Perbudakan Muslim atas Orang Kulit Putih
Posted: Tue Nov 13, 2007 7:18 am
http://researchnews.osu.edu/archive/whtslav.htm
COLUMBUS, Ohio
Sebuah studi baru menyatakan bahwa satu juta lebih orang Kristen Eropa telah diperbudak oleh orang muslim di Afrika Utara antara tahun 1530 – 1780. Ini jumlah yang lebih besar dari yang pernah diperkirakan sebelumnya.
Dalam buku barunya, Robert Davis, seorang professor sejarah di Ohio State University yang mengembangkan metodologi unik utk menghitung jumlah kristen kulit putih yang diperbudak disepanjang garis pantai Barbary Afrika, mendapatkan perkiraan jumlah populasi budak yang jauh lebih tinggi dari yang pernah dinyatakan dalam studi2 sebelumnya.
Illustrasi perdagangan budak kulit putih oleh orang2 Arab:
Sang khotib sedang memeriksa barang yg ditawarkan : budak kulit putih. Kesehatan budak selalu diperiksa lewat pemeriksaan gigi. Gigi sehat berarti budak sehat !
Kebanyakan studi2 lain tentang perbudakan kulit putih sepanjang garis pantai Barbary tidak mencoba utk memperkirakan jumlah budaknya, atau hanya mengacu pada jumlah budak dikota2 tertentu saja, kata Davis.
Perkiraan hitungan jumlah budak sebelumnya cenderung pada angka ribuan atau setidaknya mencapai puluhan ribu. Davis, secara kontras, telah menghitung bahwa antara 1 juta hingga 1.25 juta orang kristen Eropa telah ditangkap dan dipaksa bekerja di Afrika Utara dari abad 16 hingga 18.
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=9896
Perkiraan baru dari Davis ini muncul dalam buku : Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800 [Budak Kristen, Tuan Muslim: Perbudakan Kulit Putih di Mediterania, Garis pantai Barbary dan Italy, 1500-1800] (Palgrave Macmillan).
“Kebanyakan yang telah ditulis memberi kesan sedikitnya jumlah budak kulit putih dan meminimasi akibat dari perbudakan ini terhdp Eropa,” kata Davis. “Kebanyakan studi hanya melihat pada perbudakan pada satu tempat atau pada satu perioda waktu yang pendek saja. Tapi jika anda mengambil pandangan yang lebih luas dan lebih panjang, jangkauan besar akan perbudakan ini dan akibat hebatnya menjadi jelas.”
Davis bilang hal ini berguna utk membandingkan perbudakan Mediterania ini dengan perdagangan budak di Atlantik yang membawa orang2 kulit hitam Afrika ke Amerka. Selama empat abad, perdagangan budak di Atlantik lebih besar dari 10 – 12 juta kulit hitam Afrika yang dibawa ke Amerika. Tapi dari tahun 1500 – 1650, ketika perbudakan Trans-Atlantik masih pada tahap bayi, lebih banyak budak kristen kulit putih yg dibawa ke garis pantai Barbary dibanding budak kulit hitam Afrika ke Amerka, menurut Davis.
“Salah satu hal yang baik publik dan banyak akademisi cenderung menganggap benar adalah bahwa perbudakan itu bersifat rasial – bahwa hanya kulit hitam yang jadi budak. Tapi itu tidak benar,” kata Davis. “Kita hanya menyangka bahwa perbudakan adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang kulit putih terhadap kulit hitam.”
Selama perioda waktu yang dipelajari Davis, agama dan etnisitas, dan bukan ras, yang menentukan siapa yang menjadi budak.
“Dijadikan budak adalah kemungkinan yang sangat real bagi siapapun yang bepergian ke Mediterania, atau yang tinggal disepanjang garis pantai ditempat2 seperti Itali, Perancis, Spanyol dan Portugal, dan bahkan sejauh Inggris dan Iceland, saat itu.”
Bajak laut (disebut corsair) dari kota2 sepanjang garis pantai Barbary di utara Afrika – kota seperti Tunis dan Algier – akan merampok kapal2 di Mediterania dan Atlantik, juga dusun2 pinggir pantai utk menangkap para lelaki, wanita dan anak2. Akibat dari serangn2 ini sangat menghancurkan – Perancis, Inggris dan Spanyol kehilangan ribuan kapal dan sepanjang pantai Spanyol serta Itali hampir seluruhnya dikosongkan dari hunian. Pada puncaknya, kehancuran dan depopulasi daerah2 tsb mungkin melampaui apa yang dibutuhkan oleh para penjual budak Eropa hingga belakangan mereka mengalihkan sasaran ke Afrika sendiri.
