Menyelami Dilema Sang Allah

Siapa 'sosok' Allah, apa maunya, apa tujuannya ?
12345678901
Posts: 986
Joined: Thu Oct 31, 2013 12:06 am

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by 12345678901 »

Mahasiswa98 wrote:
Lari terus PS lariii lah yang kencang, tidak heran ente cenat cenut dan gemetaran :green:
Tanggung banget loe lari lari ke masalah ini, seharusnya loe juga harus punya NYALI menunjuk hidung Sang Pencipta langsung, "Kenapa harus dengan air BAH manusia di jaman Nuh dilenyapkan? apa Anda hai Sang Maha Pencipta tidak sanggup mencari cara yang lebih " bermoral" membunuh manusia? atau harusnya loe bertanya kepada Tuhan, kenapa harus menciptakan mahluk yang pada akhirnya menghiananti Penciptanya, bermoralkan Tuhan itu?
.
si pe es kena ayan ... makanya gemeteran ..... biasa sesuai sunnah nabi
Patah Salero
Posts: 2703
Joined: Tue Dec 21, 2010 12:31 am

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Patah Salero »

Kibou wrote: Kalimat saya di atas keliru karena menunjukkan circular reasoning, seharusnya adalah:

Berkembangnya kesadaran manusia terhadap dimensi moral secara logika tidak menunjukkan bahwa nilai moral obyektif itu tidak eksis.

Thank you!
Taruhlah kita anggap nilai moral objektif itu ada.

Misalnya begini, Bung Kibou berdebat dengan Abu Bakar (bokapnya Aisyah istri Muhammad) tentang pedofilia.

Bung Kibou menyatakan bahwa Pedofilia tindakan bejat dan tidak bermoral
Abu Bakar mengatakan pedofilia perbuatan yang normal.

Secara logika dua pernyataan yang bertolak belakang enggak mungkin sama-sama benar. Yang satu benar dan yang lain pasti salah.

Tapi yang bikin aku mikir, siapa yang menentukan mana yang merupakan nilai moral objektif ??
Apakah bung kibou setelah selesai berdebat akan bersorak, saya yang memenangkan debat ini. Abu Bakar juga akan melakukan hal yang sama.

Apakah ilmuan dan pemikir yang hidup di zaman ini ??
Para ilmuan modern itu akan bias, karena sistem nilai seseorang dibentuk oleh lingkungannya. Ini sudah disetujui semua orang. Para ilmuan saat ini akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang kurang lebih sama dengan bung Kibou.
Menggunakan ilmuan dan pemikir saat ini sebagai juri perdebatan sama dengan melaksanakan pertandingan tinju antara Mayweather versus Pacquiao, tapi wasitnya Bokapnya mayweather, dan para juri anak2 dan istri mayweather. Gak akan adil.

Jadi, siapa sih juri dan wasit yang tepat untuk perdebatan tentang pedofilia ini ??
User avatar
gema
Posts: 1097
Joined: Sun Sep 08, 2013 10:27 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by gema »

jurinya ya akal sehatmu bro.. ente bisa tahu mana yang baik or tak hanya dengan menggunakan itu, ndak tahu kalau fakai dengkul bisa tak yaa..

Fara kadal gurun juga tahu bahwa fedophilia itu tindakan tak terfuji tafi karena hukum syariah nyang berlaku disana dan fara bandot imam-imam nyang buat hukum tersebut adalah fendukung fanatiknya si mamad jadi umat nyang tertindas terutama kaum wanita tidak bisa melakukan afa-afa.
rahimii
Posts: 311
Joined: Sun Mar 06, 2011 6:33 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by rahimii »

rahimii wrote:Saya kira pemahaman keliru seperti itu berlaku juga di zaman kita. Bukankah sekarang ini, apa yang dianggap immoral beberapa abad lampau dipraktekkan dan didukung atas nama persamaan hak? Misalnya homoseksual. Apakah karena homoseksual acceptable, itu menjadikannya perilaku yang bermoral? Kronologinya mungkin sama dalam kasus pernikahan antara muhammad atau umar dengan anak-anak. Dimasa itu taruhlah pedofil acceptable di masyarakatnya. Lalu apakah karena beberapa kebudayaan atau peradaban di masa lampau acceptable akan praktek penyimpangan ini, menjadikan pedofil bermoral di mata TUHAN? Ingat, saya sudah mengulas dari awal, eksistensi moralitas objektif hanya dapat dilandaskan kepada TUHAN yang benar dalam seluruh karakternya. Andaipun seluruh dunia di masa dahulu kala menganggap pedofil sebagai hal yang bermoral, itu akan tetap salah karena pedofil tidak sejalan dengan karakteristik kebenaran TUHAN. Enggak tahu kalau allahnya islam ya, mungkin menganggap pedofil memiliki nilai moral yang tinggi.

Jadi, hanya lewat moral objektif yang dilandaskan kepada karakter kebenaran TUHAN, benar dan salah dapat eksis tidak terpengaruh opini manusia memaknainya. Lebih lanjut, kita dapat melihat bukti bahwa di setiap kebudayaan atau peradaban atau individu yang umum mempraktekkan dan memandang ada nilai moral dalam aktivitas pedofil , pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, justru figur TUHAN yang padanya layak dilandaskan semua hukum kebenaran moral yang objektif, tidak eksis. Masyarakat yang demikian biasanya mengembangkan satu bentuk ketuhanan yang mendukung aspek penyimpangan mereka, sehingga praktek-praktek itu dapat dilakukan tanpa rasa bersalah. Tuhan yang dihasilkan dari konvensi sosial. So bro patah, pertimbangkan kembali kepercayaan anda kepada allah atau nabi yang memandang hal-hal diatas sebagai praktek yang memiliki nilai moral, karena hanya jika TUHAN yang seluruhnya benar secara karakter yang menjadi tempat hukum moral objektif dilandaskan tidak ada, segala sesuatu menjadi acceptable atau relatif. Segala hal boleh dilakukan karena ukuran benar atau salah hanyalah masalah selera opini subjektif manusia. Oh ya, pertimbangkan juga tentang literature islam yang saya kutip sebagai teks rujukan bahwa menikahi anak kecil di zaman nabi anda pun, ternyata masih cukup memalukan dilakukan. Itu bukan karangan musuh islam lho..
Patah Salero wrote:Mangkenye brur...Dari awal gw udah mintaTEKS WAHYUnya mana, kalau emang bener larangan pedofilia berasal dari Tuhan.
Apa ia dalam agama elo setiap orang boleh asal KLAIM bahwa ini atau itu adalah ajaran Tuhan tanpa BUKTI ???
Bro patah, saya pikir anda tidak mengerti apa yang saya coba sampaikan. Bahkan anda secara sangat mencolok mencoba memaksakan pedofilia sebagai sebuah perbuatan bermoral yang memiliki tingkat kebenaran berdasarkan kondisi, kultur atau perkembangan sosial di zaman tertentu, mengingat nabi yang anda puja pernah mempraktekkannya. Terlihat juga bahwa anda secara serampangan menyamakan pengertian moral absolut dan moral objektif. Saya ulangi sekali lagi. Moral objektif berarti satu perbuatan tetap tidak bermoral meskipun individu, masyarakat atau budaya lain menganggapnya sebaliknya. Moral objektif eksis diluar opini manusia. Oleh karenanya, moralitas objektif hanya dapat dilandaskan dan bersumber dari sesuatu yang transenden diluar manusia. Ciptaan tidak punya definisi pada dirinya sendiri.

