Perceraian Sauda bint Zam'ah

Muhammad dan istri2nya, pedofilia dan kehidupan seksual nabi
Post Reply
User avatar
curious
Posts: 3138
Joined: Wed Mar 22, 2006 5:08 am

Perceraian Sauda bint Zam'ah

Post by curious »

http://debate.domini.org/newton/sauda.html

SAUDA BINT ZAM’AH

Kisah di bawah ini mengenai seorang perempuan bernama Sauda bint Zam’ah. Dia semula menikah dengan salah seorang Muslim yang pertama, as-Sakran ibn ‘Amr ibn ‘Abd Shams, yang membawa dia dan tujuh teman-temannya pindah ke Ethiopia untuk menghindari hukuman. Di Ethiopia, suami Sauda meninggal. Dia pun kembali ke daerah asalnya.
Pada saat yang hampir bersamaan, Muhammad pun kehilangan istri pertamanya Khadijah. Tak lama kemudian, Muhammad menikahi Sauda. Tidak diragukan lagi, karena pengalaman mereka yang sama, mereka mengerti penderitaan satu sama lainnya dan bisa saling menghibur.
Dalam hidupnya, Muhammad pun menikahi wanita-wanita lainnya. Sebelum kematiannya, dia telah punya sembilan istri.

Ibn Khatir, mengutip Imam Muslim, melaporkan bahwa Muhammad mati meninggalkan sembilan istri, tetapi dia biasanya membagi waktu antara delapan dari sembilan istrinya itu. Istri kesembilan, Sauda, memberikan hari jatahnya kepada Aisha.
وقال الشافعى : أخبرنا مسلم ، عن ابن جريج ، عن عطاء ، عن ابن عباس ، أن رسول الله (صلعم) توفى عن تسع نسوة ، وكان يقسم لثمان . (ابن كثير)
قال الشافعى رحمه الله : التاسعة التى لم يكن يقسم لها سودة ، وهبت يومها لعائشة ، أخبرنا سفيان ، عن هشام ، عن أبيه : أن سودة وهبت يومها لعائشة. (ابن كثير)

Walaupun hubungan Muhammad dan Sauda cukup lama, hadist menceritakan bahwa Sauda akhirnya kehilangan haknya sebagai istri dan pendamping Muhammad. Bukan saja Muhammad berhenti menjalankan kewajibannya sebagai suami kepada Sauda, dia bahkan berhenti mengunjunginya sama sekali.

Keaslian laporan hadist ini tidak dapat disangkal. Contohnya, Bukhari melaporkan (Bukhari, the Book of Nikah, Hadith No. 139.):

Narrated ‘Aisha that Sauda bint Zam’ah gave up her turn to ‘Aisha, and so the prophet used to give ‘Aisha both her day and the day of Sauda.[1]
عن عائشة : أن سودة بنت زمعة وهبت يومها لعائشة ، وكان النبى (صلعم) يقسم لعائشة بيومها ويوم سودة . (بخارى عربي انجليزى : الجزء السابع : كتاب النكاح ، حديث 139)

Tetapi mengapa Sauda mau memberikan hak nya akan dampingan lelaki satu satunya dalam hidupnya itu kepada Aisah?

Jawabannya ada dalam komentar Q 4.128:
“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.”

"وإن امراةٌ خافت من بعلها نشوزاً أو إعراضاً فلا جناح عليهما أن يصلحا بينهما صلحاً..." (النساء : 128)

Tentang ayat itu, Ibn Kathir berkata:
“Jika istri takut suaminya akan menolak dia, atau menghindarinya, dia bisa mengorbankan beberapa haknya mengenai dukungan keuangan, pakaian, perumahan hak-hak lain terhadap suaminya, dan suaminya boleh menerima pengorbanan tersebut. Tidak ada salah dalam pihaknya untuk menolak hak-haknya tersebut dan tidak ada salahnya dalam pihak suaminya untuk menerima pengorbanannya. Karena itulah yang Maha Tinggi berkata: (tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya_ dan Dia berkata: (dan perdamaian itu lebih baik) dibandingkan perpisahan….itulah sebabnya mengapa, ketika Sauda bint Zam’ah menjadi tua, Rasul Allah memutuskan untuk menceraikannya. Dia (Sauda) memintanya untuk tetap memelihara dia asalkan dia memberikan hari jatahnya kepada Aisha. Dia (Muhammad) menerima tawarannya dan tidak menceraikannya.