Meski ratusan ribu budak Kristen diambil dari negara2 Mediterania, Davis mencatat, efek dari perampokan muslim utk mencari budak dirasakan lebih jauh lagi: contoh, sepanjang abad 17, Inggris kehilangan paling tidak 400 pelaut dalam setahun kepada pedagang budak.
Bahkan Amerika juga tidak kebal. Seorang budak dari Amerika melaporkan bahwa 130 pelaut amerika lain telah dijadikan budak oleh orang2 Aljazair di Mediterania dan Atlantik hanya pada tahun 1785 dan 1793 saja.
Davis bilang, perbudakan di Afrika Utara telah diabaikan dan diminimisasi, sebagian besar karena tidak ada yg interes dan tidak ada keuntungan (politik) utk membahasnya.
Perbudakan orang Eropa rupanya tidak cocok dgn tema 'penaklukan dan kolonialisme Eropa' yang menjadi pusat studi para pelajar era modern awal abad ini, katanya. Banyak negara yg menjadi korban perbudakan, seperti Perancis dan Spanyol, lalu menaklukkan dan mengkolonisasi daerah2 Afrika Utara dimana warganegara mereka ditahan sebagai budak.
Mungkin karena sejarah ini, para akademisi Barat berpikir bahwa orang2 Eropa adalah “kolonialis jahat” dan bukan sebagai korban dari perbudakan, kata Davis.
Davis bilang alasan lain bahwa perbudakan Mediterania diabaikan adalah karena tidak ada perkiraan yang tepat dari jumlah orang yang dijadikan budak. Orang2 saat itu – baik orang Eropa dan pemilik budak di pantai Barbary – tidak mencatat dengan teliti tulisan2 yang bisa dipercaya mengenai jumlah budak. Padahal, ada cukup dokumen tentang budak afrika yang dibawa ke Amerika.
Jadi Davis mengembangkan metodologi baru yang muncul dengan perkiraan masuk akal tentang jumlah budak sepanjang garis pantai Barbary. Davis menemukan catatan bagus yang mengindikasikan berapa banyak budak pada lokasi tertentu & pada waktu tertentu. Dia lalu memperkirakan berapa banyak budak baru yang menggantikan budak yang mati, lari atau ditebus.
“Satu2nya cara saya bisa muncul dengan angka adalah dengan membalikkan seluruh masalah – menghitung berapa banyak budak yang harus ditangkap utk mempertahankan kondisi daerah mereka pada tingkat tertentu,” katanya. “Ini bukan cara terbaik utk menebak populasi, tapi satu-satunya cara yang bisa dilakukan dengan catatan yang ada.”
Menggabungkan sumber2 seluruhnya dengan dikurangi oleh yang mati, lari, ditebus dan masuk islam, Davis menghitung sekitar ¼ budak telah digantikan tiap tahun utk mempertahankan populasi budak yang stabil, seperti yang jelas terjadi antara tahun 1580 dan 1680. Ini berarti bahwa sekitar 8.500 budak baru harus ditangkap tiap tahun. Keseluruhan, ini memperkirakan hampir satu juta budak ditangkap selama perioda ini. Memakai metodologi yang sama, Davis memperkirakan sebanyak 475 ribu budak tambahan diambil selama abad berikutnya.
Hasilnya adalah antara 1530 dan 1780 hampir pasti satu juta orang dan hampir mungkin sebanyak 1.25 orang kulit putih, Kristen Eropa diperbudak oleh orang muslim digaris pantai Barbary.
Davis bilang, risetnya mengenai perlakuan para budak ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka, hidupnya sama sulit seperti budak yang ada di Amerika.
“Utk kondisi hidup sehari-hari, budak Mediterania pastilah tidak lebih baik,” katanya.
Sementara budak Afrika jadi buruh kasar diperkebunan gula dan katun Amerika, budak Kristen Eeropa sering bekerja sama keras dan kejamnya – dipertambangan2, konstruksi2 berat, dan yang paling kejam adalah mendayung di kapal2 galley corsair itu sendiri.
Davis mengatakan penemuannya menunjukkan bahwa perbudakan kristen eropa yang tak kelihatan ini layak jadi perhatian lebih banyak dari para akademisi.
“Kita telah kehilangan rasa tentang berapa banyak perbudakan mereka yang hidup disekitar mediterania dan ancaman diperbudak yang menghantui sepanjang kehidupan mereka,” katanya. “Budak tetaplah budak, baik itu kulit hitam ataupun kulit putih, dan apa mereka menderita di Amerika ataupun di Afrika utara.”
"I kasih you harga murah mas ...", buat bersihin rumah, masak, pijat, budak ini serba bisa loh !