Sesuatu yang transenden ini setidaknya harus memiliki tiga kriteria persyaratan agar hukum moral itu dapat menjadi objektif. Yang pertama, otoritas transenden yang absolut dan tidak berubah. Kedua, standard transenden yang absolut dan tidak berubah. Ketiga, kebenaran transenden yang absolut. Hanya satu keberadaan yang dapat memenuhi kriteria tersebut, yaitu TUHAN yang aspek kebenarannya melampaui segala zaman dan tidak berubah. TUHAN yang tidak memiliki kewajiban moral untuk dilakukan, TUHAN yang adalah sumber moral objektif dimana seluruh kebaikan dan kebenaran melekat dalam karakternya. Kebaikan dan kebenaran dalam karakter moral itu adalah nature nya, sehingga hanya yang baik akan dihasilkan daripadanya.

Oleh karena TUHAN ini adalah seluruh kebaikan dan kebenaran, maka semua yang mungkin TUHAN dapat berikan dan izinkan terjadi kepada manusia, adalah hanya apa yang akan membawa kebaikan kepada kita pula. Meskipun pada awalnya mungkin kebaikan itu menjadi output akhir dari satu peristiwa yang kita anggap jahat pada awalnya. Dengan kata lain, TUHAN dapat “mengizinkan” ketidakbaikan jika hanya dari ketidakbaikan itu pada akhirnya akan menghasilkan output yang baik kepada seluruh manusia. Setiap definisi harus ditarik kembali kepada TUHAN, sang pemberi definisi. Pertanyaannya, kebaikan universal apa yang dapat dihasilkan dari perilaku bejat pedofil yang kompatibel dengan segala zaman, sehingga pedofilia memiliki definisi terhadap makna kebenaran bagi sang pemberi definisi? Sebelum menjawab juga harus diingat, standard moral objektif sang transenden haruslah tidak berubah-ubah agar tidak berkontradiksi dengan atributnya yang maha dalam segalanya.

Anda meminta teks wahyu sebagai bukti resmi jika pedofilia adalah benar larangan dari tuhan. Sekali lagi, saya “takjub” dengan logika berpikir anda yang saling bertabrakan satu sama lain. Banyak hal-hal yang tidak baik jika dilakukan manusia, tidak tercantum pelarangannya secara terang benderang dalam teks wahyu kitab suci tertentu yang di klaim turun dari surga. Termasuk salah satunya pedofilia. Tapi apakah dengan mengikuti alur argumentasi demikian, membuat pedofilia menjadi bermoral dibawah standard moral objektif TUHAN? Bagaimana caranya mengetahui pedofilia adalah kejahatan di mata TUHAN meski tidak ada teks wahyu yang melarangnya? Saya akan beritahu anda caranya.

Beberapa kebenaran moral dapat diungkapkan kepada manusia melalui apa yang kita sebut sebagai pengungkapan ilahi (divine revelation) seperti melalui wahyu nabi yang otoritasnya didukung oleh mukzizat atau kemampuan supranatural. Kontras dengan itu, kebenaran moral yang lain dari TUHAN dan kehendaknya, dapat pula kita kenali dari pengungkapan umum (general revelation) yaitu kesimpulan dari tatanan alam dan sosial manusia. Hidup dan sejarah manusia merupakan perwujudan pengungkapan umum, dimana TUHAN dengan caranya menyingkapkan kepada kita kebenaran-kebenaran tertentu lewat pelajaran kehidupan. Nah, apa yang sejarah dan pelajaran kehidupan manusia telah ungkapkan tentang pedofilia? Hanya satu, bahwa pedofilia adalah bentuk kesakitan jiwa dan kejahatan bagi kemanusiaan, terkhusus anak-anak.
User avatar
JANGAN GITU AH
Posts: 5266
Joined: Sun Jan 04, 2009 1:39 pm
Location: Peshawar-Pakistan

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by JANGAN GITU AH »

:lol:
PS, andai tidak ada satu pun teks kitab suci sebelum abad 18 mengatakan perbuatan pedofilia bukanlah perbuatan amoral, apa menurutmu perkawinan Muhammad vs Aisya pada usia 9 thn itu merupakan perbuatan yang pantas diteladani? Ingat lho, Muhammad diklaim sebagai teladan sempurna. Seorang teladan sempurna selayaknya memang benar-benar sempurna di sepanjang segala masa. Gak peduli kapan pun masa itu akan datang! Kesempurnaan tentunya tidak akan dapat dikalahkan waktu. Iya kan? Kesempurnaan akan bertahan terus!

Ah, iya...sayang sekali, di salah satu postmu ada saya baca sebuah statemen darimu, kau katakan bahwa dirimu setuju bahwa pedofil bukanlah perbuatan bermoral. CMII kalau saya salah mengartikan kata-katamu di situ. Apakah Muhammad masih dapat dikatakan bermoral berdasarkan statemen tersebut? Masih ya?

Ah iya juga, menurutmu masih. Untuk mempertahankan "menurutmu ini" maka kau menanyakan bukti teks sebelum abad 18. Koq bisa ya punya sikap ambigu? bicara yang tegas dong, milih mana?

