Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

SAMBUTAN, PENJELASAN, artikel dan debat dari PENDIRI SITUS; ALI SINA. Artikel2 A Sina lainnya masih bisa ditemukan dalam Ruang REFERENSI sesuai dgn topiknya.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Islam: Agama Relativisme Moral
http://alisina.org/islam-the-religion-o ... elativism/

Diposkan Ali Sina, 23 Februari 2012


Image
Mr. Farzad, seorang ulama Iran yang berdebat kecil denganku di salah satu forum situs ini. Walau kuanggap dia seorang yang cukup terpelajar, sayangnya perdebatan tersebut hanya antara dia dan aku. Ia lebih suka menulis dalam bahasa Persia sedangkan aku hanya bisa menulis dalam bahasa Inggris. Aku ingin lebih banyak orang membaca perdebatan tersebut dan belajar darinya. Akibatnya aku tidak membalas komentar terakhirnya. Mr. Farzard mengeluh aku tidak membalasnya, yang diartikan sebagai ketidaksanggupanku menjawab, dan sebab itu aku harus menutup situsku.

Berikut jawabanku padanya:

Dear Mr. Farzad,

Tak terhitung banyaknya balasan terhadap tantanganku, dan semuanya ada di web. Namun tak ada yang memberikan jawaban berarti. Aku tak bisa menjawab semua balasan dan semua orang yang menulis ‘bantahan’ atas salah satu artikelku. Itu bukan berarti apa yang mereka katakan bernilai. Mereka mengulang-ulang hal yang sama. Pada dasarnya, jawaban Muslim mengandung dua fallacy:

1. Sira dan hadist tidak bisa dipercaya
2. Kita tidak boleh menilai moralitas orang-orang di masa lalu dengan moralitas kita di masa kini

Kedua tema inilah yang selalu diusung dengan berbagai cara berbeda. Keduanya fallacy (cacat logika):

1. Jika sumber-sumber Islam otentik tidak bisa dipercaya, maka berarti Islam telah salah. Menurut Quran, Muslim harus mengikuti contoh nabi mereka (sunnah). Sunnah Muhammad hanya dapat ditemukan dalam hadist dan sira. Sumber-sumber ini berkata Muhammad adalah seorang kriminal, pemerkosa, pembunuh, pembunuh massal, dan teroris. Itulah sebabnya Muslim melakukan apa yang mereka lakukan. Mereka mengikuti sunnah nabi mereka. Jika sunnah ini salah, maka Islam tidak bisa dipraktekkan.

2. Relativisme moral juga suatu fallacy. Yang dilakukan Muhammad senantiasa jahat. Katakanlah, apa yang dilakukannya sesuatu yang normal di masanya. Lantas mengapa ia meniru praktek-praktek kejahatan orang-orang yang disebutnya ****? Apakah kedatangannya untuk mengikuti berbagai praktek orang-orang **** tersebut dan menjadikannya permanen atau untuk mendirikan suatu standar yang baru?

Bila kau menulis dalam bahasa Inggris, aku dengan senang hati membalasnya. Aku tidak dapat menjawab dalam bahasa Persia, karena jika aku hanya menjawabmu tanpa menterjemahkan artikel-artikelmu, perdebatan menjadi tidak adil, sebab orang-orang tidak tahu apa yang kau tulis.

Aku punya usul. Jika kau terjemahkan jawabanku ke dalam bahasa Persia, aku akan menterjemahkan jawabanmu ke dalam bahasa Inggris. Dengan cara ini kita bisa berdebat dalam dua bahasa.

Mr. Farzad membalas:
جناب سینا
من جایی خارج از سایت شما در وب جواب ادعاهای شما را نداده ام اگر فراموش نکرده باشید در دو مقاله که در دو پست بالا آدرس آن را قرار دادم بحث مفصلی در دو سه مورد که شما ادعا کردید در معارف قرآن و اسلام تناقض وجود دارد من جواب ادعای شما را دادم و ثابت کردم که بر اساس اصول ثابت منطقی اشتباه کرده اید اما متاسفانه بحث از طرف شما رها شد و بی نتیجه ماند..

اگر به یاد بیاورید در این مورد جواب مفصل را به شما دادم در مورد سیره که بسیار مورد علاقه و توجه شماست یا باید کلیت آن را پذیرفت یا به کلی آن را رد کرد که متاسفانه شما به شکل کاملا گزینشی آنچه را فکر می کنید مدعای شما را ثابت می کند به عنوان سند قبول می کنید و بقیه سیره و حدیث را یکباره از هستی ساقط کرده و رد می کنید و این چیزی جز فریب دادن مخاطب ناآگاه و مغالطه و سفسطه ای روشن و آشکاربیش نیست.

در مورد عدم مقایسه اخلاق مردمان دوران قدیم و جدید، دیگران نمی دانم چه گفته اند اما اگر به یاد بیاورید از شما خواستم قبل از اینکه در موضوعات فرعی بحث شود ابتدا تکلیف مبانی اساسی دو فکر مشخص شود بعد در مورد اخلاق و رفتار گذشته و حال قضاوت کنیم؛ اخلاق و رفتار متکی بر خدامحوری در بعضی از شاخه ها کاملا متناقض و متضاد با اخلاق و رفتار متکی بر انسان محوری است.

آنچه مهم است این است که کدامیک از این دو مبنا منطقا قابل پذیرش است، همانطور که عرض کردم اگر مبنای خدامحوری و به خصوص خدایی که خاتم المرسلین معرف آن است عقلا قابل اثبات نباشد آن وقت نوبت به این می رسد که رفتار این کسی که مدعی پیامبری است را از زاویه دید شما (انسان محوری) نگاه کنیم و بسنجیم اما اگر یادتان باشد گفتید که علاقه ای ندارید بحث را ریشه ای حل کنید بلکه آنچه برای شما مهم است این است که به هر قیمتی شده از زاویه دید خود شخصیت حضرت محمد صلی الله علیه و آله و سلم را لگد مال کنید.

مغالطه آن نیست که شما به آن اشاره کرده اید بلکه مغالطه این است که با عینک انسان محوری رفتار انسانی خدامحور را مورد قضاوت قرار دهی.

من کاملا آماده ام نوشته های شما را به فارسی ترجمه کنم؛ در مقابل پیشنهاد می کنم پست مجزایی به عنوان بحث آزاد با من ( در موضوعی که مورد علاقه شماست) ایجاد کنید تا در ذیل آن تا به نتیجه رسیدن کامل با یکدیگر بحث کنیم.
البته اگر این بحث در یک فروم انگلیسی یا فارسی انجام شود با توجه به قابلیت های مثبتی که فروم در پیگری یک بحث دو طرفه دارد بسیار مطلوب تر خواهد بود علاوه بر اینکه من جهت پست زدن در سایت شما باید حتما از فیلتر شکن استفاده کنم و این کار را کمی سخت می کند.

Ini terjemahannya:

Mr. Sina,

Aku tidak membalasmu diluar situsmu dan juga tidak berbuat tidak sopan. Aku menjawab secara mendetail terhadap beberapa tuduhanmu mengenai sejumlah kontradiksi dalam Quran dan Islam. Aku menjawab tuduhan-tuduhan ini dan secara logis membuktikan kau salah. Sayangnya kau meninggalkan perdebatan.

Bila kau ingat, aku telah memberikan jawaban yang cukup, terutama mengenai Sira yang begitu menarik perhatianmu, dengan mengatakan kau harus menerima seluruhnya atau menolak seluruhnya. Sayangnya, kau hanya memilih bagian-bagian yang kau anggap memvalidasi argumen-argumenmu dan menolak Sira dan hadist secara keseluruhan. Ini tidak lain suatu demagogy, sophisme, serta logical fallacy yang nyata.

Berkenaan dengan ketidakmungkinan membandingkan moralitas orang-orang jaman dahulu dan moralitas modern, aku tidak tahu yang dikatakan orang lain, namun jika kau ingat aku pernah berkata, sebelum kita mendiskusikan isu-isu sekunder kita harus terlebih dulu memutuskan dasar kedua pemikiran, baru kemudian memutuskan moralitas di masa lalu dan di masa kini. Moralitas dan etika yang berpusat pada Tuhan dalam beberapa kasus, berbeda sepenuhnya dengan moralitas dan etika yang berpusat pada manusia.

Yang terpenting adalah mengetahui yang mana dari kedua konsep ini dapat diterima secara logika. Sebagaimana yang kukatakan, jika konsep moral yang berpusat pada Tuhan, khususnya tuhan yang menjadikan Muhammad nabi terakhirnya, tidak bisa bisa dibuktikan secara logika, maka kita harus mengevaluasi perilaku nabinya dari perspektif-mu, misalnya, moralitas yang berpusat pada manusia. Namun, mungkin kau ingat kau pernah berkata bahwa kau tidak tertarik untuk memecahkan masalah ini secara radikal, namun yang terutama bagimu adalah menjelekkan Muhammad dan menginjak-injak kepribadiannya dari sudut pandangmu sendiri.

Fallacy-nya bukan pada apa yang kau tunjukkan, namun dalam menilai/mengukur moralitas yang berpusat pada Tuhan dengan moralitas yang berpusat pada manusia.

Aku siap sepenuhnya menterjemahkan tulisanmu ke dalam bahasa Persia. Gantinya, aku memintamu membuat sebuah artikel baru yang didedikasikan pada debat kita, agar kita dapat mendiskusikan subjek apapun yang kau kehendaki [tanpa ada interupsi].

Jika debat ini dilaksanakan dalam dua bahasa, mengingat kualitas positif yang dimiliki masing-masing bahasa, ini akan menjadi sangat menarik. Harus kutambahkan bahwa untuk menulis di situsmu aku perlu menggunakan proxy dan filter [karena di blokir di Iran]. Mungkin ini bisa sedikit menghambat.



Tanggapanku:

Mr. Farzad,

Kau berkata aku harus menerima baik hadist maupun sira secara keseluruhan atau menolak mereka secara keseluruhan pula, dan bahwa dengan menerima hanya sebagian diantaranya berarti aku melakukan demagogy.

Aku khawatir penalaranmu cacat. Aku bertindak sebagai jaksa penuntut terhadap Muhammad dan Islam. Tujuanku adalah untuk membuktikan ia seorang pendusta. Seorang penipu lihai dapat dengan angkuh memuji dirinya sendiri. Namun, segala pujian atas dirinya sendiri itu tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam persidangan. Jaksa penuntut hanya menyoroti bagian-bagian dari pernyataannya yang dapat digunakan untuk membuktikan kesalahannya.

Ada banyak kisah mukjizat yang dikaitkan dengan Muhammad dalam sira dan hadist, dan bahkan dalam Quran kita dapati dongeng Isra Mi’raj. Akankan semua itu diterima? Sekali kubuktikan ia seorang pembohong berdasarkan pengakuannya sendiri, semua klaim kemegahan ini menjadi omong kosong.

Ini logika sederhana, dan aku heran kau membawa fallacy seperti itu disaat kau paham atau seharusnya paham itu sebuah fallacy. Katakanlah seseorang mencuri sesuatu darimu. Kau mengajukan tuntutan pencurian terhadapnya. Ia menyangkalinya. Namun melalui pemeriksaan silang, ia berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Kau kemudian membuktikan kesalahannya dengan mengambil beberapa pernyataan berkontradiksi, yang memperlihatkan ia pendusta. Klaim-nya yang lain mengenai pujiannya terhadap diri sendiri dan mengatakan betapa jujurnya dia, tidaklah relevan. Hakim tidak akan menerima semua yang ia katakan, tidak pula menolak semua yang ia katakan. Itulah yang kulakukan atas klaim Muhammad dalam Quran, Sira dan hadist.

Dalam tanggapanku sebelumnya, aku juga mendakwa Muslim menggunakan relativisme moral untuk membela perilaku tak bermoral Muhammad. Kau berargumen bahwa kita harus memutuskan terlebih dahulu apakah dasar moral harus berpusat pada Tuhan atau pada manusia, dan menganggap hal ini penting untuk menyelesaikan masalah a-moral yang dituduhkan pada Muhammad.

Moralitas yang berpusat pada Tuhan adalah suatu logical fallacy. Ini sebuah penalaran melingkar. Mari kubuatkan contoh sederhana untuk menolak fallacy ini. Katakanlah aku mengklaim diri sebagai nabi Tuhan dan berhasil menipu sejumlah orang. Kemudian aku memerintahkan pengikutku melakukan hal-hal yang mereka anggap tidak bermoral dan tidak etis dari sudut pandang manusia. Misalnya, aku menyuruh mereka menyerang kediaman orang lain, menjarah barang-barang mereka dan memperkosa perempuan-perempuan mereka. Kuminta mereka memperbolehkan aku melakukan hubungan seks dengan anak perempuan mereka. Kuperintahkan agar mereka membunuh siapapun yang berkata buruk tentang-ku, dsbnya. Mereka tahu semua itu tak bermoral dan tak etis, namun kukatakan pada mereka, kalian tak seharusnya menghakimi-ku dengan standar moralitas cacat kalian yang berpusat pada manusia. Aku adalah nabi Tuhan. Moralitasku berpusat pada Tuhan. Sekarang tutup mulut dan lakukan yang kuperintahkan.

Kau lihatkah absurditas argumen moralitas yang berpusat pada Tuhan? Fallacy semacam ini dipakai oleh setiap pimpinan cult. Pengikut Shoko Asahara melukai ratusan orang tak bersalah di Tokyo dan menewaskan puluhan diantaranya. Mereka menggunakan argument persis seperti ini. Mereka meyakinkan diri bahwa mereka tidak boleh mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan. Pengikut Charles Manson melakukan pembunuhan masal, membantai orang tak bersalah secara acak. Mereka menggunakan penalaran persis seperti ini. Hal serupa juga dapat dikatakan terjadi pada para pengikut Jim Jones, David Koresh dan ajaran-ajaran sesat lainnya.

Dengan berasumsi Tuhan itu eksis, moralitasNya tidak bisa bertentangan dengan moralitas kita. Tuhan mengaruniakan kita pedoman moral yang sempurna untuk membedakan antara yang benar dan yang salah. Pedoman ini disebut Golden Rule: Jangan lakukan pada orang lain apa yang kau tak ingin orang lain lakukan padamu. Atutan ini disebut emas/sangat baik, karena kita dapat memahaminya di inti keberadaan kita. Telah terbukti jelas dan sudah ada selama ribuan tahun di hampir semua masyarakat (dengan perkecualian Islam, Nazi, Fasisme dan Komunisme). Golden Rule adalah dasar dari semua moralitas dan etika. Segala yang bertentangan dengannya, tidak etis dan tidak bermoral.

Setiap orang yang berkata, aku tidak mempraktekkan Golden Rule karena aku tidak mengikuti moralitas yang berpusat pada manusia melainkan yang berpusat pada Tuhan, adalah penipu. Inilah caranya kita mengenali nabi-nabi palsu. Yesus berkata kau mengenalinya [nabi-nabi palsu] melalui buah-buah yang mereka hasilkan. Ini mendepak argumenmu, bahwa moralitas yang berpusat pada Tuhan berbeda dengan moralitas yang berpusat pada manusia, serta tak terpahami manusia. Bila demikian halnya, bagaimana kita bisa membedakan seorang nabi asli dengan seorang penipu? Bagaimana kita bisa menolak klaim Charles Manson, Joseph Koni, dan banyak pemimpin cult lain?

Dengan berasumsi Tuhan itu ada, moralitasNya tidak akan berbeda dengan moralitas manusia. Lebih unggul, ya, namun tidak bertentangan. Muhammad hidup sebagai preman dan tokoh kriminal, dan kau katakan moralitasnya berpusat pada Tuhan? Yesus dan Buddha hidup dengan moralitas di atas rata-rata manusia biasa. Saat di kayu salib, Yesus memohon pada Tuhan: Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang dilakukannya. Ini moralitas yang lebih tinggi. Muhammad mengirim pembunuh untuk membunuh para pengritiknya, termasuk ibu lima anak. Dan kau mengklaim moralitasnya berpusat pada Tuhan? Dengan cara bagaimana tindakannya bisa dikatakan berbeda dari seorang criminal?

Inilah problem dengan Islam. Kalian, Muslim telah keliru menganggap Iblis sebagai Tuhan. Segala sesuatu yang Muhammad lakukan bersifat Iblis.

Sayangnya, kekeliruan ini bukan hanya padamu, namun juga semua Muslim terpelajar. Dalam buku Reliance of the Traveller, a classic manual of Islamic sacred law oleh Ahmad ibn Naqib al-Misri (meninggal 1368 AD) kita temukan berbagai kekeliruan ini. Penulisnya berkata, “karena sumber aturan hukum adalah Allah, timbul pertanyaan. Apakah mungkin bagi nalar saja, tanpa petunjuk rasul Allah dan wahyu kitab suci, untuk mengetahui aturan-aturan, sehingga seseorang yang tak terjangkau ajaran nabi, mampu melalui penalarannya sendiri, mengenali aturan Allah terkait perilakunya? Atau ini mustahil? Jawaban kaum Asha’ris, para pengikut Abul Hasan Ash’ari, yakni, nalar tidak mampu mengetahui aturan-aturan Allah terkait perilaku mereka yang bertanggung jawab secara moral, kecuali melalui utusanNya.

Inilah jawaban semua Muslim dewasa ini, Sunni maupun Shiah. Inilah cacat mendasar di Islam yang membuktikan ini bukan ajaran Ilahi. Ajaran Yesus dapat dimengerti secara logika sehingga seseorang dapat tiba pada kesimpulan yang sama, bahkan yang tak pernah mengenal nama Yesus. Berikut beberapa contoh:

Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga.
(Matius 5:44)

Karena jikalau kamu mengapuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. (Matius 6:14)

Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Tairat dan kitab para nabi. (Matius 7:12)

Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (Matius 7:1)

Mengapa engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3)

Ia berkata pada orang-orang yang membawa seorang perempuan yang tertangkap basah berbuat zinah, dan bertanya apa yang diperbuat pada perempuan itu, “Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu pada perempuan itu.” (Yohanes 8:7)

Ajaran-ajaran ini senada dengan nilai moral dalam diri kita. Tidak berkontradiksi.

