Well, ini memang seperti share of story buat orang Kristen, tapi sekaligus pertanyaan kepada orang Islam. So Mod, still the main question is, “AULOH INGIN DUNIA MENJADI ISLAM?”
Please don’t move it into Kristen/Katholik forum.
@MOSLEM
Kalau jawabannya Ya, berarti dari cerita di bawah kesimpulannya AULOH TIDAK MAHA KUASA. Kalau Auloh orang Islam berkuasa, kenapa peperangan ini tidak dapat dimenangkan oleh orang Islam?
Kalau Auloh berkuasa, tapi tidak berkenan dengan cara peperangan dalam menyebarkan agama Islam, berarti MUHAMMAD PENIPU.
Kalau jawaban dari pertanyaan utama saya adalah TIDAK! Berarti juga MUHAMMAD PENIPU
Battle of Tours
Ahli sejarah modern setuju bahwa ‘Battle of Tours’ adalah peperangan yang paling penting pada jaman penaklukan Umayyad. Kekalahan telak Umayyad di peperangan ini menyebabkan kejatuhannya, dan peperangan ini menyebabkan Eropa memeluk agama Kristen, bukan Islam. Battle of Tours dimenangkan oleh Charles Martel dengan 30.000 orangnya dan konon melawan Umayyad berjumlah sekitar 400.000 orang. Korban kematian di pihak Charles Martel adalah 1.500 orang, sedangkan Umayyad konon mencapai 375.000 orang tewas. Lepas dari angka ini benar atau tidak, yang banyak disepakati oleh para ahli sejarah adalah pasukan Charles Martel, baik pasukan utama maupun militia (pasukan sipil) kalah jumlah sekitar satu banding dua terhadap pasukan Umayyad.
Peperangan ini terjadi dua puluh tahun setelah Umayyad memulai misi penaklukannya ke Eropa. Dimulai dari penyerangan mereka ke Visigothic, suatu kerajaan kristen di ‘Iberian peninsula’ pada tahun 711, berlanjut ke Frankish, daerah bagian Gaul (salah satu provinsi di kerajaan Romawi, di Indonesia lebih dikenal Galia, daerahnya Asterix Obelix). Pada saat itu milisi Umayyad sudah mulai merambah ke Utara, yaitu Aquitaine dan Burgundy, memenangkan peperangan besar di Bordeaux dan menyerbu Autun. Kemenangan Martel diyakini oleh para ahli sejarah menghentikan ambisi pasukan Umayyad untuk menaklukkan daerah sebelah utara ‘Iberian peninsula’ dan di satu sisi telah mempertahankan kekristenan di Eropa pada masa kejayaan Muslim atas daerah kerajaan Romawi dan Persia kuno.
Persiapan dan manuver
Dari semua sumber, Umayyad diberitakan tidak siap dalam peperangan ini karena tidak menduga lawan mempunyai pasukan yang ‘cukup besar’ (yang sebenarnya hanyalah ilusi), tertata rapi dan telah siap berperang, terletak di posisi dataran yang lebih tinggi dan telah siap berhadap-hadapan. Charles Martel telah mendapatkan segala keuntungan posisi awal dan kemudian memilih untuk bertempur secara defensif menggunakan formasi phalanx
Formasi ini berguna untuk menahan serangan kavaleri.
Selama tujuh hari, kedua pihak hanya menunggu dan mengawasi dan melakukan peperangan-peperangan kecil. Hal ini dilakukan Umayyad karena mereka menunggu bala bantuan dan seluruh pasukan mereka datang. Abd-al-Rahmân, terlepas bahwa dia adalah seorang jenderal kawakan telah membiarkan Charles Martel mengambil posisi dan menentukan kondisi peperangan. Terlebih lagi, sangat sulit bagi Umayyad untuk mengetahui secara pasti berapa jumlah pasukan Martel karena Martel menggunakan pohon dan hutan untuk menciptakan ilusi bahwa pasukannya lebih besar dari kenyataannya.
Ilusi ini menyebabkan Abd-al-Rahmân memutuskan untuk menambah pasukan dan akhirnya mengerahkan seluruh kekuatannya. Tapi keputusan ini juga memberikan Martel waktu untuk menarik kekuatan utama infantri-nya dari seluruh pos-pos terdepan kerajaannya. Pasukan infanteri ini adalah penentu kemenangan bagi Martel karena mereka adalah pasukan kawakan yang memiliki pengalaman bertempur selama bertahun-tahun. Martel juga menggunakan penduduk sipil untuk mengumpulkan makanan dan memancing emosi para muslim.
Martel mempertaruhkan segalanya dengan satu keyakinan bahwa Abd-al-Rahmân akan maju berperang karena keinginannya untuk menaklukkan Tours. Pada awalnya, kedua pasukan sama-sama menunggu, tapi akhirnya Abd-al-Rahmân habis kesabarannya dan menyerbu pasukan Martel (Frankish Army) yang mengambil posisi di bukit di depan mereka. Keputusan Martel untuk menunggu Abd-al-Rahmân menyerang terbukti sangat krusial, karena hal ini memaksa pasukan Abd-al-Rahmân menyerbu bukit yang menanjak dan penuh pohon di mana hal ini mengeliminasi segala faktor keuntungan dan keunggulan pasukan kavaleri.