Kau kasak kusuk mempermasalahkan stadar moral, penilai standar moral dan berusaha mempertentangkan satu sama lain. Padahal seperti yang dikatakan Sdr. Goodsniper, dan saya setuju dengan dia, jika Muhammad adalah seorang nabi, selayaknya kehadiran beliau dapat memperbaiki kondisi moral masyarakat jaman itu sebagai jaman jahiliyah. mengapa kau harus membela standar moral kaum Jahiliyah Arab abad ke 7 demi mengurangi tekanan kritik atas moralitas Muhammad? Bukankah moralitas kaum jahiliyah dinilai sangat buruk oleh Islam?

Seorang nabi tentunya diharapkan mampu membawa angin segar perubahan pada budaya yang dipandang salah melalui sikap yang berbedadari yang dilakukan kaum jahiliyah. Bukan malah menyetujui secara tak langsung perbuatan pedofilia yang kau anggap lumrah dilakukan masyarakat jahiliyah melalui Aisyah?

Ada apa sebenarnya yang bergejolak dibenakmu, dik PS?

Menyelami Dilema Sang Allah
Mirror 1: Menyelami Dilema Sang Allah
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Faithfreedompedia static
User avatar
buncis hitam
Posts: 948
Joined: Sun May 13, 2012 9:35 pm
Location: Yang jelas di tempat yang aman jauh dari para jihadis

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by buncis hitam »

Analisa gw yang laennya atas pernyataan si patah.

Selaen daripada mengenai bahwa si PS ingin menuntut supaya pedofil tsb naek kelas jadi tindakan bermoral bahkan mulia, gw punya analisa yang gw beri nama "APA KATA MAMAD/ MUSLIM". Ya jika emang ini sudah dibicarakan oleh para netter di sini maka maaf namun ada yang ingin gw sampaikan berkenaan hal ini. Terutama dari gaya berdebat patah yang sok bijaksana dan sok bener padahal cuma pelampiasan dari kepengecutan dia sendiri. Liatlah ketika dia membandingkan incest dengan pedofil. Gw yakin dia gak akan membenerkan sama sekali tindakan incest (makanya dia membandingkan hal itu). Pertanyaannya ialah untuk apa dia membandingkan kedua hal itu di mana dia sangat menolak incest sebagai tindakan bermoral padahal dia sangat menuntut tindakan pedofil agar menjadi tindakan yang bermoral bahkan mulia??? Ingat "FRISBI" yang sering dibicarakan oleh si patah, gw yakin yang dia maksud suatu hal yang subjektif, maka sebenernya dia ingin ngomong bahwa incest dianggap gak bermoral dan pedofil dianggap bermoral adalah karena subjektif. Ingat etnosentris yang dibicarakan oleh si patah, maka gw yakin dengan pasti bahwa karena soal pedofil adalah urusan subjektif maka dia gak mau ada yang mengganggu-gugat soal pedofil yang dilakukan oleh muslim dan muhammad. Kesimpulannya ialah apapun tindakan seseorang baek bener atau salah adalah tergantung APA KATA MAMAD/ MUSLIM.

Bisa kita bayangkan jika dunia hidup dengan hal semacam ini???? Sori gw sendiri sudah muak hanya dengan membayangkannya saja. Maka dari itu ingatlah pesen gw, BUANGLAH QURAN PADA TEMPATNYA.

Oh ya selaen dari apa yang gw tulis, sebenernya gw sendiri masih bingung, bener gak sih kalo si patah di sini ingin menuntut pedofil agar naek kelas menjadi tindakan yang bermoral dan bahkan mulia????? Ayolah ngaku saja patah salero. Kenapa begitu pengecutnya diri elo sampe sepertinya elo berniat menghindari hal seperti ini????

Menyelami Dilema Sang Allah
Mirror 1: Menyelami Dilema Sang Allah
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Faithfreedompedia static
Patah Salero
Posts: 2703
Joined: Tue Dec 21, 2010 12:31 am

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Patah Salero »

JANGAN GITU AH wrote::lol:
PS, andai tidak ada satu pun teks kitab suci sebelum abad 18 mengatakan perbuatan pedofilia bukanlah perbuatan amoral, apa menurutmu perkawinan Muhammad vs Aisya pada usia 9 thn itu merupakan perbuatan yang pantas diteladani? Ingat lho, Muhammad diklaim sebagai teladan sempurna. Seorang teladan sempurna selayaknya memang benar-benar sempurna di sepanjang segala masa. Gak peduli kapan pun masa itu akan datang! Kesempurnaan tentunya tidak akan dapat dikalahkan waktu. Iya kan? Kesempurnaan akan bertahan terus!

Ah, iya...sayang sekali, di salah satu postmu ada saya baca sebuah statemen darimu, kau katakan bahwa dirimu setuju bahwa pedofil bukanlah perbuatan bermoral. CMII kalau saya salah mengartikan kata-katamu di situ. Apakah Muhammad masih dapat dikatakan bermoral berdasarkan statemen tersebut? Masih ya?

Ah iya juga, menurutmu masih. Untuk mempertahankan "menurutmu ini" maka kau menanyakan bukti teks sebelum abad 18. Koq bisa ya punya sikap ambigu? bicara yang tegas dong, milih mana?

Kau kasak kusuk mempermasalahkan stadar moral, penilai standar moral dan berusaha mempertentangkan satu sama lain. Padahal seperti yang dikatakan Sdr. Goodsniper, dan saya setuju dengan dia, jika Muhammad adalah seorang nabi, selayaknya kehadiran beliau dapat memperbaiki kondisi moral masyarakat jaman itu sebagai jaman jahiliyah. mengapa kau harus membela standar moral kaum Jahiliyah Arab abad ke 7 demi mengurangi tekanan kritik atas moralitas Muhammad? Bukankah moralitas kaum jahiliyah dinilai sangat buruk oleh Islam?

Seorang nabi tentunya diharapkan mampu membawa angin segar perubahan pada budaya yang dipandang salah melalui sikap yang berbedadari yang dilakukan kaum jahiliyah. Bukan malah menyetujui secara tak langsung perbuatan pedofilia yang kau anggap lumrah dilakukan masyarakat jahiliyah melalui Aisyah?