Ajaran-ajaran Muhammad berkontradiksi dengan nilai moral di diri kita. Bertentangan dengan tiap serat keberadaan kita dan dengan apa yang kita anggap baik. Mustahil bagi seseorang untuk menerimanya menggunakan nurani dan logikanya. Harus diindoktrinasi dulu dalam Islam. Islam bertentangan dengan sisi baik manusia. Berikut beberapa contoh:

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu (Q. 2:216)

Ayat ini mengakui bahwa manusia enggan bertempur, namun Muhammad mendorong para pengikutnya untuk mengabaikan nurani dan akal sehat mereka, serta memutuskan apa yang harus mereka perbuat.

Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. (Q,3:28 )

Ajaran ini juga bertentangan dengan nilai moral kita. Jika anak-anak tidak diindoktrinasi dan tidak belajar membenci orang lain karena ras, agama atau kasta, mereka tidak akan memiliki prasangka satu sama lain. Kebencian agama tidak timbul secara alami, melainkan melalui indontrinasi, seperti yang dilakukan ayat ini.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (Q. 4:48 )

Seseorang yang rasional secara alami akan berpikir bahwa Tuhan tidak menyukai ketidakadilan dan kekejaman lebih dari apapun. Namun lain dengan Allah. Ia akan mengampuni setiap kejahatan dan justru ia sendirilah yang mengatur bagaimana melakukan kekejaman dan ketidakadilan terhadap orang kafir. Yang dikhawatirkannya hanya mengenai orang-orang yang menduakannya. Ini tidak masuk akal. Bila ada tuhan lain selain dia, mengapa begitu paranoid? Bagaimana bisa sosok tuhan yang waras mencemburui tuhan-tuhan yang tidak eksis? Kelihatnnya Allah tidak begitu yakin kalau ia satu-satunya tuhan. Mungkinkah karena ia bukan Tuhan melainkan Iblis, sehingga begitu posesif? Rasa tidak aman yang teramat sangat ini mencurigakan. Seseorang harus diindoktrinasi untuk percaya absurditas seperti ini.

Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
(Q. 8:12)

Tak seorang waras-pun akan sampai pada kesimpulan ini dengan sendirinya. Ajaran-ajaran ini bertentangan dengan nilai moral manusia. Dengan asumsi seseorang yang bukan utusan Tuhan menulis ayat ini, bukankah jelas bahwa orang tersebut jahat? Mengapa kita harus menganggap ayat-ayat tersebut ilahiah, hanya karena diucapkan Muhammad?

Argumen Islam bahwa manusia tidak dapat memahami hukum atau moralitas Tuhan tanpa bantuan seorang utusan, dan bahwa tidak mungkin moralitas Tuhan secara keseluruhan bertentangan dengan nurani manusia, merupakan bukti nyata bahwa Islam bukan berasal dari Tuhan. Benar-benar sinis dan tak adil bagi Tuhan, mengaruniakan nilai/rasa moral dan pikiran rasional pada manusia, lantas mengirim pesan yang sangat bertentangan dengan nilai moral dan pikiran rasional tersebut. Bagaimana mungkin Tuhan yang adil yang meyakinkan kita bahwa membunuh, memperkosa, mencuri, menyiksa dan menganiaya manusia lain itu perbuatan yang salah, lantas kemudian mengirim utusan yang melakukan semua hal ini?

Tidak sulit melihat Muhammad telah menipu orang-orang **** di masanya. Yang sulit dimengerti adalah, di masa pencerahan ini, masih ada lebih dari semilyar orang normal dan terpelajar, percaya pada penipu ini dan berpikir sosok tak bermoral ini akan membawa mereka ke surga. Ini tragedi Mr. Farzad.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update: 2/24/2012 4:14 pm
ترجمه قسمت ابتدایی متن “اسلام دین نسبیت گرایی در اخلاق”
جناب فرزاد
شما می گویید من یا باید حجیت حدیث و سیره را به طور کامل قبول کنم و یا هیچ اعتباری برای آن قائل نباشم، پذیرش قسمتی از آن (که مدعایم را ثابت می کند) و رد کردن (قسمتی که به سودم نیست) مابقی آن نوعی عوامفریبی است.
من نگرانم استدلال شما معیوب و ناقص باشد. عملکرد من همانند عمل پیروان محمد و اسلام است. هدف من این است که ثابت کنم او یک دروغگو است. شیادی که ممکن است مغرورانه خود را ستایش و مدح کند. ستایشات او از خود از منظر خود او بررسی نمی شوند، پیروانش تنها قسمتی از عبارات او که می تواند بر علیه او استفاده شود و گناه او را اثبات کند پر رنگ می کنند.
تعداد زیادی معجزات افسانه گونه منسوب به محمد در سیره و حدیث وجود دارد و حتی در قرآن افسانه معراج را می بینیم، آیا ما باید اینها را قبول کنیم؟ وقتی من با استفاده از اعترافات خود او اثبات کنم او یک دروغگو بوده است، تمام ادعاهای پرمطمطراق او باطل خواهد شد.
این یک استدلال ساده است و من متعجبم که شما از آن تلقی مغالطه دارید (درک بهتری از جمله شما برای من حاصل نشد).
اجازه دهید تصور کنیم کسی از شما چیزی دزدیده است. شما او را دزد خطاب می کنید. او انکار می کند، اما زیر بازجویی او تناقض گویی می کند. سپس شما فقط با تعداد کمی از این تناقضات که ثابت می کند او یک دروغگو است گناهکار بودن او را اثبات می کنید. در این صورت سایر ادعاهای او در باره ستایش خویش و اثبات درستکاری اش نامربوط خواهند بود. تمام این تعریفات تنها خاطر نشان می کنند که او در مورد خود گرفتار تناقض گویی شده است. این آن چیزی است که من با استفاده از ادعای محمد در قرآن و سیره حدیث انجام خواهم داد.
در جواب قبلی من همچنین مسلمین را به استفاده از نسبیت گرایی اخلاقی در دفاع از سلوک غیر اخلاقی محمد صلی الله علیه و آله و سلم متهم کردم. شما استدلال کردید که در ابتدا ما باید تصمیم بگیریم که آیا اخلاق خدامحور است یا انسان محور و این موضوعی تعیین کننده در حل مشکل رذائل نسبت داده شده به محمد صلی الله علیه و آله و سلم است.
(and think this is crucialاین جمله مفهوم نشد(
اخلاق خدامحوری یک مغالطه منطقی است. این قضیه مبتلا به دور است. اجازه دهید یک مثال ساده بزنم تا این مغالطه را روشن کنم. اجازه دهید ادعا کنم که من پیامبر خدا هستم و قصد دارم که تعدادی کمی از مردم را فریب دهم. سپس پیروان خود دستور می دهم امور غیر اخلاقی از دیدگاه انسان را تصور کنند. به طور مثال به آنها می گویم به خانه مردم یورش برند مایملکشان را به غارت برند و به زنانشان تجاوز کنند به آنها می گویم به من اجازه دهند تا با دخترانشان آمیزش کنم به آنها می گویم باید هر کس به من بد می گوید را بکشند و غیره . آنها می دانند هر چیزی که من می گویم غیر اخلاقی و از رذائل است اما من به آنها می گویم شما نباید با ملاکهای معیوب اخلاقیات انسان محورانه در مورد دستورات من قضاوت کنند. ساکت شوید و آنچه من می گویم عمل کنید.
آیا چرند بودن استدلال مبتنی بر اخلاق خدامحور را مشاهده می کنید؟ این مغالطه توسط تمام رهبران کیش ها استفاده شده است که مثالهایی در متن از این گروهها از جمله “شکو آشارا” “چارلز مانسون” آورده شده که عینا همین استدلال را برای توجیه رفتارهای غیر اخلاقی خود به کار می برند.
فرض کنید خدا وجود دارد، اخلاق این خدا نمی تواند بر ضد اخلاق ما جریان داشته باشد. خدا به ما یک فهم اخلاقی مصون از خطا عطا کرده تا بین درست و نادرست را تشخیص دهیم این فهم قانون طلایی نامیده می شود. این قانون طلایی هر آنچه برای خود نمی پسندی را برای دیگران روا نمی دارد این قانون طلایی نامیده می شود زیرا ما می توانیم آن را در درون وجود خود حس کنیم این قانون بدیهی است و هزاران سال به طور واقعی در میان تمام مردم بوده است (اسلام، نازیسم، فاشیسم و کمونیسم استثنا شده اند). قانون طلایی پایه و بنیان تمام اخلاقیات و فضائل است. هر چیزی که بر ضد آن باشد غیر اخلاقی و از رذائل است.
جواب
جناب سینا
قبل از شروع در جواب دو نکته را متذکر می شوم اول اینکه لطف کنید برای بیان یک موضوع از توضیح بسیار زیاد و بیان آن به صورت های گوناگون اجتناب کنید و خلاصه و لب مطلب را کاملا مستدل و کوتاه بیان کنید این جمله معروف است که “خیر الکلام ما قل و دل” یعنی بهترین سخن آن است که کوتاه و گویا باشد، پر حجم کردن نوشته اگر صاحب آن را به پر گویی و حرافی متهم نکند، چیزی به وزانت آن نخواهد افزود.
دوم اینکه به دلیل فوق و به دلیل اینکه احساس کردم شما به درک درستی از مدعای من نرسیده اید و ادعای دیگری را رد کرده اید تنها قسمتی از متن شما را ترجمه کردم و جواب آن را بیان می کنم و بقیه را به روزهای بعد موکول می کنم.
اما جواب از قسمت اول در مورد معتبر بودن و نبودن سیره و حدیث:
ادعا کردید که با اثبات کذاب بودن پیامبر رحمت صلی الله علیه و آله و سلم، تمام آنچه در سیره و حدیث در باره محسنات اخلاق او آمده است را تبدیل به تناقضاتی می کنید که هیچ ارزش مثبتی برای اثبات مدعای او و سایر پیروان او نداشته باشد. به قول ما بسم الله، دست از کلی گویی برداشته و مدعای خود را اثبات کنید، محمد صلی الله علیه و آله و سلم در دوران جاهلیت معروف به محمد امین بوده است، از همین دوران که مشتمل بر دو سوم از مدت عمر شریف آن حضرت است شروع کنید و با استفاده از سیره معتبر چند مورد از دروغگویی های ایشان را در دوران قبل از بعثت و سیزده سال قبل از هجرت ثابت کنید تا نوبت به ده سال پایانی عمر او برسد، البته بعد از انجام آنچه که در جواب از قسمت دوم از شما درخواست خواهم کرد چرا که آن بحث حکم پایه و اساس برای این موضوع را دارد.
جواب از قسمت دوم:
برداشت شما از کلام من کاملا نادرست است لذا عنوانی که برای این موضوع انتخاب نموده اید و به دنبال آن جوابی که بیان کرده اید کاملا نامربوط است. مدعای من این نیست که اخلاقیات دو نوع است اخلاقیات از دید انسان و اخلاقیات از دید خداوند، بلکه منظور من این بود که نگاه به هستی دو گونه است یکی اینکه اصالت را به وجود خدا بدهیم و این منظر به هستی بنگریم دیگر اینکه انسان را اصل تصور کنیم و همه چیز را با توجه به نفع و ضرر او بسنجیم. اگر اصالت را تنها لایق خدا دانستیم تعریف ما از اخلاقیات در بعضی از موارد (تنها در بعضی از موارد) با زمانی که اصالت را به وجود انسان می دهیم متفاوت و گاه متعارض می شود. مثلا موضوع قتل و کشتن از دید دوم با توجه به اینکه موجب حذف انسان از هستی می شود کاری غیر اخلاقی است و تنها هنگام دفاع مجاز شمرده شود اما از دیدگاه اول با توجه به ا ینکه زندگی در دنیا و آخرت یک جا دیده می شود و زندگی در دنیا از جهت زندگی بودنش تقریبا ارزشی معادل صفر دارد قتل و کشتن معنا و مفهومی دیگر پیدا می کند بر اساس این نظر مرگ انسان چیزی بیش از عبور از یک گذرگاه و عبور از یک مرحله به مرحله دیگر نیست؛ اگر قرار باشد انسانی در دنیا در راستای رسیدن به سعادت و کمال تلاش نکند و یا علاوه بر این مانع سعادت و تلاش دیگران شود بسیار به نفع اوست که هر چه سریعتر از این مرحله عبور کند و یا عبور داده شود.
آنچه در این مرحله از بحث از شما انتظار می رود این است که مدعای خود بر انسان محور بودن هستی را با دلایل محکم و قابل قبول اثبات کنید و نقائص و تناقضات منطقی خدا محور بودن آن بیان نمایید.
در پایان این قسمت باز هم خواهش می کنم بحث را دسته بندی کرده و از حاشیه رفتن زیاد اجتناب نمایید

Mr. Sina

Sebelum menjawabmu, aku hendak minta tolong jangan mengulang argument serupa dengan cara yang berbeda. Cukup sajikan inti argumenmu dengan singkat. Ada pepatah, “pidato terbaik adalah yang terpendek.” Jika perkataan yang terlalu panjang lebar bukan indikasi kecerewetan pembicara, hal itu tidak menambah apapun pada pembahasan.

Kedua, sebagian disebabkan hal di atas, dan sebagian lagi karena kuanggap kau tidak memahami argumenku, dan malah membantah argument lain yang tidak kuusung, maka aku hanya menterjemahkan sebagian tulisanmu. Akan kuterjemahkan sisanya beberapa hari ke depan.

Sekarang, ini tanggapanku terkait otentisitas Sira dan Hadist.

Kau katakan bahwa dengan membuktikan Nabi (PBUH) seorang pembohong, maka semua klaim-nya dan klaim para pengikutnya mengenai nilai-nilai yang dicantumkan dalam Hadist dan Sira menjadi invalid.

Sangat bagus! Daripada menyodorkan klaim yang belum terbukti kebenarannya, silahkan buktikan tuduhanmu. Nabi (PBUH) dikenal sebagai Amin (jujur) di masa kebodohan pra-Islam (jahilliyah). Dimulai dari saat sebelum pengangkatannya sebagai nabi dan tiga belas tahun sesudahnya, tolong tunjukkan pada kami sedikit kebohongan yang kau temukan dalam hadist dan Sira, dan kemudian katakan pada kami mengenai 10 tahun terakhir masa hidupnya. Namun sebelumnya, bacalah yang berikut ini, karena merupakan dasar pertanyaan ini.

Kau benar-benar salah mengerti kata-kataku. Sebab itu judul yang kau pilih untuk debat ini dan tanggapanmu tidak relevan.

Aku tidak mengatakan ada dua jenis moralitas, yakni, moralitas dari perspektif manusia dan moralitas dari perspektif Tuhan. Yang kukatakan adalah persepsi realitas ada dua macam. Yang pertama memandang Tuhan sebagai titik fokus eksistensi serta mengevaluasi dunia dari perspektif ini, dan yang kedua adalah menganggap manusia sebagai titik fokus serta mengevaluasi segala sesuatu berdasarkan kegunaannya bagi manusia, misalnya, apakah itu bermanfaat bagi manusia atau menyakitinya.

Bila kita menganggap Tuhan sebagai satu-satunya titik fokus, tujuan keberadaan, definisi kita mengenai moral dalam beberapa hal (dan hanya dalam beberapa hal) akan berbeda dari apa yang kita pahami sebagai moralitas dari sudut pandang manusia. Contohnya, membunuh, dari perspektif terakhir (manusia), yang mengakibatkan kehancuran hidup manusia, dilihat tidak etis dan hanya dapat diterima bila untuk pembelaan diri. Namun, dari perspektif pertama (Tuhan), nilai kehidupan hampir nol, karena kehidupan di dunia ini dan dunia berikutnya tidak terpisah, melainkan berkelanjutan. Berdasarkan perspektif ini, membunuh mengandung makna yang sepenuhnya berbeda, dan kematian tidak lebih dari sebuah peralihan dari suatu keberadaan ke keberadaan lain. Jika seseorang tidak berupaya mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan, dan menghalangi orang lain untuk mencapai kebahagiaan, itu keputusannya sendiri untuk sesegera mungkin beranjak dari tahap kehidupan ini ke kehidupan lain.

Yang kuharap darimu adalah membuktikan secara meyakinkan bahwa dunia berpusat pada manusia, dan menyanggah klaim dunia berpusat pada Tuhan.

Akhirnya, kumohon lagi dengan sangat untuk menjawab dengan ringkas dan menghindari berputar kesana kemari.



Mr. Farzad,

Klaim pertamamu mengenai Muhammad yang diakui semua orang sebagai Amin, sebelum (diangkat) menjadi nabi, dan Amin berarti jujur, kukhawatirkan ini suatu kebohongan yang begitu sering diulang-ulang oleh Muslim sehingga mereka mempercayainya. Telah kusanggah klaim ini dalam buku-ku, Understanding Muhammad, dan ku-kutip:

Umat Islam mengklaim Muhammad dikenal sebagai orang yang jujur, sehingga penduduk Mekah menjulukinya Amin. Klaim ini tidak benar. Amin berarti wali/yang mewakili. Ini adalah gelar bagi orang-orang yang melakukan jual beli barang atas nama orang lain. Seseorang disebut wali sekolah (school trustee), atau wali kota (city trustee) karena profesi/jabatannya. Gelar ‘Amin’ adalah label untuk setiap jenis profesi. Berikut beberapa contoh: Amin El-Makataba (Wakil/Pengawas Perpustakaan); Amin El-Shortaa (Wakil/Pengawas Kepolisian); dan Majlass El-Omnaa (Dewan Perwakilan).

