Ya terserahlah, bagaimana mau bilangnya, "mau menurut kamu kek", "mau menurut otakmu kek", tapi yang jelas, kalo mau di sini kamu harus mencoba menjelaskan dan menjawab dan membantah tuduhan ali sina terhadap muhammad dengan logis dan diterima oleh akal sehat, sesuai dengan topik. Tapi kenyataannya hingga sekarang kamu aja masih belum bisa menjelaskan secara logis, malah cuma bisa bilang "benar salahnya belum tentu". Masih ngasih bukti orang Islam tidak berpikir lagi, udah tau kalee, kalo orang Islam itu banyak yang tidak berpikir. Kalo banyak yang berpikir apalagi seperti ali sina itu,pasti udah pada keluar dari Islam semua kalee.Nirwana15 wrote:Wah saya sudah bertentangan dengan hati nurani kamu dong…wakakakak
Nah kalo gitu nanya nya “menurut kamu” ga perlu pake dengan tepat…akan saya kasih pendapat saya
Bukti banyak orang islam tidak berfikir gampang kok..trend fashion orang arab di bilang sunah nabi..itu saja deh..
Wakakakak….siapa yg promosi..emang begitu adanya kok..silahkan tuduh apa saja kepada Muhamad..toh cuman tuduhan..benar salahnya belum tentu..
"Secara teks benar" itu maksud apaan coba?? Kok nyambung2nya ke arah "perpustakaan" dan untuk "kepentingan dia". Apa kamu mau bilang kalo yang dikatakan oleh ali sina itu benar semua termasuk tuduhannya terhadap muhammad, tapi apa yang dilakukan dan dikatakan oleh ali sina tetap dianggap salah, gitu? Kok kontradiksi banget yaa. Bikin bingung, kamu itu. Jangan2 kamu udah gelagapan lagi, gak bisa jawab apa2, jadi ngomongnya kontradiksi. Lucu.Nirwana15 wrote:Waduh ..justru saya bilang secara teks benar....karena..lagi2 saya harus bilang dia cuman studi perpustakaan dan mengambil data2 yang diperlukan untuk kepentingan dia..
Oh ya saya sangat bangga dengan kesimpulan itu, karena kesimpulan itu saya buat tidak main2, karena saya bisa menjelaskan secara logis darimana kesimpulan itu dibuat. Dan jangan salah saya cuma mengatakan "Dengan jawaban itu bisa saya simpulkan bahwa budaya Arab dan ajaran Muhammad yang diaplikasikan ke dalam ajaran Islam untuk membunuh orang Yahudi dan terutama Kafir, "bisa" menjadi bagian dari hati nurani dan akal sehat, dan menganggap hal itu halal. Karena kamu mengatakan sendiri kalo hati nurani itu relatif, yang artinya jika pemikiran orang arab dan muhammad sama yaitu sama2 membenci Yahudi dan kafir, maka bisa jadi bahwa ajaran damai yang dimaksudkan adalah memang benar untuk menghalalkan pembunuhan dan peperangan terhadap kafir dan Yahudi.Nirwana15 wrote:Wakakakak…sayang sekali saya Islam dan saya tidak membeci kafir, yahudi dan Kristen..
jangan2 ada yg mengaku2 kafir tapi tidak tau arti kata kafir itu…
Dan saya prihatin dengan A Sina yang konon di besarkan di timur tengah dengan ajaran islam malah bingungdengan ajaran Islam.wakakakak...jadi kata pepatah begini gajah di pelupuk mata ga keto..semut di sebrang lautan kelihatan…wakakakak..
Jika kamu berkesimpulan seperti itu ya itu adalah hak mu..karena kamu yang membaca mempelajari dan menyimpulkan..dan memang sampai di situlah kemampuan kamu memahami apa yang kamu baca dan pelajari..jadi kamu harus bangga..
Padahal yang namanya hati nurani itu sama sekali tidak relatif, karena tujuannya cuma satu yaitu untuk kebaikan. Ingat "golden rule". Dan selama saya sering berdebat dengan muslimer, tidak ada satupun orang muslim memahami kebaikan sama sekali apalagi "golden rule" yang sesungguhnya. Dan contoh kamu soal durian montong itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebaikan, yang artinya tidak ada hubungannya sama sekali dengan hati nurani. Dan ajaran damai yang menghalalkan pembunuhan terhadap kafir dan yahudi sama sekali tidak masuk di akal sehat. Karena secara logis tidak ada kedamaian yang diselaraskan dengan kekerasan dan pembunuhan, karena kekerasan dan pembunuhan itu sendiri bertolak belakang dengan kedamaian, seperti halnya minyak dan air.