Ada apa sebenarnya yang bergejolak dibenakmu, dik PS?
Gw rasa udah gw bilang berulang kali bahwa menurut muslim, bila suatu statemen didukung dengan tegas Teks WAHYU, maka kebenarannya akan absolut. Kalau enggak ya nisbi. Yang gw maksud nisbi, pernyataan itu benar bagi orang yang mengatakannya. Misalnya, karena tidak ada pernyataan yang tegas dari wahyu, maka anggapan gw bahwa pedofilia perbuatan tidak bermoral hanya bener bagi gw aja. Gw gak akan menganggap bahwa pendapat gw itu kebenaran absolut. Dan karena pendapat gw itu gak absolut, maka gw gak akan menganggap orang yang melakukan perbuatan tersebut, apalagi dari kultur yang jauh berbeda dengan gw, sebagai orang tidak bermoral.
User avatar
Rosul
Posts: 308
Joined: Thu Jan 23, 2014 5:22 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Rosul »

Patah Salero wrote:Gw rasa udah gw bilang berulang kali bahwa menurut muslim, bila suatu statemen didukung dengan tegas Teks WAHYU, maka kebenarannya akan absolut. Kalau enggak ya nisbi. Yang gw maksud nisbi, pernyataan itu benar bagi orang yang mengatakannya.
MEMANGNYA ADA PERNYATAAN TEGAS & WAHYU YG JELAS2 DARI ALLAH SWT YG MELEGALKAN PEDOFILIA DALAM QURAN & HADITS QUDSI ? :-"



Yg ini aja gk dijawab2 :

Sex dg mayat suami /istri bagi Patah Salero boleh dilakukan atau tidak ?

MEMANGNYA ADA PERNYATAAN TEGAS & WAHYU YG JELAS2 DARI ALLAH SWT YG ME
Mirror 1: MEMANGNYA ADA PERNYATAAN TEGAS & WAHYU YG JELAS2 DARI ALLAH SWT YG ME
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Faithfreedompedia static
Patah Salero
Posts: 2703
Joined: Tue Dec 21, 2010 12:31 am

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Patah Salero »

Patah Salero wrote:Gw rasa udah gw bilang berulang kali bahwa menurut muslim, bila suatu statemen didukung dengan tegas Teks WAHYU, maka kebenarannya akan absolut. Kalau enggak ya nisbi. Yang gw maksud nisbi, pernyataan itu benar bagi orang yang mengatakannya.
Rosul wrote: MEMANGNYA ADA PERNYATAAN TEGAS & WAHYU YG JELAS2 DARI ALLAH SWT YG MELEGALKAN PEDOFILIA DALAM QURAN & HADITS QUDSI ? :-"



Yg ini aja gk dijawab2 :

Sex dg mayat suami /istri bagi Patah Salero boleh dilakukan atau tidak ?

MEMANGNYA ADA PERNYATAAN TEGAS & WAHYU YG JELAS2 DARI ALLAH SWT YG ME
Menurut pendapat gw pribadi Manusia enggak boleh berhubungan badan dengan mayat dan hal itu Berdasarkan penafsiran dari ayat Quran juga.

Tapi anggaplah pandangan tersebut adalah pandangan pribadi gw. maka yang terikat pada pandangan tersebut HANYA diri gw sendiri.

Semisal dari 250 juta penduduk Indonesia, ada 200 juta orang sependapat dengan gw, dan MENERAPKANNYA DALAM KONSENSUS YANG DISEBUT UNDANG-UNDANG, maka 50 juta sisanya terikat pada pandangan yang melarang bersetubuh dengan mayat tersebut. dan yang patut dicatat, hal itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa larangan persetubuhan dengan mayat adalah kebenaran objektif, bla..bla..bla...Karena Kebenaran tidak ditemukan melalui voting.
User avatar
Rosul
Posts: 308
Joined: Thu Jan 23, 2014 5:22 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Rosul »

Rosul s.a.w wrote: Yg ini aja gk dijawab2 :
Sex dg mayat suami /istri bagi Patah Salero boleh dilakukan atau tidak ?
Patah Salero wrote:Menurut pendapat gw pribadi Manusia enggak boleh berhubungan badan dengan mayat dan hal itu Berdasarkan penafsiran dari ayat Quran juga.
GI DAH TELEN OMONGAN LOE SENDIRI
Patah Salero wrote:Tapi kalau larangan tersebut cuma berdasarkan INTERPRETASI ATAS WAHYU, maka tentu saja kebenarannya jadi nisbi.
Patah Salero wrote:Tapi anggaplah pandangan tersebut adalah pandangan pribadi gw. maka yang terikat pada pandangan tersebut HANYA diri gw sendiri.

Semisal dari 250 juta penduduk Indonesia, ada 200 juta orang sependapat dengan gw, dan MENERAPKANNYA DALAM KONSENSUS YANG DISEBUT UNDANG-UNDANG, maka 50 juta sisanya terikat pada pandangan yang melarang bersetubuh dengan mayat tersebut. dan yang patut dicatat, hal itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa larangan persetubuhan dengan mayat adalah kebenaran objektif, bla..bla..bla...Karena Kebenaran tidak ditemukan melalui voting.
JADI KALO MAYORITAS MEMBOLEHKAN BERSETUBUH DG MAYAT MAKA MUSLIM DIPERSILAHKAN KE KUBURAN KALO UD NGEBET GITOE ??

:rofl: :rofl:

Sex dg mayat suami /istri bagi Patah Salero boleh dilakukan atau tidak ?
Mirror 1: Sex dg mayat suami /istri bagi Patah Salero boleh dilakukan atau tidak ?
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Faithfreedompedia static
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Kibou »

Kibou wrote: Kalimat saya di atas keliru karena menunjukkan circular reasoning, seharusnya adalah:

Berkembangnya kesadaran manusia terhadap dimensi moral secara logika tidak menunjukkan bahwa nilai moral obyektif itu tidak eksis.

Thank you!
Patah Salero wrote:Taruhlah kita anggap nilai moral objektif itu ada.

Misalnya begini, Bung Kibou berdebat dengan Abu Bakar (bokapnya Aisyah istri Muhammad) tentang pedofilia.

Bung Kibou menyatakan bahwa Pedofilia tindakan bejat dan tidak bermoral
Abu Bakar mengatakan pedofilia perbuatan yang normal.

Secara logika dua pernyataan yang bertolak belakang enggak mungkin sama-sama benar. Yang satu benar dan yang lain pasti salah.

Tapi yang bikin aku mikir, siapa yang menentukan mana yang merupakan nilai moral objektif ??
Apakah bung kibou setelah selesai berdebat akan bersorak, saya yang memenangkan debat ini. Abu Bakar juga akan melakukan hal yang sama.