Abul Aas, suami Zainab, anak perempuan Muhammad, juga diberi gelar Amin karena profesinya. Ia tidak masuk Islam sampai ia dipaksa. Muhammad memerintahkan Zainab untuk meninggalkannya kecuali ia masuk Islam.

Muhammad bertindak sebagai wakil (Amin) bagi Khadija suatu ketika, saat ia membawa dagangan ke Damascus dan menjualnya atas nama Khadija. Apabila penduduk Mekah yakin Muhammad orang yang dapat dipercaya, mereka tidak akan mencemoohnya, saat ia berkata pada mereka bahwa ia membawa pesan dari Tuhan. Berdasarkan pengakuan Muhammad sendiri yang tercantum di Quran, orang-orang yang mengenalnya dengan baik, menjuluki dia seorang penipu dan gila, (Q 15:6) tuduhan yang disangkalinya dengan membuat Allah-nya bersaksi: Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. (Q52:29).

Sira tidak memberikan banyak informasi mengenai Muhammad sebelum klaim kenabiannya. Sebab itu tidak ada data yang dapat kuperlihatkan ttg ia seorang pendusta. Namun, cukup banyak bukti yang memperlihatkan ia seorang pendusta setelah klaim kenabiannya. Semua artikelku memperlihatkan ia seorang pendusta. Tidak ada gunanya kuulang. Cukup baca artikel-artikelku. Ini contohnya: http://alisina.org/is-muhammad-mentioned-in-the-bible/

Kau katakan aku benar-benar salah mengerti dirimu, dan bahwa kau tidak mengatakan moralitas berpusat pada Tuhan dan moralitas berpusat pada manusia itu berbeda, melainkan persepsi kita terhadap kedua moralitas ini yang kadangkala berbeda.

Kupikir aku tidak salah mengerti dirimu. Itu hal yang sama. Moralitas Tuhan seharusnya tidak dipahami sebagai kejahatan. Jika demikian, manusia tidak dapat dipersalahkan menolaknya. Tuhan sejati tidak akan memperdaya manusia seperti itu. Jika perilaku utusan yang benar dari Tuhan tampak jahat, bagaimana kita bisa yakin ia dari Tuhan?

Walaupun kau berkeberatan aku mengulang hal yang sama lebih dari yang diperlukan, kelihatannya kau masih tidak mengerti bahwa aku telah membuktikan klaim moralitas yang berpusat pada Tuhan sebagai penalaran melingkar.

Kau berkata di mata Tuhan, kehidupan manusia tak bernilai karena Dia tidak melihat adanya pemisahan antara dunia saat ini dan dunia berikutnya. Klaim ini juga sebuah fallacy. Pertama, kau harus membuktikan eksistensi Tuhan. Berikutnya, kau harus membuktikan bahwa Allah itu Tuhan. Dan kemudian kau harus membuktikan bahwa Muhammad adalah nabi yang benar dari tuhan ini. Kau belum melakukan semua itu. Kau terjebak dalam fallacy of Begging the Question. Premis-mu menyertakan klaim kesimpulan pasti benar. (tanpa bukti apapun)

Tanpa menyertakan bukti terhadap semua klaim di atas, kau tiba pada kesimpulan bahwa sudah selayaknya orang-orang yang tidak setuju denganmu dibunuh. Absurditas klaim ini begitu jelas, namun sedihnya tidak bagi Muslim. Oleh sebab itu ijinkan aku menjelaskannya.

Yang luput darimu dan rekan se-agamamu adalah setiap orang yakin dirinya benar. Menurutmu, aku tidak mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan karena aku tidak percaya Islam, dan karena aku menuliskan pandanganku, berarti aku menghalangi orang lain mencapainya juga. Sebab itulah, sudah kuputuskan sendiri/selayaknyalah aku dibunuh sesegera mungkin.

Ada dua masalah:

a) Kita asumsikan pola pikir plintiran-mu itu benar, dan bahwa Islam melimpahkan kebahagiaan kepada umat manusia dan barangsiapa yang tidak percaya pada Islam harus dibunuh. Mengapa tuhanmu tidak dapat membunuh mereka dengan tangannya sendiri? Mengapa ia memerlukan kaki tangan untuk melakukan pekerjaan kotornya?

Aku telah menulis menentang Islam selama sekitar 14 tahun. Berkat tulisan-tulisanku, ribuan Muslims telah meninggalkan Islam. Menurut logika kejam-mu, Allah menghendaki umat Islam membunuhku. Mengapa ia tidak melakukannya sendiri?

Seorang Muslim menantangku untuk bermubahila dan yakin dalam 90 hari aku akan meninggal. Ia berdoa dan meminta Muslim lain turut berdoa. Itu sekitar 4 tahun lalu. Aku tak pernah mendengar kabarnya lagi. Kuharap ia tidak meninggal.

Tuhanmu tak punya kuasa. Ia menggantungkan diri pada kaki tangannya (umat Islam). Apa bedanya ia dengan godfather mafia?

b) Kami, non-Muslim, percaya bahwa umat Islam terjebak dalam lubang gelap kebodohan. Mereka-lah yang hidup dalam kesengsaraan dan menyebabkan rasa sakit pada manusia lain. Yang harus kami lakukan adalah memperlihatkan pandangan kami pada dunia Muslim yang malang itu. So, berdasarkan logika Islam sesat-mu, kami non-Muslim harus membunuh umat Islam.

Kau lihat, kami merasakan persis sama dengan yang kalian rasakan. Kami merasa kami benar dan bahagia, dan umat Islam adalah halangan untuk kebahagiaan umat manusia. Katakan padaku, mengapa kami tidak boleh membuatmu merasakan resep obatmu sendiri dan membersihkan dunia dari Islam dan umat Islam?

Alasan kalian, umat Islam, belum membunuh kami secara besar-besaran adalah karena kalian lemah. Kalian akan melakukannya jika kuat. Kami sekarang kuat dan dapat menyingkirkan kalian semua seperti kecoa. Kami dapat mengirim dunia kalian ke Abad Batu dalam hitungan jam. Katakan padaku mengapa kami tidak harus melakukannya?

Kau pikir membunuh kafir itu ilahiah. Mengapa kau anggap salah bila kafir membunuhmu terlebih dahulu dalam upaya pembelaan diri?

Disinilah Golden Rule berperan – sesuatu yang kalian, Muslim, tak pahami. Alasan non-Muslim tidak membunuhmu adalah karena kami percaya pada Golden Rule. Dan alasan kalian mengekspose pikiran jahat kalian dengan wajah kaku, adalah karena kalian tidak percaya pada Golden Rule.

Mari kita asumsikan Iblis itu eksis, dan ia ingin menghancurkan kemanusiaan. Berdasarkan kitab suci semua agama, ia tidak memiliki kekuasaan kecuali dengan menipu manusia. Katakanlah Iblis meminta nasehatmu ttg cara terbaik menghancurkan kemanusiaan, menggunakan satu-satunya kemampuannya, yakni penipuan. Adakah cara terbaik yang dapat kau pikirkan selain mendirikan agama palsu, yang memerintahkan umatnya yang percaya untuk membunuh kafir?

Silahkan jawab 4 pertanyaan ini. Kutandai, agar kau tidak lupa.

Bersambung....
Last edited by anne on Sun Feb 26, 2012 9:37 pm, edited 1 time in total.
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by keeamad »

Kalo (memang) iblis menciptakan agama,
apakah agama tsb hanya mengajarkan kebencian dan keburukan saja ?

Kalo (memang) agama iblis itu hanya mengajarkan kebencian dan keburukan saja,
adakah orang yang mau mengikuti dan menjadi umatnya ???

Apakah iblis - yang katanya penuh tipu daya itu, bisa sedemikian bodohnya ???

Tapi kalo (memang) agama iblis itu sedemikian sempurnanya, sehingga para umatnya tidak PERNAH menyadari AKAN adanya AJARAN kebencian dan keburukan dari agama iblis tsb,
BERARTI secara langsung MAUPUN tidak langsung,
mereka telah mengakui bahwa IBLIS ITU MEMANG PENUH TIPU DAYA !!!
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update: 2012/02/24, 11.00 PM
ترجمهبا توجه به نخستن ادعای شما در مورد اینکه محمد ص قبل از بعثت نزد همگان به عنوان امین شناخته می شده است و امین به معنای درستکار است من متاسفم، این دروغی است که مسلمانها به قدری آن را تکرار کرده اند که اکنون همه آن را باور کرده اند. من در کتاب خود “شناخت محمد” این ا دعا را رد کرده ام و گفته ام مسلمین ادعا می کنند که محمد ص فرد درستکاری شناخته می شد تا جایی که اهل مکه او را امین می نامیدند. این ادعایی نادرست است. معنای کلمه امین امانتدار است این کلمه عنوانی است برای کسانی که از طرف دیگران کالا خرید و فروش می کنند. بعضی امانتدار مدرسه نامیده می شوند یا امانتدار شهر چون این شغل آنهاست. عنوان امین نشانه ای است برای هر نوعی از کار و پیشه. به طور مثال گفته می شود امین المکاتب (امانتدار کتابخانه) امین الشرطه (امانتدار پلیس) و مجلس الامناء ( مجمع امانتداران).ابوالعاص شوهر زینب دختر محمد ص نیز به دلیل شغلی که داشت امین نامیده می شد. او ایمان نیاورد تا زمانی که مجبور شد. محمد ص به دخترش زینب دستور داد اگر ابوالعاص ایمان نیاورد از او جدا شود.محمد ص یکبار برای خدیجه امانتداری کرد، زمانی که او مال التجاره خدیجه را گرفت و آن را در دمشق از طرف او فروخت. اگر اهل مکه باور کرده بودند که محمد مورد وثوق است نباید هنگامی که به آنها گفت پیامی از طرف خدا دریافت کرده است او را مسخره می کردند. بنا بر تصدیق خود محمد در قرآن، آنها که او را خوب می شناختند او را دروغگو و دیوانه نامیدند و در آیه ای دیگر آمده که پس تذكّر ده، كه به لطف پروردگارت تو كاهن و مجنون نيستى.سیره اطلاعات زیادی در باره محمد قبل از ادعای پیامبریش به ما نمی دهد. اطلاعاتی وجود ندارد که من نشان دهم او در آن زمان دروغگو بوده است اما دلایل متعددی وجود دارد که نشان می دهد او بعد از ادعای پیامبری دروغگو بوده است. تمام مقالات من نشان می دهد که او یک دروغگو بوده است. دلیلی برای تکرار نمی بینم، تنها یکی از مقالات مرا بخوانید، به طور مثال به این لینک رجوع کنید:
http://alisina.org/is-muhammad-mentioned-in-the-b
شما گفتید که درک من از کلام شما کاملا غلط بوده است، و شما نگفته اید که اخلاق خدامحورانه با اخلاق انسان محورانه با یکدیگر فرق می کنند بلکه آنچه گفته اید این است که دریافت ما از این دو اخلاق گاهی متفاوت است.من فکر نمی کنم که برداشت نادرستی از حرف شما کرده باشم. هر دو برداشت یکی است. از اخلاق خدایی نباید زشتی ادراک شود. اگر اینچنین باشد جایی برای ملامت انسانهایی که آن را نپذیرند نیست. اگر رفتار یک پیامبر راستین قابلیت تطبییق بر زشتی داشته باشد، چگونه ما می توانیم بفهمیم او از طرف خدا آمده است؟
ولو ا ینکه شما معترضید که من یک موضوع واحد را بیش از آنچه لازم است تکرار می کنم به نظر می رسد هنوز متوجه نشده اید که من هم اکنون ثابت کرده ا م که ادعای اخلاقیات خدامحورانه به دور منطقی مبتلاست.
شما گفته اید از منظر خداوند زندگی انسان ارزشی ندارد زیرا از منظر خدا تمایز و جدایی بین این دنیا و دنیای دیگر نیست. این مدعا نیز یک مغالطه است. شما باید ابتدا وجود خدا را ثابت کنی سپس لازم است ثابت کنی که الله همان خداست و در آخر ثابت کنی که محمد ص یک پیامبر راستین از طرف این خداست. شما هیچکدامیک از کارهای فوق را نکرده اید.بلکه گرفتار مغالطه التماس پرسش و پاسخ شده اید. قضیه شما شامل این ادعاست که نتیجه درست است.
بدون ارائه استدلال در مورد هریک از ادعاهای فوق نتیجه گرفته اید که ….. هر کس موافق شما موافق شما نباشد باید کشته شود. آنچه که شما و هم کیشانتان را می رهاند این است که هر کس ایمان بیاورد درست عمل کرده است. بنابر نظر شما، من به سعادت و کمال نمی رسم چرا که اسلام نیاورده ام و از آنجایی که من در باره نظراتم می نویسم مانع رسیدن دیگران به کمال می شوم به همین دلیل به نفع من است که هر چه زودتر کشته شوم.
در این اینجا دو مشکل وجود دارد:
الف) اجازه دهید فرض کنیم که نوع تفکر پر پیچ و خم شما درست است، و اینکه اسلام سعادت را به انسانیت ارزانی داشته است و کسانی که نمی خواهند ایمان بیاورند باید کشته شوند. چرا خدایت به شخصه نمی تواند آنها را بکشد؟ چرا او نیاز به بندگانی دارد که این کار کثیف را برای او انجام دهند؟
من نزدیک 14 سال است که بر ضد اسلام می نویسم در سایه نوشته های من هزاران نفر از مسلمانان اسلام را ترک کرده اند بنابر منطق شیطانی شما الله خواسته که مسسلمین مرا بکشند چرا او خود این کار را نکرده است؟
یکی از مسلمانان مرا دعوت به مباهله کرد و و قول داد که در طول مدت نود روز من خواهم مرد او دعا کرد و از دیگر مسلمین نیز خواست دعا کنند. از این ماجرا حدود چهار سال می گذرد تاکنون از او خبری نشنیده ام ،امیدوارم که زنده باشد.
خدای تو قدرتی ندارد. او متکی به بندگان خویش است او چه فرقی با یک سرکرده مافیا دارد؟
ب) ما غیر مسلمانان معتقدیم که آنها در چاهی از نادانی به دام افتاده اند. آنها کسانی اند که در بیچارگی و تهیدستی زندگی می کنند و موجب آزار دیگران می شوند. تمام آنچه ما باید انجام دهیم این است که روی دنیای تاسف آور مسلمین تمرکز کنیم تا نظرات خود را اثبات کنیم. لذا بنابر منطق اسلامی منحرف شما ما غیر مسلمین باید مسلمانان را بکشیم.
می بینید که احساس ما همانند احساس شماست. ما احساس می کنیم که بر حقیم و خوشحالیم و مسلمانان مانع خوشی و شادمانی انسانیت اند. به من بگویید چرا ما نباید راه درمان شما را در مورد خودتان به کار گیریم و دنیا را از وجود اسلام و مسلیمن پاک کنیم؟
دلیلی که شما مسلمانان به طور یکجا ما را نمی کشید این است که ضعیف هستید. اگر قدرتمند شوید این کار را خواهید کرد. ما هم اکنون قوی هستیم و می توانیم شما را مانند سوسک حمام له کنیم. ما می توانیم شما را در عرض چند ساعت به عصر حجر بفرستیم. به من بگو چرا ما این کار را نمی کنیم؟
شما فکر می کنید که این خدایی است که ناباوران را بکشید. چرا فکر می کنید که اگر آنها در مقام دفاع از خود شما را بکشند کار غلطی کرده اند؟
اینجاست که قانون طلایی نقش خود را بازی می کند چیزی که شما مسلمین آن را نمی فهمید دلیلی که غیر مسلمانان شما را نمی کشند این است که ما به این قانون طلایی عقیده داریم و دلیل اینکه شما به صراحت افکار شیطانی تان را آشکار می کنید این است که به این قانون اعتقاد ندارید.
اجازه دهید فرض کنیم شیطان وجود دارد و می خواهد انسانیت را نابود کند بنابر متون مقدس تمام مذاهب او قدرتی به جز فریب دادن مردمان ندارد. اجازه دهید از شیطان بخواهیم که از شما درخواست کند بهترین راه برای نابودی انسانیت را با توجه به تنها توانایی او یعنی فریب دادن به او توصیه کنید. چه راهی بهتر از جعل یک مذهب غلط که دعوت به کشتن غیر مسلمانان کند به فکر شما می رسد؟
لطفا این چهار سوال را پاسخ دهید. آنها را پر رنگ کردم تا فراموش نکنید.
اجازه دهید ابتدا نوشته شما را خلاصه کنم:
1) واژه امین به معنای درستکار نیست بلکه تنها عنوان یک شغل و حرفه است پس اینکه محمد را امین می گفته اند اشاره به شغل او بوده نه صفت امانت و درستکاری او دلیل این مطلب این است که اکر مکیان او را امین به معنای درستکار می دانستند وقتی ادعای رسالت کرد او را تصدیق می کردند اما نه تنها این کار را نکردند بلکه او را کاهن و دیوانه خطاب نمودند.
2) دروغگو بودن پیامبر تا قبل از رسالتش به دلیل کمی اطلاعات از آن دوره قابل اثبات نیست آنچه مهم است اثبات این صفت در زمانی است که ادعای پیامبری کرده است.
3) فرقی بین این دو قضیه نیست:
الف) اخلاقیات از منظر خداوند معنایی متفاوت از اخلاق از منظر انسانها دارد.
ب) اخلاقیات از منظر هستی شناسی خدامحوری در بعضی از موارد معنایی متفاوت از اخلاقیات از منظر هستی شناسی انسان محوردارد.
پس انسانها حق دارند بر اساس فهم خود از اخلاقیات از دستورات اخلاقی خداوند سرپیچی کرده و هر کس بر اساس این دیدگاه مدعی پیامبری شود باید تکذیب شود.
4) شما قبل از اثبات وجود خدا نتیجه گرفته اید که اخلاقیات مبتنی بر خدامحوری حق و غیر آن باطل است و این یک مغالطه است.
5) مسلمانان معتقدند هر کس ایمان نیاورد و هر کس که مانع سعادت دیگران شود باید کشته شود واینکه اکنون ما را نمی کشند به دلیل ضعف آنهاست.
6) رمز اینکه غیر مسلمانان با توجه به قدرتی که دارند، به قضیه فوق اعتقاد ندارند ا ین است که پایبند به قانون طلایی هستند و الا بر اساس دیدگاه شما باید مسلمین را قتل عام کرده و یا به خاک فلاکت بیافکنند.
جناب سینا
من متوجه نگرانی پنهان شما در خالی بودن دستتان در استدلال بر مبانی اصلی بحث هستم لذا کاملا درک می کنم که چرا از تمرکزبر روی مقدمات فرار کرده و مستقیم به نتیجه مطلوب خود که همان تنقیص مسلمین و پیامبر آنهاست پرداخته و آن را مدام با عبارات مختلف تکرار می کنید؛ نگران نباشید اجازه دهید آهسته آهسته و قدم به قدم جلو رفته مبانی بحث را مستحکم کرده و در آخر بر اساسی مبانی عقلی و منطقی به نتیجه گیری در جزئیات بپردازیم.
هزار و چهارصد سال پیش شخصی ادعای پیامبری کرده، مدعای اصلی او این است که هستی دارای خداست و هستی بدون خدا (که در قرآن معرفی شده) بی معناست. بر مدعای خویش دلیل آورده و عده کثیری استدلال او را پذیرفته و ادعای او را تصدیق کرده اند.
حال شما مدعی هستید که نیازی به خدای او نیست و نگاه به هستی بر اساس محور قرار دادن انسان کاملا معنادار است.
لطفا مدعای خود را اثبات کنید. اگر بتوانید چنین کنید من همین جا به بحث خاتمه داده و مدعای شما را با شجاعت تمام می پذیرم.
اما جواب:
1) در کتاب لغت لسان العرب در مورد ریشه ” امن ” چنین آمده است: أمن: الأَمانُ و الأَمانةُ بمعنى. و الأَمْنُ: ضدُّ الخوف. و الأَمانةُ: ضدُّ الخِيانة.
در قرآن در وصف شهر مکه آمده است : وَ هذَا الْبَلَدِ الْأَمينِ
و در وصف جبرئیل : نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمينُ
و در توصیف حضرت موسی علیه السلام از زبان دختران شعیب گفته شده: قالَتْ إِحْداهُما يا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمينُ
شهر مکه نمی تواند شغل امانتداری را انتخاب کند و ملائکه نیز نیازی به حرفه و پیشه ندارند و حضرت موسی علیه السلام در آن زمان که آواره بوده و قبل از آن هم که نازپرورده دستگاه فرعون و بعید می دانم چون او نیز به تجارت از طرف کسی رفته او را امین نامیده باشند.
شما نمی توانید با مراجعه به فرهنگ لغت انگلیسی به درک درستی از کلمه امین برسید و آن را با کلمه
Trustee
معادل کنید. زبان عربی به شهادت ادیبان کاملترین زبان دنیاست و هر واژه ای در این زبان بار معنای خاص خود دارد لذا اگر کسی ادعا کند دین اسلام کامل ترین دین است چون به کاملترین زبانها نازل شده این ادعا جای بررسی دارد.
مضافا که در زبان عربی برای بیان یک شغل از صیغه فعال استفاده می شود مانند بقال (سبزی فروش) حداد (آهنگر) خباز (نانوا) و ….
امین نیز اگر عنوان شغل و حرفه بود باید به همین صیغه بیان می شد.
2) اگر دروغگو بودن پیامبر خارج از زندگی پیامبرانه او قابل اثبات نباشد که نیست آنگاه اثبات این موضوع با توسل به انکار نبوت او مانند این است که گفته شود او دروغگو است چون ادعا می کند که پیامبر است، اگر صرف ادعای پیامبر بودن مساوی با دروغگو بودن باشد حق با شماست اما شما هنوز چنین چیزی را اثبات نکرده اید. البته اثبات آن را در این مرحله از شما نمی خواهم چون این یک موضوع فرعی است و اثبات آن قبل از ثابت کردن مبانی اصلی کاری عبث و بیهوده است.
3) فاصله بین این دو قضیه از زمین تا آسمان است بر اساس یکی زندگی می کنیم که زندگی کرده باشیم و بر اساس دیگری زندگی می کنیم که به سعادت در آخرت برسیم. یکی ما را حبس و درنهایت دفن در زمین می کند و دیگری دست ما را در دست آسمان می گذارد بعد از تلاش برای ا ثبات مدعای خود متوجه این نکته خواهید شد.
4) من چنین نتیجه ای نگرفته ام بلکه تنها برای شروع بحث مدعای خود و مدعای شما را تصور کرده ام همین و بس، هر گاه نوبت من رسید که مدعای خود را اثبات کنم حتما چنین خواهم کرد.
5) من تنها یک مثال جهت بیان درک متفاوت دو دیدگاه از موضوع واحد، زده ا م و متاسفانه شما از این کج سلیقگی من جوگیر شده و یک منبر مفصل رفته اید غافل از اینکه اینجا مجلس سخنرانی و موعظه نیست لذا وارد جزئیاتی که هنوز نوبت به آنها نرسیده نمی شوم.
6) این موضوع بیش از آنکه پایه و اساس دینی و مذهبی داشته باشد موضوعی سیاسی است تا آنجا که من می دانم در هیچ دین و مذهب پدر و مادر داری قتل عام غیر باوران به آن دین و مذهب نیامده است و باز شما اینجا هم جوگیر شده و داد سخن داده اید.
اما در مورد قانون طلایی (که هنوز نوبت بررسی و صحبت در باره آن نیز فرا نرسیده است) که فکر می کنید در دنیای اسلام کسی پی به آن نبرده است کاملا در اشتباهید زیرا اولا قانونی میلیاردها برابر با ارزش تر از قانون طلایی در قرآن آمده است:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَ إِنْ أَسَأْتُمْ فَلَها (اسراء 17)
اگر نيكى كنيد، به خودتان نيكى مى‏كنيد و اگر بدى كنيد باز هم به خود مى‏كنيد
این آیه نه تنها بدی کردن در حق دیگران را نکوهش می کند بلکه می گوید با بدی کردن در حق دیگران به آنها بدی نکرده اید بلکه در حق خود بدی کرده اید.
قانون طلایی قانونی کاسبکارانه است؛ چون نمی خواهم کسی در حق من بدی کند در حق کسی بدی نمی کنم و این یک معامله تمام عیار است که کمی تا قسمتی از اخلاق به دور است.
ثانیا عین این قانون طلایی شما در احادیث ما آمده است:
در کتاب تحف العقول صفحه 14 پیامبر رحمت به علی علیه السلام وصیت کرده است: يَا عَلِيُّ مَا كَرِهْتَهُ لِنَفْسِكَ فَاكْرَهْ لِغَيْرِكَ‏ وَ مَا أَحْبَبْتَهُ لِنَفْسِكَ فَأَحْبِبْهُ لِأَخِيك‏
یا علی آنچه برای خود روا نمی داری برای دیگری هم روا مدار و آنچه بر خود می پسندی برای برادرت نیز بخواه.
و در وصیت حضرت علی به پسرش امام حسن علیما السلام آمده است: أَيْ بُنَيَّ تَفَهَّمْ وَصِيَّتِي وَ اجْعَلْ نَفْسَكَ مِيزَاناً فِيمَا بَيْنَكَ وَ بَيْنَ غَيْرِكَ فَأَحْبِبْ لِغَيْرِكَ‏ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ وَ اكْرَهْ لَهُ مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ وَ لَا تَظْلِمْ كَمَا لَا تُحِبُّ أَنْ تُظْلَمَ وَ أَحْسِنْ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُحْسَنَ إِلَيْكَ وَ اسْتَقْبِحْ مِنْ نَفْسِكَ مَا تَسْتَقْبِحُ مِنْ غَيْرِكَ وَ ارْضَ مِنَ النَّاسِ لَكَ مَا تَرْضَى بِهِ لَهُمْ مِنْكَ
فرزندم وصیت مرا به گوش جان بسپار، نفس خود را میزان و معیار جهت سنجش بین خود و دیگری قرار بده، دوست بدار برای دیگری آنچه برای خود دوست داری و مپسند آنچه را برای خود نمی پسندی، به کسی ظلم نکن همانطور که دوست نداری کسی به تو ظلم کند و نیکی کن همانطور که دوست داری در حق تو نیکی کنند، اگر چیزی را برای خود زشت می شماری برای دیگری هم زشت بشمار به همان مقدار که می خواهی مردم از تو راضی شوند از آنها راضی شو. همان صفحه 74
جواب سوالات شما را بعد از روشن شدن مبانی اساسی بحث به طور مفصل خواهم داد البته اگر دقت کنید در لابلای بحث ها جواب خود را پیدا خواهید کرد.
در پایان از همه دوستانی که سوالاتی دارند خواهش می کنم تا پایان بحث من با جناب سینا صبر کنند اگر جواب آن را نیافتند در خدمت آنها خواهم بود.
بنابر هر دلیل اگر اصراری بر پرسیدن مطلبی دارید آن را ایمیل کنید زیرا من فرصت خواندن کامنت ها را ندارم.
[email protected]