Dikisahkan oleh Ibn ‘Abbas yang berkata: Sauda takut Rasul Allah akan menceraikannya, jadi dia berkata kepadanya “ O Rasul Allah, jangan ceraikan aku, dan hari jatahku akan jadi milik Aisha. Dan itu dilakukannya, dan ayat Q 4.128 pun diturunkan.”

قال ابن كثير:
ما إذا خافت المرأة من زوجها أن ينفر عنها ، أو يعرض عنها ، فلها أن تسقط حقها أو بعضه ، من نفقة أو كسوة ، أو مبيت ، أو غير ذلك من الحقوق عليه ، وله أن يقبل ذلك منها فلا جناح عليها فى بذلها ذلك له ، ولا عليه فى قبوله منها ، ولهذا قال تعالى : (فلا جناح عليهما أن يصالحا بينهم صلحا) . ثم قال : (والصلح خير) ، أى : من الفراق ... ولهذا لما كبرت سودة بنت زمعة عزم رسول الله (صلعم) على فراقها . فصالحته على أن يمسكها ، وتترك يومها لعائشة ، فقبل ذلك منها وأبقاها على ذلك .
ذكر الرواية بذلك . قال أبو داود الطيالسى : حدثنا سليمان بن معاذ ، عن سماك بن حرب ، عن عكرمة ، عن ابن عباس قال خشيت سودة أن يطلقها رسول الله (صلعم) ، فقالت يا رسول الله ، لا تطلقنى واجعل يومى لعائشة . ففعل ، ونزلت هذه الآية . (ابن كثير) (هذا الحديث رواه الترمذى وقال هذا حديث حسن صحيح غريب)

Mengapa Rasul Allah hendak menceraikan Sauda? Dan jika dia tidak berkehendak menceraikannya, mengapa Sauda takut akan diceraikan sehingga memberikan hari jatahnya kepada Aisha? Apa kesalahan dia? Sauda tidak bersalah sama sekali selain menjadi tua, menurut Ibn Kathir.
Laporan lainnya mengatakan Muhammad sesungguhnya telah menceraikan Sauda, tetapi Sauda menawarkan penyelesaian yang diterimanya.

Al-Qasin ibn Abi Beza berkata bahwa rasul mengirimkan pesan penceraian kepada Sauda. Jadi dia tunggu hingga rasul dalam perjalannya ke rumah Aisha. Ketika dilihatnya rasul, dia pun berkata, Aku mohon demi dia yang menurunkan wahyunya kepadamu dan memilihmu di atas semua makhluk ciptaannya, mengapa engkau menceraikan aku. Aku telah jadi tua dan tidak butuh laki-laki, tapi aku ingin dibangkitkan bersama istri-istrimu di hari akhir. Jadi diapun mengubah pendiriannya dan Sauda berkata Aku telah memberikan siang dan malamku kepada Aisah, kecintaan nabi….(Lihat Ibn Kathir tentang Q 4:128)

حدثنا القاسم بن أبى بزة قال: بعث النبى صلعم الى سودة بنت زمعة بطلاقها، فلما أن أتاها جلست له على طريق عائشة فلما رأته قالت له: أنشدك بالذى أنزل عليك كلامه واصطفاك على خلقه لِما راجعتنى، فإنى قد كبرت ولا حاجة لى فى الرجال، [لكن أريد أن] أبعث مع نسائك يوم القيامة. فراجعها فقالت: إنى قد جعلت يومى وليلتى لحبة رسول الله ...(أبن كثير فى سورة النساء:128، وطبقات ابن سعد الجزء الثانى ص 36)

Sumber lain mengatakan Muhammad belum menceraikan Sauda, hanya ingin menceraikannya. Tapi yang pasti Sauda telah memberikan hari jatahnya kepada Aisha. Mengapa satu perempuan rela memberikan hari jatah terhadap satu-satunya suaminya kepada perempuan lain? Supaya lebih mengerti hal ini, mari kita lihat apa yang dikatakan komentator tentang Q 4:128.