Apakah ilmuan dan pemikir yang hidup di zaman ini ??
Para ilmuan modern itu akan bias, karena sistem nilai seseorang dibentuk oleh lingkungannya. Ini sudah disetujui semua orang. Para ilmuan saat ini akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang kurang lebih sama dengan bung Kibou.
Menggunakan ilmuan dan pemikir saat ini sebagai juri perdebatan sama dengan melaksanakan pertandingan tinju antara Mayweather versus Pacquiao, tapi wasitnya Bokapnya mayweather, dan para juri anak2 dan istri mayweather. Gak akan adil.

Jadi, siapa sih juri dan wasit yang tepat untuk perdebatan tentang pedofilia ini ??
Juri dan wasit adalah hati nurani kamu Bro Patah.

Apakah hati nurani Bro Patah setuju dengan Abu Bakar bahwa pedofilia itu tidak salah? Tolong jawab jujur.
Patah Salero
Posts: 2703
Joined: Tue Dec 21, 2010 12:31 am

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Patah Salero »

Kibou wrote: Juri dan wasit adalah hati nurani kamu Bro Patah.

Apakah hati nurani Bro Patah setuju dengan Abu Bakar bahwa pedofilia itu tidak salah? Tolong jawab jujur.
Udah gw bilang, gw bukan juri yang adil untuk kasus pedofilia ini. Karena gw dibesarkan di lingkungan yang menganggap pedofilia salah.

Kalau benci ngeliat Muhammad SAW coba lihat kutipan wikipedia ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Age_of_consent
In the 12th century Gratian, the influential founder of Canon law in medieval Europe, accepted age of puberty for marriage to be between 12 and 14 but acknowledged consent to be meaningful if the children were older than 7. There were authorities that said that consent could take place earlier. Marriage would then be valid as long as neither of the two parties annulled the marital agreement before reaching puberty, or if they had already consummated the marriage. It should be noted that Judges honored marriages based on mutual consent at ages younger than 7, in spite of what Gratian had said; there are recorded marriages of 2 and 3 year olds.[3]
Apakah Bro Kibou juga akan menyatakan bahwa Gratian tidak menggunakan hati nuraninya ??

Jadi bro menganggap Hanya elo yang menggunakan hati nurani. Ratusan juta orang yang menyetujui pedofilia (bukan termasuk saya) di masa lalu sama sekali tidak menggunakan hati nurani. Begitu, kah ??
User avatar
Rosul
Posts: 308
Joined: Thu Jan 23, 2014 5:22 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Rosul »

]
Kibou wrote: Juri dan wasit adalah hati nurani kamu Bro Patah.

Apakah hati nurani Bro Patah setuju dengan Abu Bakar bahwa pedofilia itu tidak salah? Tolong jawab jujur.
Patah Salero wrote:Udah gw bilang, gw bukan juri yang adil untuk kasus pedofilia ini. Karena gw dibesarkan di lingkungan yang menganggap pedofilia salah.
UD SADAR DIRI SENDIRI GAK KOMPETEN TAPI MASIH AJA BIKIN PENILAIAN MENJUDGE BHW PEDOFILIA ADALAH KWAJARAN !


Patah Salero wrote:Jadi bro menganggap Hanya elo yang menggunakan hati nurani. Ratusan juta orang yang menyetujui pedofilia (bukan termasuk saya) di masa lalu sama sekali tidak menggunakan hati nurani. Begitu, kah ??
MEMANGNYA GRATIAN ITU NABI SEJAJAR DG MUHAMAD YA ?

BTW PEDOFIL BAGI ISLAM BKNLAH FENOMENA MASA LALU MALAHAN SAMPAI HARI INI DI NEGARA2 SYARIAH ISLAM MASIH BERLAKU NIKAH PEDOFILIA , SESATKAH PARA ULAMA YG MEMFATWAKAN HAL TSB ?

JADI BOLEH NIH KALO MAYORITAS UMAT SETUJU BEHUBUNGAN SEX DG MAYAT, MAKA KALO ADA USTAD/USTDAZAH UD NGEBET DIPERSILAHKAN INDEHOY DG MAYAT DI KUBURAN ?

gw bukan juri yang adil untuk kasus pedofilia ini
Mirror 1: gw bukan juri yang adil untuk kasus pedofilia ini
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Faithfreedompedia static
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Kibou »

Kibou wrote: Juri dan wasit adalah hati nurani kamu Bro Patah.

Apakah hati nurani Bro Patah setuju dengan Abu Bakar bahwa pedofilia itu tidak salah? Tolong jawab jujur.
Patah wrote:Udah gw bilang, gw bukan juri yang adil untuk kasus pedofilia ini. Karena gw dibesarkan di lingkungan yang menganggap pedofilia salah.

Kalau benci ngeliat Muhammad SAW coba lihat kutipan wikipedia ini:

http://en.wikipedia.org/wiki/Age_of_consent

In the 12th century Gratian, the influential founder of Canon law in medieval Europe, accepted age of puberty for marriage to be between 12 and 14 but acknowledged consent to be meaningful if the children were older than 7. There were authorities that said that consent could take place earlier. Marriage would then be valid as long as neither of the two parties annulled the marital agreement before reaching puberty, or if they had already consummated the marriage. It should be noted that Judges honored marriages based on mutual consent at ages younger than 7, in spite of what Gratian had said; there are recorded marriages of 2 and 3 year olds.[3]

Apakah Bro Kibou juga akan menyatakan bahwa Gratian tidak menggunakan hati nuraninya ??

Jadi bro menganggap Hanya elo yang menggunakan hati nurani. Ratusan juta orang yang menyetujui pedofilia (bukan termasuk saya) di masa lalu sama sekali tidak menggunakan hati nurani. Begitu, kah ??
Terima kasih Bro.

Sama seperti logika, moralitas juga kita peroleh dari intuisi. Intuisi adalah bagian dari kemampuan kognitif manusia seperti juga ingatan dan panca indera.

Pengetahuan yang kita peroleh dari intuisi logika, intuisi moral, ingatan dan panca indera bisa dikatakan properly basic.

Properly maksudnya jika kemampuan kognitif tersebut berfungsi sebagai mana mestinya, tidak dalam kondisi dysfunction ataupun malfunction.

Basic maksudnya pengetahuan ini diterima bukan karena argumen atau karena penarikan kesimpulan dari proposisi.

Kemampuan kognitif manusiapun bisa berbeda dari individu ke individu. Ada yang intuisi logikanya kuat, ada yang intuisi moralnya peka, ada yang ingatannya lemah, ada yang panca inderanya tidak berfungsi semestinya sehingga mengalami halusinasi, dsb.