Mr. Sina,

Aku sangat menyadari ketidakmampuanmu menghasilkan argumen logis dalam mempertahankan posisimu. Aku memahami alasanmu menghindar berfokus pada bagian pembuka dan menarik kesimpulan yang kau inginkan tepat dari awal, yang meremehkan umat Islam dan nabi mereka, dan terus mengulang-ulang hal serupa dengan kata-kata berbeda. Jangan khawatir. Mari kita lanjutkan perlahan, step by step dan dan biarkan kita gambarkan struktur perdebatan kita terlebih dahulu. Akhirnya, kita akan sampai ke kesimpulan dengan logika dan penalaran. Kemudian kita dapat menangani rinciannya.

1400 tahun lalu, seorang pria mengklaim sebagai nabi. Pendapat utamanya adalah dunia memiliki pencipta dan bahwa semesta tanpa Tuhan (yang namanya disebut dalam Quran) tidak ada artinya. Untuk membuktikan klaimnya, ia memberikan alasan, dan sejumlah orang menerima alasannya dan percaya pada klaimnya.

Sekarang kau katakan tidak ada kebutuhan akan tuhan dan bahwa Manusia adalah titik penting/pusat keberadaan, bukan Tuhan. Silahkan buktikan klaim-mu. Jika kau dapat membuktikannya, aku akan mengakhiri debat saat ini dan dengan berani menerima klaim-mu.

Berikut tanggapanku:

Kau katakan, amin bukan berarti dapat dipercaya melainkan wakil, dan itu adalah gelar yang diberikan pada pedagang, dan karenanya itu profesi bukan atribut. Selanjutnya, Muhammad disebut amin karena profesinya, bukan karena ia dikenal jujur. Dan kau berargumen jika penduduk Mekah beranggapan Muhammad dapat dipercaya mereka akan menerima klaimnya saat ia mengatakan pada mereka ia seorang nabi. Bukan saja mereka tidak menerimanya, malah mereka mengatakan ia dukun dan orang gila.

Jawabanku, akar kata
amin adalah amn yang berarti 'rasa aman', lawan kata 'rasa takut' dan lawan dari 'pengkhianatan.'

Quran mendeskripsikan kota Mekah sebagai: Ini adalah kota 'an amin' (This is an amin city)

Jibril dideskripsikan sebagai نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ The Faithful Spirit has descended with it, (Q.4:174)

Dalam deskripsi mengenai Musa dikatakan,

قَالَتْ إِحْدَهُمَا يَأبَتِ اسْتَءجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنْ اسْتَءجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ

“One of the two women said: O my father! Hire him! For the best (man) that thou canst hire in the strong, the trustworthy (amin).”

Kota Mekah tidak mungkin sebuah profesi. Malaikat juga tidak berkebutuhan bekerja sebagai wali. Dan Musa, ketika masih menjadi seorang pengembara dan sebelum itu dibesarkan dalam kemewahan di istana Firaun, tidak perlu menjadi seorang wakil pedagang. Kau tak dapat memeriksa di kamus bahasa Inggris untuk memahami makna sebenarnya kata amin, dan mengatakan artinya wali/wakil.

Bahasa Arab diakui oleh semua ahli bahasa sebagai bahasa yang paling sempurna di dunia. Setiap kata dalam bahasa ini memiliki arti khusus. Sebab itu, jika seseorang mengklaim Islam agama yang paling sempurna, itu karena disampaikan dalam bahasa yang paling sempurna, sehingga klaim tersebut layak.

Selain itu, dalam bahasa Arab sebagian besar profesi dideskripsikan dalam satu kata, misalnya
baqqal, berarti penjual bahan makanan, haddad berarti tukang besi dan khabbaz berarti tukang roti. Jika Amin juga sebuah profesi, maka akan seirama dengan kata-kata di atas.

2-Argumen keduamu adalah, tidak cukup bahan mengenai Muhammad sebelum klaim kenabiannya, dan karenanya tidak mungkin membuktikan atau menyanggah ia seorang pendusta. Namun, kami memiliki sejumlah dokumentasi yang memperlihatkan ia berdusta setelah mengklaim sebagai nabi.

Jawabanku:

Jika tak dapat dibuktikan bahwa Muhammad seorang pendusta diluar lingkup kenabiannya, maka membuktikan ia pendusta dengan cara menyangkal kenabiannya akan sulit. Itu seperti berkata ia pendusta karena mengklaim sebagai nabi. Jika klaim kenabian sama dengan dusta, maka kau benar. Namun kau belum membuktikannya. Tentu saja kita harus meninggalkan argument tersebut untuk dibahas nanti, dan aku takkan membahasnya denganmu sekarang. Itu adalah isu sekunder, dan membahasnya sebelum menetapkan aturan-aturan diskusi adalah sia-sia.

3- Argumen ketigamu adalah bahwa tidak ada bedanya antara moralitas yang berpusat pada tuhan (dan yang berpusat pada manusia) sebagai hal yang pada dasarnya berbeda atau dianggap berbeda. Sebab itulah manusia punya hak menolak yang disebut moralitas yang berpusat pada tuhan jika bertentangan dengan persepsi mereka akan moral. Jika setiap orang yang mengklaim sebagai nabi Tuhan dan mempraktekkan moral yang bertentangan, yang sebagai manusia kita anggap tak bermoral, maka orang tersebut adalah penipu dan bukan nabi Tuhan.

Tanggapanku:

Perbedaan antara kedua definisi tersebut sangat besar. Yang satu untuk kehidupan kita di dunia ini, dan yang lain untuk kebahagiaan kita di dunia berikutnya. Yang sebelumnya membawa kita ke kematian kita dan penguburan di tanah, dan yang berikutnya akan membawa kita ke surga. Setelah kau mencoba membuktikan klaim-mu, kau akan memahami hal ini.

4- Argumenmu berikutnya adalah bahwa aku telah melompat ke spekulasi mengenai moralitas Tuhan sebelum membuktikan eksistensi Tuhan, atau bahwa Allah itu Tuhan, atau bahwa Muhammad itu utusan Tuhan, dan bahwa itu sebuah fallacy.

Tanggapanku:

Aku tidak menyimpulkan seperti itu. Hanya demi perdebatan kita, aku mendeskripsikan klaim-mu dan klaim-ku. Cuma itu. Bila tiba saatnya bagiku untuk membuktikan klaim-ku, sudah tentu aku akan melakukannya.

5- Kau katakan umat Islam percaya bahwa barangsiapa tidak percaya pada Islam, dan barangsiapa menghalangi orang lain masuk Islam, harus dibunuh dan alasan mereka tidak melakukannya dalam skala besar karena mereka lemah.

Tanggapanku:

Aku hanya membuat satu contoh untuk menerangkan perbedaan antara moralitas yang berpusat pada Tuhan dan moralitas yang berpusat pada manusia. Sayangnya, kau mengambil keuntungan dari contoh ini dan mengajar tentang ketiadaan moralitas dalam Islam. Tapi ini bukan waktunya mendiskusikan hal tersebut. Aku (tak?) akan masuk ke rincian kemudian

6- Kau menulis alasan non-Muslim tidak membunuh umat Islam walaupun mereka memiliki kemampuan melakukannya, karena mereka mengikuti Golden Rule. Andai mereka memiliki doktrin serupa Islam, mereka akan membunuh umat Islam dan melanggar hak-hak mereka, sebagaimana yang dilakukan umat Islam saat mereka mayoritas dan berkuasa.

Tanggapanku:

Pembunuhan-pembunuhan ini tidak begitu dimotivasi agama, lebih dimotivasi politik. Sepanjang pengetahuanku, tidak ada agama sejati yang menyuruh membunuh orang kafir. Sekali lagi, kau hanya menyampaikan sesuatu yang sudah diketahui umum.

Sekarang, mengenai Golden Rule, belum waktunya mendiskusikan hal ini, jika kau pikir tak seorangpun di dunia Muslim pernah berpikir mengenai hal ini, kau salah. Ada sebuah hukum dalam Quran yang jutaan kali lebih superior dan lebih baik daripada Golden Rule.


إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,”


Golden Rule bersifat transaksi – Karena aku tak ingin orang lain berlaku buruk padaku, aku tak berlaku buruk pada orang lain. Ini sebuah transaksi murni dan sederhana yang memiliki jejak moral di dalamnya.

Selain itu, yang mirip golden rule milikmu dapat ditemukan dalam hadist kami:

Dalam buku تحف العقول halaman 14, dikatakan,
“Wahai Ali, jangan putuskan yang tak akan kau putuskan untuk dirimu sendiri, dan inginkan untuk saudaramu apa yang kau inginkan untuk dirimu sendiri.”

