Tentang Konsep Tuhan yang Tidak Bisa Menjadi Manusia
Posted: Sun Aug 12, 2012 7:08 am
Baca juga: http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... ia-t31911/
Salah satu cara berpikir Muslim yg usang adalah pikiran mereka bahwa tuhan tidak mungkin menjadi atau mengontrol raga manusia dan pada saat yang sama tetap adalah tuhan, lengkap dengan segala tetek bengek maha ini itunya. Konsep tersebut, yang dalam Hinduisme dikenal sebagai avatar/inkarnasi tuhan yang turun ke bumi untuk tujuan tertentu, juga bisa kita temui dalam kekristenan.
Di pikiran Muslim, jika tuhan menjadi atau sedang mengontrol raga manusia, maka surga atau tahta tuhan akan kosong melompong, karena tuhan sedang sibuk mandi, buang air besar, makan dan tidur di dunia manusia. Dan mereka langsung menyimpulkan: Tidak mungkin.
Pola pikir macam ini mungkin terdengar "wah" ribuan tahun lalu di dusun-dusun Arab, tapi saat ini, pola pikir semacam ini tentu saja ketinggalan jaman.
Anda mungkin pernah mendengar atau memainkan game The Sims. Game buatan Will Wright ini sangat populer dan kini telah sampai pada sekuel keduanya, yaitu The Sims 3.
Dalam game ini Anda dapat mengontrol satu atau beberapa AI berbentuk manusia yang bernama Sims untuk melakukan aktivitas sehari-hari selayaknya manusia, mulai dari mereka lahir sampai meninggal. Ratusan aktivitas yang biasa dilakukan manusia, seperti mandi, makan, tidur, bekerja, main dan lain-lain dapat Anda perintahkan pada para Sims sesuai keinginan Anda.
Dan jika Anda tahu cheat/kode curangnya, Anda bisa mendapatkan uang dengan mudah, membuat Sims Anda menderita penyakit, membuatnya sehat kembali, mempercepat umurnya, membunuhnya dan bahkan menghidupkannya kembali. Dengan kata lain Anda sedang dan dapat bermain menjadi tuhan/Playing god dalam game ini.
Will Wright SWT dan game buatannya
Konsep "playing god" juga bisa kita temui dalam sosok Game Master dari sebuah game Online. Seorang Game Master memiliki kekuasaan lebih dari para gamer normal lainnya. Bahkan jika mau, mungkin ia bisa ikut bermain sebagai karakter dalam game tersebut, langsung memiliki level maksimal dan tidak bisa dibunuh.
Dan semuanya itu bisa Anda lakukan sambil minum kopi, makan snack atau sejenak ke kamar mandi (baca: tombol pause). Bahkan jika Anda mengantuk atau ada keperluan mendadak, Anda bisa menghentikan permainan dan melanjutkannya kembali di lain waktu. (baca: save game)
Lalu ketika karakter Anda berdarah-darah atau bahkan mati/terbunuh apakah Anda ikut mati? Tentu saja jawabannya tidak. Kenyataannya Anda mungkin sedang mengomel marah di depan komputer Anda, dan jika Anda masih punya save gamenya, tahu kode cheat tertentu, atau mungkin Anda adalah programmer game tersebut, Anda selalu bisa menghidupkan kembali karakter Anda dan melanjutkan permainan.
Hampir semua game yang beredar saat ini kebanyakan memang mengkondisikan pemain untuk mengontrol tokoh/karakter dalam game untuk tujuan-tujuan tertentu. Game-game open-world dengan area dunia yang luas semacam Grand Theft Auto atau World of Warcraft telah membuka mata kita bahwa teknologi simulasi selalu berkembang dari masa ke masa, dan mungkin suatu waktu kita bisa benar-benar hidup dalam dunia simulasi selayaknya film The Matrix. Konsep yang tentunya tidak banyak dibayangkan oleh orang-orang yang memainkan game Pong hampir 40 tahun yang lalu.
Konsep mengendalikan karakter/avatar semacam ini bahkan telah jauh diimajinasikan oleh Hollywood, misalnya dalam film Avatar atau Surrogates, di mana manusia bisa mengendalikan robot/makhluk untuk berinteraksi dengan robot/makhluk lainnya, dan apa yang dirasakan secara fisik oleh avatar tersebut bisa ikut berpengaruh pada fisik pengendalinya. Jalan menuju teknologi semacam ini sudah mulai dikembangkan, contohnya Nintendo Wii maupun Kinect pada Xbox, di mana gamer masa kini dapat berinteraksi lebih aktif dalam menggerakkan tubuhnya ketika memainkan game.
Neo AS sedang melakukan mukjizat
Namun tentu saja hal semacam itu masih terlalu dini untuk direalisasikan dengan teknologi yang kita miliki saat ini, tapi game-game simulasi kehidupan semacam The Sims dan yang lainnya bisa dikatakan merupakan pintu gerbang/langkah awal menuju teknologi semacam itu. (sudah rahasia umum bahwa mentalitas Kafir yang membuatnya lebih unggul dari non-kafir adalah: Semua yang kita nikmati diawali dan dibangun dari mimpi, "You dream It, We build it")
Pertanyaannya: Jika manusia (kafir) sudah merintis, mengembangkan dan bahkan sedang berusaha mewujudkan hal semacam itu, lalu bagaimana dengan konsep tuhan Islam, yang (menurut Muslim sendiri) tidak mampu menjadi manusia dan pada saat yang bersamaan tetap adalah tuhan?