Tentang Q 4:128, Razi berkata:
Ada yang berkata (feared=khawatir) berarti ‘tahu’, yang lain berkata (feared=khawatir) berarti ‘berpikir’. Tetapi semua ini tidak menghiraukan yang jelas tanpa alasan. Apa yang dimaksud dengan khawatir adalah khawatir. Tapi kekhawatiran tidak akan timbul begitu saja tanpa adanya tanda-tanda yang menunjukkannya. Tanda-tandanya di sini adalah seorang suami yang berkata pada istrinya kamu jelek atau kamu sudah tua dan aku ingin kawin dengan wanita muda yang cantik….. (pemberontakan) suami terhadap hak-hak istrinya adalah dengan menghindarinya, kelihatan marah ketika memandang mukanya dan tidak menghiraukan dia secara seksual dan memperlakukan dia dengan buruk.

كتب الرازى : قال بعضهم : خافت أى علمت ، وقال آخرون : ظنت ، وكل ذلك ترك للظاهر من غير حاجة ، بل المراد نفس الخوف إلا أن الخوف لا يحصل إلا عند ظهور الإمارات الدالة على وقوع الخوف ، وتلك الإمارات هنا أن يقول الرجل لامرأته إنك دميمة أو شيخة وإنى أريد أن أتزوج شابة جميلة ... ونشوز الرجل فى حق المرأة أن يعرض عنها ويعبس فى وجهها ويترك مجامعتها ويسئ عشرتها . (الرازى فى تفسير سورة النساء : 128)

Apakah Muhammad memperlakukan Sauda seperti yang dikatakan Razi? Sauda pasti sudah melihat tanda-tandanya begitu jelas sehingga dia memutuskan untuk mengamankan beberapa perlindungan dari Muhammad.

Ibn Kathir juga berkata:
“Mengenai Q 4:128 Aisha berkata: Itu mengenai seorang lelaki yang punya dua istri. Satu di antaranya mejadi tua atau jelek dan suaminya tidak menyukainya lagi, jadi diapun berkata: “Jangan ceraikan aku, dan kamu dibebaskan dari kewajiban-kewajibanmu terhadap aku.” Hadist ini dikukuhkan dalam dua Sahih. Apa yang dikatakan oleh ayat itu adalah bahwa perdamaian mereka, dengan syarat istrinya menyerahkan beberapa haknya, dan diterimanya penyerahan itu oleh suaminya, adalah lebih baik dari perpisahan total. Sama seperti Rasul tetap memelihara Sauda dengan syarat dia menyerahkan hari jatahnya kepada Aisha dan Sauda tidak diceraikan dan tetap dipelihara sebagi istrinya. Dan ini dilakukan supaya bangsanya bisa mengambil dia sebagai contoh teladan dan tindakan ini mejadi sah dan diperbolehkan.”

عن عائشة في قوله : "وإن امرأة خافت من بعلها نشوزاً أو إعراضاً فلا جناح عليهما أن يصلحا بينهما صلحاً..." (النساء : 128) قالت هو الرجل يكون له المرأتان إحداهما قد كبرت أو هي دميمة ، وهو لا يستكثر منها ، فتقول لا تطلقني ، وأنت فى حل من شأنى . وهذا الحديث ثابت فى الصحيحين .
والظاهر من الآية أن صلحهما على ترك بعض حقها للزوج ، وقبول الزوج ذلك ، خير من المفارقة بالكلية، كما أمسك النبى (صلعم) سودة بنت زمعة على أن تركت يومها لعائشة رضى الله عنها ، ولم يفارقها بل تركها من جملة نسائه ، وفعله ذلك لتتأسى به امته فى مشروعية ذلك وجوازه . (ابن كثير)