Dalam wasiatnya untuk putranya Hassan, Ali berkata: “Anakku, dengarkan nasehatku. Buatlah dirimu sendiri menjadi ukuran antara dirimu dan orang lain. Cinta bagi orang lain apa yang kau cinta untuk dirimu sendiri, dan jangan lakukan padanya apa yang kau tidak suka untuk dirimu. Jangan perlakukan orang lain dengan kejam sebagaimana kau tak ingin diperlakukan kejam; dan berbuat baiklah pada orang lain sebagaimana kau ingin orang lain berbuat baik padamu. Jika kau anggap sesuatu tak menyenangkan bagimu jangan putuskan itu bagi orang lain, dan karena kau ingin orang lain berguna bagimu, bergunalah bagi mereka.” Hal.74.

Aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu setelah kita memperjelas struktur perdebatan kita. Tentu saja, jika kau perhatikan kau akan menemukan jawaban untukmu di dalam apa yang telah kutuliskan.
Akhirnya, aku memohon semua sahabat yang ingin mengajukan pertanyaan agar menunggu hinhha akhir debat ini. Jika kau tak menemukan jawaban, aku siap menjawab semua pertanyaan.

Kau juga dapat meng-email pertanyaanmu ke [email protected]
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update 2012/02/05 6:44 am

Mr. Farzad,

Kau berkata, 1400 tahun lalu Muhammad mengklaim sebagai utusan Tuhan serta menyajikan alasan yang dapat diterima orang-orang yang percaya padanya.

Aku sudah mempelajari Islam secara intensif selama 14 tahun terakhir, dan bahkan sebelum itu aku memiliki sejumlah pengetahuan dasar sebagaimana yang dimiliki sebagian besar Muslim, namun tak pernah kujumpai alasan yang meyakinkan. Jika kau sajikan penalaran tersebut, maka logis bila hal tersebut mengakhiri perdebatan kita. Masalahnya adalah, tidak ada bukti atas klaim Muhammad, namun umat Islam telah dengan senang hati membunuh siapapun yang tidak setuju dengan klaim yang belum terbukti ini.

Kau katakan, “Sekarang kau katakan tidak ada kebutuhan akan tuhan dan bahwa Manusia adalah titik penting/pusat keberadaan, bukan Tuhan. Silahkan buktikan klaim-mu.”

Kau terjebak dalam fallacy of the burden of proof. Beban pembuktian ada padamu, bukan padaku.

Klaim-ku bahwa moralitas berlandaskan manusia sudah jelas kebenarannya. Bukankah jelas bahwa membunuh, memperkosa, menyiksa dan menjarah orang lain merupakan kejahatan? Aku tidak harus membuktikan moralitas berlandaskan manusia ini.

Di pihak lain, kau berkata bahwa, walaupun semua ini jahat dilihat dari perspektif manusia, akan bermoral dan baik bila dilihat dari sudut pandang Tuhan. Engkau-lah yang harus membuktikan klaim aneh dan absurd ini. Kecuali tuhanmu itu Iblis, klaim-mu sama sekali tidak masuk akal.

Kau jelaskan bahwa kata amin yang digunakan di beberapa ayat Quran, hanya dapat diinterpretasikan sebagai jujur/dapat dipercaya bukan wali/wakil. Itu benar. Namun, amin juga bermakna wali/wakil, sebagaimana di Amin El-Makataba (Wakil/Pengawas Perpustakaan); Amin El-Shortaa (Wakil/Pengawas Kepolisian); dan Majlass El-Omnaa (Dewan Perwakilan).

Orang Arab memberi gelar Amin bagi para pedagang yang memperdagangkan barang-barang atas nama orang lain. Orang-orang mempercayakan barang-barang pada mereka, dan menyebut mereka Amin. Muhammad bertindak sebagai orang kepercayaan Khadija, sekali dalam masa hidupnya. Dikatakan juga Abul Aus, suami Zainab, yang enggan masuk Islam, dikenal sebagai Amin. Bila kau memperhatikan apa yang kutulis, tidak ada alasan pengulangan. Andai kau mengangkat hal ini lagi, kau akan memperoleh jawaban serupa. Sekali suatu topik dijawab, biarlah kita tutup dan beranjak maju.

Kau juga membuat klaim tak berdasar lain bahwa semua ahli bahasa sepakat bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang paling sempurna. Tidak, mereka tidak melakukannya. Sejauh ini, bahasa Inggris adalah bahasa yang paling komprehensif. Cobalah menulis tesis ilmiah dalam bahasa Arab.

Kau berkata, “Jika klaim kenabian sama dengan dusta, maka kau benar. Namun kau belum membuktikannya.”

Ya, aku sudah. Semua artikel-ku membuktikan Muhammad seorang pendusta, dan aku memberimu link ini sebagai contoh. http://alisina.org/is-muhammad-mentioned-in-the-bible/. Muhammad mengklaim namanya disebut dalam Alkitab. Padahal tidak. Ini hanya salah satu dari ribuan dustanya.

Saat kau berkata ada dunia yang berbeda antara moralitas yang berpusat pada Tuhan dan moral yang berpusat pada manusia, aku yakin kau tidak memahamiku. Maksudku, tidak jadi masalah apakah ketidakadilan yang kita terima dalam apa yang kau sebut sebagai moralitas Tuhan itu nyata atau dapat dirasakan. Semua realitas, bagi kita manusia, dapat dirasakan. So, bila persepsi kami tuhanmu itu tidak bermoral dan jahat, kami seharusnya tidak disalahkan bila menolaknya. Tanggungjawab kita sebagai manusia adalah menilai klaim dari semua pembuat klaim berdasarkan akal sehat dan nilai moral kita sendiri. Jika seseorang mengklaim diri sebagai seorang nabi Tuhan, dan terlibat dalam pencurian, pemerkosaan, penyerangan, pedofil dan pembunuhan, kita harus menolaknya. Orang seperti itu tidak dapat menjadi nabi Tuhan, apakah ia bernama Charles Manson atau Muhammad ibn Abdullah. Klaim bahwa kita tidak bisa memahami moralitas Tuhan dan mungkin saja hal-hal yang bagi kita terlihat jahat sebenarnya ilahiah di mata Tuhan adalah omong kosong. Itu adalah perangkap dimana semua semua pengikut sekte yang **** terjebak, dan tak mampu melihat guru mereka seorang penipu jahat. Ini salah satu contohnya. http://alisina.org/which-religion-is-good/ Bacalah email yang Thomas tulis padaku untuk membela perilaku seksual gurunya yang menyimpang, di akhir artikel tersebut.

Kau katakan, kau belum mulai perdebatan mengenai moralitas yang berpusat pada Tuhan, dan aku dengan tergesa-gesa melompat ke kesimpulan. Ya, kau telah melakukannya dan kau membela fallacy ini sedari awal. Aku menyanggahnya di setiap tanggapan yang kuberikan, seakan ide konyol seperti itu perlu disanggah.

Kau katakan, terorisme dan pembunuhan yang kita saksikan di dunia Islam dimotivasi alasan politis, bukan alasan agama semata. Ku katakan keduanya. Dalam Islam, politik dan agama tak terpisahkan. Muhammad memulai sebuah agama untuk mendominasi dan mengontrol. Islam senantiasa jadi alat dominasi politik. Tidak seperti Kekristenan dan kepercayaan lain, Islam bukan keyakinan personal, melainkan agama negara.

Kau kemudian mengutip bagian pertama Q 17:7, ““Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,” serta mengatakan ayat ini jutaan kali lebih baik dari Golden Rule. Yang tidak kau sebutkan adalah, ayat di atas bukanlah ajaran Muhammad pada umat Islam. Ayat tersebut, seperti halnya ayat lain di surah yang sama yang mengatakan barangsiapa membunuh seorang manusia sama dengan ia telah membunuh seluruh umat manusia, adalah bagian dari dongeng kaum Israel yang diulang Muhammad dalam Quran. Bila kau membaca dalam konteksnya, akan kau lihat itu sama sekali bukan ajaran.

Akhirnya, kau mencela Golden Rule, dengan mengatakannya hanya transaksi dagang. Jelas kau tidak memahaminya. Aku tidak akan menjelaskannya, karena aku percaya Aturan Emas itu sendiri cukup jelas, dan bahkan orang yang berpura tidak memahaminya, akan memahaminya dengan sempurna bila terkait kepentingan mereka. Bahkan seorang psikopat ingin diperlakukan secara adil. Ia hanya tidak ingin memperlakukan orang lain dengan cara yang sama ia senang diperlakukan. Ambil contoh Muhammad. Ia tidak mentolerir siapapun yang mencuri darinya, dan menyiksa sampai mati beberapa orang Badui yang mencuri untanya. Namun ia sendiri telah mencuri unta-unta itu. Boleh-boleh saja baginya mencuri, tapi tidak bagi yang mencuri darinya.

Selanjutnya kau mengejutkan kami dengan mengutip beberapa bagian yang dikaitkan dengan Ali, yang merupakan pengulangan Golden Rule.
Image
Ali Ibn Abu Talib adalah seorang pria yang kejam, bengis.
Pertanyaannya, apakah kata-kata tersebut benar-benar diucapkan oleh Ali atau didedikasikan padanya oleh para Shiah fanatik di kemudian hari. Bagaimana cara kita mengetahui kebenarannya? Yang harus kita lakukan adalah melihat bagaimana Ali memperlakukan lawan-lawannya. Ia salah satu pria paling bengis dan jahat di Islam setelah Muhammad sendiri. So, jika ia benar-benar mengucapkan kata-kata itu, maka kata-katanya tidak sejalan dengan perbuatannya. Confusius berkata, kebesaran seorang manusia utama dapat diukur sejauh mana kesesuaian kata-kata dan perilakunya. Terlepas dari kenyataan, bahwa aku yakin kata-kata tersebut secara licik disematkan pada Ali, kata-kata tanpa perbuatan tidak bernilai. Tapi, mari kita fokus pada Muhammad. Ali mungkin penting bagi kaum Shiah, namun ia tidak penting bagi mayoritas umat Islam. Ada banyak yang bisa dikatakan tentang Muhammad.

Tanggapanmu panjang, namun kau mengabaikan 4 pertanyaanku. Kuulangi lagi:

1. Jika perilaku utusan yang benar dari Tuhan tampak jahat, bagaimana kita bisa yakin ia dari Tuhan?

2. Jika Allah maha kuasa, mengapa ia menggantungkan diri pada kaki tangannya (umat Islam), dan tidak mampu membunuh para pengkritiknya tanpa bantuan para pembunuh Islam?

3. Jika di dalam ‘moralitas yang berpusat pada Tuhan’ mu, boleh-boleh saja membunuh kafir, mengapa kau anggap salah bila kafir membunuhmu terlebih dahulu dalam upaya pembelaan diri?

4. Katakanlah Iblis meminta nasehatmu ttg cara terbaik menghancurkan kemanusiaan, menggunakan satu-satunya kemampuannya, yakni penipuan. Adakah cara terbaik yang dapat kau pikirkan selain mengatakan padanya untuk mendirikan agama palsu, yang memerintahkan umatnya yang percaya untuk membunuh kafir?


Bersambung
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by duren »

anne wrote:Orang Arab memberi gelar Amin bagi para pedagang yang memperdagangkan barang-barang atas nama orang lain. Orang-orang mempercayakan barang-barang pada mereka, dan menyebut mereka Amin. Muhammad bertindak sebagai orang kepercayaan Khadija, sekali dalam masa hidupnya. Dikatakan juga Abul Aus, suami Zainab, yang enggan masuk Islam, dikenal sebagai Amin.
Wah inpo baru nihh

Btw ... " DIPERCAYA " kok malah diusir dari mekah :rolleyes:
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by Kibou »

Sis Anne,

Terima kasih telah susah payah menerjemahkan perdebatan menarik ini. Salam hangat!
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

bravo anne!
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update: 2012/02/26 2:38 AM
ترجمهشما می گویید محمد 1400 سال پیش مدعی پیامبری شده و دلایل ارائه شده از طرف او به وسیله عده ای از مردم مقبول واقع شده و به او ایمان آورده اند.من ازبیش از 14 سال قبل اسلام را مورد مطالعه قرار داده ام و مانند اکثر مسلمین اطلاعات مهمی از اسلام دارم، اما من هرگز این دلایل را متقاعد کننده نیافتم. اگر شما این دلایل را به صورت منطقی ارائه کنید بحث تمام می شود. مشکل اینجاست که هیچ دلیلی برای صحت ادعای پیامبر وجود ندارد و هنوز مسلمین مشتاقانه هر کسی را که با مدعیات ثابت نشده او مخالف کند می کشند.جواب: من در این قسمت از بحث تنها آنچه در عالم خارج واقع شده را تصویر کردم، شکی نیست که این اتفاق افتاده؛ شخصی ادعای پیامبری کرده و در طول هزار و چهارصد سال گذشته میلیاردها نفر که میان آنها از روستاییان ساده بیسواد تا انسانهای فرهیخته ای که مورد افتخار بشریت هستند مدعای او را به هر دلیل پذیرفته اند.مدعای او به طور خلاصه چنین است:هستی دارای خداست، تمام هستی از جمله انسانها مخلوق این خدایند، هدف از خلقت انسان عبودیت و شناخت این خداست، مرگ نه تنها پایان زندگی نیست بلکه آغاز زندگی حقیقی بر اساس عملکرد و رفتار در زندگی دنیایی است.در مقابل افرادی مثل شما مدعی هستند که خدایی وجود ندارد و یا اگر هم دارد کاری به کار انسان ندارد، تنها هدف ما از زندگی کردن این است که زندگی کنیم، مرگ پایان همه چیز است.لطفا دقت کنید پیامبر خدا صلی الله علیه و آله و سلم ادعا کرده، دلیل آورده، میلیاردها نفر دلیل او را معقول دانسته و ایمان آورده اند در این مرحله من کاری ندارم که در واقع دلیل او معقول بوده یا نبوده است.شما نیز در مقابل این ادعا، ادعای دیگری دارید، برای ادعای خود دلیل بیاورید شاید من و بسیار از دیگر مسلمانان ادعای شما را معقول دانسته و به شما ایمان بیاوریم.اصلا بگذارید من چند پله جلوتر بروم، فرض کنید شما اثبات کردید که راهی که حضرت محمد صلی الله علیه و آله و سلم پیشنهاد کرده راه غلطی است و من هم دلایل شما را کاملا معقول دانستم و فهمیدم راهی که تاکنون رفته ام کاملا بیراهه بوده است. اکنون می خواهم راه جدید دیگری را انتخاب کنم و شما راه خود را پیشنهاد می کنید. به طور حتم شما انتظار ندارید که من گوسفند وار به دنبال شما بدوم و طلب دلیل از شما حقی غیر قابل اغماض است، لطف کنید دلیل خود بر درستی راهی که می روید را ارائه نمایید.ترجمه بقیه مطالب شما و جواب به آنها را به بعد از عبور از این مرحله موکول می کنم و تا این نکته اساسی روشن نشود وارد بحث جدیدی نخواهم شد. البته چهار سوال شما را جواب می دهم.. اگر رفتار یک پیامبر راستین قابلیت تطبییق بر زشتی داشته باشد، چگونه ما می توانیم بفهمیم او از طرف خدا آمده است؟زشتی و زیبایی بر اساس تفکر شما کاملا نسبی است، به طور مثال سکس در ملاء عام، همجنس بازی و همجنسگرایی حتی در فرهنگ غرب در جایی موضوعی اخلاقی هستند اما در جایی دیگر غیر اخلاقی. بسیاری از رفتارها در فرهنگ غرب اخلاقی است اما در فرهنگ شرق کاملا غیر اخلاقی. لذا از این منظر هیچگاه نمی توانید ملاک و معیاری بر درستی و نادرستی ادعای پیامبری از طرف کسی پیدا کنید.خدای تو قدرتی ندارد. او متکی به بندگان خویش است او چه فرقی با یک سرکرده مافیا دارد؟فرق در نیاز و عدم نیاز است، خدای من غنی بالذات و خارج از دایره فعل او انفعال است. اگر او به من روزی زیاد داده و درمقابل خواسته که به فقرا کمک کنم این نشانه ناتوانی او در رفع فقر آن فقیر نیست بلکه در اینجا دو امتحان است یکی برای من و یکی برای فقیر، این سر موکول کردن انجام امور به بندگان است نه عجز و ضعف او. علاوه بر اینکه اگر بنده ای کاری انجام دهد از آنجا که نیرو و توان بنده از طرف خداست باز این خداست که آن کار را انجام داده است.

شما فکر می کنید این خدایی است که ناباوران را بکشید. چرا فکر می کنید که اگر آنها در مقام دفاع از خود شما را بکشند کار غلطی کرده اند؟

ما هرگز فکر نمی کنیم که آنها در مقام دفاع از خود کار غلطی کرده اند من تاکنون جایی ندیده ام که کسی کافری را به خاطر دفاع از خود ملامت کرده باشد، حتی حیونات هم حق دارند از خود دفاع کنند. در ضمن مقدمه سوال شما کاملا غلط و عوامفریبانه است هیچ قانونی در اسلام مبنی بر اینکه صرف ناباور بودن دلیل بر استحقاق کشته شدن است وجود ندارد.

. اجازه دهید از شیطان بخواهیم که از شما درخواست کند بهترین راه برای نابودی انسانیت را با توجه به تنها توانایی او یعنی فریب دادن به او توصیه کنید. چه راهی بهتر از جعل یک مذهب غلط که دعوت به کشتن غیر مسلمانان کند به فکر شما می رسد؟

راه بهتر از نظر من تشویق به حرص و طمع است، که اکنون مدعیان قانون طلایی به دلیل گرفتار شدن به آن در همین چند سال اخیر میلیونها نفر را فقط در خاورمیانه به خاطر حفظ منافع پست دنیایی خود به خاک و خون کشیده و به خاک سیاه نشانده اند
Mr. Sina,

Kau berkata tidak melihat adanya bukti bahwa Islam itu benar, dan memintaku memberimu bukti tersebut.