Kalau saya boleh kembali ke nilai moral objektif, saya mengajukan dua hal yang sangat-sangat basic bagi manusia:

1. Kebenaran
2. Kasih

Kalau Kebenaran memiliki objective moral value, maka tentunya kita memiliki objektif moral duty untuk mencari Kebenaran.
Kalau Kasih memiliki objective moral value, maka tentunya kita memiliki objective moral duty untuk mengamalkan Kasih.

Hati nurani saya mengatakan bahwa praktik pedofilia melanggar Kasih. Itu saja.
User avatar
Mahasiswa98
Posts: 1480
Joined: Wed Mar 28, 2012 6:50 pm
Location: Dalam TerangNya

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Mahasiswa98 »

Kibou wrote: Kalau saya boleh kembali ke nilai moral objektif, saya mengajukan dua hal yang sangat-sangat basic bagi manusia:

1. Kebenaran
2. Kasih

Kalau Kebenaran memiliki objective moral value, maka tentunya kita memiliki objektif moral duty untuk mencari Kebenaran.
Kalau Kasih memiliki objective moral value, maka tentunya kita memiliki objective moral duty untuk mengamalkan Kasih.

Hati nurani saya mengatakan bahwa praktik pedofilia melanggar Kasih. Itu saja.

Biar kelihatan jelas bagi yang membaca.
Bro Kibou numpang tanya. apakah Nilai Nurani manusia adalah pasti sama? sejak manusia diciptakan sampai manusia terakhir adalah sama dan tidak berubah?
katakanlah nilainya 10 (paling tinggi) mulai dari awal sampai akhir?
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by keeamad »

Patah Salero wrote:Menurut pendapat gw pribadi Manusia enggak boleh berhubungan badan dengan mayat dan hal itu Berdasarkan penafsiran dari ayat Quran juga.
GI DAH TELEN LUDAH LOE SENDIRI
Patah Salero wrote:Tapi kalau larangan tersebut cuma berdasarkan INTERPRETASI ATAS WAHYU, maka tentu saja kebenarannya jadi nisbi.
Patah Salero masih seperti dulu,
DOYAN JILAT LUDAH:
ilustrasi-kiamat-2-agama-t50829/page220 ... ah#p902293

BTW.
Interpretasi dan Penafsiran itu apa sih ...?
--------------

Lo bisa kasih bukti tertulis dari tex wayhu atau dari budaya apapun
YANG MELARANG ISTRI BERSUAMI BANYAK ... ???

Bisa ... ?!!

Pada intinya, nte ngebela mati2xan, kalo tindakan nabi muhamad MEMPEDOFIL AISYAH adalah benar,
karena TIDAK ADA WAHYU LARANGAN TUHAN (apalagi dari allah islam dengan qurannya .... )

Tapi kalo MEMANG TINDAKAN muhammad itu benar (menurut anda, muslim, allah dan quran),
KENAPA ANDA GAK BISA NGASIH CONTOH Kalo ada banyak perkawinan antara Kakek dan bocah perempuan pd jaman nabi muhammad hidup di mekah dan/atau madinah ... ???

Kalo memang perkawinan seperti itu dianggap WAJAR, Bermoral, LEGAL dan Mungkin DIsunahkan muhammad,
tentunya banyak dari umatnya pd saat itu JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA Bukan ...???

Sama seperti "Kegiatan" nabi lainnya yg ditiru sahabat semisal,
sholat, ngaji, perang, merampas, membunuh, memfitnah, memperkosa dll ....

KENAPA KHUSUS PERKAWINAN Dengan Anak2x hanya PRIVELAGE (benar begtu nulisnya) untuk si momad ... ???

Anda masih yakin PERKAWINAN muhammad dengan anak2x itu dianggap wajar2x saja oleh para pengikutnya pd saat itu ... ???

Memang benar2x wajar, atau mereka terpaksa MENGANGGAP WAJAR karena BERBAGAI ALASAN yang harus MEREKA TERIMA, dan kalau mereka tidak mau menerimanya,
MEREKA AKAN MENANGGUNG KONSEKUENSI YANG AMAT BERAT DARI muhammad saw ... ?
Dipancung umpamanya ... ???

Coba pikirkan lagi kak patah,

PASTI PADA JAMAN ITU, ada saja - kalau tidak mau dikatakan BANYAK,
orang2X YANG SEPENDAPAT DENGAN ANDA - patahsalero pd jaman sekarang ini,
YANG MENGANGGAP PERKAWINAN ITU tidak WAJAR dan tidak BERMORAL ....

Iya apa betul ... ???

Tapi seperti kebanyakan muslim lainnya,
BISA APA ANDA DAN MEREKA?
SELAIN cUMA HARUS MENERIMA Sahaja Klaim bahwa SEMUA TINDAKAN muhamad adalah BENAR .. ?!!

Iya apa betul ... ???

Karena jika anda menolak MENJAWAB : "Iya apa betul ... ",
maka anda - SEHARSUNYA, akan jadi seperti saya yg MURTAD .....

Iya apa betul ... ???

=====================
User avatar
Mahasiswa98
Posts: 1480
Joined: Wed Mar 28, 2012 6:50 pm
Location: Dalam TerangNya

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Mahasiswa98 »

Patah Salero wrote:
Gw rasa udah gw bilang berulang kali bahwa menurut muslim, bila suatu statemen didukung dengan tegas Teks WAHYU, maka kebenarannya akan absolut. Kalau enggak ya nisbi. Yang gw maksud nisbi, pernyataan itu benar bagi orang yang mengatakannya. Misalnya, karena tidak ada pernyataan yang tegas dari wahyu, maka anggapan gw bahwa pedofilia perbuatan tidak bermoral hanya bener bagi gw aja. Gw gak akan menganggap bahwa pendapat gw itu kebenaran absolut. Dan karena pendapat gw itu gak absolut, maka gw gak akan menganggap orang yang melakukan perbuatan tersebut, apalagi dari kultur yang jauh berbeda dengan gw, sebagai orang tidak bermoral.