Benarlah bangsa Muhammad telah menirukannya. Razi memberitahu kita:
Ayat ini pertama kali diturunkan mengenai Ibn abi as-Sa’ib yang punya istri dan anak darinya dan istrinya menjdai tua sehingga dia mau menceraikannya, tapi istrinya berkata: Jangan ceraikan aku, biarkan aku merawat anak-anakku dan beri aku beberapa malam dalam sebulan. Suaminya berkata: Jika begitu, lebih baik bagiku. Yang kedua adalah mengenai Rasul yang hendak menceraikan Sauda bint Zam’ah tapi Sauda meminta dia untuk memeliharanya dengan syarat dia akan menyerahkan hari jatahnya kepada Aisah, dan dia mengizinkannya dan tidak menceraikan Sauda. Yang ketiga dilaporkan kepada Aisha bahwa itu mengenai seorang lelaki yang punya istri tetapi hendak menggantikannya, jadi dia pun berkata: Peliharalah aku dan kawin orang lain dan kamu akan bebas dari menyokongku dan membagikan malam-malammu denganku.

ذكر المفسرون فى سبب نزول الآية وجوها : الاول : عن ابن عباس أن الآية نزلت فى ابن أبى السائب كانت له زوجة وله منها أولاد وكانت شيخة فهم بطلاقها ، فقالت لا تطلقنى ودعنى أشتغل بمصالح أولادى واقسم فى كل شهر ليالى قليلة، فقال الزوج: ان كان الأمر كذلك فهو أصلح لى. والثانى أنها نزلت فى قصة سودة بنت زمعة أراد النبى عليه الصلاة والسلام أن يطلقها، فالتمست أن يمسكها ويجعل نوبتها لعائشة، فأجاز النبى عليه الصلاة والسلام ذلك ولم يطلقها. والثالث: روي عن عائشة انها قالت: نزلت فى المرأة تكون عند الرجل ويريد أن يستبدل بها غيرها فتقول: أمسكنى وتزوج بغيرى، وأنت فى حل من النفقة والقسم. (الرازى)

Inilah yang dikatakan Ibn al-‘Arabi, seorang cendekiawan Muslim yang tersohor:
“…ketika Sauda bint Zam’ah menjadi tua, Rasul Allah ingin menceraikannya. Tetapi Sauda ingin tetap di antara istri-istrinya, jadi dia berkata, ‘peliharalah aku, dan hari jatahku akan jadi milik Aisha,’ dan diterimanya, jadi dia mati sebagai salah seorang istrinya. Ibn Abi Malikah menyatakan bahwa ayat itu diturunkan mengenai Aisha. Dan dalam ayat ini lah jawabannya bagi orang **** yang berkata bahwa jika seorang lelaki mengambil masa muda seorang wanita dan dia menjadi tua, dia tidak dapat menggantikannya. Jadi pujilah Allah yang mengangkat beban ini dan membuat jalan keluar dari masalah ini.[2]

"...سودة بنت زمعة لما أسنّت أراد النبى (صلعم) أن يطلقها فآثرت السكون مع زوجاته . فقالت له : امسكنى واجعل يومى لعائشة ، ففعل صلى الله عليه وسلم وماتت وهى من أزواجه . وقد صرح ابن أبى مليكة بذلك فقال : نزلت هذه الآية فى عائشة . وفى هذه الآية ردٌ على الرّعن [الاغبياء] الذين يرون الرجل إذا أخذ شباب المرأة وأسنت لا ينبغى له أن يتبدل بها ، فالحمد لله الذى رفع حرَجا وجعل من هذه الضيقة مخرَجا . (أحكام القرآن لابى بكر محمد بن عبد الله المعروف بابن العربى ، فى تفسير سورة النساء : 128 ، دار الكتب العلمية)