Aku hanya menyebutkan fakta historis tentang apa yang terjadi. Seseorang yang mengaku nabi Tuhan, dan selama 1400 tahun terakhir milyaran orang dari berbagai lapisan masyarakat, terpelajar maupun tidak, percaya pada klaim-nya.

Ia menyatakan bahwa dunia memiliki tuhan, dan segala sesuatu termasuk manusia adalah ciptaanNya, dan bahwa kematian bukanlah akhir. Perlu diketahui bahwa Nabi (SAW) telah membuat klaim ini dan telah menyajikan buktinya, dan milyaran orang telah menerima buktinya serta percaya padanya. Saat ini, aku tidak tertarik menganalisa apakah buktinya masuk akal atau tidak.

Kau punya klaim berbeda. Silahkan memberikan bukti untuk klaim-mu. Mungkin umat Islam dan aku akan melihat klaim-mu lebih logis dan akan percaya padamu.

Biar aku maju beberapa langkah. Kita andaikan kau membuktikan bahwa cara Muhammad (SAW) menyajikan bukti salah dan aku menerima penalaranmu dan percaya aku telah disesatkan. Sekarang, aku ingin suatu cara baru dan memintamu menunjukkan caramu. Sudah tentu kau tidak berharap aku mengekormu seperti domba tanpa meminta bukti. Silahkan beri aku bukti bahwa caramu itu benar.

Aku akan menterjemahkan sisa artikelmu dan tanggapanku setelah kau menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental-ku di atas. Bila tidak, aku memilih tidak memulai sebuah diskusi baru. Namun, berikut ini jawabanku atas empat pertanyaanmu.

1. Jika perilaku utusan yang benar dari Tuhan tampak jahat, bagaimana kita bisa yakin ia dari Tuhan?

Tanggapanku:

Kecantikan dan keburukan, berdasarkan pemikiran-mu benar-benar relatif. Misalnya, berhubungan seks di depan umum, homoseksualitas, seks bebas, bahkan dalam budaya barat kadang-kadang dapat diterima secara moral. Banyak perilaku yang dalam budaya barat dapat diterima secara moral, namun dalam budaya timur tidak dapat diterima. Akibatnya, mustahil menyepakati standar universal untuk menilai perilaku seorang nabi.

2. Jika Allah maha kuasa, mengapa ia menggantungkan diri pada kaki tangannya (umat Islam), dan tidak mampu membunuh para pengkritiknya tanpa bantuan para pembunuh Islam?

Tanggapanku:

Perbedaannya terletak pada keperluan dan ketidakperluan. Tuhan-ku mandiri, dan berada diluar lingkaran aksi/reaksi. Jika ia memberiku kekayaan dan sebagai gantinya ia memintaku menolong orang miskin, itu bukan berarti ia tak mampu menghapuskan kemiskinan dari orang tersebut. Dalam hal ini ada dua ujian. Satu untukku dan satu lagi untuk si orang miskin. Tuhan ingin mendelegasikan urusannya kepada hambanya (umat). Bukan berarti ia tak dapat melakukannya sendiri. Lagipula, jika seorang hamba melakukan sesuatu, karena kuasanya berasal dari kuasa Tuhan, maka sesungguhnya Tuhan-lah yang melakukan pekerjaan melalui hamba tersebut.

3. Jika di dalam ‘moralitas yang berpusat pada Tuhan’ mu, boleh-boleh saja membunuh kafir, mengapa kau anggap salah bila kafir membunuhmu terlebih dahulu dalam upaya pembelaan diri?


Tanggapanku:

Kami tidak menganggap pembelaan diri itu salah. Aku tidak melihat dimanapun [dalam kitab suci] seseorang menyalahkan kafir karena membela diri. Bahkan hewan punya hak untuk membela diri. Lagipula, premis pertanyaanmu salah. Tidak ada hukum dalam Islam yang berkata bahwa kafir layak mati hanya karena tidak percaya.

4. Katakanlah Iblis meminta nasehatmu ttg cara terbaik menghancurkan kemanusiaan, menggunakan satu-satunya kemampuannya, yakni penipuan. Adakah cara terbaik yang dapat kau pikirkan selain mengatakan padanya untuk mendirikan agama palsu, yang memerintahkan umatnya yang percaya untuk membunuh kafir?

Tanggapanku:

Cara yang lebih baik, menurutku. Mendorong orang-orang menjadi serakah. Berkat keserakahan para pendukung Golden Rule, dalam beberapa tahun terakhir ini, di Timur Tengah saja, telah terbantai jutaan orang untuk melindungi basis kepentingan duniawi mereka.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update 2012/02/26 5:32 AM

Mr. Farzad,

Tanggapanmu penuh dengan logical fallacy. Tak ada yang aneh dengan itu! Islam adalah kumpulan fallacy/cacat logika. Akan segera kuperlihatkan, namun terlebih dahulu biar kujawab pertanyaanmu.

Kau memintaku mengusulkan cara terbaik selain Islam. Sudah kujawab pertanyaan ini dalam artikel terpisah, Which Religion Is Good? Dalam artikel tersebut, aku mengutip Krishnamurthi yang berkata, “Kebenaran adalah negeri tanpa jalan.’ Manusia tidak dapat masuk ke dalamnya melalui organisasi, kepercayaan, dogma, pendeta, atau ritual apapun; tidak melalui pengetahuan filsafat atau teknik psikologi apapun. Ia harus menemukannya melalui cermin hubungan, melalui pemahaman akan isi batinnya sendiri, melalui pengamatan dan bukan melalui analisa intelektual atau pembedahan introspektif.”

Kebenaran seperti cahaya matahari. Kau tidak harus pergi kemanapun atau mengikuti siapapun untuk menemukannya. Tiada jalan yang akan membawamu lebih dekat kepadanya. Yang harus kau lakukan adalah keluar dari gua pemikiranmu dan berjemur di keindahan dan kehangatannya.

Agama-agama pada umumnya dan Islam khususnya, membawa kita menjauh dari kebenaran. Mereka bersandar pada klaim belum terbukti yang disangga sejumlah kesalahan logika dan kebohongan belaka.

Klaim ada Tuhan di surga yang tidak perlu disembah, namun, tetap saja ia menciptakan manusia dengan kebebasan menyembahnya (tidak ada paksaan), jika tidak, ia akan memotong, mencincang dan memanggang mereka, serta membakar dan mendidihkan mereka, terasa dibuat-buat. Tidak masuk akal bagi orang pintar kapan saja, apalagi di masa dan era sekarang, untuk percaya omong kosong ini.

Kau memintaku menunjukkan cara yang baik agar kau dapat mengikutiku. Baik! Kau harus mengubah paradigma-mu. Masalahnya, konsep mengikuti. Mengikuti itu untuk domba, bukan manusia. Kita semua dianugerahi otak yang, kecuali orang gila, dapat membawa kita ke jalan yang benar. Kita semua memiliki kompas di diri kita yang dapat menunjukkan mana arah Utara yang benar. Kita tidak perlu mengikuti siapapun. Kita semua dapat menjadi nabi bagi diri kita sendiri.

Bagaimana kita menemukan kebenaran dalam sains? Bukan dengan mengikuti filsuf ini atau ilmuwan itu. Kita menemukan kebenaran sains lewat penelitian, investigasi, observasi, analisis, uji coba, dan sejumlah trial and error. Kadangkala kita melakukan kesalahan dan tiba pada kesimpulan yang salah, namun bila kita mengikuti metodologi yang sederhana ini, pada akhirnya kita temukan jawaban yang benar. Ini disebut metode ilmiah.

Menemukan kebenaran spiritual, moral dan etika seharusnya dilakukan dengan metode ilmiah. Ya, intusisi juga membantu, dan bahkan para ilmuan dibantu intuisi dan inspirasi dalam sejumlah penemuan mereka. Namun, mereka senantiasa mendukung intuisi mereka dengan fakta-fakta dan observasi ilmiah.

Bila Tuhan tak terbatas, kebenaran pastilah tak terbatas. Kita manusia, terbatas, dan dengan demikian tidak mungkin bagi kita menggapai kebenaran yang tak terbatas. Namun, kita bisa mendekatinya. Kebenaran kita dapat berkembang, sebagaimana pengetahuan kita bertambah.

Untuk menambah pemahaman kita akan semesta, kita mempertanyakannya. Kita menantang apa yang telah kita ketahui, dan itulah caranya kita belajar lebih banyak. Bukankah seharusnya kita melakukan hal serupa untuk pemahaman spiritual kita?

Di abad pertengahan, orang-orang percaya pada Socrates, Plato dan Aristoteles sebagai otoritas puncak dalam pengetahuan. Akibatnya, sains jadi mandeq. Pencerahan terjadi saat kita berhenti mempercayai dan mengutip para master ini dan mulai mempertanyakan pengetahuan kita dan pengetahuan para tokoh besar tersebut. Saat itulah pengetahuan sains kita menyeruak. Kita mulai meragukan dan mulai bereksperimen. Hal tersebut membawa kita ke tempat kita sekarang. Terimakasih pada pendekatan ilmiah, sehingga kau dan aku dapat berdebat secara langsung walau hidup di belahan dunia yang berbeda.

Kita perlu pendekatan serupa dalam masalah agama dan spiritualitas. Tak ada yang diketahui orang-orang tersebut yang dapat berguna bagi kita. Buku-buku suci semua agama penuh dengan kesalahan tentang semesta dan kejadiannya. Bila buku-buku tersebut salah mengenai dunia ini, mengapa kita harus percaya kisah-kisah mereka tentang masa mendatang? Pengetahuan masyarakat kuno tidak ada gunanya bagi kita. Mengapa moralitas dan spiritualitas mereka harus berguna?

Jika kau memperlakukan orang lain sebagaimana kau ingin diperlakukan, kau telah menemukan jalan yang benar. Mengapa kau perlu mengikuti orang lain untuk mengatakan padamu apa yang dapat kau temukan sendiri? Tidak jelaskah bahwa menipu, berdusta, melukai, menganiaya, diskriminasi dan melanggar hak-hak orang lain, itu salah? Apakah kita perlu seorang utusan dari Tuhan untuk mengatakan apa yang sudah kita ketahui?

Masalah dengan mengikuti orang lain adalah, jika orang tersebut seorang penipu ulung, ia dapat membuat kita melakukan hal-hal yang sangat jahat. Lihatlah orang biasa yang menjadi anggota cult (ajaran sesat). Mereka seringkali dapat menjadi sangat berbahaya bagi orang lain dan diri mereka sendiri. Mereka melakukan kejahatan dengan gembira dan dengan pengabdian serta keyakinan total. Apakah tidak mungkin, Muhammad seorang peminpin cult?

Itulah argumenku. Aku tidak bisa membuktikan hanya dalam beberapa kalimat. Namun, jika ada yang tertarik, kuundang mereka membaca buku-ku, dimana aku telah menyajikan bukti tak terbantahkan atas klaim ini.

Orang-orang baik melakukan hal-hal jahat saat mereka mengikuti doktrin-doktrin sesat. Itulah sebabnya umat Islam melakukan begitu banyak kejahatan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka yang mengikuti Muhammad telah meninggalkan sisi manusiawi mereka dan menjadi monster.

Kau mengulang apa yang kau katakan sebelumnya bahwa kau tidak dapat memberikan bukti apapun atas klaim Muhammad, namun harus ada bukti kebenaran atas klaim tersebut, atau jika tidak, mengapa milyaran orang, beberapa sangat terpelajar, percaya padanya selama berabad-abad.

Paling sedikit ada 4 kesalahan logika (logical fallacy) dalam penalaranmu:

1. Kebenaran tidak dapat diperoleh melalui konsensus mayoritas. Jika suatu dalil salah, fakta bahwa banyak orang percaya tidak menjadikannya benar. Ada suatu masa dimana sebagian besar umat manusia percaya bumi itu datar dan diam di tempat, sementara cakrawala mengitarinya. Walaupun ini merupakan konsensus mayoritas, keyakinan ini salah. Fallacy ini disebut Argumentum ad numerum.

2. Fallacy berikutnya dalam pernyataanmu adalah argumentum ad populum. Fakta bahwa suatu dalil disukai banyak orang juga tidak menjadikannya benar.

3. Fallacy berikutnya adalah argumentum ad verecundiam. Suatu dalil tidak menjadi benar bila banyak orang terpelajar mempercayainya. Orang terpelajar juga bisa salah. Contoh, Einstein salah saat mengatakan Tuhan tidak bermain dadu. Tuhan bermain dadu setiap saat. Prinsip ketidakpastian Heisenberg adalah sebuah fakta ilmiah.

4. Fallacy-mu berikutnya adalah argumentum ad continuum. Suatu dalil tidak menjadi benar karena telah berlangsung lama. Fakta bahwa Islam telah bertahan selama 14 abad bukan bukti kebenarannya. Alasan keberadaannya sekian lama harus dilihat dari penindasan Islam terhadap pemikiran bebas. Andai Islam mengizinkan pemikiran bebas, Islam telah tersingkir seribu tahun lalu, atau bahkan di Medinah, dimana kaum Yahudi dapat menyanggahnya dengan begitu mudah. Namun Muhammad membunuh para pengkritiknya. Islam bertahan bukan karena benar, tapi karena tidak toleran terhadap kritik. Kau dapat membuat ruangan gelap selamanya, sepanjang kau tidak membiarkan cahaya meneranginya.

Namun era tersebut telah berlalu. Sekarang kebenaran muncul. Untuk pertama kalinya, para penentang dan pendukung Islam dapat berdiskusi secara bebas, sebagaimana yang kau dan aku lakukan, tanpa takut akan hidup mereka. Sekarang kebenaran dapat diekspose, dan saat kebenaran keluar, Islam akan tersingkir. Rejim Islam mengetahui hal ini. Itulah sebabnya mereka begitu takut terhadap internet. Para mullah ingin melarang semua search engines di Iran, dan menciptakan versi mereka sendiri yang disebut Yahaq.com, dimana mereka dapat mengontrol informasi. Mereka tahu bahwa untuk tetap survive, mereka harus membuat masyarakat tetap ****. Namun aku ragu mereka akan berhasil.

Dan inilah tanggapanku, atas tanggapanmu terhadap 4 pertanyaanku:


1. Kau katakan moralitas itu relatif sesuai budaya, dan karena tidak ada standar moral universal yang dapat diterima, kita tidak dapat menilai perilaku Muhammad.


Moralitas mungkin memiliki makna berbeda bagi berbagai budaya yang berbeda. Di satu budaya mungkin berpendapat perempuan adalah vagina yang berjalan dan berbicara, dan bahwa setiap bagian tubuhnya eotis, sehingga mereka harus membungkus diri dari kepala hingga ujung jari. Di budaya lain mungkin berpendapat tidak ada yang salah dengan ketelanjangan, dan bahkan memberi lisensi bagi tempat tinggal khusus kaum nudis. Keduanya ekstrim. Secara pribadi, aku lebih memilih moderat dalam segala hal. Kebanyakan orang sependapat denganku. Namun, bukan ini pembahasan kita. Aku tidak mengutuk Muhammad karena mempraktekkan sebentuk moralitas. Aku mengutuknya karena mempraktekkan moralitas rimba dimana yang kuat yang menang.

Apakah budayamu mengizinkan ketelanjangan ataukah mengenakan hijab, serta mana yang lebih baik, bukan itu intinya. Intinya adalah, penyalahgunaan dan pelanggaran hak asasi manusia adalah salah dalam budaya manapun. Sama seperti engkau merasa keberatan bila orang lain mengatur bagaimana kau harus berpakaian, apa yang boleh dan tidak boleh kau makan, apa yang boleh dan tidak boleh kau baca, dsbnya. Orang lain juga tidak ingin kau memaksakan moralitas dan nilai-nilai-mu terhadap mereka. Inilah Golden Rule. Umat Islam tidak memiliki pemahaman akan Golden Rule, dan kalian tidak mengindahkannya selama ini, yang menunjukkan bahwa kata-kata Ali mengenai Golden Rule yang kau kutip sebelumnya, bukan benar-benar kata-kata yang berasal darinya. Seorang mullah fanatik pastilah menganggapnya bagus, lantas menyematkannya pada Ali. Namun, sebagaimana yang telah kau perjelas, Islam tidak memiliki ruang untuk hal semacam itu. Kalian ingin melanggar hak asasi manusia lain dan memperalat mereka, namun menghendaki mereka memperlakukan kalian secara adil, bahkan istimewa. Kalian percaya hukum rimba. Selama kalian memiliki kekuatan, kalian akan mengabaikan hak orang lain. Kalian memenjarakan dan membunuh murtadin dan mereka yang mengkhotbahkan keyakinan lain pada umat Islam, sementara kalian sendiri menghabiskan uang orang-orang miskin Iran untuk membangun mesjid-mesjid di Eropa, untuk menipu dan memualafkan orang barat. Kesadaran kalian begitu rendah, sehingga tidak melihat ada yang salah dengan semua itu, dan benar-benar yakin inilah yang seharusnya terjadi. Ini adalah moralitas psikopat. Aku tidak bicara tentang dirimu secara personal, aku bicara tentang umat Islam secara umum.

Dalam ‘Understanding Muhammad,’ aku berpendapat bahwa nabimu seorang psikopat, dan umat Islam menjadi seperti dia sampai-sampai meniru perilakunya.

Bahkan, bila moralitas relatif, etika tidak. Tidak ada budaya beradab yang mengizinkan pedophilia, serangan, perkosaan dan pencurian. Islam mendukung praktek-praktek jahat ini. Tidak ada budaya beretika mengizinkan membunuh orang karena memiliki pandangan yang berbeda atau tidak sependapat dengan apa yang disetujui mayoritas. Islam mempraktekkannya. Kau membenarkannya dengan mengklaim moralitas Tuhan mungkin terlihat jahat bagi manusia, namun kita tidak boleh mempertanyakannya. Ini sudah tentu sebuah fallacy sebagaimana telah kutunjukkan beberapa kali.