Dari tulisan PS kelihatan sekali dia masih gemetaran dan agak pusing pusing :lol: mungkin minum obat atau vitamin bisa membantu ke normal (saran)
tidak berani mengatakan YA atau TIDAK :lol:

jika menurut wahyu islam pedofila sangat benar dan bermoral maka itu adalah MULIA? :lol:

pertanyaannya dari dahulu akan selalu sama.
1. Otoritas manakah datangnya wahyu tersebut?
2. Mengapa wahyu tersebut selalu berhadap-hadapan dengan basic moral manusia?
3. Apakah manusia indonesia seperti PS yang nota bene adalah bukan ARAB (mudah2an gw benar) tetapi adalah Minang nota bene Melayu sehingga berbeda RAS, Sangat kesulitan menempatkan dirinya secara utuh melihat :
1. Pengetahuan Dari ARAB (baca alquran-islam)
2. Pengetahuan Dari Kristen (baca ALKITAB)
3. Pengatahuan Dari Agama lain ( baca. Hindu,Budha dll)

dan kemudian secara pribadi menilai mana yang sebenarnya pantas diakui sungguh sungguh datang dari TUHAN dan mana yang BUKAN.
Cat. proses ini adalah proses pribadi sendiri (itu juga kalau PS berani melakukan)
sayangnya Manusia PS masih ketakutan dan gemetaran JIKA DAN HANYA JIKA PS menolak PENGETAHUAN alquran, bahkan untuk sementara saja. bayang bayang di azab, di siksa, di aniaya oleh sosok tuhannya terlalu menguasai pikiran dan hatinya. padahal PS mampu mengatakan kepada sosok tuhannya, kalau engkau benar benar Tuhan semesta alam. maka Tunjukan dirimu didepanku saat ini juga! jika tidak Enyahlah dari hadapku!

tapi gw yakin itu gak akan mungkin terjadi dalam diri PS karena dia KETAKUTAN
User avatar
gema
Posts: 1097
Joined: Sun Sep 08, 2013 10:27 pm

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by gema »

Patah Salero wrote:Udah gw bilang, gw bukan juri yang adil untuk kasus pedofilia ini. Karena gw dibesarkan di lingkungan yang menganggap pedofilia salah.
Rosul wrote: UD SADAR DIRI SENDIRI GAK KOMPETEN TAPI MASIH AJA BIKIN PENILAIAN MENJUDGE BHW PEDOFILIA ADALAH KWAJARAN !
STANDART GANDA MOSLEM KEMBALI MUNCUL.. :vom:
User avatar
buncis hitam
Posts: 948
Joined: Sun May 13, 2012 9:35 pm
Location: Yang jelas di tempat yang aman jauh dari para jihadis

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by buncis hitam »

PS wrote:Tapi anggaplah pandangan tersebut adalah pandangan pribadi gw. maka yang terikat pada pandangan tersebut HANYA diri gw sendiri.

Semisal dari 250 juta penduduk Indonesia, ada 200 juta orang sependapat dengan gw, dan MENERAPKANNYA DALAM KONSENSUS YANG DISEBUT UNDANG-UNDANG, maka 50 juta sisanya terikat pada pandangan yang melarang bersetubuh dengan mayat tersebut. dan yang patut dicatat, hal itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa larangan persetubuhan dengan mayat adalah kebenaran objektif, bla..bla..bla...Karena Kebenaran tidak ditemukan melalui voting.
Dan patut dicatat pula, jangan2 ini pulalah yang menjadi alasan kenapa muslim selalu memaksakan eslam agar jumlah muslim menjadi banyak dan mayoritas. Karena pada dasarnya mereka muslim tau eslam itu tidak ada kebeneran sama sekali sehingga jalan satu2nya ialah memperbanyak jumlah muslim. Mereka mengira dengan jumlah yang mayoritas maka eslam akan bener. PS secara tidak sengaja telah membuka rahasia penting mengenai strategi muslim. Selamat.
Patah Salero
Posts: 2703
Joined: Tue Dec 21, 2010 12:31 am

Re: Menyelami Dilema Sang Allah

Post by Patah Salero »

rahimii wrote: Bro patah, saya pikir anda tidak mengerti apa yang saya coba sampaikan. Bahkan anda secara sangat mencolok mencoba memaksakan pedofilia sebagai sebuah perbuatan bermoral yang memiliki tingkat kebenaran berdasarkan kondisi, kultur atau perkembangan sosial di zaman tertentu, mengingat nabi yang anda puja pernah mempraktekkannya. Terlihat juga bahwa anda secara serampangan menyamakan pengertian moral absolut dan moral objektif. Saya ulangi sekali lagi. Moral objektif berarti satu perbuatan tetap tidak bermoral meskipun individu, masyarakat atau budaya lain menganggapnya sebaliknya. Moral objektif eksis diluar opini manusia. Oleh karenanya, moralitas objektif hanya dapat dilandaskan dan bersumber dari sesuatu yang transenden diluar manusia. Ciptaan tidak punya definisi pada dirinya sendiri.

Sesuatu yang transenden ini setidaknya harus memiliki tiga kriteria persyaratan agar hukum moral itu dapat menjadi objektif. Yang pertama, otoritas transenden yang absolut dan tidak berubah. Kedua, standard transenden yang absolut dan tidak berubah. Ketiga, kebenaran transenden yang absolut. Hanya satu keberadaan yang dapat memenuhi kriteria tersebut, yaitu TUHAN yang aspek kebenarannya melampaui segala zaman dan tidak berubah. TUHAN yang tidak memiliki kewajiban moral untuk dilakukan, TUHAN yang adalah sumber moral objektif dimana seluruh kebaikan dan kebenaran melekat dalam karakternya. Kebaikan dan kebenaran dalam karakter moral itu adalah nature nya, sehingga hanya yang baik akan dihasilkan daripadanya.
KEBENARAN TRANSEDEN YANG ABSOLUT...hmm sangat menarik.

Omongan loe trus terang agak ketinggian buat gw. Tapi apa gunanya omong tinggi kalo enggak bisa diterapkan dalam kondisi ril. Gw ambil contoh saangaaaattt klasik: HUKUM MAKAN BABI.

Yahudi mengatakan makan babi dilarang Tuhan, dengan alasan bla..bla..bla..
Kristen mengatakan makan babi tidak dilarang Tuhan, dengan alasan bla...bla...bla...
Karena Yahudi dan Kristen mengaku menyembah Tuhan yang sama, maka kedua pernyataan tersebut bertolak belakang.
Dan secara logika dua pernyataan yang bertolak belakang TIDAK MUNGKIN sama-sama benar. Salah satu PASTI salah.