COLUMBUS, Ohio
Sebuah studi baru menyatakan bahwa satu juta lebih orang Kristen Eropa telah diperbudak oleh orang muslim di Afrika Utara antara tahun 1530 – 1780. Ini jumlah yang lebih besar dari yang pernah diperkirakan sebelumnya.
Dalam buku barunya, Robert Davis, seorang professor sejarah di Ohio State University yang mengembangkan metodologi unik utk menghitung jumlah kristen kulit putih yang diperbudak disepanjang garis pantai Barbary Afrika, mendapatkan perkiraan jumlah populasi budak yang jauh lebih tinggi dari yang pernah dinyatakan dalam studi2 sebelumnya.
Illustrasi perdagangan budak kulit putih oleh orang2 Arab:
Sang khotib sedang memeriksa barang yg ditawarkan : budak kulit putih. Kesehatan budak selalu diperiksa lewat pemeriksaan gigi. Gigi sehat berarti budak sehat !
Kebanyakan studi2 lain tentang perbudakan kulit putih sepanjang garis pantai Barbary tidak mencoba utk memperkirakan jumlah budaknya, atau hanya mengacu pada jumlah budak dikota2 tertentu saja, kata Davis.
Perkiraan hitungan jumlah budak sebelumnya cenderung pada angka ribuan atau setidaknya mencapai puluhan ribu. Davis, secara kontras, telah menghitung bahwa antara 1 juta hingga 1.25 juta orang kristen Eropa telah ditangkap dan dipaksa bekerja di Afrika Utara dari abad 16 hingga 18.
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=9896
Perkiraan baru dari Davis ini muncul dalam buku : Christian Slaves, Muslim Masters: White Slavery in the Mediterranean, the Barbary Coast and Italy, 1500-1800 [Budak Kristen, Tuan Muslim: Perbudakan Kulit Putih di Mediterania, Garis pantai Barbary dan Italy, 1500-1800] (Palgrave Macmillan).
“Kebanyakan yang telah ditulis memberi kesan sedikitnya jumlah budak kulit putih dan meminimasi akibat dari perbudakan ini terhdp Eropa,” kata Davis. “Kebanyakan studi hanya melihat pada perbudakan pada satu tempat atau pada satu perioda waktu yang pendek saja. Tapi jika anda mengambil pandangan yang lebih luas dan lebih panjang, jangkauan besar akan perbudakan ini dan akibat hebatnya menjadi jelas.”
Davis bilang hal ini berguna utk membandingkan perbudakan Mediterania ini dengan perdagangan budak di Atlantik yang membawa orang2 kulit hitam Afrika ke Amerka. Selama empat abad, perdagangan budak di Atlantik lebih besar dari 10 – 12 juta kulit hitam Afrika yang dibawa ke Amerika. Tapi dari tahun 1500 – 1650, ketika perbudakan Trans-Atlantik masih pada tahap bayi, lebih banyak budak kristen kulit putih yg dibawa ke garis pantai Barbary dibanding budak kulit hitam Afrika ke Amerka, menurut Davis.
“Salah satu hal yang baik publik dan banyak akademisi cenderung menganggap benar adalah bahwa perbudakan itu bersifat rasial – bahwa hanya kulit hitam yang jadi budak. Tapi itu tidak benar,” kata Davis. “Kita hanya menyangka bahwa perbudakan adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang kulit putih terhadap kulit hitam.”
Selama perioda waktu yang dipelajari Davis, agama dan etnisitas, dan bukan ras, yang menentukan siapa yang menjadi budak.
“Dijadikan budak adalah kemungkinan yang sangat real bagi siapapun yang bepergian ke Mediterania, atau yang tinggal disepanjang garis pantai ditempat2 seperti Itali, Perancis, Spanyol dan Portugal, dan bahkan sejauh Inggris dan Iceland, saat itu.”
Bajak laut (disebut corsair) dari kota2 sepanjang garis pantai Barbary di utara Afrika – kota seperti Tunis dan Algier – akan merampok kapal2 di Mediterania dan Atlantik, juga dusun2 pinggir pantai utk menangkap para lelaki, wanita dan anak2. Akibat dari serangn2 ini sangat menghancurkan – Perancis, Inggris dan Spanyol kehilangan ribuan kapal dan sepanjang pantai Spanyol serta Itali hampir seluruhnya dikosongkan dari hunian. Pada puncaknya, kehancuran dan depopulasi daerah2 tsb mungkin melampaui apa yang dibutuhkan oleh para penjual budak Eropa hingga belakangan mereka mengalihkan sasaran ke Afrika sendiri.
