull Khan, matanya ditutupi dan dia dibawa pergi untuk dikurung terkunci di satu kamar kosong selama satu hari. Dia tidak tahu ke mana dia dibawa pergi.
Lebih ajaib lagi, ketika senja berganti malam, Amir berhasil mengikuti mobil Gull Khan secara berhati-hati dari jarak jauh dan memfilm seluruh perjalanannya itu. Gull Khan menyetir mobilnya langsung ke kantor pusat Jamat-al-Dawa. Ini lagi bukti yang menghubungkan Gull Khan dengan J-A-D.
Dari kantar pusat J-A-D Amir menyetir pulang ke tempat kami menunggunya.
Transaksi tidak seperti yang kami rencanakan. Penjual budak belum ditangkap. Sekarang mereka telah dapat uang kami seharga $28,500 dan kami belum mendapatkan ke 17 anak laki-laki itu. Tapi kami senang Amir masih hidup dan kami telah memfilmkan kejadiannya.
Mungkin masih ada harapan penjual-penjual budak itu bisa dibasmi. Kami pun mulai meletakkan harapan kami pada……………….dari London Sunday Times, berharap artikelnya akan membuka kedok penjual budak dan J-A-D sehingga pemerintah Pakistan harus mengambil tindakan untuk menghentikan business keji mereka.
Malam berikutnya Amir menerima telepon dari Gull Khan yang berulang kali meminta maaf tidak menelponnya dalam dua jam seperti yang dijanjikan, dia bilang dia sibuk dengan business lainnya. Tapi dia memberi tahu Amir di mana ke 17 anak lelaki dan teman Amir akan diturunkan. Amir menyuruh beberapa temannya pergi menjemput mereka menggunakan van sewaan, dan kami pun pergi menjemput anak-anak itu pagi pagi sekali melalui perjalanan selama dua jam.
Ketika kami tiba, ketujuh belas anak-anak itu sedang tidur terbaring di lantai rumah yang sangat primitif. Beberapa di antara mereka terbangun ketika kami sampai, dan kami memberi tahu mereka secara singkat siapa kami dan apa yang akan kami lakukan dengan mereka. Aku pikir tidak ada satupun dari mereka yang percaya kepada kami, tetapi ini baru permulaan. Kami biarkan mereka tidur lagi, dan kami menyetir selama dua jam kembali ke tempat tinggal kami untuk tidur. Sebentar lagi tugas kami untuk mengembalikan mereka ke rumah mereka akan dimulai.
Dari anak-anak itu dan seorang sumber rahasia, Amir memastikan di mana kampung-kampung dan daerah di mana rumah ke 17 anak itu. Kami terkejut melihat lokasi mereka tersebar di antara provinsi Punjab dan Sindh, beberapa di antaranya bahkan lebih dari 20 jam bermobil. Jadi kami harus membawa mereka dalam kelompok-kelompok kecil ke daerah rumah mereka. Ini memerlukan waktu mengemudi yang lama, dan kami habiskan setiap menit dari empat hari yang tersisa di Pakistan untuk mengembalikan anak-anak itu ke rumah mereka. Kami menyaksikan banyak pertemuan bahagia dan memfilmkan banyak kejadian itu. Transaksi untuk membeli ke 13 anak perrempuan terjadi setelah kami pulang dan mereka pun dikembalikan pada keluarganya segera setelah itu.
Begitu masuk ke dalam pesawat meninggalkan Pakistan, aku ambil koran Daily Times Pakistan. Di dalamnya aku temukan satu artikel pendek berjudul, "Minorities march in support of banned charities." (Minoritas berparade mendukung badan-badan amal terlarang.” Menurut artikel itu:
HYDERABAD: Beratus-ratus orang Hindu dan Kristen berparade hari Senin untuk menukung dua badan amal Islam yang dicap “organisasi terroris” oleh Amerika Serikat. Departemen Negara AS mengatakan bulan ini bahwa Jamaatud-Dawa dan Idara Khidmat-e-Khalq yang berhubungan dengannya adalah topeng dari Lashkar e-Taiba, salah satu grup militer paling ditakuti yang berperang melawan pemerintahan India di Kashmir. Dengan membawa plakat dan umbul-umbul, sekitar 800 orang Hindu dan Kristen dari berbagai daerah di Sindh berparade di jalan-jalan di Hyderabad, mengecam keputusan AS itu sebagai “kejam”. “Menolong umat manusia bukanlah terrorism,” kata salah satu plakat. Protester juga meminta Pakistan untuk tidak mengikuti keputusan AS. “Jika pemerintah Pakistan mengambil tindakan terhadap Jamaatud-Dawa dan Idara-e-Khidmat-e-Khalq, masyarakat minoritas akan terpaksa berparade menuju Islamabad,” kata resolusi itu. Jamaatud-Dawa telah tampil jelas memberi bantuan di daerah gempa bumi di utara Pakistan. Badan amal itu juga terlibat dalam kegiatan amal di daerah perkampungan di Sidh di mana sebagian besar dari masyarakat Hindu yang kecil di Pakistan hidup. Pakistan melarang Lashkar-e-Taiba pada tahun 2002 dan memasukkan Jamaat-ud-Dawa dalam daftar organisasi teroris. REUTERS
Aku bertanya dalam hati apa yang akan para protester itu pikir jika mereka tahu kami baru saja mengembalikan anak-anak yang diculik oleh Jamat-al-Dawa dari kampung-kampung di daerah mereka sendiri di Pakistan. Aku bertanya dalam hati apa yang orang Kirsten yang ikut parade itu akan pikir jika mereka tahu bantuan kemanusiaan yang mereka terima dari Jamat-al-Dawa itu berasal dari dana hasil penculikan dan penjualan anak-anak Kristen, dari daerah mereka sendiri di Pakistan, untuk penjualan organ-organ tubuh mereka.