Ekspresi Homer Simpson ketika sedang memikirkan pertanyaan di atas
Bagaimana menurut Anda?
Salah satu cara berpikir Muslim yg usang adalah pikiran mereka bahwa tuhan tidak mungkin menjadi atau mengontrol raga manusia dan pada saat yang sama tetap adalah tuhan, lengkap dengan segala tetek bengek maha ini itunya. Konsep tersebut, yang dalam Hinduisme dikenal sebagai avatar/inkarnasi tuhan yang turun ke bumi untuk tujuan tertentu, juga bisa kita temui dalam kekristenan.
Di pikiran Muslim, jika tuhan menjadi atau sedang mengontrol raga manusia, maka surga atau tahta tuhan akan kosong melompong, karena tuhan sedang sibuk mandi, buang air besar, makan dan tidur di dunia manusia. Dan mereka langsung menyimpulkan: Tidak mungkin.
Pola pikir macam ini mungkin terdengar "wah" ribuan tahun lalu di dusun-dusun Arab, tapi saat ini, pola pikir semacam ini tentu saja ketinggalan jaman.
Anda mungkin pernah mendengar atau memainkan game The Sims. Game buatan Will Wright ini sangat populer dan kini telah sampai pada sekuel keduanya, yaitu The Sims 3.
Dalam game ini Anda dapat mengontrol satu atau beberapa AI berbentuk manusia yang bernama Sims untuk melakukan aktivitas sehari-hari selayaknya manusia, mulai dari mereka lahir sampai meninggal. Ratusan aktivitas yang biasa dilakukan manusia, seperti mandi, makan, tidur, bekerja, main dan lain-lain dapat Anda perintahkan pada para Sims sesuai keinginan Anda.
Dan jika Anda tahu cheat/kode curangnya, Anda bisa mendapatkan uang dengan mudah, membuat Sims Anda menderita penyakit, membuatnya sehat kembali, mempercepat umurnya, membunuhnya dan bahkan menghidupkannya kembali. Dengan kata lain Anda sedang dan dapat bermain menjadi tuhan/Playing god dalam game ini.
Will Wright SWT dan game buatannya
Konsep "playing god" juga bisa kita temui dalam sosok Game Master dari sebuah game Online. Seorang Game Master memiliki kekuasaan lebih dari para gamer normal lainnya. Bahkan jika mau, mungkin ia bisa ikut bermain sebagai karakter dalam game tersebut, langsung memiliki level maksimal dan tidak bisa dibunuh.
Dan semuanya itu bisa Anda lakukan sambil minum kopi, makan snack atau sejenak ke kamar mandi (baca: tombol pause). Bahkan jika Anda mengantuk atau ada keperluan mendadak, Anda bisa menghentikan permainan dan melanjutkannya kembali di lain waktu. (baca: save game)
Lalu ketika karakter Anda berdarah-darah atau bahkan mati/terbunuh apakah Anda ikut mati? Tentu saja jawabannya tidak. Kenyataannya Anda mungkin sedang mengomel marah di depan komputer Anda, dan jika Anda masih punya save gamenya, tahu kode cheat tertentu, atau mungkin Anda adalah programmer game tersebut, Anda selalu bisa menghidupkan kembali karakter Anda dan melanjutkan permainan.
Hampir semua game yang beredar saat ini kebanyakan memang mengkondisikan pemain untuk mengontrol tokoh/karakter dalam game untuk tujuan-tujuan tertentu. Game-game open-world dengan area dunia yang luas semacam Grand Theft Auto atau World of Warcraft telah membuka mata kita bahwa teknologi simulasi selalu berkembang dari masa ke masa, dan mungkin suatu waktu kita bisa benar-benar hidup dalam dunia simulasi selayaknya film The Matrix. Konsep yang tentunya tidak banyak dibayangkan oleh orang-orang yang memainkan game Pong hampir 40 tahun yang lalu.
Konsep mengendalikan karakter/avatar semacam ini bahkan telah jauh diimajinasikan oleh Hollywood, misalnya dalam film Avatar atau Surrogates, di mana manusia bisa mengendalikan robot/makhluk untuk berinteraksi dengan robot/makhluk lainnya, dan apa yang dirasakan secara fisik oleh avatar tersebut bisa ikut berpengaruh pada fisik pengendalinya. Jalan menuju teknologi semacam ini sudah mulai dikembangkan, contohnya Nintendo Wii maupun Kinect pada Xbox, di mana gamer masa kini dapat berinteraksi lebih aktif dalam menggerakkan tubuhnya ketika memainkan game.
Neo AS sedang melakukan mukjizat
Namun tentu saja hal semacam itu masih terlalu dini untuk direalisasikan dengan teknologi yang kita miliki saat ini, tapi game-game simulasi kehidupan semacam The Sims dan yang lainnya bisa dikatakan merupakan pintu gerbang/langkah awal menuju teknologi semacam itu. (sudah rahasia umum bahwa mentalitas Kafir yang membuatnya lebih unggul dari non-kafir adalah: Semua yang kita nikmati diawali dan dibangun dari mimpi, "You dream It, We build it")
Pertanyaannya: Jika manusia (kafir) sudah merintis, mengembangkan dan bahkan sedang berusaha mewujudkan hal semacam itu, lalu bagaimana dengan konsep tuhan Islam, yang (menurut Muslim sendiri) tidak mampu menjadi manusia dan pada saat yang bersamaan tetap adalah tuhan?
Ekspresi Homer Simpson ketika sedang memikirkan pertanyaan di atas
Bagaimana menurut Anda?