Rebeca wrote:mana hadist yang menerangkan muhammad sumpek dgn kedatangan cewek2 tersebut? ayat di bawah ini, jelas BERISI ancaman awloh agar aisha jangan mengKOMPLAIN masalah2 itu terus!...kl masih, awloh melegalkan muhammad untuk tidak meniduri aisha/atau membatalkan jatah tidurnya
pernyataanmu nggak nyambung dg penjelasan dari gw...
hadis diatas hanya menceritakan bahwa nabi SAW bingung (uncomfortable) dg situasi yg dihadapi, maka Allah SWT menurunkan petunjuk (ayat 33:51) bahwa nabi SAW berhak untuk menolak atau meminang siapa yg dikehendaki sebagai istrinya, sebab istri-2 tersebut akan menjadi istri selamanya sampai para istri tsb meninggal masing-2. Ayat berikutnya (33:52) menjelaskan status nabi SAW:
Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu *. 33:52
Argumen gw juga berdasar beberapa hadis lain seperti hadis dimana ketika seorang cewek menawarkan diri kepada rasulullah SAW, maka nabi terdiam. Umar ra mengetahui kediaman nabi ini maka beliau mengatakan kurang lebih seperti ini: "Wahai rasulullah, jikalau engkau tidak berkenan, maka wanita tersebut biarlah saya yg mengawininya"
sory hadisnya belum bisa gw tampilin...
status istri nabi sebagai ummul muslimin sama statusnya seperti ibunda Maryam:
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah. (QS. 33:53)
Dan motif perkawinan nabi dg banyak istri tsb bukan krn over hormon tapi karena a.l utk mengikat wanita-2 tsb (para janda) dalam misi keislaman (penyebaran Islam dan mencegah jatuh kedalam kekafiran kembali).
Terjemahan dlm bahasa alien, ayat 33:51 mungkin kalimatnya lebih pas:
"You may gently shun any one of them, and you may bring closer to you any one of them.
If you reconcile with any one you had estranged, you commit no error. In this way, they will pleased.... (S. 33:51)"
You may put off whom you please, and you may take to you whomever you desire. You may defer any of them you please, and you may have whomever you desire;
there is no blame on you if you invite one who you had set aside. It is no sin. [33:51]
"You can postpone (the turn of) whom you will of them and
you may receive any (of them) whom you will"
Basman wrote:Ini yang disebut Islamisasi a'la kang Fathon, lucunya melepaskan posisi Quran sebagai wahyu Tuhan sudah dilakukan JIL yang tidak pernah murtad dari islam, tapi kang fath ini penakut ya, takut azab dunia akherat kalo berani meragukan quran, kang fath ini sudah termakan doktrin cuci otak gaya muhamad ta'ala, takluuuk 'pasrah bongkok'an' jiwa dan raga, digadaikan hanya untuk mempercayai sesuatu yang belum jelas kebenarannya yang disebutnya sebagai Pokok'e......
Pokok'e seorang nabi tidak boleh dicari sisi negatifnya....
Pokok'e seorang kitab suci tidak boleh dicari sisi kelemahannya.....
Pokok'e Tuhan tidak boleh di cek ada atau tidaknya keberadaannya......
Pokok'e pasrah total, titik....he.....
Ragu sedikit saja..., laknat.......celaka........
Apalagi memposisikan sebaliknya....duh kasihan nih otak, ngapain harus dibawakan waktu lahir kalo ternyata gak di fungsikan.
Esensi Dialog adalah untuk meluruskan wacana dan persepsi. Jika non muslim mengembangkan pemikiran tidak berdasar wacana (dan konsep), ini bukan dialog namanya tapi tindakan membabi buta, debat kusir, EGP, fitnah, dll yg negatif-2..
Nabi SAW jelas adalah nabi umat Islam (dlm konsep dan wacana), tapi lu mengembangkannya diluar konsep seolah-2 nabi SAW bukan nabi umat Islam. Klo seperti ini mending anda nggak usah debat, krn lu ternyata nggak bisa mengikuti alur logika atau alur pembicaraan.... (seperti yg dikatakan FF).
contoh gampang: dalam diskusi matematika, maka semua peserta baik yg pro dan kontra harus konstan memegang pokok pembahasan, bahwa konteks yg dibahas adalah permasalahan matematika dan bukan ilmu ekonomi...
Apa yg dilakukan JIL adalah diluar konsep Islam, krn mengabaikan beberapa hukum/hujjah Islam utk memunculkan hukum (Islam) yg lain, bahkan ada personelnya yg waktu jumatan/dhuhur nggak mau shalat...