Menafsir ulang Qur’an. Mungkinkah?

SAMBUTAN, PENJELASAN, artikel dan debat dari PENDIRI SITUS; ALI SINA. Artikel2 A Sina lainnya masih bisa ditemukan dalam Ruang REFERENSI sesuai dgn topiknya.
Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Menafsir ulang Qur’an. Mungkinkah?

Post by ali5196 »

Menafsir ulang Qur’an
Posted by Ali Sina on May 10th, 2011 /
http://alisina.org/reinterpreting-the-quran/
diterjemahkan oleh anne
Image
Upaya Rumi untuk menyematkan makna esoterik pada ayat-ayat Qur’an yang tidak masuk akal, menghambat dunia Islam dari kemajuan dan pencerahan. Di gurun tandus Islam, ia menciptakan fatamorgana bagi Muslim untuk dikejar selamanya.


Seorang Muslim menulis, ia lebih suka pemahaman makna kiasan Qur’an. Makna kiasan? Yaahhh... kita bisa percaya pada apapun jika kita menggunakan tafsir kiasan. Dengan cara ini bahkan Santa Klaus dan kuda bertanduk satupun jadi masuk akal!

Tidak ada buku yang harus ditafsirkan dalam cara apapun selain makna eksplisit, terutama jika buku tsb. dimaksudkan sbg sebuah buku petunjuk. Sebuah buku panduan harus jelas dan tegas, tak meninggalkan ruang bagi interpretasi. Jika tidak, ia bukan lagi sebuah buku petunjuk yang jelas.

Sebuah buku petunjuk ilahi harus dimengerti semua orang. Katakanlah kau tersesat dan berhenti untuk menanyakan arah pada seseorang. Bukankah kau berharap mendapat petunjuk yang jelas? Akankah kau percaya pada orang yang menunjukkan arah yang samar-samar dan plintat plintut? Aku yakin kau akan menganggapnya tidak waras. Lantas, kenapa kita harus bersandar pada orang yang mengklaim datang dengan petunjuk ilahi yang jelas sementara petunjuknya sendiri membingungkan, berkontradiksi dan membutuhkan interpretasi macam-macam?

Tak pantas bagi Tuhan untuk berolok-olok seperti itu sampai menyesatkan orang. Namun persis seperti itulah yang dikatakan Muhammad ttg Allah. Ia (Allah) menyesatkan manusia, dan ia adalah penyesat terbaik alias Khairul Makerun (Q3:54; Q8:30).

Umat Islam dengan berbagai cara berusaha menafsirkan buku suci mereka. Sudah jelas buku tsb tidak logis. Akibatnya mereka bekerja keras memberi makna esoterik thp berbagai pernyataan **** didalamnya. Ambil contoh peristiwa Isra Miraj. Sampai kiamatpun ini sebuah klaim tolol. Bahkan banyak pengikut
Muhammad sendiri meninggalkannya saat ia membuat klaim tsb. Ia katakan ini sebuah ujian bagi mereka. Menurutnya, orang **** hanya dapat melalui ujian tsb bila beriman dan menjadi Muslim. Sudah tentu tak ada orang rasional bisa mempercayai omong kosong itu, terlebih saat ini dimana kita memiliki pemahaman yg lebih baik mengenai alam semesta.

Umat Islam dewasa ini lebih cerdas dari nabi mereka. Sulit bagi mereka untuk menelan mentah-mentah omong kosong tsb. Pada saat yang sama, tak mungkin mereka mempertanyakan segala titahnya. Lantas muncullah mereka dengan ide bahwa Qur’an memiliki 'banyak makna tersembunyi.' Kaum Syi'ah (yi bangsa Persia--yg jauh lebih terdidik dari Arab--adalah bangsa pertama yg dijajah Islam) yang terkenal sebagai pembuat hadis, telah menemukan sebuah hadis yang mereka klaim isinya ttg pernyataan Muhammad bahwa Qur’an memiliki makna tersembunyi, dan didalam makna tersembunyi ini tersimpan makna tersembunyi lain yang lebih dalam, begitu seterusnya (makna tersembunyi sampai tujuh lapis).

Pandangan serupa dianut pula oleh kaum Sufi dan kaum Ismailia yang meyakini Qur’an memiliki ‘batin’, yi, makna tersembunyi atau esoterik, serta ‘zahir,’ yi, makna jelas atau eksoteris. Penafsiran mereka tak masuk akal dan main caplok sana sini semau mereka. Contoh, dalam ayat ‘Katakanlah: Wahai orang-orang kafir! Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah’ (Q109:1-2) Nah menurut tafsir esoterik ini, 'orang-orang kafir' dimaknakan sebagai 'diri sendiri,' dan 'pelacur surga' (houri) dimaknakan sebagai ‘penglihatan ilahi.’ Tidak sulit melihat betapa konyolnya interpretasi semacam itu apalagi mengingat Muhammad memberi deskripsi terinci mengenai pelacur perawan ini. Qur’an sendiri menyebut bahwa para pelacur surga ini memiliki dada penuh (payudara montok), bermata hitam, kulit tembus pandang, dst.