Dan bicara soal hati nurani dan akal sehat. Ali sina sendiri sudah mengatakan alasannya dengan jelas kenapa dia bingung dengan ajaran Islam. Karena ajaran Islam yang dia pelajari tidak sesuai dengan hati nurani dan akal sehat, yang artinya dia sendiri tidak bisa melakukan apa sudah diajarkan dari Islam, yang sama sekali bertolak belakang dengan hati nurani dan akal sehat, kebaikan dan pemikiran sehat.
Terakhir, saya tidak peduli apakah saya mesti tau apa arti kafir atau tidak. Tapi dengan kata kafir itu sendiri, itu untuk menunjukkan "inilah saya, seseorang yang bukan Islam dan sangat meragukan Islam, tapi saya tetap manusia berhak hidup dan bersuara, dan mengatakan apa saja yang saya suka soal ajaran Islam yang sangat meragukan itu". Jadi bagaimana pendapat kamu soal pengertisn itu??
Memang benar itu sebuah simbol. Tapi simbol tsb tetap punya pengertian. Yaitu apapun aktivitas yang kita lakukan, dan proses yang kita jalani akan menghasilkan sesuatu yang hasilnya sesuai proses dan aktivitas itu. Dan itulah "eksaknya". Makanya 1+1=2, tidak bisa 1+1=3, karena apapun yang terjadi keterlibatan angka 1 ditambah angka 1 lagi akan menjadi angka 2. Karena itulah angka 2 merupakan hasil dari keterlibatan dari 2 angka 1. Dan memang benar bahwa itu semua merupakan kesepakatan dari semua orang, makanya bisa saja kalo 1+1=3, kalo semua orang sepakat dengan hal itu. Dan berkat kesepakatan itupula, semua hal bisa dijelaskan secara eksak.Nirwana15 wrote:Emang kenapa 1+1 = 2..bukan kah 1 dan 2 hanya sebuah symbol bilangan yang sudah disepakati bersama..seperti huruf A kenapa bunyinya begitu dan B kenapa begini..itu hanya symbol yang di sepakati bersama sejak jaman nenek moyang..seandianya semua orang bersepakat 1+1=3 terus gimana?
Jadi menurut kamu kedamian yang diberikan islam itu seperti itu ya…hmm….again saya ga akan membantah pendapat mu…
Mungkin sisi ini yang ga di bahas oleh A Sina..dan saya pun tidak akan menjelaskan disini..karana bukan tokonya..oe musti ke toko yang laen..
Dan dari simbol itu pula, bisa menghasilkan beberapa rumus fisika seperti halnya hukum Newton (F=m.a/F=m.g), rumus kecepatan (Jarak/waktu), dan rumus2 lainnya. Tapi yang jelas tujuannya cuma satu yaitu untuk menjelaskan bahwa semua yang ada di sekitar kita itu tidak lepas dari semua keterlibatan dari banyak pihak, yang artinya ada sebab ada akibat. Itulah eksaknya, itulah kepastiannya.
Yang jelas intinya adalah seperti yang saya bilang tadi bahwa kemungkinan itu tidak akan terjadi kalo pernyataan itu sudah pasti dan bisa menjadi sebuah ilmu eksak. Dan kemungkinan itu terjadi kalo orang itu mau berpikir. Karena apabila sesuatu sudah menjadi pasti dan eksak, maka pihak tsb sudah mencapai hasilnya. Tapi apabila orang masih bisa berpikir maka orang tsb masih berada dalam proses, sehingga kemungkinan masih bisa ada. Karena orang tidak perlu berpikir kalo sudah bisa mencapai hasilnya. Makanya saya masih meragukan tentang ajaran damai yang mengajarkan bahwa pembunuhan dan peperangan itu halal, karena apakah benar bahwa jalan kekerasan seperti itu bisa menghasilkan kedamaian yang sesungguhnya, seperti halnya 1+1=2? Sepertinya enggak. Makanya saya masih berpikir bahwa ada banyak kemungkinan yang akan terjadi dari jalan kekerasan tsb.Tapi yang jelas tidak mungkin menghasilkan kedamaian yang murni/ sesungguhnya. Jadi ajaran damai yang seperti itu sama seperti pernyataan 1+1=3.
Okelah kalo kamu menganggap bahwa kedamaian Islam tidak seperti yang saya katakan. Kalo begitu coba bantah tuduhan Ali sina secara logis, kalo kamu sudah ada di topik ini. Jangan cuma datang ke topik ini cuma buat ngomongin "aku suka FFI doang". Gak mutu.