Jadi bangsa Muhammad tanpa rasa bersalah meniru tindakannya, dan tidak lupa memuja Allah. Dr bint ash-Shati’ penulis buku The Wives of the Prophet (nisaa’ an-Nabi) menggambarkan Sauda sebagai seorang janda tua yang tidak menarik dan gemuk.[3] (Bukhari mengatakan bahwa Sauda seorang yang tinggi,[4] gemuk dan lamban[5])

Dr bint ash-Shati’ menggambarkan hubungan perkawinan Muhammad dan Sauda dengan kata-kata berikut: “Sauda menyadari dari pengalaman umurnya bahwa ada pembatas yang tidak dapat dilalui antara dirinya dan hati Muhammad…dan dia sadar tanpa ragu bahwa bagiannya atas rasul adalah tentang belas kasih dan kebaikan, bukan cinta, keselarasan dan kesatupaduan.[6]

تصف الدكتورة بنت الشاطئ مولفة كتاب "نساء النبى" سودة أنها كانت أرملة، مسنة، غير ذات جمال ثقيلة الجسم. ويخبرنا الحديث أنها كانت ضخمة؟؟...
وتصف الدكتورة بنت الشاطئ طبيعة العلاقة الزوجية بين محمد وسودة فى هذه الكلمات: "أدركت سودة بتجربة سنها أن بينها وبين قلب محمد-صلى الله عليه وسلم- حاجزا لا سبيل إلى اقتحامه...وأيقنت دون ريب، أن حظها من الرسول بر ورحمة، لا حب وتآلف وامتزاج...

Jika tidak ada cinta, keselarasan dan kesatupaduan, mengapa Muhammad menikahi Sauda pada mulanya? Dr bint ash-Shati’ berkata bahwa Khola bint Hakim lah yang mengusulkan agar Muhammad menikahi Sauda dan Aisah yang berumur tujuh tahun waktu itu. “Komentar Muhammad mendengar sarannya itu: “Tapi siapa yang akan merawat rumah dan melayani anak-anak perempuan rasul?” Khola pun mengusulkan pernikahan dengan Sauda… dan rasul setuju. “Dan Sauda pun puas sekali mengambil tempatnya di rumah nabi dan melayani anak-anak perempuannya.”[7]

تقول الدكتورة بنت الشاطئ أن خولة بنت حكيم السلمية هي التى اقترحت زواج الرسول لعائشة وسودة بعد وفاة خديجة. فبعد أن فاتحت خولة الرسول فى زواج عائشة التي كان عمرها فى ذلك الوقت سبع سنين قال لها الرسول: "لكن من للبيت يرعي شؤنه ومن لبنات الرسول يخدمهن؟" وهنا اقترحت خولة سودة بنت زمعة بن قيس بن عبد شمس ابن عبد ود العامرية فأذن لها الرسول في خطبتهما...
وأرضي سودة كل الرضي أن تأخذ مكانها في بيت رسول الله، وأن تخدم بناته...

Sekarang jelaslah sudah; Aisah menjadi kecintaan Muhammad dan Sauda menjadi pelayan anak-anak perempuannya. Setlah bertahun-tahun Sauda memasak, mencuci, menambal baju, melayani nabi dan anak-anak perempuannya, menghibur nabi dalam kesedihannya atas kematian istri pertamanya, ketika Sauda menjadi tua Muhammad hendak menceraikannya tanpa alasan selain bahwa dia telah menjadi tua dan tidak menarik.

وهكذا صارت عائشة حبيبة رسول الله، وصارت سودة خادمة بنات رسول الله.
وبعد أن طبخت وغسلت ورتقت و خدمت رسول الله وبناته ، وواسته فى أحزانه بعد أن فقد خديجة، عندما أسنّت سودة بنت زمعة أراد محمد رسول الله أن يطلقها لا لسبب ما إلا أنها قد شاخت.

Qur’an berbicara tentang kasih dan sayang antara suami istri dengan kata-kata berikut:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.