Setelah semua anak-anak dipertemukan kembali dengan keluarga mereka, Amir dan keluarganya melarikan diri dari Pakistan demi keselamatan mereka sendiri. Kami sekarang memonitor media massa selagi berita tentang apa yang terjadi menyebar ke seluruh dunia, dan kami akan meng-update website ini dengan perkembangan baru. Doa kami adalah supaya pendapat masyarakat akan memperkuat pihak yang berwenang di Pakistan untuk menutup Jamat-al-Dawa selama-lamanya dan mengadilli pihak yang bertanggung jawab.
Berpikir bahwa Departemen Negara AS atau Departemen Kehakiman AS mungkin mau tahu apa yang telah kami ketahui tentang Jamat-al-Dawa, aku mengirim e-mail berikut ini melalui website-website mereka sehari setelah sampai di rumah:
Hello. Saya seorang misionaris yang telah berkerja di Pakistan. Selama beberapa bulan terakhir ini, kami telah bekerja untuk membeli anak-anak Kristen yang diculik oleh penjual budak Muslim untuk dijual organ-organ tubuh mereka dan untuk penyelundup obat terlarang. Setelah dibeli, mereka kami kembalikan kepada keluarga mereka. Kami juga telah bekerja sama dengan pihak yang berwenang di Pakistan untuk menangkap penjual budak secara langsung setelah transaksi terakhir kami, yang melibatkan pembelian 17 anak-anak lelaki. Namun polisi tidak berhasil menangkap penjual budak selama transaksi terakhir itu karena alasan-alasan yang diluar pengaruh mereka. Kami juga telah tahu dari pengakuan penjual-penjual budak tersebut bahwa mereka berkaitan dengan organisasi Islam bernama Jamat-al-Dawa, dan kami telah berhasil mem-film mereka kembali dari transaksi terakhir kami langsung ke kantor pusat J-A-D, tidak begitu jauh dari Lahore. The London Sunday Times telah mengikuti cerita kami ini dan akan menerbitkannya Minggu ini untuk mengungkapkan J-A-D. Saya tidak tahu apakah pemerintah AS akan tertarik untuk tahu semua hal ini sebelum penerbitan, tapi saya pikir mungkin akan tertarik, karena saya tahu pemerintah telah mencap J-A-D sebagai organisasi teroris. Akan sangat bagus jika J-A-D ditutup, dan informasi tentang keterlibatan mereka dalam penculikan anak-anak Kristen untuk dijual akan mencemarkan image mereka sebagai badan kemanusiaan di Pakistan. Saya tidak tahu jika ini menarik bagi anda, tapi saya pikir setidaknya saya mesti mencoba memberi tahu anda. Jika anda ingin bicara dengan saya lebih jauh, saya bisa dihubungi pada nomor (…)………….. Jika tidak, maaf telah mengganggu anda. Salam……..
Hingga tanggal 28 May belum ada balasan dari keduanya. Saya yakin mereka punya banyak hal yang menyibukkan mereka.
Beberapa orang mungkin tidak setuju dengan konsep pembelian anak-anak dari penjual budak, karena hanya akan menyuburkan sistem keji itu. Saya tidak bisa membantah, karena itulah kami tahu kami harus bertindak lebih jauh daripada hanya membeli anak-anak. Kami harus melakukan apa saja yang kami mampu untuk menghentikan penjual-penjual budak itu, karena itulah kami bekerja keras dengan polisi Pakistan untuk mencoba menangkap mereka. Sayangnya polisi gagal, tapi bukan karena tidak cukup perencanaan atau tidak cukup keberanian mereka. Sekarang kami berharap untuk bekerja dengan pihak berwenang di Pakistan untuk mengadili penjual budak dan Jamat-al-Dawa. Doa kami supaya melalui media masa, akan ada protes di seluruh Pakistan dan seluruh dunia yang akan membawa hasil yang bagus.
Kami akan terus melibatkan diri dalam ministri di Pakistan yang berguna bagi anak-anak tidak mampu, pastor-pastor Kristen, orang-orang teraniaya, dan orang-orang yang sangat miskin. Karena alasan keselamatan kami, kami tidak dapat mengungkapkan detail-detail secara jelas. Tapi jika anda mau tahu lebih lanjut bagaimana anda dapat membantu, e-mail kami di
[email protected]. Terima kasih.