Aku tidak menuduh Muhammad karena ketiadaan moral. Aku menuduhnya karena ketidaksopanan-nya, ketidak manusiawian-nya, kekejamannya, ketidakadilannya dan kebengisannya.

2. Kutanyakan, mengapa Allah-mu tidak dapat membunuh para pengkritiknya dan bergantung pada pengikutnya untuk melakukan pekerjaan kotornya. Kau jawab bahwa ia mendelegasikan pekerjaannya pada yang lain untuk menguji mereka, dan memberi contoh Tuhan dapat menghapuskan kemiskinan, tapi ia tidak melakukannya. Sebaliknya, ia memberi kekayaan pada sebagian orang dan membiarkan yang lain kelaparan, serta meminta yang kaya untuk memberi makan yang miskin, dan dengan cara ini ia menguji mereka.

Aku tahu kau menulis ini dengan wajah serius, namun aku tak dapat berhenti tertawa. Hal ini saja memperlihatkan kebodohan sosok ilahi ini. Dengan berasumsi semua orang kaya itu Muslim baik dan memberi dengan murah hati pada yang miskin, bukankah ini merendahkan masyarakat miskin. Aku tahu, jika aku miskin dan tidak memiliki makanan untuk dimakan, aku lebih baik mati daripada meminta bantuan. Mengapa sosok tuhan yang waras bertindak begitu ****?

Dapatkah kau menerangkan mengapa tuhan-mu ini, yang katamu tahu masa depan dan masa lalu, perlu menguji orang? Pengujian adalah untuk mengevaluasi kemampuan, bakat, ketrampilan, kinerja atau kualitas individual. Bukankah kau katakan tuhanmu mengetahui semua ini? Lantas, untuk apa pengujian ini? Setiap hari, ribuan anak tak berdosa menderita kelaparan dan meninggal karena kurang nutrisi di seluruh dunia. Tuhanmu dapat mengakhiri penderitaan mereka, namun ia tidak melakukannya. Mereka sedang diuji untuk apa?

Ini sebuah fallacy yang konyol. Namun kau menggunakannya untuk menjelaskan perintah pembunuhan dan kekerasan dalam Qur’an. Kau ingin kami mengerti bahwa Allah dapat membunuh para pengkritiknya, tapi ia tidak melakukannya karena ia ingin umatnya yang percaya melakukannya agar ia dapat menguji mereka. Menguji mereka untuk apa? Apakah menjadi seorang pembunuh merupakan persyaratan untuk masuk surga Islam?

Kau orang yang berpendidikan. Kau habiskan puluhan tahun mempelajari semua omong kosaong Islam tersebut. Andai kau habiskan satu menit saja berpikir secara rasional, akan kau lihat argumen-argumen yang kau gunakan untuk membela Islam adalah omong kosong. Islam adalah agama yang begitu idiot. Setiap orang dengan sedikit pemikiran rasional dapat menyanggahnya.

Aku telah ditantang untuk bermubahila. Kukatakan pada orang ini bahwa hal ini konyol. Ia bersikeras akan berhasil, karena tercantum dalam Qur’an. Jika Allah memiliki kekuasaan terhadapku, itu adalah saat terbaik untuk menewaskanku. Namun ia tidak melakukannya. Ia membiarkan Islam dan umatnya, si penantang mubahila, ditertawakan dan dibuktikan salah. Dan aku tak pernah mendengar kabar dari lawanku. Aku hanya berharap ia tidak meninggal.

Kau yakin tuhanmu dapat melakukan mukjizat, namun ia tidak melakukannya karena ia ingin menguji kita. Aku dapat mengatakan hal serupa tentang kaleng Coca Cola. Jika aku mengklaim bahwa aku nabi kaleng Coca Cola yang mampu memusnahkan umat manusia jika mereka tidak percaya padaku, namun kaleng Coca Cola tidak melakukannya. Malah ia katakan padaku untuk membunuh orang-orang yang menentangku. Akankah kau mengatakan aku tak waras dan berbahaya? Akankah kau menangkapku karena menjadi ancaman bagi masyarakat? Sudah tentu kau akan dan harus. Namun, kau tidak punya masalah meyakini klaim konyol sama persis yang dibuat Muhammad gila. Apa yang salah denganmu?

3. Aku bertanya, karena Islam katakan bunuhlah orang-orang kafir, mengapa kami orang kafir, dalam upaya pembelaan diri, tidak boleh mendahului membunuh kalian umat Islam sebelum kalian membunuh kami. Kau menjawab bahwa tak ada yang menyalahkan kafir karena membela diri, dan kau tambahkan bahwa Islam tidak menetapkan aturan membunuh kafir tanpa pandang bulu.

Nah, dalam hal ini mengapa kau berkeberatan saat kekuatan barat menyerang negara-negara Islam yang menjadi sarang teroris? Namun, lupakan tentang apa yang negara-negara lain lakukan. Mari kita bicarakan tentang negara kita, Iran. Mr. Ah-Nejad berulangkali mengatakan bahwa ia ingin menghapuskan Israel dari muka bumi, dan ia sedang membuat bom nuklir. Walupun rejim berkuasa menyangkalnya, maksudnya jelas bagi setiap orang. So, aku percaya kau seharusnya tidak bermasalah bila Israel menyerang Iran sebelum Iran menuklir habis keberadaan mereka.

Selain itu, ada banyak perintah dalam Qur’an untuk membunuh kafir. Surah ke-9, seluruhnya mengenai membunuh semua orang yang tidak tunduk pada Islam atau tidak membayar jizya dengan dipermalukan dan tunduk. Kita, orang Iran, tidak menimbulkan ancaman bagi Islam, namun Muhammad mengirim surat pada raja kita, meng-ultimatum agar menyerah atau menghadapi perang. Beberapa tahun kemudian, kita diserang.

4. Aku bertanya, bila kau dapat menasihati Iblis tentang cara terbaik mengancurkan kemanusiaan, selain mendirikan agama palsu, yang memerintahkan umatnya membenci dan membunuh kafir. Kau katakan, akan mengatakan padanya untuk mendorong orang-orang menjadi serakah, dan kemudian mengatakan para pendukung Golden Rule serakah, dan itu sebabnya mereka membunuh jutaan orang di Timur Tengah.

Jelas kau tidak memahami Golden Rule. Namun kita sudah membahasnya. Kau juga salah mengenai keserakahan. Orang serakah selalu ada, dan mungkin akan terus ada. Namun, kebanyakan orang tidaklah serakah, dan dalam demokrasi sejati, dimana oposisi kuat, ada check and balances, dan penguasa serakah tidak memiliki kekuatan melakukan sesukanya. Ini justru dapat terjadi di negara Iran kita dan republik lain (banana republic) yang dikendalikan para tiran.

Saat terjadi bencana alam dimana saja di dunia ini, kau dapat melihat sisi kemanusiaan orang-orang baik bersinar. Ada jutaan orang, dan mereka menyumbangkan apa saja yang mereka bisa: makanan, pakaian, uang dan waktu mereka, untuk membantu masyarakat yang terkena dampak. Hal ini sangat kurang di negara-negara Islam, dan ini masalah statistik. Tidak berarti umat Islam tidak perduli dengan penderitaan orang lain, namun karena indoktrinasi yang mereka terima membuat mereka berpikir menyumbang uang untuk kemajuan Islam (jihad) lebih penting daripada menolong sesama manusia.

Kau juga tidak pernah menyaksikan suatu negara Islam menolong negara non-Muslim yang tertimpa bencana alam dengan cara apapun yang signifikan. Mengapa menolong mereka yang tidak percaya pada Allah dan rasulnya? Umat Islam harus membunuh kafir dimanapun mereka menemukannya, bukan menolong mereka.

Umumnya, Israel adalah yang pertama menolong, dan Israel memberikan paling besar, per kapita, dibanding bangsa lain. Terkutuklah Yahudi-yahudi ini! Mereka mengalahkan Muslim, bahkan dalan amal dan perbuatan baik. Orang bertanya-tanya, bagaimana sepupu kera ini mengungguli Muslim dalam segala hal, bukan hanya sedikit, namun ribuan kali. ….Siapa tahu! Mungkin Muslim itu sepupunya kecoak.

Aku juga dulu pernah berpikir bahwa kejahatan itu disebabkan keserakahan. Saat aku membaca Qur’an-lah yang membuatku menyadari, banyak kejahatan di dunia disebabkan oleh keyakinan jahat. Orang-orang baik melakukan kejahatan dengan senang saat mereka berada di bawah pengaruh doktrin jahat.

Ambil contoh Hamza Lashgari, jurnalis Saudi berusia 23 tahun. Ia menulis tiga tweets, yang dianggap umat Islam menghina nabi mereka. Padahal tidak menghina sama sekali. Puluhan ribu Muslim menghendaki kematiannya. Apa yang dikehendaki orang-orang ini jahat belaka. Bagaimana mungkin sedemikian banyak orang, begitu jahat? Ini bukan keserakahan! Islam-lah yang telah merendahkan mereka menjadi monster. Tidak ada yang lebih jahat daripada indoktrinasi jahat, dan itulah sebabnya Islam merupakan kejahatan nomor satu di dunia.
User avatar
duren
Posts: 11117
Joined: Mon Aug 17, 2009 9:35 pm
Contact:

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by duren »

anne wrote: Hal ini saja memperlihatkan kebodohan sosok ilahi ini. Dengan berasumsi semua orang kaya itu Muslim baik dan memberi dengan murah hati pada yang miskin, bukankah ini merendahkan masyarakat miskin. Aku tahu, jika aku miskin dan tidak memiliki makanan untuk dimakan, aku lebih baik mati daripada meminta bantuan. Mengapa sosok tuhan yang waras bertindak begitu ****?
Dulu gw punya manager muslim , dia selalu bangga karena INFAK idul fitrinya nya selalu diutamakan kepada sopir dan pelayan kantor .
Suatu saat sopirnya pindah kerja ... selama satu minggu dia ngomel mengutukin si sopir => GA TAU DIUNTUNG :lol:
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Dulu gw punya manager muslim , dia selalu bangga karena INFAK idul fitrinya nya selalu diutamakan kepada sopir dan pelayan kantor .
Suatu saat sopirnya pindah kerja ... selama satu minggu dia ngomel mengutukin si sopir => GA TAU DIUNTUNG :lol:
Bagaimana dengan pelayan kantor? :lol:
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by keeamad »

anne wrote: Hal ini saja memperlihatkan kebodohan sosok ilahi ini. Dengan berasumsi semua orang kaya itu Muslim baik dan memberi dengan murah hati pada yang miskin, bukankah ini merendahkan masyarakat miskin. Aku tahu, jika aku miskin dan tidak memiliki makanan untuk dimakan, aku lebih baik mati daripada meminta bantuan. Mengapa sosok tuhan yang waras bertindak begitu ****?
duren wrote: Dulu gw punya manager muslim , dia selalu bangga karena INFAK idul fitrinya nya selalu diutamakan kepada sopir dan pelayan kantor .
Suatu saat sopirnya pindah kerja ... selama satu minggu dia ngomel mengutukin si sopir => GA TAU DIUNTUNG :lol:
Untuk cuma mengutuk bro, kalo bisa (dan boleh) dia akan minta kembali semua yang sudah diinfakan itu ....
cah_TK_nol_besar
Posts: 129
Joined: Mon Feb 13, 2012 7:57 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by cah_TK_nol_besar »

Aduh om anne nulis panjang tapi cacat logika kek gitu. Asem rugi gw bacanya :toimonster:
User avatar
Berto@
Posts: 748
Joined: Thu May 05, 2011 1:27 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by Berto@ »

cah_TK_nol_besar wrote:Aduh om anne nulis panjang tapi cacat logika kek gitu. Asem rugi gw bacanya :toimonster:
lagi ngomongin diri sendiri yahh...? :green:
User avatar
Rasionalis
Posts: 1069
Joined: Sun Dec 19, 2010 12:29 am
Location: Whereever I want to be

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by Rasionalis »

cah_TK_nol_besar wrote:Aduh om anne nulis panjang tapi cacat logika kek gitu. Asem rugi gw bacanya :toimonster:
...Aneh kalau masih ada yang mengira orang bernama Anne, Anna, Ani atau Aisyah adalah pria, sehingga disapa "om".
...Dialog atau debat itu adalah tulisan Ali Sina yang diterjemahkan oleh Anne. Oleh karenanya, bila mengutip isinya, seharusnya mengganti nama Anne dengan Ali Sina.
...Yang cacat logika argumen sang mullah apa Ali Sina? Akan terkesan agak elegan apabila bung cah TK, memberikan contohnya. Siapa tau dapat kita jadikan bahan diskusi yang menarik dan bermutu.
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by keeamad »

cah_TK_nol_besar wrote:Aduh om anne nulis panjang tapi cacat logika kek gitu. Asem rugi gw bacanya :toimonster:
Tipikal muslim banget, baca aja merasa dirugikan, gimana lo berbuat amal untuk orang lain ?
Tapi kalo suruh njedotin jidat dan tunggang tungging ke hajar syahwad item, lo merasa dapet untung begitu ?

Sekarang lo gw tanya lagi, tunjukin ayat quran yang bercerita ttg MIRAJ momad ke langit 7 (bukan yang ISRA),
gak rugi kan lo kalo cuma nunjukin ayat quran doang (ingat prinsip islam, sebarkan KEBOHONGAN walau cuma 1 ayat .. )
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update: 2012/02/26 9:50 AM
جناب سینا

همانطور که قبلا هم به شما گفته ام انسان بی تجربه ای در زمینه بحث با مخالفان اسلام نیستم، با این نوع بحث کردن شاید بتوانید مخاطبانی که آگاهی کافی نسبت به این نوع بحث ها ندارند را فریب دهید اما راهی برای فریب من پیدا نخواهید کرد.

توسل به مغالطه و سفسطه یابی در کلام طرف بحث غالبا زمانی اتفاق می افتد که انسان هیچ جواب منطقی در دست ندارد و ناگزیر است جهت خلاصی از مخمصه ای که در آن گرفتار شده انواع مغلطه ها و سفسطه ها را بر طرف مقابل خود تحمیل کند.

نکته دیگر اینکه سخن شما آن قدر طولانی و مفصل و توضیح واضحات و تکرار ذهنیات پر از تناقض است که انسان رغبت به خواندن آن نمی کند چه برسد به اینکه یک شخص مبتدی در زبان انگلیسی مانند من وقت زیادی را جهت ترجمه کردن آن به فارسی صرف آن کند.

هر انسان آگاه و با انصافی اگر جواب بسیار طولانی شما را در برابر سوال بسیار ساده و کوتاه من بخواند متوجه دست و پا زدن شما برای اینکه به گونه ای خود را از پاسخ دادن رها کنید می شود؛ بسیاری از سخنان شما بسیار زیبا و شاعرانه است ما من برای مشاعره با شما اینجا نیامده ام، در مواردی متوسل به توهین شده اید، این نیز مرا عصبانی و وادار به مقابله به مثل نخواهد کرد. تنها چیزی که می تواند راهگشا باشد استدلال عقلی و منطقی است اما متاسفانه علاقه بسیار زیاد شما به سخنرانی و خطابه باعث گم شدن این عنصر اساسی در لابلای ده ها موضوعی که در حال حاضر ربطی به موضوع اصلی بحث ندارد می شود.

سوال کردم: آیا دلیلی بر درستی راهی که می روید دارید؟

جواب دادید: حقیقت یا اصلا وجود ندارد و یا اگر وجود دارد دست یافتنی نیست پس هیچکس اعم از فیلسوف و غیر فیلسوف، روشنفکر و غیر روشنفکر، پیامبر و غیر پیامبر ابزاری برای اثبات حقیقت بودن راهی که می رود ندارد. هیچکسی نباید از دیگری پیروی کند و هیچکس حق ندارد به دیگری رفتن راهی را توصیه کند.

تنها و تنها و تنها یک راه اطمینان بخش وجود دارد و آن هم اینکه هر کسی به ندای درون خود گوش کند.

آیا درست متوجه شدم؟ جواب دهید بله یا نه و اگر نه در یک جمله کوتاه آن را تصحیح کنید تا نظر خود را بیان کن

Mr. Sina,

Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku bukan orang yang tak berpengalaman bila tiba saatnya berdebat dengan musuh-musuh Islam. Dengan argumen-argumen ini kau mungkin bisa menipu mereka yang kurang informasi, namun kau tak bisa menipuku.

Beralih ke fallacy dan sophisme dalam debat seringkali terjadi ketika seseorang tidak bisa menjawab secara logis dan terpaksa menggunakan segala macam sophisme dan fallacy sehingga ia ia dapat melepaskan diri dari lawannya.

Masalah lain adalah, tulisanmu sangat panjang, dan penuh dengan pengulangan, kontradiksi dan kesalahan sehingga orang tidak berhasrat membacanya, apalagi seorang pemula dalam bahasa Inggris sepertiku, menghabiskan waktu ekstra menterjemahkannya.

Setiap orang jujur, dengan membaca tanggapanmu terhadap pertanyaan sederhanaku akan melihat keputusasaanmu, menghindar untuk menjawab. Banyak yang kau tulis cukup indah dan puitis. Namun, aku tidak disini untuk kontes puisi. Di beberapa tempat kau telah melakukan penghinaan. Hal ini juga membuatku marah dan memaksaku memberi balasan setimpal.

Satu-satunya hal yang bisa memecahkan masalah adalah argumen logis. Namun sayangnya, kecintaan mendalammu untuk bicara panjang lebar dan berkhotbah mengakibatkan hilangnya elemen penting ini dalam tumpukan argumen yang tak berkaitan dengan subjek yang kita diskusikan.

Aku bertanya, dapatkah kau buktikan bahwa caramu benar.

Kau jawab, baik kebenaran itu eksis atau tidak, ia tak mungkin tercapai. Tak seorangpun, apakah ia filsuf, pemikir, nabi atau orang biasa dapat membuktukan caranya-la yang benar, dan seseorang seharusnya tidak mengikuti orang lain dan seseorang seharusnya tidak memaksakan caranya pada orang lain. Hanya ada satu cara yaitu mendengarkan isi batinnya sendiri.