Kejadian di atas memberi kita ide tentang arti dan batas kasih dan sayang yang dikatakan Qur’an tersebut. Di mana kah cinta dan belas kasih yang dikatakan Qur’an dalam kejadian Sauda? Haruskah Muhammad dihakimi berdasarkan Qur’an ataukan dia di atas Qur’an? Pengarang buku tentang hukum Islam menulis:
Apa yang dilakukan lelaki-lelaki berbirahi yang tidak bermoral, menceraikan istri mereka tanpa alasan, adalah sesuatu yang tidak dinyatakan ataupun disetujui oleh Islam. Dan Allah pasti akan memberi ganjaran kepada orang-orang itu dalam hidup ini dan mendatang.[8]

فما يفعله بعض الشهويين الذين لا خلاق لهم من تطليق زوجاتهم بدون سبب لا يقره الدين الاسلامى ولا يرضاه، ولابد أن ينتقم الله من هؤلاء فى الدنيا وفى الآخرة. (الفقه على المذاهب الأربعة، عبد الرحمن الجزيرى، الجزء الرابع، ص 278)

Kalimat di atas kedengaran bagus dan dapat diterimah hingga kita baca kata-kata berikut oleh pengarang yang sama beberapa halaman berikutnya: “Perceraian diperbolehkan jika alasannya adalah ketidakpantasan perempuan itu untuk kenikmatan karena kekurangan-kekurangannya karena usia lanjut dan hal-hal seperti itu.” [9]

...إذا كان السبب عدم صلاحية المرأة للاستمتاع، بسبب عيوب قائمة بها أو كبر أو نحو ذلك. (الفقه على المذاهب الأربعة، عبد الرحمن الجزيرى، الجزء الرابع، ص 281)

Menceraikan istri seseorang karena usia lanjut diperbolehkan dan dapat diterima sebagai kewajiban istri yang baik; bahkan dianggap standar yang terbaik, karena Muhammad sendiri menggambarkan dirinya sebagai suami terbaik dan Qur’an berkata tentang Muhammad, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Q 68:4

"وإنك لعلى خُلُقٍ عظيم." (سورة القلم:4)

Dan sebaliknya “Qur’an adalah karakter Muhammad seperti yang dikatakan satu hadist. Tetapi Dr bint ash-Shati’s memberi alasan bagi kelakukan Muhammad itu dengan berkata bahwa dia hanyalah manusia biasa. Jadi Qur’an adalah karakternya dan dia juga manusia biasa. Jadi jelaslah sudah persamaan ini.


1. Bukhari, the Book of Nikah, Hadith No. 139.
2. Ahkam al-Qur'an, Abi Bakr Ibn 'Abd Allah known as Ibn al-'Arabi, Dar al-Kotob al-'Elmeyah, commenting on Q. 4:128.
3. Nisaa' 'an-Nabi, Dr. Bint ash-Shati', Dar al-Kitab al-'Arabi, 1985, p. 62, 67.
4. Bukhari, Vol. 1, Book 4, Hadith No. 148.
5. Bukhari, Vol. 2, Book 26, Hadith No. 740.
6. Nisaa' 'an-Nabi, Dr. Bint ash-Shati', Dar al-Kitab al-'Arabi, 1985, p. 64.
7. Nisaa' 'an-Nabi, Dr. Bint ash-Shati', Dar al-Kitab al-'Arabi, 1985, p. 64.
8. 'Abd ar-Rahman al-Gaziri, al-Fiqh 'ala al-Mazahib al-Arba'a, Dar al-Kutub al-'Elmeyah, 1990, vol. 4, p. 278.
9. 'Abd ar-Rahman al-Gaziri, al-Fiqh 'ala al-Mazahib al-Arba'a, Dar al-Kutub al-'Elmeyah, 1990, vol. 4, p. 281.

Books by M. Rafiqul-Haqq and P. Newton
kuta bali
Posts: 2187
Joined: Tue Mar 02, 2010 3:55 am

Re: Perceraian Sauda bint Zam'ah

Post by kuta bali »

up
Post Reply