Meski ratusan ribu budak Kristen diambil dari negara2 Mediterania, Davis mencatat, efek dari perampokan muslim utk mencari budak dirasakan lebih jauh lagi: contoh, sepanjang abad 17, Inggris kehilangan paling tidak 400 pelaut dalam setahun kepada pedagang budak.
Bahkan Amerika juga tidak kebal. Seorang budak dari Amerika melaporkan bahwa 130 pelaut amerika lain telah dijadikan budak oleh orang2 Aljazair di Mediterania dan Atlantik hanya pada tahun 1785 dan 1793 saja.
Davis bilang, perbudakan di Afrika Utara telah diabaikan dan diminimisasi, sebagian besar karena tidak ada yg interes dan tidak ada keuntungan (politik) utk membahasnya.
Perbudakan orang Eropa rupanya tidak cocok dgn tema 'penaklukan dan kolonialisme Eropa' yang menjadi pusat studi para pelajar era modern awal abad ini, katanya. Banyak negara yg menjadi korban perbudakan, seperti Perancis dan Spanyol, lalu menaklukkan dan mengkolonisasi daerah2 Afrika Utara dimana warganegara mereka ditahan sebagai budak.
Mungkin karena sejarah ini, para akademisi Barat berpikir bahwa orang2 Eropa adalah “kolonialis jahat” dan bukan sebagai korban dari perbudakan, kata Davis.
Davis bilang alasan lain bahwa perbudakan Mediterania diabaikan adalah karena tidak ada perkiraan yang tepat dari jumlah orang yang dijadikan budak. Orang2 saat itu – baik orang Eropa dan pemilik budak di pantai Barbary – tidak mencatat dengan teliti tulisan2 yang bisa dipercaya mengenai jumlah budak. Padahal, ada cukup dokumen tentang budak afrika yang dibawa ke Amerika.
Jadi Davis mengembangkan metodologi baru yang muncul dengan perkiraan masuk akal tentang jumlah budak sepanjang garis pantai Barbary. Davis menemukan catatan bagus yang mengindikasikan berapa banyak budak pada lokasi tertentu & pada waktu tertentu. Dia lalu memperkirakan berapa banyak budak baru yang menggantikan budak yang mati, lari atau ditebus.
“Satu2nya cara saya bisa muncul dengan angka adalah dengan membalikkan seluruh masalah – menghitung berapa banyak budak yang harus ditangkap utk mempertahankan kondisi daerah mereka pada tingkat tertentu,” katanya. “Ini bukan cara terbaik utk menebak populasi, tapi satu-satunya cara yang bisa dilakukan dengan catatan yang ada.”
Menggabungkan sumber2 seluruhnya dengan dikurangi oleh yang mati, lari, ditebus dan masuk islam, Davis menghitung sekitar ¼ budak telah digantikan tiap tahun utk mempertahankan populasi budak yang stabil, seperti yang jelas terjadi antara tahun 1580 dan 1680. Ini berarti bahwa sekitar 8.500 budak baru harus ditangkap tiap tahun. Keseluruhan, ini memperkirakan hampir satu juta budak ditangkap selama perioda ini. Memakai metodologi yang sama, Davis memperkirakan sebanyak 475 ribu budak tambahan diambil selama abad berikutnya.
Hasilnya adalah antara 1530 dan 1780 hampir pasti satu juta orang dan hampir mungkin sebanyak 1.25 orang kulit putih, Kristen Eropa diperbudak oleh orang muslim digaris pantai Barbary.
Davis bilang, risetnya mengenai perlakuan para budak ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka, hidupnya sama sulit seperti budak yang ada di Amerika.
“Utk kondisi hidup sehari-hari, budak Mediterania pastilah tidak lebih baik,” katanya.
Sementara budak Afrika jadi buruh kasar diperkebunan gula dan katun Amerika, budak Kristen Eeropa sering bekerja sama keras dan kejamnya – dipertambangan2, konstruksi2 berat, dan yang paling kejam adalah mendayung di kapal2 galley corsair itu sendiri.
Davis mengatakan penemuannya menunjukkan bahwa perbudakan kristen eropa yang tak kelihatan ini layak jadi perhatian lebih banyak dari para akademisi.
“Kita telah kehilangan rasa tentang berapa banyak perbudakan mereka yang hidup disekitar mediterania dan ancaman diperbudak yang menghantui sepanjang kehidupan mereka,” katanya. “Budak tetaplah budak, baik itu kulit hitam ataupun kulit putih, dan apa mereka menderita di Amerika ataupun di Afrika utara.”
"I kasih you harga murah mas ...", buat bersihin rumah, masak, pijat, budak ini serba bisa loh !