Pertanyaan gw: bisakah kita menemukan yang mana kebenaran absolut dari dua pernyataan yang bertentangan itu. Tolong sertakan juga dalam analisis elo aspek KEBENARAN TRANSEDEN ABSOLUT DAN TAK BERUBAH.
rahimii wrote:Oleh karena TUHAN ini adalah seluruh kebaikan dan kebenaran, maka semua yang mungkin TUHAN dapat berikan dan izinkan terjadi kepada manusia, adalah hanya apa yang akan membawa kebaikan kepada kita pula. Meskipun pada awalnya mungkin kebaikan itu menjadi output akhir dari satu peristiwa yang kita anggap jahat pada awalnya. Dengan kata lain, TUHAN dapat “mengizinkan” ketidakbaikan jika hanya dari ketidakbaikan itu pada akhirnya akan menghasilkan output yang baik kepada seluruh manusia. Setiap definisi harus ditarik kembali kepada TUHAN, sang pemberi definisi. Pertanyaannya, kebaikan universal apa yang dapat dihasilkan dari perilaku bejat pedofil yang kompatibel dengan segala zaman, sehingga pedofilia memiliki definisi terhadap makna kebenaran bagi sang pemberi definisi? Sebelum menjawab juga harus diingat, standard moral objektif sang transenden haruslah tidak berubah-ubah agar tidak berkontradiksi dengan atributnya yang maha dalam segalanya.
Kalo yang loe maksud kebaikan apa yang dihasilkan dari perkawinan Muhammad SAW dan Aisyah, maka loe udah pasti hijau banget dalam Ilmu keislaman. Aisyah termasuk lima besar orang yang meriwayatkan hadis dari Muhammad.
Adz-Dzahabi mengatakan yang paling banyak meriwayatkan hadits dari kalangan sahabat Radiyallahu anhum ajma'in, adalah:
1. Abu hurayrah meriwayatkan 5.374 hadits
2. Ibnu Umar : 2.630 hadits
3. Anas : 2.276 hadits
4. Aisyah : 2.210 hadits
5. Jabir : 1.540 hadits
6. Abu sa'id : 1.170 diatas 586 hadits
7. Umar : 537 hadits
8. Abdullah bin umar 700 hadits
9. Ummu salamah : 378 hadits
10. Al-barra' bin 'azib : 305 hadits
11. Abu dzar : 281 hadits
12. Sa'ad : 271 hadits
13. Abu umamah : 250 hadits
14. Sahl bin Sa'ad : 188 hadits
15. Ubadah : 181 hadits
16. Imron : 180 hadits
17. Mua'dz : 157 hadits
18. Abu ayyub 155 hadits
19. Tsaman : 164 hadits
20. Jabir bin samrah : Sda (164 hadits)
21. Abu bakar Ashiddiq : 132 hadits
22. usamah : 182 hadits
23. Tsauban : 172 hadits
24. Samroh bin jundab 132 hadits
25. Nu'man bin Basyir : 142 hadits
26. Abu mas'ud : 102 hadits
27. Jarir : 100 hadits
28. Ibnu Abi Aufa : 95
http://noternative.blogspot.com/2013/12 ... -para.html
Kalau membandingkan jumlah hadis yang diriwayatkan para istri Muhammad, maka Aisyah tetap yang paling OK:
http://ahsyaf.wordpress.com/2011/07/19/ ... in-hanbal/

Image
note:az-zhahabi mungkin melaporkan jumlah hadis yang lebih kecil untuk menghilangkan pengulangan. Data dari az-zahabi dikutip dari berbagai kitab hadis, sementara data diatas hanya dari satu kitab, yaitu sunan Ahmad.

Sebagaimana bisa loe lihat dalam tabel diatas, jumlah TOTAL hadis yang diriwayatkan oleh SEMUA ISTRI KECUALI AISYAH ADALAH 441, Jumlah Total seluruh hadis yang diriwayatkan istri-istri Nabi berjumlah 2875. Itu artinya Aisyah meriwayatkan sekitar 85 % dari total hadis yang diriwayatkan istri-Istri Nabi.

Gw rasa disini loe mulai paham apa manfaat perkawinan Aisyah. Tapi kalo belum paham juga akan gw bantu. Aisyah adalah salah satu sumber informasi paling penting tentang kehidupan pribadi Muhammad SAW. Tidak bisa digantikan. Menunda perkawinannya dengan Muhammad SAW akan mengurangi informasi yang akan diserapnya.
Anda meminta teks wahyu sebagai bukti resmi jika pedofilia adalah benar larangan dari tuhan. Sekali lagi, saya “takjub” dengan logika berpikir anda yang saling bertabrakan satu sama lain. Banyak hal-hal yang tidak baik jika dilakukan manusia, tidak tercantum pelarangannya secara terang benderang dalam teks wahyu kitab suci tertentu yang di klaim turun dari surga. Termasuk salah satunya pedofilia. Tapi apakah dengan mengikuti alur argumentasi demikian, membuat pedofilia menjadi bermoral dibawah standard moral objektif TUHAN? Bagaimana caranya mengetahui pedofilia adalah kejahatan di mata TUHAN meski tidak ada teks wahyu yang melarangnya? Saya akan beritahu anda caranya.

Beberapa kebenaran moral dapat diungkapkan kepada manusia melalui apa yang kita sebut sebagai pengungkapan ilahi (divine revelation) seperti melalui wahyu nabi yang otoritasnya didukung oleh mukzizat atau kemampuan supranatural. Kontras dengan itu, kebenaran moral yang lain dari TUHAN dan kehendaknya, dapat pula kita kenali dari pengungkapan umum (general revelation) yaitu kesimpulan dari tatanan alam dan sosial manusia. Hidup dan sejarah manusia merupakan perwujudan pengungkapan umum, dimana TUHAN dengan caranya menyingkapkan kepada kita kebenaran-kebenaran tertentu lewat pelajaran kehidupan. Nah, apa yang sejarah dan pelajaran kehidupan manusia telah ungkapkan tentang pedofilia? Hanya satu, bahwa pedofilia adalah bentuk kesakitan jiwa dan kejahatan bagi kemanusiaan, terkhusus anak-anak.
Ini juga mau gw tanya. Usia Maria (Bunda yang Mulia Yesus) ketika menikah dengan Yusuf adalah 14 tahun. Sementara usia minimum bagi perempuan yang akan menikah di Indonesia adalah 16 tahun. Menurut elo, mana yang sesuai dengan kebenaran Absolut transenden ?? :green: Haruskah Indonesia merubah umur minimum perempuan yang akan menikah menjadi 14 tahun ??
Post Reply