Dalam bukunya, Tamhidat, Ayn-al-Qudat Hamadani menginterpretasikan ‘(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati.’ (Q104:6-7) sebagai ‘gairah cinta ilahi.’ Aneh bin ajaib bukan? Padahal untuk melihat betapa absurdnya klaim ini kita tinggal membaca surah singkat tsb. Dalam surah itu, Muhammad memfitnah salah satu dari musuh-musuhnya (diduga Walid ibn Mughira) dan mengatakan dia ‘yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati.’ NAHHH ... Bagaimana mungkin Hamadani menginterpretasikan api ini sebagai ‘gairah cinta ilahi.’ :finga: :finga:

Saya berikan kau satu lagi contoh konyol: di Youtube, seorang ulama yg sangat terkemuka dari Pakistan (sptnya tokoh Ahmadi/Qadiani) berkata bahwa jinn yang disebut dalam Qur’an sebenarnya adalah bakteri. Alasannya, di suatu hadis Muhammad berkata jangan membersihkan diri (sehabis buang air) dengan tulang karena itu makanan untuk jin. Nahhh, dari situ ia menyimpulkan bahwa karena bakteri memakan daging pada tulang, maka jin yang disebut dalam Qur’an adalah bakteri. So pasti, katanya! Ulama terkemuka ini lupa bahwa di hadis lain Muhammad menyatakan ia mengunjungi kota para jin, menghabiskan malam dengan mereka dan memualafkan banyak diantaranya ke Islam. Apakah Muhammad mengubah dirinya menjadi bakteri untuk melakukan mukjizat tersebut? :rolling:

Satu2nya cara tafsir terbaik Qur’an adalah dengan menafsirkan makna yang ada didalam Qur’an itu sendiri. Berulangkali Qur’an mengklaim sebagai sebuah ‘buku yang jelas’ (Q5:15); ‘mudah dipahami’ (Q44:58, Q54:32, Q54:40) ‘diterangkan secara rinci’ (Q6:114); ‘disampaikan secara jelas’ (Q5:16, Q10:15) dan ‘tiada keraguan’ di dalamnya (Q2:1). Apakah ayat-ayat ini perlu diinterpretasikan juga?

Menginterpretasi ulang Qur’an dan memoles ulang Islam adalah sia-sia. Kita harus tetap berstandar dan bersandar pada kebenaran. Kebenaran tidak menyakitkan. Menghancurkan kebohongan itulah yang paling menyakitkan. Tapi sekali kebohongan terkuak dan ia akan hancur selama2nya. Kau akan bebas dari belenggu kebohongan dan kau dapat kembali berpikir bebas tanpa belenggu iman buta.

Gagasan menginterpretasikan ulang suatu buku tuntunan dari Tuhan adalah suatu logical fallacy. Katakanlah seorang guru yang tidak mampu menerangkan secara detil subjek pelajarannya dan membiarkan murid menginterpretasi sendiri2 semau mereka masing2. Apakah ini seorang guru yang baik? Katakanlah ia mempunyai 73 murid, semuanya gagal dan hanya satu yang lulus. Bukankah hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa kemungkinan gurunya yang salah dan bukan muridnya?

Sekarang katakan padaku, Tuhan yang dikatakan Maha Tahu dan Maha Bijaksana ini begitu TIDAK jelas dalam tuntunannya dan membiarkan manusia menginterpretasikan apa yang Ia katakan. Menurut nabinya sendiri, para pengikutnya akan terbagi dalam 73 sekte, dan semua akan masuk neraka kecuali satu. Demikiankah caramu memahami sosok Tuhan?

Jika kita perhatikan apa yang sebenarnya dikatakan Qur’an dan tidak mencoba menutup-nutupii dan menginterpretasikannya seenak udel kita masing2, baru kita dapat menemukan kebenaran dalam Qur’an. Dengan cara seperti itulah saya menemukan kebenaran – yah, langsung dari Qur’an sendiri. Sebelumnya saya menolak untuk membaca semua buku ‘raddiah,’ yang menyangkal Islam. Saya menghargai Muslim yang sudi membaca artikel2 saya, karena jelas mereka berpikiran lebih terbuka.

:supz:
Post Reply