Martel sudah menyiapkan peperangan ini sepuluh tahun sebelumnya sejak peperangan Toulouse karena dia tahu, apabila dia kalah, tidak akan adalagi pasukan Kristen yang mampu mempertahankan kekristenan di daerah Barat. Dan Martel telah membuktikan bahwa dia sanggup mengambil keputusan yang paling baik di tengah situasi yang sangat buruk. Meskipun kalah dalam jumlah dan hanya mengandalkan pasukan infanteri karena mereka kehabisan pelana kuda, Martel mempunyai pasukan infanteri yang gagah, berpengalaman perang dan setia kepadanya. Martel juga memiliki ‘element of surprise’ (satu faktor yang sangat penting dalam peperangan) dan telah berhasil menempatkan posisi terlebih dahulu.
Pasukan Martel juga diperlengkapi dengan mantel serigala dan beruang yang membuat mereka tahan terhadap cuaca dingin. Pasukan Arab sebaliknya tidak siap dengan cuaca dingin yang melanda daerah utara meskipun mereka mempunyai tenda sedangkan pasukan Martel tidak menggunakan tenda sama sekali. Umayyad berusaha memancing pasukan Martel keluar ke daerah terbuka, sedangkan pasukan Martel yang sudah diposisikan dalam posisi bertahan yang kokoh memancing Umayyad untuk menyerang ke bukit. Ini adalah permainan menunggu yang dimenangkan oleh Martel. Pada hari ketujuh, Abd-al-Rahmân akhirnya memutuskan untuk menyerang karena tidak ingin cuaca dingin membekukan pasukannya.
Hari - H
Abd-al-Rahmân merasa yakin dengan keunggulan pasukan kavalerinya dan memerintahkan mereka untuk menyerang tanpa henti. Pasukan kavaleri Abd-al-Rahmân yang diperlengkapi tombak panjang dan pedang telah memenangkan berbagai peperangan sebelumnya. Tetapi kali ini mereka tidak berhasil menembus pasukan Martel yang hanya terdiri dari pasukan infanteri. Pasukan Martel dengan gagah berhasil mempertahankan formasi melawan serangan pasukan kavaleri Umayyad. Sumber dari pihak Arab mengklaim bahwa beberapa kali pasukan Umayyad berhasil menembus ke sisi dalam formasi pasukan Martel yang terus bertahan dengan gagah, dan banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak.
Lepas daripada itu, formasi pasukan Martel tidak tergoyahkan. Hasil pelatihan militer Martel yang dibiayai dengan dana gereja tidak sia-sia. Pasukannya yang sangat terlatih telah melakukan apa yang pada saat itu dianggap mustahil: pasukan infanteri melawan pasukan kavaleri Umayyad yang ganas.
The Mozarabic Chronicle of 754 menggambarkan “Di tengah-tengah peperangan yang dahsyat, bangsa Utara terlihat seperti laut yang tidak tergoyahkan. Berdiri dengan kokoh, antara satu dengan yang lain terlihat seperti membentuk gunung es, dan dengan sambaran pedangnya mereka membunuh para Arab. Tangan mereka tak mengenal lelah menusukkan pedang mereka ke dada lawan”.
Pasukan Umayyad yang berhasil menembus formasi berusaha membunuh Martel. Tapi pengawal utama yang mengelilingnya tidak juga dapat ditembus. Ketika perang terus berkecamuk, muncul desas desus di tengah pasukan Umayyad bahwa pasukan mata-mata Charles Martel berusaha mencuri hasil rampasan mereka atas kemenangan mereka di pertempuran Bordeaux. Mendengar hal ini beberapa pasukan Umayyad segera keluar dari formasi, kembali ke camp mereka dan mengamankan harta benda mereka (kelihatan tuh typical muslimnya). Dari sumber pihak muslim juga dicatat bahwa ditengah peperangan pasukan mata-mata Martel menjarah camp mereka, termasuk gudang logistik, dan juga melepaskan para budak.
Taktik Charles dalam menciptakan kekacauan di camp mereka sangat jitu, karena berhasil memancing banyak pasukan Umayyad untuk kembali ke camp. Tapi bagi pasukan muslim lainnya, hal ini terlihat seperti kekalahan perang dan seruan untuk mundur, dan itulah yang terjadi. Pada saat kekacauan ini terjadi Abd-al-Rahmân terkepung dan terbunuh, dan banyak lagi pasukan Umayyad yang terbantai saat mereka berusaha untuk lari dan mundur. Pasukan Martel tetap mempertahankan posisi bertahan mereka dan beristirahat malam harinya dengan asumsi peperangan akan berlanjut keesokan hari.
Hari Berikutnya
Keesokan harinya, pasukan Umayyad tidak menyerang. Pasukan Martel juga di satu sisi kuatir akan adanya perangkap. Charles sendiri pada awalnya berpikir bahwa pasukan Umayyad masih berusaha memancingnya untuk keluar ke daerah terbuka. Dia tahu apapun yang terjadi, taktik ini harus dia hindari, dan dia telah mendisiplin pasukannya untuk tidak keluar dari formasi dalam kondisi apapun dan masuk ke daerah terbuka. Setelah dilakukan pengamatan yang cermat oleh pasukan mata-mata, baru diketahui bahwa camp telah dengan cepat-cepat ditinggalkan oleh pasukan Umayyad. Tenda-tenda yang masih tertinggal menunjukkan bahwa pasukan Umayyad telah mundur malam itu juga dan kembali ke Iberia sambil membawa rampasan perang yang tersisa dan dapat mereka bawa.
Melihat perbedaan kekuatan yang cukup jauh dari pasukan infanteri Martel melawan pasukan kavaleri baik pasukan kavaleri ringan maupun juga pasukan kavaleri berbaju zirah, juga dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit. Martel telah memenangkan peperangan dengan sangat cerdik. Di waktu dan tempat yang tepat, dia bertempur melawan pasukan yang jauh lebih kuat, dan memenangkannya
