Bukan muhammad, allah lah yang melegalkan Kawin KONTARK!
Posted: Thu Jul 19, 2007 9:59 am
[5:87] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Akhirnya kita mesti bedah satu-satu ayat quran sesuai dgn asbabun nuzul. Karena quran berlaku kasuistik. Hihihi...sekilas ada pesan indah di balik ayat quran di atas. Orang bisa saja menginterpretasikan ayat tersebut seenak mereka, namun tahukah kalian untuk apa ayat itu muhammad firmankan?.... :D ...coba kita cerna hadists berikut ini:
BUKHARI, Volume 7, Book 62, Number 13o:
Narrated 'Abdullah:
We used to participate in the holy battles led by Allah's Apostle and we had nothing (no wives) with us. So we said, "Shall we get ourselves castrated?" He forbade us that and then allowed us to marry women with a temporary contract (2) and recited to us: -- 'O you who believe ! Make not unlawful the good things which Allah has made lawful for you, but commit no transgression.' (5.87)
BUKHARI, Volume 6, Book 60, Number 139:
Narrated Abdullah:
We used to participate in the holy wars carried on by the Prophet and we had no women (wives) with us. So we said (to the Prophet ). "Shall we castrate ourselves?" But the Prophet forbade us to do that and thenceforth he allowed us to marry a woman (temporarily) by giving her even a garment, and then he recited: "O you who believe! Do not make unlawful the good things which Allah has made lawful for you."
Di tengah peperangan di jalan allah, ada kebutuhan mendesak akan sex karena tidak ada isteri di samping pejuang-pejuang islam tersebut. Untuk mengatasi gairah sex yang tak terkendali tersebut, mereka bahkan rela untuk dikebiri agar gairah tersebut tidak menyiksa mereka. Ketika mereka bertanya pd muhammad hal tersebut, muhammad melarang dan mengijinkan mereka untuk MENIKAH scr kontrak alias Muta.
Tidak cukup hanya itu, allah ikut-ikutan menelurkan satu ayat yaitu 5:87 untuk MELEGALKAN kawin muta untuk mengatasi kebutuhan mendesak para pejuang-pejuang islam tersebut. Hmmm...Betapa indah dan efektif solusi allah tersebut! :D
Kesimpulan yang bisa diambil adalah:
1. Para pejuang islam rela dikebiri untuk menahan rasa sex mereka yang sudah tak terkendali. Namun karena hal itu dilarang muhammad, mereka mendapatkan solusi dan bonus darinya dan LEGAL pula atas persetujuan allah!
2. Solusi kawin kontrak yang dilegalkan allah merupakan penghinaan terhadap institusi perkawinan yang suci dan kudus. Bagi allahnya muhammad, perkawinan hanya sekedar MELEPASKAN NAFSU yang membius. Bagi allah dan muhammad, perkawinan hanya sekedar PELAMPIASAN atas kebutuhan mendesak yang tak terkendali. Perkawinan dari sudut pandang muhammad dan allah tak jauh dari kebutuhan badani dan kelaminitas.
Jika muhammad seorang nabi dan jika allah bukan TUKANG STEMPEL muhammad, seharusnya saat perang suci tersebut muhammad menganjurkan para pejuang islam untuk BERPERANG bukan hanya menaklukkan musuh dalam PERANG namun juga BERPERANG untuk mengendalikan nafsu-nafsu badani mereka. Jangan hanya untuk menanggulangi kebutuhan mendesak gairah sex, lalu kemudian mereduksi institusi perkawinan yang sakral menjadi tempat pelampiasan nafsu badani saja!
Akhirnya kita mesti bedah satu-satu ayat quran sesuai dgn asbabun nuzul. Karena quran berlaku kasuistik. Hihihi...sekilas ada pesan indah di balik ayat quran di atas. Orang bisa saja menginterpretasikan ayat tersebut seenak mereka, namun tahukah kalian untuk apa ayat itu muhammad firmankan?.... :D ...coba kita cerna hadists berikut ini:
BUKHARI, Volume 7, Book 62, Number 13o:
Narrated 'Abdullah:
We used to participate in the holy battles led by Allah's Apostle and we had nothing (no wives) with us. So we said, "Shall we get ourselves castrated?" He forbade us that and then allowed us to marry women with a temporary contract (2) and recited to us: -- 'O you who believe ! Make not unlawful the good things which Allah has made lawful for you, but commit no transgression.' (5.87)
BUKHARI, Volume 6, Book 60, Number 139:
Narrated Abdullah:
We used to participate in the holy wars carried on by the Prophet and we had no women (wives) with us. So we said (to the Prophet ). "Shall we castrate ourselves?" But the Prophet forbade us to do that and thenceforth he allowed us to marry a woman (temporarily) by giving her even a garment, and then he recited: "O you who believe! Do not make unlawful the good things which Allah has made lawful for you."
Di tengah peperangan di jalan allah, ada kebutuhan mendesak akan sex karena tidak ada isteri di samping pejuang-pejuang islam tersebut. Untuk mengatasi gairah sex yang tak terkendali tersebut, mereka bahkan rela untuk dikebiri agar gairah tersebut tidak menyiksa mereka. Ketika mereka bertanya pd muhammad hal tersebut, muhammad melarang dan mengijinkan mereka untuk MENIKAH scr kontrak alias Muta.
Tidak cukup hanya itu, allah ikut-ikutan menelurkan satu ayat yaitu 5:87 untuk MELEGALKAN kawin muta untuk mengatasi kebutuhan mendesak para pejuang-pejuang islam tersebut. Hmmm...Betapa indah dan efektif solusi allah tersebut! :D
Kesimpulan yang bisa diambil adalah:
1. Para pejuang islam rela dikebiri untuk menahan rasa sex mereka yang sudah tak terkendali. Namun karena hal itu dilarang muhammad, mereka mendapatkan solusi dan bonus darinya dan LEGAL pula atas persetujuan allah!
2. Solusi kawin kontrak yang dilegalkan allah merupakan penghinaan terhadap institusi perkawinan yang suci dan kudus. Bagi allahnya muhammad, perkawinan hanya sekedar MELEPASKAN NAFSU yang membius. Bagi allah dan muhammad, perkawinan hanya sekedar PELAMPIASAN atas kebutuhan mendesak yang tak terkendali. Perkawinan dari sudut pandang muhammad dan allah tak jauh dari kebutuhan badani dan kelaminitas.
Jika muhammad seorang nabi dan jika allah bukan TUKANG STEMPEL muhammad, seharusnya saat perang suci tersebut muhammad menganjurkan para pejuang islam untuk BERPERANG bukan hanya menaklukkan musuh dalam PERANG namun juga BERPERANG untuk mengendalikan nafsu-nafsu badani mereka. Jangan hanya untuk menanggulangi kebutuhan mendesak gairah sex, lalu kemudian mereduksi institusi perkawinan yang sakral menjadi tempat pelampiasan nafsu badani saja!