Apakah pemahamanku benar? Silahkan jawab ya atau tidak, dan jika tidak silahkan jelaskan pendapatmu dalam satu kalimat sederhana.



Mr. Farzad,

Apakah saya berusaha habis-habisan untuk menjawab atau justru kau yang tidak dapat menanggapi satupun, adalah suatu hal yang diputuskan oleh pembaca kita. Bila kau rasa nyaman untuk menyesali diri, silahkan. Yang menjadi perhatianku adalah untuk mengungkapkan kebenaran.

Kurasa aku tidak terlalu banyak mengulang. Aku berusaha memaparkan pandanganku secara jelas. Bila terlalu banyak membaca membosankan bagimu, kau boleh membaca dan menjawab seberapa kau mau. Aku akan menjawab setiap permasalahan yang dikemukakan lawan debatku. Suatu pertanyaan bisa singkat, namun memerlukan jawaban yang cukup panjang, dan kadangkala sebuah pertanyaan panjang hanya memerlukan sepatah kata penegasan atau penolakan sebagai jawaban. Seringkali, Muslim menggabungkan berbagai fallacy dalam satu kalimat. Kukira, penting untuk menjawab semuanya.

Aku tak tertarik padamu Pak. Aku tahu kau merupakan bagian dari rejim yang membunuh saudara dan saudariku. Aku paham, Islam adalah sumber penghasilanmu. Bukan hanya agamamu, melainkan juga bisnis dan karirmu. Kau akan menyangkal kebenaran, walau kebenaran itu terpampang jelas. Karena jika tidak, kau dalam masalah besar.

Walaupun sedang berdebat denganmu, aku juga menulis pada banyak Muslim yang ingin mengetahui kebenaran. Mereka ingin membaca kedua sisi argumen sekaligus.

Perlu diketahui, aku tidak menghinamu. Aku cukup menyadari bahwa Muslim merasa terhina ketika iman mereka dikritik. Namun aku tidak minta maaf untuk itu. Aku mengemukakan pendapat, dan menggunakan kata-kata yang sesuai untuk mendeskripsikan Islam dan pendirinya. Aku tidak berada disini untuk menjaga perasaan siapapun. Perhatianku pada kehidupan orang-orang yang kalian, umat Islam, hancurkan. Percayalah, perasaanmu tidak ada nilainya dibanding kehidupan berharga orang-orang tersebut.

Kau juga bebas mengatakan apa yang kau inginkan mengenai keyakinanku. Namun, bila kau menghina secara pribadi, aku akan undur diri. Bila terkait masalah menghina, aku bukan tandingan umat Islam. Bukan wilayahku. Di wilayah tersebut, Muslimlah juaranya. Spesialisasi-ku adalah logika bukan personal attack.

Mengenai pertanyaanmu, ya, kupikir sedikit banyak kau paham. Namun, kusarankan kau membaca yang kutulis sekali lagi sebelum menjawab, Bagian tersebut tidak panjang. Bila kau ragu-ragu mengenai apa yang kukatakan, kau takkan sanggup menjawab dengan baik, dan hal ini tidak baik bagi performance-mu secara keseluruhan. Ingatlah, tugasmu bukan untuk meyakinkanku, melainkan para pembaca kita. Bila kau mengalami kesulitan dengan Inggris-ku, aku akan mengungkapkan denga cara lain.
anne
Posts: 502
Joined: Wed Sep 21, 2011 9:52 pm

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by anne »

Update 2012/02/26 8:48 PM

ترجمه پاراگرف آخر

با توجه با سوال شما، بله من فکر می کنم شما کما بیش درست فهمیدید. اما من پیشنهاد می کنم شما قبل از اینکه جواب مرا بدهید یکبار دیگر نوشته مرا بخوانید آن نوشته چندان طولانی نیست اگر در فهم مقصود واقعی من شک دارید به طور طبیعی قادر نخواهید بود به درستی جواب مرا بدهید و این سبب نگاه بدبینانه روی عملکرد شما خواهد شد. توجه داشته باشید که کار شما متقاعد کردن من نیست بلکه باید روی خوانندگان تاثیر بگذارید اگر در فهم نوشته های من به زبان انگلیسی مشکلی دارید من با عبارت دیگر آن را بیان خواهم کرد.

جناب سینا

تمام تلاش من این است که به شما نشان دهم تمام تفکرات شما روی اساس و پایه ای بنا شده که هیچ مبنای عقلی و منطقی و حتی انسانی (به معنای خاص) ندارد. کلمات چند گانه دزدی، تجاوز، کشتار، کودک آزار یا بچه باز و … که به صورت چندش آوری تکرار می شود موضوعات دست چندمی هستند که تا نتوانید اصل مبنای مرا رد کنید قابل حل نیستند، برای اینکه بتوانید ضربه محکم و کاری به مبنای من وارد کنید باید ابتدا جای پای خود را محکم
کنید و مبنایی خالی از هر گونه اشکال برگزینید. پس لطف کنید اجازه دهید ببینیم شما قادر به دفاع از مبنای خود هستیدا یا نه

من هنوز شروع به دفاع از اصول اعتقادی پیامبر رحمت نکرده ام که شما مرا به ارتکاب مغالطه توسل به ا کثریت و …. می کنید تنها وضعیت موجود را گزارش کرده ام همین وبس، برای اینکه نشان دهم هر کسی که ادعایی دارد باید این مسیر را طی کند و شما از این قاعده مستثنی نیستید.

حال برسیم به بررسی مدعای شما

1) حقیقت یا اصلا وجود ندارد

2) یا اگر وجود دارد دست یافتنی نیست

3) هیچکس اعم از فیلسوف و غیر فیلسوف، روشنفکر و غیر شنفکر، پیامبر و غیر پیامبر ابزاری برای اثبات حقیقت بودن راهی که می رود ندارد

4) هیچکسی نباید از دیگری پیروی کند

5) هیچکس حق ندارد به دیگری رفتن راهی را توصیه کند.

6) تنها یک راه اطمینان بخش وجود دارد و آن اینکه هر کسی به ندای درون خود گوش کند.

بر اساس سه مقدمه اول هر کسی هر چیزی که بگوید درست است (حتی پیامبر رحمت که این همه مورد ملامت شماست) و به عبارت دقیق تر اصلا درستی و نادرستی معنا ندارد زیرا با توجه به آنچه در بخش ششم آمده تنها راه ممکن برای تولد یک اعتقاد ندای درونی انسانهاست و هر کسی حق دارد به آنچه از ندای درونی او زائیده شده اعتماد کند بلکه چاره ای جز اعتماد ندارد چون اولا راه دیگری برای فهم حقیقت وجود ندارد ثانیا بر اساس مقدمه چهارم پیروی کردن از دیگران موضوعی مذموم و ناپسند است و براساس مبنای پنجم آیا می توانید توضیح دهید علت رفتار پیامبرانه شما در این سایت چیست؟ چرا بر خلاف مبنای پذیرفته شده خود این همه دیگران را امر و نهی می کنید؟ نکند شما هم از جمله کسانی هستید که مرگ را تنها برای همسایه حق می دانید؟ فقط در یکی دو جمله بیان کنید که

آیا به لوازم مبنایی که انتخاب کرده اید پایبند هستید؟ شما در لابلای استدلالهایی که می کنید از عقل و منطق زیاد سخن می گویید درحالیکه این دو عنصر اساسی هیچ جایی در میان مبانی اعتقادی شما ندارد؛ چه توجیهی برای این موضوع دارید؟ .

ادعا و سوال اساسی خود در مورد مبنای شما را بعد از جواب شما که امیدوارم که گویا و البته کوتاه باشد بیان خواهم کرد


Semua usahaku adalah untuk menunjukkan bahwa pemikiranmu tidak logis, tidak rasional, dan bahkan tidak manusiawi. Kata-kata seperti serangan, perkosaan, penjarahan, pembantaian, pedofilia, dsbnya, yang secara menjijikkan diulang-ulang olehmu, adalah konsep lapis kedua dan ketiga yang tidak dapat diselesaikan kecuali kau menolak pendapatku. Jika kau ingin menghancurkan argumenku, pertama-tama kau harus memperkuat langkahmu dan memilih sebuah konsep yang bebas dari kesalahan. Sebab itu, mari kita lihat, apakah kau dapat mempertahankan pendapatmu sendiri atau tidak.

Aku belum mulai membela prinsip-prinsip dan keyakinan Rasullullah yang penuh rahmat, sehingga kau menuduhku melakukan logical fallacy. Aku hanya menyajikan situasi saat ini. Itu saja. Yang ingin kuperlihatkan adalah, bahwa setiap orang yang memiliki klaim harus mengikuti prosedur ini, tidak terkecuali kau.

Mari kita analisa klaim-mu.

Kau katakan 1) kebenaran, baik itu eksis atau 2) tidak, ia tak mungkin tercapai, dan 3) tak seorangpun, termasuk filsuf, pemikir, nabi, dsbnya, dapat membuktikan kebenaran jalannya. Sebab itu, 4) seseorang seharusnya tidak mengikuti orang lain dan 5 seseorang seharusnya tidak memaksakan pandangannya pada orang lain. 6) Hanya ada satu cara yang aman, yaitu mendengarkan isi batinnya sendiri.

Berdasarkan tiga klaim pertama, setiap gagasan yang dihadirkan setiap orang pastilah benar (bahkan oleh Rasul penuh rahmat yang yang selalu kau serang). Dengan kata lain, benar atau salah tidak punya arti sama sekali. Karena berdasarkan pandangan ke-6, yang benar adalah suara batin individu, dan tiap orang punya hak mempercayai isi batinnya , dan kenyataannya tidak ada pilihan lain kecuali mempercayainya. Karena, pertama tidak ada cara lain memahami kebenaran, dan kedua, mengikuti orang lain adalah sesuatu yang harus dihindari.

Dalam hal ini, dapatkah kau jelaskan perilaku kenabian-mu di situs ini? Mengapa, walaupun mengundang orang lain untuk berpikir sendiri, ada begitu banyak ceramahm ajaran dan khotbah dalam tulisanmu?

Apakah kau termasuk orang yang perilakunya tidak sesuai perkataannya, atau seperti kita orang Persia katakan, kematian itu baik, tapi hanya untuk tetangga? Tolong jawab dalam satu atau dua kalimat.

Apakah kau dibatasi oleh prinsip-prinsip dan aturanmu sendiri? Kau bicara banyak tentang logika dan penalaran, sedangkan kedua konsep ini tidak memiliki tempat dalam pemikiran dan kepercayaanmu. Apa penjelasanmu?

Aku akan memberikan jawaban utama-ku setelah kau menjawab, dan kuharap singkat dan jelas.



Update 2012/02/26 11.09 PM

Mr. Farzad,

Kau katakan kau belum memulai debat. Percaya atau tidak inilah debat. Kau selalu berkata akan menjawab pertanyaanku hanya setelah kita menetapkan struktur debat, atau setelah aku menerangkan padamu keyakinanku mengenai sifat kebenaran atau bila kondisi ini dan itu memuaskan. Kau hanya menghindar kesana kemari. Perdebatan ini mengenai Muhammad. Kau yang mengklaim bahwa memenjarakan orang, menyalahgunakan hak asasi, serta membunuh mereka dapat diterima karena hal tersebut disetujui tuhanmu. Kami ingin bukti bahwa tuhanmu itu Tuhan sejati bukan Iblis.

Apa yang kuyakini dan kupikir mengenai kebenaran tidak relevan bagi pembaca kita. Tak seorangpun yang tertarik untuk mengetahui pendapat pribadi Ali Sina mengenai kebenaran dan realitas. Mereka datang kesini untuk mempelajari tentang kebenaran Islam. So, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.

Aku telah menjelaskan pandanganku dalam artikel yang kuberikan padamu link-nya. Namun, aku tidak meminta orang mempercayai apa yang kukatakan. Aku mungkin bisa salah.

Berikut intisari pemikiran epistemologis-ku. Aku percaya, bila tuhan itu ada, Ia pastilah tak terbatas. Oleh sebab itu, kebenaran ilahi juga pasti tak terbatas. Kita, manusia terbatas. Yang dapat kita pahami adalah beberapa aspek kebenaran. Contohnya, katakanlah sekelompok orang berdiri di kaki sebuah gunung yang tinggi. Mereka tidak bisa melihat semuanya, dan tergantung dari sudut pandang mereka masing-masing, setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda. Demikian pula, tidak mungkin bagi seseorang untuk memahami seluruh kebenaran. Oleh sebab itu, kita seharusnya tidak mengikuti orang lain, tidak pula memaksakan pendapat kita pada orang lain. Namun, kita dapat saling bertukar pendapat dan belajar lebih jauh mengenai gunung ini dari mereka yang memiliki perspektif yang berbeda.

Kau katakan aku salah. Mungkin saja! Aku tidak memaksa siapapun untuk mempercayai apa yang kuyakini. Kukatakan, setiap orang harus menemukan kebenarannya sendiri. Kebenaran adalah negeri tanpa jalan. Kebenaran setiap orang baik bagi dirinya sendiri. Namun, ia bisa salah. Intinya adalah tetap mencari. Pencarian ini harus dilakukan hingga akhir kehidupan. Seperti halnya pengetahuan. Kita tak akan pernah bisa memperoleh semua pengetahuan. Pengetahuan itu tak terbatas. Namun, kita terus mencarinya, dan terus belajar lebih banyak setiap hari.

Apakah kebenaran Muhammad juga benar? Tentu saja tidak! Dari perspektifnya sendiri ia benar, karena ia gila. Ini bukan berarti apa yang seorang gila anggap dan yakini sebagai kebenaran, sesungguhnya benar. Tak seorangpun dapat mengklaim telah menemukan seluruh kebenaran.

Kau katakan aku tidak logis sama sekali, dan bahkan tidak manusiawi. Baiklah, dalam hal ini tentunya kau tidak memiliki kesulitan untuk menunjukkan kesalahan-kesalahanku, serta menyoroti ke-tidakmanusiawi-an diriku. Jangan terus menyerang pribadikuku. Seranglah argument-argumenku.

Perdebatan ini bukan mengenai Ali Sina dan pemikirannya. Tak ada yang perduli pikiranku, dan memang seharusnya tidak. Bila aku pernah mencoba mengumpulkan pengikut, kau sangat dipersilahkan membedah dan menyanggah pemikiranku. Namun, sebelumnya, tolong tetap di subjek perdebatan. Subjek perdebatan kita adalah Muhammad dan klaimnya, bukan Ali Sina.

Kau membuat klaim Muhammad seorang nabi. Berdasarkan keyakinan itu, kau juga berkata orang-orang yang tidak berkontribusi pada kebahagiaan orang lain, yang didefinisikan Islam, harus disingkirkan. Apakah kau memiliki bukti atas klaim ini, yang membuatmu begitu bersemangat untuk membunuh?

Kau katakan bahwa Muhammad membuat klaim-nya ke orang-orang di sekitarnya, dan memberikan mereka bukti, dan mereka menerimanya. Namun, sekarang kau tak dapat menunjukkan bukti tersebut. Kau hanya mengikutinya karena kau pikir semua orang yang mengikutinya tak mungkin salah. Kujelaskan bahwa keyakinanmu bersandarkan serangkaian logical fallacy. Ya, mungkin saja milyaran orang berada dalam kesalahan selama berabad-abad. Intensitas keagamaan mereka dan kefanatikan mereka bukanlah bukti validitas keyakinan mereka.

Sejauh yang ku-amati, perdebatan ini telah berakhir. Bukannya membuktikan klaim Muhammad, kau justru ingin membuktikan epistemology-ku salah. Siapa yang perduli? Ini juga sebuah logical fallacy. Disebut red herring. Kau ingin mengalihkan subjek bahasan. Katakanlah aku salah. Akankah itu membuatmu lebih dapat membuktikan klaim Muhammad? Ada banyak orang yang tidak percaya pada filsafatku. Dapatkah kau menghadapi mereka dan membuktikan klaim Muhammad?

Jika kau tidak dapat mengikuti perdebatan ini dan tidak ada hal lain untuk ditambahkan, mungkin waktunya untuk mengakhiri. Namun, jika kau dapat menunjukkan bukti bahwa Muhammad adalah nabi Tuhan, aku sungguh menanti. Jika kau ingin melanjutkan, tolong fokus pada pertanyaan. Pertanyaannya bukan mengenai apa yang kupikirkan. Namun, memberikan bukti bahwa Muhammad seorang nabi Tuhan dan karenanya semua pembunuhan, perkosaan, penyerangan, pemenjaraan, dan eksekusi ini dapat dibenarkan.
User avatar
Rasionalis
Posts: 1069
Joined: Sun Dec 19, 2010 12:29 am
Location: Whereever I want to be

Re: Ali Sina: Islam, Agama Relativisme Moral

Post by Rasionalis »

Ali Sina wrote:Kau juga bebas mengatakan apa yang kau inginkan mengenai keyakinanku. Namun, bila kau menghina secara pribadi, aku akan undur diri. Bila terkait masalah menghina, aku bukan tandingan umat Islam. Bukan wilayahku. Di wilayah tersebut, Muslimlah juaranya. Spesialisasi-ku adalah logika bukan personal attack.
...Mengena sekali ucapan bung Ali Sina ini. Paling tidak kesan seperti itu lah yang sering saya dapat dari lawan debat muslim selama satu setengah tahun di forum ini. Bila argumennya rapuh sehingga mudah dirontokkan, segera beralih ke serangan pribadi. Seperti mengutak-atik nama samaran: Tidak selaras dengan nick name Rasionalis karena pemikirannya tidak rasional, tanpa menunjukkan ucapan atau pendapat saya yang mana yang irrasional.
...Bahkan netter muslim "terhebat" di FFI ini, Crescent Star, juga tidak luput dari perilaku seperti itu.
Post Reply